- Beranda
- Stories from the Heart
-Catatan Untuk Riyani-
...
TS
azelfaith
-Catatan Untuk Riyani-
CATATAN UNTUK RIYANI

Sebuah Skripsi

Quote:

(dengerin lagunya dulu ya biar meleleh)

Prologue
Sebut saja namaku Boy, 23 tahun. Penulis? Jelas bukan. Aku hanyalah seorang anak laki-laki yang tumbuh tegak ke atas bersama waktu, soalnya kalau melebar kesamping berarti tidak sesuai kayak iklan Boneto. Dilecut dalam romantika kehidupan labil (bahkan sampai sekarang.
-Editor).Tulisan ini kupersembahkan untuk seorang gadis, sebut saja Bunga. Eh, jangan. Nama Bunga sudah terlalu mainstream dan negatif, Sebut saja Riyani, itu lebih indah dibaca dan tanpa konotasi negatif berita kriminal. (iya gimana sih..
- Editor)Ya, Riyani itu kamu. Bukan Riyani yang lain. (Emang Riyani ada berapa gan?
- Editor) Aku menulis ini karena aku tak punya harta materi (Hiks..kasihan
- Editor). Karena aku tak punya apapun. Karena aku bahkan tak ingat apa yang jadi favoritmu. Aku hanya tahu kau suka membaca, maka aku hanya bisa mempersembahkan tulisan ini sebagai ungkapan terima kasihku untukmu Riyani, seseorang yang akan kunikahi nanti. (Ciyyeeee.. suit-suit dah mau kimpoi nih..
- Editor)Dan kau Riyani, perhatikanlah bagaimana kuceritakan masa-masa dimana aku tumbuh dewasa hingga kutitipkan kepingan hati terakhirku padamu. Masa-masa dimana aku belajar, ditempa, jatuh remuk, dan kembali bangkit karenamu.. (Ceiileee romantisnyaaa...
- Editor).
DAFTAR ISI
Quote:
INTERLUDE
Quote:

RULES
Quote:

Q & A
Quote:

Jangan lupa komen, rates, dan subscribe.
Ijo-ijo belakangan mah gak masalah.

Diubah oleh azelfaith 04-07-2016 15:20
septyanto memberi reputasi
2
110.5K
623
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•1Anggota
Tampilkan semua post
TS
azelfaith
#365
5.1. Prologue
Kususuri jalanan kota yang penuh lika-liku seperti kehidupanku (ceile…) bersama Sarah.. motorku. Kenapa namanya Sarah? Karena warnanya merah. Hah? Kok bisa? Ya bisa karena dicat pabriknya seperti itu.
Dan sebagaimana ujian batin para rider jalanan sejati, bahwasanya sudah hukum alam kalau sepinya jalanan itu berbanding tegak lurus dengan semangat menarik kabel gas. Entah bisikan darimana tanganku bagai bergerak sendiri mengurut kabel gas secara perlahan. Jarum speedometer mulai merangkak naik dari angka 50, 60, 70, 100, dan tiba-tiba bayangan wajahmu muncul, Riyani.
Aku mengurungkan niatku, motor kembali jalan perlahan. Dengungan mesin si Sarah berdenging layaknya cewek yang batal diajak dinner pacarnya. Andai dia bisa ngomong, mungkin dia bakal bilang, “kamu turun sekarang, turun.”
Akhir-akhir ini pikiran gue sering kalut dan gusar. Menulis adalah kegiatan mudah, apalagi menulis sebuah pengalaman hidup milik sendiri. Namun pertanyaan adalah, bagaimana mungkin gue bisa menulis sesuatu yang sudah gue lupa? Entah kenapa, bagai orang dementia aku tak mampu mengingat kembali kenangan-kenangan masa laluku. Seperti terdapat sebuah ruang kosong yang memisahkan antara masa lalu dan masa sekarang. Seperti ada ruang terkunci yang menutupi antara masa sekolah dengan masa lulus kuliah. Seperti sebuah kotak Pandora yang hilang entah kemana kuncinya.
Aku sudah mencoba mendatangi tempat-tempat dimana masa laluku berpijak dan melekat erat. Beberapa bayangan muncul, namun hanyalah sebuah bayangan umum. Secara general, tidak spesifik. Dan aku membutuhkan bayangan yang lebih detail yang merekat erat di hatiku. Lebih detail dari sekadar perkataan yang muncul dari ingatan sementara otak seperti: “Oh, disini ya.. oh itu elu, iya iya.. elu.. emm.. yang satu sekolah ya sama gue?”
Satu-satunya cara untuk menemukan detail tersebut adalah membuka hati yang sudah lama terkunci. Dan hatiku itu adalah sebuah kotak milik Pandora. Kotak hadiah dari para dewa untuk Pandora, istri Epimetheus, saudara dari Prometheus. Kotak yang seharusnya dibiarkan tertutup. Kotak yang menelan rasa penasaran Pandora. Kotak yang ternyata penuh dengan luka yang ditinggalkan pemiliknya, kotak yang ditambal dengan pengkhianatan dan rasa tidak percaya, kotak yang berisi penderitaan. Berisi adalah kosong, kosong adalah berisi. Amitaba, sancai-sancai, pacarnya Tomingse.
Dan sebagaimana ujian batin para rider jalanan sejati, bahwasanya sudah hukum alam kalau sepinya jalanan itu berbanding tegak lurus dengan semangat menarik kabel gas. Entah bisikan darimana tanganku bagai bergerak sendiri mengurut kabel gas secara perlahan. Jarum speedometer mulai merangkak naik dari angka 50, 60, 70, 100, dan tiba-tiba bayangan wajahmu muncul, Riyani.
Aku mengurungkan niatku, motor kembali jalan perlahan. Dengungan mesin si Sarah berdenging layaknya cewek yang batal diajak dinner pacarnya. Andai dia bisa ngomong, mungkin dia bakal bilang, “kamu turun sekarang, turun.”
Akhir-akhir ini pikiran gue sering kalut dan gusar. Menulis adalah kegiatan mudah, apalagi menulis sebuah pengalaman hidup milik sendiri. Namun pertanyaan adalah, bagaimana mungkin gue bisa menulis sesuatu yang sudah gue lupa? Entah kenapa, bagai orang dementia aku tak mampu mengingat kembali kenangan-kenangan masa laluku. Seperti terdapat sebuah ruang kosong yang memisahkan antara masa lalu dan masa sekarang. Seperti ada ruang terkunci yang menutupi antara masa sekolah dengan masa lulus kuliah. Seperti sebuah kotak Pandora yang hilang entah kemana kuncinya.
Aku sudah mencoba mendatangi tempat-tempat dimana masa laluku berpijak dan melekat erat. Beberapa bayangan muncul, namun hanyalah sebuah bayangan umum. Secara general, tidak spesifik. Dan aku membutuhkan bayangan yang lebih detail yang merekat erat di hatiku. Lebih detail dari sekadar perkataan yang muncul dari ingatan sementara otak seperti: “Oh, disini ya.. oh itu elu, iya iya.. elu.. emm.. yang satu sekolah ya sama gue?”
Satu-satunya cara untuk menemukan detail tersebut adalah membuka hati yang sudah lama terkunci. Dan hatiku itu adalah sebuah kotak milik Pandora. Kotak hadiah dari para dewa untuk Pandora, istri Epimetheus, saudara dari Prometheus. Kotak yang seharusnya dibiarkan tertutup. Kotak yang menelan rasa penasaran Pandora. Kotak yang ternyata penuh dengan luka yang ditinggalkan pemiliknya, kotak yang ditambal dengan pengkhianatan dan rasa tidak percaya, kotak yang berisi penderitaan. Berisi adalah kosong, kosong adalah berisi. Amitaba, sancai-sancai, pacarnya Tomingse.
0
