Namanya berkibar tak hanya di kalangan prajurit baret merah. Rakyat Timor Timur pun sangat kagum pada komandan yang selalu memperhatikan kesejahteraan anak buahnya itu. Tapi ia menolak kalau dianggap sering royal demi loyalitas anggota pasukannya. Soalnya, di mata Brigjen TNI Prabowo Subianto, tak seorang pun tentara yang mau mati demi uang.
Atau dengan kata lain, nyawa tentara hanya layak ditukar dengan kesetiaan kepada negara. Banyak ragam pendapat memang, tentang pangkat dan jabatannya yang cepat meroket. Pandangan yang positif menyebutkan, Komandan Kopassus yang baru diangkat menggantikan Brigjen TNI Subagio itu memang sangat layak menjadi jenderal karena kemampuannya. Tapi, ada juga suara minor yang menghubungkan karier Prabowo karena ia menantu Presiden.
Tahun demi tahun terus berlalu. Bersama itu pula, satu demi satu lahir jenderal baru. Seperti yang terjadi pada 1 Desember 1995, lahir seorang jenderal yang selama ini menjadi perbincangan banyak kalangan. Dialah Brigjen Prabowo Subianto, lulusan Akabri tahun 1974 yang dipromosikan menjadi Komandan Pasukan Khusus ke-15, menggantikan pendahulunya, Brigjen TNI Subagio Hadisiswoyo.
Menjadi Komandan Kopassus, yang rata-rata berlangsung satu sampai lima tahun, memang bukan hal luar biasa. Tapi, ketika Prabowo hadir di puncak pimpinan Pasukan Baret Merah, terasa ada nuansa “lain”. Itu bukan hanya karena lelaki kelahiran Jakarta, 17 Oktober 1951, itu merupakan salah satu putra “Begawan Ekonomi” Profesor Sumitro Djojohadikusumo. Juga bukan lantaran ia menikahi Siti Hediyati Heriyadi Soeharto, salah seorang putri Presiden Soeharto.
"Pernah ia dinyatakan hilang selama beberapa hari, hingga akhirnya ditemukan dalam keadaan pingsan dan tubuhnya sudah dikerubuti ulat."
Lebih dari itu, karena Prabowo memang memiliki “nilai lebih” dibandingkan dengan para perwira seangkatannya. Perkara kelebihannya itu bukan hanya diungkapkan oleh para prajurit yang menjadi anak buahnya, tapi juga oleh banyak perwira tinggi yang pernah menjadi komandannya. Bahkan, pujian sebagai prajurit yang berani dan cerdas pun banyak mengalir dari kalangan sipil. “Prabowo itu prajurit yang meyakinkan,” ujar Komandan Kodiklat AD, Mayjen Hendro Priyono. Alasannya, pada diri Prabowo terintegritas unsur intelektual, ketangkasan, dan mental yang kualitasnya tinggi. Dedikasinya 100. “Sudah deh, untuk saat ini tak ada yang lebih pantas selain dia,” kata Hendro, yang mengaku kenal Prabowo sejak taruna.
“Puja-puji” semacam ini sebenarnya bukanlah hal baru. Hal itu sudah berlangsung ketika ayah satu putra ini menyandang pangkat letnan dua dan bertugas dalam aksi penumpasan Fretilin di Timor Timur. Pernah ia dinyatakan hilang selama beberapa hari, hingga akhirnya ditemukan dalam keadaan pingsan dan tubuhnya sudah dikerubuti ulat.
Begitupun ketika baru menikah empat bulan, saat pasukannya dikepung Fretilin. Prabowo sempat menghilang selama 14 jam. Selidik punya selidik, ternyata ia bersembunyi di sebuah lubang, karena ilalang tempatnya bersembunyi dikepung musuh dan dibakar. “Dari segi intelektual dan keprajuritan, dia memang bagus. Syukurlah kalau dia yang jadi komandan,” komentar Letjen (Pur.) Dading Kabualdi, salah seorang bekas komandan Prabowo. Sayang, ia tak mengenal Prabowo lebih dekat karena jauhnya perbedaan pangkat di antara mereka berdua. Yang diingat Dading, ia beberapa kali memberikan perintah langsung kepada perwira muda Prabowo melalui radio.
Tak bisa disangkal lagi, memang di Timtim lah mula-mula Prabowo mendapat nama besar. Seperti yang pernah dituturkan salah seorang anak buahnya pada tahun 1976. Kendati baru berpangkat letnan dua, ia sudah memiliki pengaruh kuat di kalangan pasukan yang dipimpinnya. “Pak Prabowo itu beda dengan komandan lainnya. Dia bukan hanya sangat dekat dengan prajurit seperti kami, tapi juga mampu menenteramkan hati para anak buahnya,” kata seorang anggota Kopassus berpangkat prajurit dua.
Salah satu contohnya, ketika itu banyak prajurit yang frustrasi karena terlalu lama di Tim-tim, atau kesal lantaran pasukan yang akan menggantikannya terlambat datang. Saking kesalnya, tak jarang mereka menembakkan senjatanya ke berbagai arah sebagai pelampiasan. Nah, menurut sang prajurit tadi, Prabowo bisa dengan mudah menenangkan prajurit yang frustrasi. Ditambah lagi, “Bapak juga selalu memperhatikan kesejahteraan kami,” katanya.