"Roy, perasaan kita salah jalan deh.. setau gue tadi harusnya belok kanan kan?" tanya Kenny keherenan karena aku tidak melalui jalan yg biasanya.
Aku memang berniat untuk mengajak Kenny ke suatu tempat untuk membicarakan persoalan Arga. aku tidak bisa menahannya. entah kenapa aku seperti merasakan sakit yg Kenny alami.

"rooy, kok diem aja? kita mau kemana sih?" Kenny tetap menanyakan hal yg sama berkali-kali. bukannya aku tak mau menjawab. karena jika aku menjawabnya Kenny pasti menolak.

"kita berenti disini.. gue pengen ngobrol sama lo sebentar." aku berhenti disebuah taman, entah apa namanya akupun belum pernah kesini. ada sebuah danau yg tidak terlalu besar. cukup ramai suasananya, banyak muda-mudi berpacaran disini.

"kayaknya gue salah tempat, kok kayak tempat mesum begini? aduh ga enak sama Kenny."aku sedikit bingung karena tempatnya tidak seperti yg kubayangkan, tapi tak apalah sudah kepalang tanggung.

"ada apa sih roy? tau aja nih gue lg males pulang." seru Kenny sembari turun dari motor.

"untunglah dia malah senang kuajak kesini" aku bersyukur dalam hati.
"Ken, gue mau nanya sesuatu sama lo. tapi lo janji ya jawab dengan sejujur-jujurnya?" tanyaku sembari meletakan helm di spion.
"ada apaan sih? pake janji-janji segala." tanya Kenny heran.
"janji dulu." tanyaku kembali.
"iya.. ada apa sih?"
"tangan lo kenapa bisa sampe biru lebam begitu?" aku langsung menanyakan hal pokok. rasa penasaranku membuatku tidak sabar.
"ya ampun.. gara-gara ini? tadi kan udah gue bilang, kepentok di kantin roy." jawab Kenny, tetapi dengan muka yg tidak membuatku yakin. aku hafal sekali sikap kenny jika dia berbohong, dia tidak berani menatap mata lawan bicaranya jika ia berbohong.
"ken, gue bukan baru kenal lo kemaren kali.. gue tau lo ga jujur. jawab dengan jujur ken..!!" pintaku.

"aduuh pulang yuuk.. gatel, pengen mandi nih." Kenny mengalihkan pembicaraan.
"KEENNYY!!!" aku sedikit membentak Kenny.
"APAAA? APAAA? KALO LO UDAH TAU TERUS LO MAU NGAPAIN?" tiba-tiba Kenny menyentakku, tetapi dengan air matanya menetes.
aku diam.
aku tidak berpikir apa yg akan aku lakukan setelah Kenny berkata jujur. ini hubungan mereka. bukan hubunganku, bahkan sama sekali tidak ada hubungannya denganku.

Hening....
cukup lama keadaan hening ini. lalu..

"Arga mukul gue roy." Kenny berkata sembari menangis.
Ini bukan tangisan kekanak-kanakannya Kenny. ini tangisan yg sepertinya sudah cukup lama ditahannya.
"Arga nanyain tentang "berhubungan".." terdengar suara Kenny terbata-bata.
Aku kaget mendengarnya.
Berhubungan? yg dimaksud berhubungan disini apa? Seks kah?
"Gue nolak ngelakuinnya roy. gue takut. gue ga bisa." lanjut Kenny.
"Arga mukul gue.. kejadian ini udah berulang kali terjadi. setiap gue tolak gue selalu dipukul, tapi setelah itu dia baik lagi, dia manis lagi ke gue." suara Kenny semakin hilang oleh kesedihannya.
"Gue ga mau ngelakuin itu roy.. gue takut.. sampai sekarang gue belum berani ngelakuin hal itu." isak tangis Kenny makin menjadi-jadi.

tanpa kusadari aku mengepal tanganku.. kencang sekali. tapi kenapa? aku merasa sakit? sakit sekali. tak bisa kubayangkan disaat Kenny menerima pukulan dari arga.
aku mendekati Kenny.
Kupeluk Kenny.

"Nangis yg kenceng ken... Keluarin semuanya." bisikku.
aku tak bisa berkata apa-apa selain mempersilahkan Kenny untuk menangis. aku bisa merasakan badannya gemetar, mungkin dia mengingat kejadian disaat Arga memukulnya.
pasangan disekitar kami keheranan melihat Kenny menangis begitu kencang. tak peduli apa kata orang sekitar, aku hanya memikirkan keadaan Kenny.

cukup lama hingga Kenny mulai tenang. kulepaskan pelukannya.
"udah gapapa ken?" tanyaku pelan.
kenny hanya menjawabnya dengan anggukan.
"yaudah lo tunggu sini sebentar, gue beliin lo minum dulu." aku beranjak ke warung terdekat.
"nih ken, minum dulu. maaf ya cuma air mineral gelas. cuma segitu sisa jajan gue minggu ini." karena memang uang jajanku tidak sebesar mahasiswa yg lainnya. dan lagi ini adalah akhir minggu alhasil hanya air mineral gelaslah yg mampu kuberikan kepada Kenny.

"gapapa, ini udah lebih dari cukup kok." jawab kenny sembari meminum air tersebut.
"boleh gue tanya sesuatu ken?" setelah kenny selesai minum, aku mulai kembali ke topik pembicaraan. Kenny mengangguk.
"sejak kapan Arga memperlakukan lo kayak begitu?" tanyaku.
"udah dari pertengahan semester kedua roy." jawabnya pelan.
"kenapa lo ga minta putus ken?"
"gue udah terlanjur sayang roy sama dia."
aku diam. aku kaget, masih ada wanita yg menyayangi seorang lelaki yg memperlakukan dia seperti itu?

"heran ya? Anya juga" lanjutnya.
"Anya udah tau alasan Arga mukul lo?" tanyaku.
"udah. sama kayak lo, Anya juga nyuruh gue putus sama Arga. cuma gue ga bisa." jawabnya sembari tersenyum kecil.
"terus lu mau kayak begini terus?" tanyaku heran.
"ga tau roy." jawabnya singkat.
"Ken, ini demi kebaikan lo, sebaiknya lo ambil keputusan! lo harus tegas! lo mau sakit terus? lo mau kesiksa terus? dan lo taukan akhirannya kalo lo nurutin dia?!!!" sedikit emosiku melonjak.
"Tau kok! apaan sih lo marah-marah ke gue! dan kenapa lo perhatian banget ke gue!" Kenny juga mulai terlihat emosi.
"..." aku diam. benar-benar diam. aku tidak bisa menjawab pertanyaan Kenny kali ini.
"kan! lo tuh yg ga bisa ambil keputusan! lo yg ga bisa tegas!" lanjut Kenny.
"iya gue ga bisa tegas. gue ga bisa ambil keputusan.. tapi gue selalu ada buat lo ken."
"anjing! ngomong apaan nih gue!! gue nembak Kenny.. sarap!!! gila nih gue"
aku sedikit terbawa suasana. entah apa yg akan dikatakan Kenny selanjutnya.
aku tidak berani menatap wajah Kenny. Aku tidak berani.
"makasih roy. lo emang temen gue yg paling baik." Kenny tersenyum lebar.

dan..

kiss..
Kenny memberikan ciuman di pipiku. dan sekali lagi aku speechless.

"kenapaaa? baru pertama dicium? baru dipipi. hahahha" ledek Kenny kepadaku.
mukaku memerah.
"yaudah yuk pulang. gue udah baikan nih. gue udah gapapa roy. percayain sama gue. gue ga bakalan kenapa-kenapa sama Arga. Perasaan gue ke Arga kuat banget roy." lanjutnya.
tanpa berkata apa-apa aku mengantarkan Kenny kembali kerumahnya..

Hari itu begitu Indah tetapi juga menyakitkan.
sampai kapan perasaanmu bertahan kepada Arga?
sampai kapan aku menjadi temanmu?
sampai kapan?
---------------