Aku menemui Bunda yg sedang ngobrol dengan Wa Ida.


Aku hanya menganggukkan kepala. Tak dapat berkata apa2 lagi. Aku menahan perasaan ku. Tak ingin tumpah di depan mereka. Aku tidak ingin dibilang cengeng dihadapan Ayah, dibilang manja oleh Bunda.

Keadaan menjadi hening. Aku tidak ingin berlama2 berdiri di sini. Lalu aku pergi ke kamar dan menutup pintunya. Aku menangis tersendu2 dengan kepala tertutup bantal. Moga aja ini tidak membuat puasa ku batal.


Keesokan harinya Ayah mengajak ku pergi ke sebuah mall, Bunda dan adik2 jg ikut. Kita berangkat menggunakan mobil rental dari kantor Ayah. Mungkin usai nganter kliennya, Ayah langsung pulang ke rumah dengan membawa mobil. Lama gak jalan2 ke tempat2 seperti ini. Semua baju terlihat bagus, lucu, ingin beli ini beli itu. Pakaian yg aku pakai saat itu adalah pakaian yg paling bagus diantara pakaian ku yg lain. Namun ketika masuk di area belanja ini seakan2 pakaian ku tenggelam, paling jelek, norak, kuno, gak matching....

Aku berjalan memilih2 pakaian sambil menggandeng Faries.
Di dalam hati aku berkata :
"Ya Tuhan...seandainya aja aku punya banyak uang, mungkin pakaian ku gak urakan gini, aku bisa beli pakaian sendiri tanpa harus bergantung pada keputusan orangtua. Aku bisa beliin pakaian juga buat adik2 ku, Salsa, Faries, hemh kalo Gilang mah dibeliin dikit aja hehehe... Aku mau kok tiba2 di sini ketemu orang yg pingin ngadopsi aku, bisa menjamin kehidupan aku yg lebih baik. Eh..astagfirullah mikir apa aku ini??"

Dari sekian banyak pakaian yg dipajang, ada salah satu pakaian yg menarik perhatian ku.



Aku menunjukkan baju yg aku maksud kepada Bunda. Sayangnya Bunda kurang setuju karena harganya agak mahal, padahal uangnya cukup dari jatah yg dikasih Ayah. Bunda memilihkan baju lain yg lebih murah dan aku terpaksa menyukainya. Cemberut? Tentu saja cemberut. Hingga terbawa2 mimpi sedang mengenakan baju itu, sebuah dress berwarna putih dengan aksen bunga2.