Kaskus

Story

jumpingwormAvatar border
TS
jumpingworm
• •• •• •
emoticon-Hot Newsemoticon-rainbowemoticon-rainbowemoticon-rainbowemoticon-rainbowemoticon-rainbow 6th Story emoticon-rainbowemoticon-rainbowemoticon-rainbowemoticon-rainbowemoticon-rainbow
Spoiler for "The Menu":


emoticon-Matahariemoticon-Matahariemoticon-Matahariemoticon-Matahariemoticon-Matahari5th Story : Wrap Your Heartemoticon-Matahariemoticon-Matahariemoticon-Matahariemoticon-Matahariemoticon-Matahari
Spoiler for "The Menu":


emoticon-kucingemoticon-kucingemoticon-kucingemoticon-kucingemoticon-kucing4th Story : Irreplaceable emoticon-kucingemoticon-kucingemoticon-kucingemoticon-kucingemoticon-kucing
Spoiler for The Menu:
Diubah oleh jumpingworm 16-07-2017 00:41
anasabilaAvatar border
samsung66Avatar border
samsung66 dan anasabila memberi reputasi
2
102.6K
1.3K
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.9KAnggota
Tampilkan semua post
jumpingwormAvatar border
TS
jumpingworm
#1249
26. Dua Romeo
"Jadi,... berapa item yang bakal kita bikin untuk event kali ini?" Aku bertanya kepada Pak Grandy sambil sarapan di Darren's Pasta.

"13 item, termasuk merchandise. Itu yang merupakan tugas kita. Pertama, yang harus kita layout adalah backdrop panggung dan banner digital untuk website."

Aku menggeser jari di layar iPad dan melihat referensi tema yang akan digunakan untuk material konsep keseluruhan acara.

"Movie campaign? For real?" aku menghadapkan layar iPad ke Pak Grandy. "Kita kan bukan industri perfilman..."

"I was just trying to relate them..." Pak Grandy mengangkat bahu.

"Memangnya periklanan identik dengan kesan digital ya? Maksudku, bagaimana dengan British Victorian style theme? Kita bisa pakai dekorasi tahun 80an dengan bunga dan renda."

Pak Grandy hanya nyangir sambil menggelengkan kepalanya, lalu menyeka mulut dengan tisu.

"You're soooo sweet."

Aku mendelik.

"Apa itu sebuah pujian?"

Pak Grandy langsung mencubit pipiku pelan dengan cengiran yang bertambah lebar.

"Itu artinya, saya menghargai ide dan masukan kamu yang manis, tapi belum bisa saya pakai untuk event kali ini. It won't do."

Rasanya wajahku memerah diperlakukan seperti anak kecil begini.
Jujur, sudah lama sekali tidak ada yang mencubit pipiku sambil bercanda.
Yang mengejutkan, aku sama sekali tidak keberatan diperlakukan bak bocah oleh Pak Grandy.

"Yuk jalan ke IRX." Pak Grandy bangkit dan menuju kasir untuk membayar. "Sammy udah nyiapin bahan untuk presentasi kita nanti di sana."

Damn! Aku hampir lupa ada Sammy juga di sini.
Rasanya sedikit tidak nyaman harus berpura-pura biasa saja di depan Sammy, sementara percakapan terakhir kami semalam masih belum tuntas.
Dan sesungguhnya aku berharap tidak ada yang perlu dituntaskan.

Aku yang memilih untuk pergi dan mengubur perasaan terhadap Sammy rapat-rapat 3 bulan lalu.
Keputusanku sudah bulat, dan fase galau sudah berlalu.
Fokusku sekarang kucurahkan untuk meniti karir di sini.
Sejak kepindahanku, hampir 7 hari seminggu kuisi dengan bekerja.

"Cher, nanti kamu jelasin slide tentang placement medianya ya. Kamu udah dapet gambaran lokasinya?" Pak Grandy bertanya di tengah suara mesin kereta bawah tanah yang bergemuruh lembut.

"Acara kita dipromosiin di tabloid nasional, perusahaan printing kolega kita, dan Trade Center."

"Bagaimana dengan Mall?" Pak Grandy mencetuskan usul.

"I don't think so. Semua mall di sini agak beda dengan Indonesia. Pengunjung di sini murni ke Mall untuk santai dan foya-foya. They won't think about exhibition or work anymore."

Aku berpikir keras untuk mencari ide lainnya.
Tiba-tiba, kereta berhenti ketika aku tidak berpegangan.
Spontan, aku tepelanting dan jatuh ke depan.
Tepat saat itu, Pak Grandy menahanku masuk ke pelukannya agar tidak jatuh.
Kereta berhenti di stasiun dan berkerumun orang masuk memadati kereta.

"Jangan jauh-jauh dari saya." Pak Grandy melingkarkan tangannya di belakang punggungku.

Sebelah tangan yang lainnya berpegangan ke atas kereta, menopang berat kami berdua.
Bohong jika kubilang aku tidak grogi.
Jantungku hampir lepas dari rusukku saking kencangnya berdentum.
Aku tidak berani melihat ke atas karena aku tahu tepat di sana ada wajah Pak Grandy.

Kereta berjalan tidak 'mulus' sama sekali.
Setiap tikungannya membuatku teroleng dan tanpa sadar mencengkeram kemeja Pak Grandy dengan kuat.
Kurasa kemejanya harus disetrika lagi nanti sesampainya di kantor.

"Aku nggak akan biarin kamu jatuh. Tenang aja..." sepertinya beliau menyadari aku berpegangan erat padanya.

Satu kalimat Pak Grandy seperti sihir dan menarik gravitasi jauh ke bawah kakiku.
Sayangnya, tidak berapa lama kemudian kereta sampai di stasiun tujuan kami.
Kami menunggu hingga kereta agak sepi baru saling menjauh satu sama lain.
Rasanya agak kikuk.

aku tidak semestinya berpikiran macam-macan. tapi rasanya munafik jika kubilang aku tidak tersipu-sipu.
I'm a normal woman, after all.

Sepanjang presentasi, aku agak sulit berkonsentrasi.
Pak Grandy yang luwes membawakan materi dengan suara beratnya membuatku tidak mampu memalingkan mata.

"Chery?" Pak Grandy menepuk bahuku pelan.

Lamunanku buyar dan memandang bodoh ke arah Pak Grandy.


"Giliran kamu."

Aku segera gelagapan dan bangkit dari kursi.
Untung aku tidak butuh waktu lama untuk back on track.
Aku segera menjabarkan media placement dengan jelas dan mendetail, diiringin kalimat penutup presentasi.
Seusai giliranku, aku kembali ke kursi untuk sesi tanya jawab.

"What's wrong?" Pak Grandy berbisik sambil menatapku khawatir. "Kamu sakit?"

Aku menggeleng, mencoba menghilangkan kekhawatirannya.
Dari sebelah kanan, bahuku dicolek.
Ketika menoleh, Sammy meletakkan punggung tangannya di dahiku.
Aku agak tersentak.

"Jidat elo anget. Mau pulang aja abis ini?"

Aku menggeser tangannya dari dahiku dengan salah tingkah.

"Ini lagi rapat penting, Sam. Gue nggak apa kok. Cuma AC nya agak dingin aja."

Pak Grandy dan Sammy, aku duduk diantara keduanya.
Entah aku yang berlebihan, tapi mereka memperhatikanku terlalu berlebihan hari ini.
Terulang lagi kejadian tadi pagi di kepalaku.
Kalimat yang dilontarkan Pak Grandy terngiang di telingaku.
Gawat, darahku sepertinya makin naik ke kepalaku.
0
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.