- Beranda
- Stories from the Heart
Jangan berurusan dengan seorang PREMAN
...
TS
rosarosi
Jangan berurusan dengan seorang PREMAN

Spoiler for Perkenalkan:
cerita ini ane buka dengan ucapan
Quote:
Quote:
rules bagi para PEMBACA SFTH
sopan
no SARA
no SARA

boleh kasih cendol:
, bata
Ane mengharapkan penilaian terhadap tulisan ini. Biar Ane semakin semangat memberi update-an. 
Jangan lupa diberi komen berupa kritik dan saran yah.
, bata
Ane mengharapkan penilaian terhadap tulisan ini. Biar Ane semakin semangat memberi update-an. 
Jangan lupa diberi komen berupa kritik dan saran yah.



Ane cuma ingin menyampaikan cerita true story dari anak manusia. Agar para pembaca bisa mengambil hikmah. Ane tidak menyediakan roman picasan agar bisa masuk trit index SFTH atau cerita true story yang berakhir bahagia. Ane tidak seberuntung itu dalam percintaan.
Ane juga berharap pembaca cerita ini mengerti pesan yang ane sampaikan diatas ketika cerita selesai.
Ane juga berharap pembaca cerita ini mengerti pesan yang ane sampaikan diatas ketika cerita selesai.
Quote:
Ane ucapkan
TERIMA KASIH



TERIMA KASIH



Quote:
Polling
0 suara
Karna apa Glenn masih berhubungan dgn Alira pdhl tidak punya status selama 7 tahun?
Diubah oleh rosarosi 13-05-2014 22:14
anasabila memberi reputasi
1
17.2K
120
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
rosarosi
#101
Update 21
Dingin ini mengigil. Dinding bergerigi yang kusandari sengaja tidak diperhalus. Membuat bekas tanda merah bergerinjal pada lenganku yang berlemak. Entah sudah berapa lama aku duduk diundakan tangga paling atas. Semakin larut, angin membawa dinginnya malam yang sedingin es. Bulu kuduk ku berdiri. Bertanda tubuh ku tidak biasa menahannya lebih lama.
Rasa pegal pada tangan kanan ditambah kuping ku yang kecil semakin merah dan panas akibat menelpon terlalu lama membuat semua jawaban percakapanku dengan Glenn menjadi se ala kadarnya. Glenn meminta ku untuk tiap hari menelponnya. Karna ospek ku yang super sibuk. Aku tidak punya jalan lain selain menurutinya. Kami menelpon lebih lama dari biasanya. Membicarakan banyak hal yang lain dari biasanya. No oriented sex.
Tangan ku bergetar tak karuan. Badan ku semakin menggigil. Ku turuni tangga dengan pelan. Tak ingin ada seorangpun yang tau aku masih terbangun. Kubuka pintu kamarku. Dorm-mate ku, Hesty, sudah tidur. Masih terbayang malunya kemarin malam karna telat datang ospek. Teman kamar mu tidak datang telat. Kenapa kamu telat?. Ah,,, kenapa dia tidak memberi tahu ku
. Segera naik ke ranjangku untuk menyelimuti diri, Langit-langit kosong diatas. Hati ku iri pada nya. Begitu kosong tanpa coretan. Sedangkan hatiku yang tak nyata begitu runyam jika diibaratkan dengan sebuah lukisan. tidak tentu arah, hanya seonggok abstraksi kerunyaman suatu kejadian. Sangat tidak beraturan.
Kaki ku benar-benar lemah. Walau bukan opek yang keras seperti di TV. Tapi tetap saja membuatku jengah. Coba dipikir, Orang yang baru dikenal seenak dengkul marah-marah kepada anak baru. Merasa superior, Dan membenarkan apa yang mereka pikirkan walau itu salah. Bodohnya kami yang ratusan orang benar-benar dibuat seperti sekelompok keledai. Disuruh push-up mau, Yang melanggar peraturan disuruh jalan sambil jongkok.
Yang gak habis pikir, mahasiswa yang boleh mengospek adalah mahasiswa yang IPK nya diatas 3,2. Pinter, tapi kok penindas yah?
Aku teringat saat ospek pertama ku di SMA. Semua anak baru penurut kecuali aku.
Duduk siap! Berdiri!
Teriakan ketua kelas kami yang kata supervisor kami (kaka kelas merangkap sebagai penjaga kelas kami selama ospek) jika ada kaka pengospek yang masuk kelas harus segera memberi salam.
Yang datang ternyata si kepala keamanan. Namanya Fanny, Cowo ceking super nyebelin yang sombongnya selangit.
Fanny : "Duduk... Cuma mau ngecek kalian." Dengan tampangnya yang gak kepalang minta ditabok.
Secara tiba-tiba lidah w terjulur keluar dan ejekan w dilihat sama pengawal kepala keamanan itu sambil mengacungkan jari telunjuknya kearah ku.
Fanny datang kembali ke kelas ku dan menanyakan perihal siapa yang mengejekku. Supervisorku menasehati satu kelas untuk tetap menuruti maunya Kaka pengospek. Jangan sampe membuat kekacauan.
Tak perlu kita yang menjilat pantat mereka ketika mereka mengayunkan cambuk. Cukup membuat kami diterima dan diayomi. Kami pun pasti merasa senang berada disekeliling mereka
skip,, terlau banyak melenceng.
Sesampainya dikamar, aku segera mandi dan mengganti baju ku. Untuk kembali ke posisiku di atas tangga yang dingin. Tak lupa hp ku bawa keatas.
Rasa pegal pada tangan kanan ditambah kuping ku yang kecil semakin merah dan panas akibat menelpon terlalu lama membuat semua jawaban percakapanku dengan Glenn menjadi se ala kadarnya. Glenn meminta ku untuk tiap hari menelponnya. Karna ospek ku yang super sibuk. Aku tidak punya jalan lain selain menurutinya. Kami menelpon lebih lama dari biasanya. Membicarakan banyak hal yang lain dari biasanya. No oriented sex.
Quote:
Tangan ku bergetar tak karuan. Badan ku semakin menggigil. Ku turuni tangga dengan pelan. Tak ingin ada seorangpun yang tau aku masih terbangun. Kubuka pintu kamarku. Dorm-mate ku, Hesty, sudah tidur. Masih terbayang malunya kemarin malam karna telat datang ospek. Teman kamar mu tidak datang telat. Kenapa kamu telat?. Ah,,, kenapa dia tidak memberi tahu ku
. Segera naik ke ranjangku untuk menyelimuti diri, Langit-langit kosong diatas. Hati ku iri pada nya. Begitu kosong tanpa coretan. Sedangkan hatiku yang tak nyata begitu runyam jika diibaratkan dengan sebuah lukisan. tidak tentu arah, hanya seonggok abstraksi kerunyaman suatu kejadian. Sangat tidak beraturan.***
Kaki ku benar-benar lemah. Walau bukan opek yang keras seperti di TV. Tapi tetap saja membuatku jengah. Coba dipikir, Orang yang baru dikenal seenak dengkul marah-marah kepada anak baru. Merasa superior, Dan membenarkan apa yang mereka pikirkan walau itu salah. Bodohnya kami yang ratusan orang benar-benar dibuat seperti sekelompok keledai. Disuruh push-up mau, Yang melanggar peraturan disuruh jalan sambil jongkok.
Yang gak habis pikir, mahasiswa yang boleh mengospek adalah mahasiswa yang IPK nya diatas 3,2. Pinter, tapi kok penindas yah?
Aku teringat saat ospek pertama ku di SMA. Semua anak baru penurut kecuali aku.
Duduk siap! Berdiri!
Teriakan ketua kelas kami yang kata supervisor kami (kaka kelas merangkap sebagai penjaga kelas kami selama ospek) jika ada kaka pengospek yang masuk kelas harus segera memberi salam.
Yang datang ternyata si kepala keamanan. Namanya Fanny, Cowo ceking super nyebelin yang sombongnya selangit.
Fanny : "Duduk... Cuma mau ngecek kalian." Dengan tampangnya yang gak kepalang minta ditabok.
Secara tiba-tiba lidah w terjulur keluar dan ejekan w dilihat sama pengawal kepala keamanan itu sambil mengacungkan jari telunjuknya kearah ku.
Fanny datang kembali ke kelas ku dan menanyakan perihal siapa yang mengejekku. Supervisorku menasehati satu kelas untuk tetap menuruti maunya Kaka pengospek. Jangan sampe membuat kekacauan.
Tak perlu kita yang menjilat pantat mereka ketika mereka mengayunkan cambuk. Cukup membuat kami diterima dan diayomi. Kami pun pasti merasa senang berada disekeliling mereka
skip,, terlau banyak melenceng.
Sesampainya dikamar, aku segera mandi dan mengganti baju ku. Untuk kembali ke posisiku di atas tangga yang dingin. Tak lupa hp ku bawa keatas.
Quote:
0
bagi yang belum pernah punya pacar. bersabarlah... mungkin Tuhan hanya ingin menyimpan nya ketika kamu siap.
INDEX