- Beranda
- Stories from the Heart
a Story About Forbidden Love
...
TS
dee.vita
a Story About Forbidden Love
PROLOG
Selamat malam,
Setelah menimbang beberapa lama, dan kursus singkat cara menulis serta ngaskus dari seseorang tadi, akhirnya aku mengambil keputusan untuk membagi ceritaku disini.
Tapi, sebelum aku mulai bercerita, ijinkan aku untuk memberikan beberapa peraturan dan kalimat pembuka.
Terimakasih, dan selamat membaca.
Selamat malam,
Setelah menimbang beberapa lama, dan kursus singkat cara menulis serta ngaskus dari seseorang tadi, akhirnya aku mengambil keputusan untuk membagi ceritaku disini.
Tapi, sebelum aku mulai bercerita, ijinkan aku untuk memberikan beberapa peraturan dan kalimat pembuka.
Quote:
Terimakasih, dan selamat membaca.

Spoiler for Indeks:
Diubah oleh dee.vita 11-08-2014 23:09
anasabila memberi reputasi
1
24K
161
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
dee.vita
#18
PART 3
Sejak peristiwa aku mengundang mas Agung untuk main kerumah, bapak sudah tidak pernah lagi menyinggung soal pasangan waktu kita ngobrol bareng, tapi pertanyaannya berganti,
Iya, aku memang dekat dengan bapakku, jauh lebih dekat daripada dengan Ibu.
Entahlah, dari kecil aku selalu lengket dengan bapak, ada apa-apa nyari-nya bapak, pengen apa-apa mintanya ke bapak, kemana-mana sama bapak, mungkin kalo boleh ku akui, bisa dibilang aku adalah anak yang manja dengan bapak.
Terlalu banyak kenangan aku dan bapak serta obrolan-obrolanku dengannya, yang kalo mau aku tuliskan mungkin akan jadinya ber-seri layaknya novel harry potter yang tebal-tebal sampai tujuh seri itu. Berbeda dengan kakakku, dia lebih dekat ke ibu sejak kecil, entah sudah di-design darisana nya memang begitu mungkin.
Hampir setaun sudah aku pacaran dengan mas Agung, setiap keburukan dan sifat jelek kami perlahan mulai kelihatan satu persatu.
Sifatku yang childish dan manja serta keras kepala membuatnya sering kesal dan jengkel padaku, sifatnya yang temperamental dan tidak telaten ketika menghadapiku membuatku sedikit kecewa dengannya.
Sebenernya aku berencana mengajaknya ke stasiun besok pagi, aku pengen naik kereta jalan-jalan ke kota sebelah sebentar aja, terus sore nya balik lagi naik kereta ke kota kami.. tapi mungkin saatnya memang tidak tepat, dia sedang butuh waktu untuk istirahat, lain kali aku akan coba mengajaknya lagi.
Hal-hal kecil seperti itu yang sering membuat kami selisih paham, mas Agung egois dan temperamen, aku childish dan keras kepala, pernah kami bertengkar sampe hampir sebulan tanpa komunikasi, tapi akhirnya aku yang mengalah karena kalau tidak seperti itu tidak akan pernah selesai.
Sebenernya aku bisa memahami kalau dia hanya emosi-emosi seperti itu, marah yang masih bisa diterima, menurutku. Tapi ada satu kejadian waktu itu yang membuatku sedikit ragu meneruskan hubunganku dengannya.
Aku diam, karena aku tau kalo aku terusin maksa dia untuk cerita pasti emosinya semakin menjadi. Aku hanya bilang ke dia kalo jangan langsung pulang, karena aku pengen mampir dulu makan bakso tempat langganan kita biasanya.
Selama di tempat makan bakso mukanya masih kusut, jarang berbicara, dan aku pun juga mendiamkannya, kalo kondisi seperti ini seringkali aku hanya mendiamkannya sampe emosinya reda sendiri, hanya saja, ada satu tindakan yang tidak seperti biasanya yang dia lakukan ke aku hari itu.
Aku siapkan kecap, sambel, saos, dan garam, ya..dia ga biasa makan bakso tanpa ditambahi sedikit garam.
Dia mulai makan, saat aku baru saja selesai menuang kecap dan mau menyendok sambal ke mangkok-ku.
Satu sendok..
Dua sendok..
Tiga sendok..
Telapak tangannya dengan keras menampel tanganku yang sedang menyendok sambal, maka jatuhlah sendok dan sambal yang belum sempat aku masukkan ke mangkok tadi, beberapa tetes sambal mengenai celana dan baju kerja ku. Aku cuma diam, masih shock dengan apa yang barusan dia lakukan.
Aku tetap diam, ingin menangis sebenarnya karena perlakuannya, tapi aku berusaha menahan sebisa mungkin agar tidak ada air mata yang menetes, karena kalo sampe dia ngeliat aku menangis mungkin bisa jadi tidak tega dan meminta maaf, atau malah sebaliknya, semakin marah sama aku.
Itu pertama kalinya dia main fisik sama aku. Sedikit memang, hanya menampel tangan dengan sedikit sentakan, tapi cukup membuatku berpikir ulang atas keputusanku menjadikannya pacarku.
Apakah ini sebuah keputusan yang salah?
Quote:
Iya, aku memang dekat dengan bapakku, jauh lebih dekat daripada dengan Ibu.
Entahlah, dari kecil aku selalu lengket dengan bapak, ada apa-apa nyari-nya bapak, pengen apa-apa mintanya ke bapak, kemana-mana sama bapak, mungkin kalo boleh ku akui, bisa dibilang aku adalah anak yang manja dengan bapak.
Terlalu banyak kenangan aku dan bapak serta obrolan-obrolanku dengannya, yang kalo mau aku tuliskan mungkin akan jadinya ber-seri layaknya novel harry potter yang tebal-tebal sampai tujuh seri itu. Berbeda dengan kakakku, dia lebih dekat ke ibu sejak kecil, entah sudah di-design darisana nya memang begitu mungkin.
Hampir setaun sudah aku pacaran dengan mas Agung, setiap keburukan dan sifat jelek kami perlahan mulai kelihatan satu persatu.
Sifatku yang childish dan manja serta keras kepala membuatnya sering kesal dan jengkel padaku, sifatnya yang temperamental dan tidak telaten ketika menghadapiku membuatku sedikit kecewa dengannya.
Quote:
Sebenernya aku berencana mengajaknya ke stasiun besok pagi, aku pengen naik kereta jalan-jalan ke kota sebelah sebentar aja, terus sore nya balik lagi naik kereta ke kota kami.. tapi mungkin saatnya memang tidak tepat, dia sedang butuh waktu untuk istirahat, lain kali aku akan coba mengajaknya lagi.
Hal-hal kecil seperti itu yang sering membuat kami selisih paham, mas Agung egois dan temperamen, aku childish dan keras kepala, pernah kami bertengkar sampe hampir sebulan tanpa komunikasi, tapi akhirnya aku yang mengalah karena kalau tidak seperti itu tidak akan pernah selesai.
Sebenernya aku bisa memahami kalau dia hanya emosi-emosi seperti itu, marah yang masih bisa diterima, menurutku. Tapi ada satu kejadian waktu itu yang membuatku sedikit ragu meneruskan hubunganku dengannya.
Quote:
Aku diam, karena aku tau kalo aku terusin maksa dia untuk cerita pasti emosinya semakin menjadi. Aku hanya bilang ke dia kalo jangan langsung pulang, karena aku pengen mampir dulu makan bakso tempat langganan kita biasanya.
Selama di tempat makan bakso mukanya masih kusut, jarang berbicara, dan aku pun juga mendiamkannya, kalo kondisi seperti ini seringkali aku hanya mendiamkannya sampe emosinya reda sendiri, hanya saja, ada satu tindakan yang tidak seperti biasanya yang dia lakukan ke aku hari itu.
Quote:
Aku siapkan kecap, sambel, saos, dan garam, ya..dia ga biasa makan bakso tanpa ditambahi sedikit garam.
Dia mulai makan, saat aku baru saja selesai menuang kecap dan mau menyendok sambal ke mangkok-ku.
Satu sendok..
Dua sendok..
Tiga sendok..
Quote:
Telapak tangannya dengan keras menampel tanganku yang sedang menyendok sambal, maka jatuhlah sendok dan sambal yang belum sempat aku masukkan ke mangkok tadi, beberapa tetes sambal mengenai celana dan baju kerja ku. Aku cuma diam, masih shock dengan apa yang barusan dia lakukan.
Quote:
Aku tetap diam, ingin menangis sebenarnya karena perlakuannya, tapi aku berusaha menahan sebisa mungkin agar tidak ada air mata yang menetes, karena kalo sampe dia ngeliat aku menangis mungkin bisa jadi tidak tega dan meminta maaf, atau malah sebaliknya, semakin marah sama aku.
Itu pertama kalinya dia main fisik sama aku. Sedikit memang, hanya menampel tangan dengan sedikit sentakan, tapi cukup membuatku berpikir ulang atas keputusanku menjadikannya pacarku.
Apakah ini sebuah keputusan yang salah?
0
.