- Beranda
- Stories from the Heart
2 CINTA DI NUSA BUNGA
...
TS
andihunt
2 CINTA DI NUSA BUNGA
2 CINTA DI NUSA BUNGA
Sepenggal Kisah Tentang Kacamata Berbingkai Hitam & Kerudung Putih yang Anggun












PROLOG
Dulu....
Sebelum aku meneruskan kuliah di salah satu Universitas di Surabaya, aku mengambil kursus Bahasa Inggris di Kota Kediri untuk bekal kuliahku nanti. Namun pada kenyataanya aku terpaksa harus mengubur mimpi untuk kuliah di jawa dan pergi sekian mil jauhnya meninggalkan kampung halaman, sahabat bahkan Ibuku sendiri untuk memenuhi keinginanku melanjutkan kuliah.
Saat itu aku sadar kondisi ekonomi keluarga kami di kampung tidak cukup untuk memenuhi ambisiku meneruskan kuliah di kota besar seperti Surabaya. Jadi, aku akhirnya menerima tawaran kakakku untuk meneruskan kuliah di pulau antah berantah. Sebuah pulau yang tak pernah terbayangkan bahwa aku akan terdampar disana.
Dan sekarang aku akan bercerita tentang kisah perjalananku di pulau seberang, salah satu pulau di Nusa Tenggara yang dikenal sebagai Pulau Bunga, sebagian ada juga yang menyebutnya sebagai Nuca Nepa (Pulau Ular).
Dari sana awal petualanganku dimulai, ketika akhirnya aku harus menerima kenyataan bahwa aku telah terdampar terlalu jauh dan bertarung dengan kegelisahan yang muncul di setiap saat, kegelisahan tentang nasib kuliahku disana dan juga ketergantungan hidup pada orang lain.
Namun dari kegelisahan ini akhirnya mengajari aku satu hal bahwa dalam perantauan aku harus berani mengambil resiko keluar dari gejolak hati yang sengaja aku ciptakan sendiri dan mencari jati diriku sebenarnya.
Kehidupan memang seperti semangkuk buah ceri, selalu ada rasa asem dan manis. Seperti kisah perjalananku ini yang telah membawaku bertemu dengan dua sosok wanita yang selalu memberi kedamaian dan mengajari aku tentang arti dari sebuah cinta dan persahabatan. Meskipun pada akhirnya, kita tak pernah bertemu lagi dan pulau itu hanya sebagai pulau transit saja. Kita mempunyai tujuan akhir yang berbeda, namun rasa cinta itu selalu ada di masing-masing potongan hati kita, dan selalu ada....selamanya.
And... the story goes.....
"..................."
Surabaya, 22 Maret 2014
Di hari yang kuimpikan, langit biru yang menawan seakan ku terbang melayang.
Kusambut cerahnya mentari, kutinggalkan semua mimpi seakan ku masih berlari.
Malam yang terus membisu, kota yang tampak membeku seakan kau ada didekatku.
Ah, sudah tak terhitung berapa kali aku menyanyikan lagu ini di teras rumah ketika rintik hujan dan malam yang sepi menggoda pikiran untuk membayangkan sosok yang pernah ada mengisi lembaran hati kala itu. Sosok wanita yang memiliki hati seputih salju dan senyum indah seperti bunga sakura yang berguguran di musim semi.
Surabaya terlihat sepi, sunyi dan semua yang terlihat hanya gelap malam dan kerlipan lampu yang nampak samar. Suara rintikan hujan menari nari di genting teras berlari beriringan dengan petikan gitarku yang semakin terdengar lirih. Sebuah malam yang menuntunku kembali ke suatu kisah yang menyisakan senyum kecil direlung hati ketika aku mengingatnya.
Entah kenapa aku menciptakan lagu itu beberapa tahun silam. Sebuah lagu yang kutulis melawan hati nurani untuk memilikinya dengan utuh. Ya, sebuah lagu yang menceritakan tentang seseorang yang mengagumi keindahan bunga mawar tanpa bisa memilikinya.
Di malam yang sunyi ini, sebuah gitar kembali memaksa aku bercerita tentang kisah cinta seorang pemuda di pulau seberang, tentang kacamata berbingkai hitam dan kerudung putih yang anggun.
Di suatu pulau di bagian tenggara Indonesia yang dikenal sebagai Pulau Ular awal cerita ini dimulai. Yah, Pulau Ular yang telah melilit aku dalam cintanya dan membius aku dengan bisanya yang melumpuhkan sendi-sendi tulangku hingga kini. Pulau itu.... adalah Nusa Bunga yang memiliki kota Maumere dengan segala hiruk pikuknya.
Hujan semakin deras menyisakan dingin menyelimuti kalbu. Senar gitarku masih begetar dengan nada yang sumbang. Kesendirian ini bertemankan gitar dan secangkir kopi yang siap mengantarkan aku pada suatu memori yang tersimpan rapi di relung hati terdalam. Dan, asap tipis dari secangkir kopi ini mulai memudar dan bercerita tentang kisah masa lalu. Tentang sebuah Kota yang mempertemukan aku dan mereka, dan dengan segala harapan yang pupus disana.
.........................
--Di suatu tempat di seberang samudera, ada sebuah pulau nan indah, pulau yang dikenal sebagai pulau bunga. Sebuah pulau di Nusa Tenggara yang menjadi dermaga cinta ini berlabuh pada dua hati. Namun, hanya ada satu cinta yang mengajari aku tentang arti dari sebuah perpisahan.--
Soundtrack
INDEX
Spoiler for INDEX:
Diubah oleh andihunt 05-09-2014 18:50
nona212 dan anasabila memberi reputasi
3
28.3K
210
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
andihunt
#22
Surga Kecil. Part 6
“Kenapa kamu menatap aku kayak gitu ndi?” Rahma lantas memandang curiga seolah ada dua pasang mata yang sedang mengintai dia. Dan memang benar, saat itu dalam perjalanan di pinggir tanggul aku tidak berhenti memandangi lekukan wajahnya yang terlihat cantik diterangi cahaya redup lampu jalan.
“aku heran aja ma sebenarnya umur kamu berapa sih? Dari tadi pagi aku nanya ga pernah dijawab serius”
“emang aku kelihatan tua ya ndi??”
“ya enggak ma, malah kayak seumuran aku”
“gini lo ndi, sebenarnya aku jadi guru di MTS itu hanya perbantuan aja, soalnya dulu ada guru yang pindah kesekolah lain. Nah sementara belum ada guru yang ganti jadi aku diminta Abi ngisi duluan”
“jadi udah berapa lama ngajar disekolah sini?”
“ya mungkin belum genap setahun lah ndi. Aku malah lulusan SMA tahun 2005 heha”
“tahun 2005!!! Selisih setahun dong sama aku”
“emang kamu lulusan tahun 2004???”
“maksudnya aku lulusan tahun 2006, bukan mundur dua tahun kayak gitu ah”
“Oh kirain selisih setahun lebih tua dari pada aku, haha”
“Hm.. jadi kamu kelahiran tahun berapa sih ma?”
“…….” Rahma lantas diam sambil mengamati perahu nelayan yang terikat di pinggir pantai.
“Kok malah diam sih ma??”
“enggak, Cuma heran aja liatin perahu masih terikat rapi gini. Biasanya banyak orang pergi melaut. Mungkin karena malam tahun baru jadi agak sepi”
“padahal sebenarnya kalau mau melaut sekarang justru malah panen loh” aku menimpali rahma yang mulai berjalan mengelus tembok tanggul yang setinggi dada.
“Kok bisa??? Emang kamu ngerti cara nangkap ikan gitu? Perasaan di Mojokerto sana ga ada pantai deh, tambak iya, hehe”
“Ya malem ini kan lagi tahun baruan ikannya, jadi pada ngumpul semua, haha”
“Halah kamu nih ndi.. kebanyakan nonton sponge bob”.
“Eh iya ma, kamu belum jawab pertanyaanku tadi loh!”
“Tentang apa?”
“Tentang umur kamu!” Aku mulai menjitak kepalanya.
“Duh, nanya gitu aja sampe njitak kepala kamu ndi. Kalo kamu jadi kepala rumah tangga pasti suka KDRT nih!”
“Ya habis kamu ngeselin sih, aku nanya gini kamu jawabnya ngawur!”
“oh…. Ini mau jawaban jujur atau jawaban boongan???”
“Ya jawaban jujurlah, atau gini aja kamu kasih petunjuk gitu!”
“udah lah…. Aku itu kelahiran tahun 1988 ndiiiiiiiii!”
“what….. seumuran dong sama aku!!, emang tanggal berapa? Bulan berapa?”
“Nanya kayak polisi aja kamu nih, ga sekalian nanya bintangnya apa, warna kesukaannya apa dan lain-lain!”
“Itu basa basi tau!!!” aku menjitaknya lagi.
“haduh… nih KDRT lagi, sini aku bales!” Rahma lantas menjambak rambutku yang sudah tersisir rapi dengan minyak rambut yang agak lengket!!”
“Argh…. Sakit ma!’
“hahaha, kamu kayak sungoku yang di dragon ball ndi kalo rambutmu kayak gini!!!, hehe!” Rahma tertawa lebar setelah berhasil mengacak rambutku.
“teruss…….” Aku memulai percakapan tadi yang sempat ngaco.
“Terus apa ndi?”
“kamu disekolah ngajar apa? Kok bisa anak SMA ngajar MTS????” aku membuka pertanyaan bodoh lagi sambil menata kembali rambutku. Dan bisa diduga, nih anak jawabnya ngelantur lagi.
“anu ndi… ngajar anak masuk pagi dan pulang siang hari”
“Jawab yang bener dong rahmaaaaa!!” aku mulai kesel.
“Iya andiiiii, aku ngajar Sejarah Kebudayaan Islam, kadang bahasa inggris kalo gurunya kosong.”
“Ngajar bahasa inggris?, bisa bahasa inggris emang?”
“Emang kamu pikir aku keliatan oon banget gitu? Kayak kamu?? Haha dasar andiiii jawa oon!”
“Ngggakkkk, soalnya dulu aku di Kediri juga kursus bahasa inggris. Hampir tujuh bulan malah! Kali aja aku bisa ngajar di sekolahmu nanti, ya itung-itung sambil nunggu kuliah gitu, hehe!”
“Jadi kamu jago ya bahasa inggrisnya??” rahma mulai menatap mataku dengan gaya mengejek.
“Ya ga jago, Cuma ngerti aja.”
‘Sini coba aku tes kamu. Bahasa inggrisnya malam apa?”
“Kok gampang gitu? Ga ada yang lebih sulit apa? Ya night lah”
“Kalo malam tak berbintang??”
“Night without stars!”
“kalo malam sepi sendirian tidak ada yang menemani dan hampir semua yang ada hanya kosong dan kebosanan lalu tiba-tiba membuat kita bengong dan seperti orang gila, apa artinya hayooooo!!”
“Eh…. Hmm… panjang bener ya??? Ga ada yang lebih pendek?”
“ Katanya tadi gampang, gimana sih. Padahal artinya Cuma tiga kata loh?”
“Emang kamu tau artinya ma??” aku kembali menatap wajahnya yang kini tertutup sedikit rambutnya yang halus.
“Pertanyaanku tadi jawabannya cuma sederhana ndi, ga usah buka kamus malah”
“Jadi apa artinya?”
“NIGHT WITHOUT YOU!”
“eh….. gitu ya??” aku lantas terdiam dalam keheningan malam beberapa saat. Hanya terdengar ombak halus di balik tanggul dan bergantian dengan suara letusan kembang api yang menghantam langit berkali-kali.
“Jadi rahmaaa????” aku mencoba memahami perkataanya.
“Kenapa ndi? Aku Cuma seneng aja ada kamu beberapa akhir ini. Dulu semenjak kakakku pergi menetap di Makasar ikut suaminya hari-hariku terasa sepi. Seolah ga ada yang diajak ngobrol dirumah. Tiap malem nemenin Umi baca buku dan keesokan harinya ngajar anak sekolah. Setiap hari aku merasa sendiri ndi. Aku merasa kehilangan sisi diriku, tertawa, bercanda dan lainnya yang pernah kulakukan dengan kakak dulu.
“jadi… kakakmu di Makasar sekarang?”
“Iya ndi, namanya Zelda Oktaviani. Sejak memutuskan nikah sama pacarnya orang makasar, aku jadi merasa kesepian. Entahlah ndi… seperti kosong dirumah.
“Aku juga pernah merasakaan itu ma. Bahkan sejak SMP aku sudah ditinggal kak Aldi”.
“Oh…. Jadi hampir sama ya kita”. Rahma lalu menyelipkan rambutmya yang tersibak angin malam ketelinga kirinya.
“Ngomong-ngomong kamu tahu tanggul didepan sana kenapa dibangun lebih tinggi daripada disini ma? Tanyaku keheranan pada sebuah tanggul yang sempet aku naiki beberapa minggu lalu.
“Disanakan banyak rumah ndi, ada Masjid juga, jadi ya untuk menghindari ombak di musim tertentu yang gede dibangunlah agak tinggi.”
“Oh begitu ya”
“ya begitu lah ndiiiiii” Rahma lalu mencubit pipiku.
“Aih… cubitnya jangan pake kuku gitu dong ma!”
“biarin..! biar kamu ga nanya terus-terusan”.
“Ya udah, nih aku diem!”
Dipinggir tanggul yang hanya diterangi lampu jalan yang menguning itu kita kembali berjalan menuju pelabuhan. Kadang aku ingat kita seperti pasangan bule yang sempet nanya ke aku dulu. Lewat jalan berpaving ini dan melewati tanggul yang semakin meningggi.
Tidak sampai sepuluh menit kita sudah sampai pada sebuah tanggul yang menjadi tempat aku melepas penat beberapa minggu lalu. Ternyata kalo malem bagus juga pelabuhannya dilihat dari kejauhan sini. Banyak kerlipan lampu yang menghiasai kapal dan ditambah lagi letusan kembang api yang melukis hitamnya langit.
“hm… ndi kalau seandainya kamu dikejar polisi gara-gara nyulik anak orang. Kamu bakalan lari ga??” Rahma lantas membuka obrolan yang sempat terhenti malam itu.
“Ya liat dulu, kalo polisinya bawa anjing ya aku bakalan lari lah!”
“ya udah kalo gitu ayo lari ndiiiii” Rahma lalu menarik tanganku dengan erat dan mengajak aku berlari sejadi-jadinya. Hampir saja aku kesandung batu-batuan kecil bekas proyek.
“Kenapa lari begini sih rahma, tar kalo keliatan orang disangka maling lagi” aku menyahut dengan nafas ngos-ngosan.
“Kamu ga tau apa didepan sana ada Masjid! Nanti takutnya ada tetangga yang kenal aku terus dilaporin ke Abi gimana?” Rahma menyahut sambil terus berlari menarik tanganku.
“Iya, tapi lepasin dulu tanganku”
“Ya udah, sini ayo cepet kejar aku kalo bisa” Rahma lalu berlari sambil melepas sendal nya. Nih anak kenceng juga kalo lari.
“Jadi nantangin ya? Oke awas kalo kena aku jitak lagi kamu ma!”
Malam itu terasa aneh, kita berlarian di tepi tanggul di jalan berpaving. Dan langkah kaki kita semakin cepat berlari ketika mendekati Masjid yang berada tepat disisi tanggul. Untung suara speaker pengajian dan jamaah yang lagi khusyu berdoa mengaburkan suara langkah kami.
“Ma… udah ma, udah agak jauh. Udah ga keliatan masjidnya dibelakang. Berhenti dong” aku lantas berkata ke rahma yang berjarak satu meter didepanku mencoba menghentikan langkahnya.
“Aduh andi…. Lari gitu aja udah ngos-ngosan kamu!” Rahma lalu berhenti sambil melepas kacamatanya
“Udah lama ga pernah lari, terakhir lari waktu dulu suka main bola sama teman-teman SMA” aku lalu berjalan mendekati rahma yang berhenti dan menyeka kaca matanya yang agak basah.
“Ya udah kita duduk ditepi tanggul sana, dipinggir pelabuhan. Udah deket tuh”
“Ya udah, jalan pelan-pelan aja.”
“eh… ngomong-ngomong kamu udah makan belum ndi??”
“Udah tadi habis makan sate sama temennya kak aldi”
“hm… padahal aku mau ngajak kamu makan ikan kerapu bakar di warung deket pelabuhan sana. Enak loh”
“Ah ga usah, makan malem bikin gemuk aja. Kamu aja yang makan sana, aku udah kenyang”
“Aku udah makan ndi…. Nih anak bener-bener lugu banget ya!”
“Lugu maksudnya???”
“Nggak ah ga usah dibahas.”
“………..…”
“aku heran aja ma sebenarnya umur kamu berapa sih? Dari tadi pagi aku nanya ga pernah dijawab serius”
“emang aku kelihatan tua ya ndi??”
“ya enggak ma, malah kayak seumuran aku”
“gini lo ndi, sebenarnya aku jadi guru di MTS itu hanya perbantuan aja, soalnya dulu ada guru yang pindah kesekolah lain. Nah sementara belum ada guru yang ganti jadi aku diminta Abi ngisi duluan”
“jadi udah berapa lama ngajar disekolah sini?”
“ya mungkin belum genap setahun lah ndi. Aku malah lulusan SMA tahun 2005 heha”
“tahun 2005!!! Selisih setahun dong sama aku”
“emang kamu lulusan tahun 2004???”
“maksudnya aku lulusan tahun 2006, bukan mundur dua tahun kayak gitu ah”
“Oh kirain selisih setahun lebih tua dari pada aku, haha”
“Hm.. jadi kamu kelahiran tahun berapa sih ma?”
“…….” Rahma lantas diam sambil mengamati perahu nelayan yang terikat di pinggir pantai.
“Kok malah diam sih ma??”
“enggak, Cuma heran aja liatin perahu masih terikat rapi gini. Biasanya banyak orang pergi melaut. Mungkin karena malam tahun baru jadi agak sepi”
“padahal sebenarnya kalau mau melaut sekarang justru malah panen loh” aku menimpali rahma yang mulai berjalan mengelus tembok tanggul yang setinggi dada.
“Kok bisa??? Emang kamu ngerti cara nangkap ikan gitu? Perasaan di Mojokerto sana ga ada pantai deh, tambak iya, hehe”
“Ya malem ini kan lagi tahun baruan ikannya, jadi pada ngumpul semua, haha”
“Halah kamu nih ndi.. kebanyakan nonton sponge bob”.
“Eh iya ma, kamu belum jawab pertanyaanku tadi loh!”
“Tentang apa?”
“Tentang umur kamu!” Aku mulai menjitak kepalanya.
“Duh, nanya gitu aja sampe njitak kepala kamu ndi. Kalo kamu jadi kepala rumah tangga pasti suka KDRT nih!”
“Ya habis kamu ngeselin sih, aku nanya gini kamu jawabnya ngawur!”
“oh…. Ini mau jawaban jujur atau jawaban boongan???”
“Ya jawaban jujurlah, atau gini aja kamu kasih petunjuk gitu!”
“udah lah…. Aku itu kelahiran tahun 1988 ndiiiiiiiii!”
“what….. seumuran dong sama aku!!, emang tanggal berapa? Bulan berapa?”
“Nanya kayak polisi aja kamu nih, ga sekalian nanya bintangnya apa, warna kesukaannya apa dan lain-lain!”
“Itu basa basi tau!!!” aku menjitaknya lagi.
“haduh… nih KDRT lagi, sini aku bales!” Rahma lantas menjambak rambutku yang sudah tersisir rapi dengan minyak rambut yang agak lengket!!”
“Argh…. Sakit ma!’
“hahaha, kamu kayak sungoku yang di dragon ball ndi kalo rambutmu kayak gini!!!, hehe!” Rahma tertawa lebar setelah berhasil mengacak rambutku.
“teruss…….” Aku memulai percakapan tadi yang sempat ngaco.
“Terus apa ndi?”
“kamu disekolah ngajar apa? Kok bisa anak SMA ngajar MTS????” aku membuka pertanyaan bodoh lagi sambil menata kembali rambutku. Dan bisa diduga, nih anak jawabnya ngelantur lagi.
“anu ndi… ngajar anak masuk pagi dan pulang siang hari”
“Jawab yang bener dong rahmaaaaa!!” aku mulai kesel.
“Iya andiiiii, aku ngajar Sejarah Kebudayaan Islam, kadang bahasa inggris kalo gurunya kosong.”
“Ngajar bahasa inggris?, bisa bahasa inggris emang?”
“Emang kamu pikir aku keliatan oon banget gitu? Kayak kamu?? Haha dasar andiiii jawa oon!”
“Ngggakkkk, soalnya dulu aku di Kediri juga kursus bahasa inggris. Hampir tujuh bulan malah! Kali aja aku bisa ngajar di sekolahmu nanti, ya itung-itung sambil nunggu kuliah gitu, hehe!”
“Jadi kamu jago ya bahasa inggrisnya??” rahma mulai menatap mataku dengan gaya mengejek.
“Ya ga jago, Cuma ngerti aja.”
‘Sini coba aku tes kamu. Bahasa inggrisnya malam apa?”
“Kok gampang gitu? Ga ada yang lebih sulit apa? Ya night lah”
“Kalo malam tak berbintang??”
“Night without stars!”
“kalo malam sepi sendirian tidak ada yang menemani dan hampir semua yang ada hanya kosong dan kebosanan lalu tiba-tiba membuat kita bengong dan seperti orang gila, apa artinya hayooooo!!”
“Eh…. Hmm… panjang bener ya??? Ga ada yang lebih pendek?”
“ Katanya tadi gampang, gimana sih. Padahal artinya Cuma tiga kata loh?”
“Emang kamu tau artinya ma??” aku kembali menatap wajahnya yang kini tertutup sedikit rambutnya yang halus.
“Pertanyaanku tadi jawabannya cuma sederhana ndi, ga usah buka kamus malah”
“Jadi apa artinya?”
“NIGHT WITHOUT YOU!”
“eh….. gitu ya??” aku lantas terdiam dalam keheningan malam beberapa saat. Hanya terdengar ombak halus di balik tanggul dan bergantian dengan suara letusan kembang api yang menghantam langit berkali-kali.
“Jadi rahmaaa????” aku mencoba memahami perkataanya.
“Kenapa ndi? Aku Cuma seneng aja ada kamu beberapa akhir ini. Dulu semenjak kakakku pergi menetap di Makasar ikut suaminya hari-hariku terasa sepi. Seolah ga ada yang diajak ngobrol dirumah. Tiap malem nemenin Umi baca buku dan keesokan harinya ngajar anak sekolah. Setiap hari aku merasa sendiri ndi. Aku merasa kehilangan sisi diriku, tertawa, bercanda dan lainnya yang pernah kulakukan dengan kakak dulu.
“jadi… kakakmu di Makasar sekarang?”
“Iya ndi, namanya Zelda Oktaviani. Sejak memutuskan nikah sama pacarnya orang makasar, aku jadi merasa kesepian. Entahlah ndi… seperti kosong dirumah.
“Aku juga pernah merasakaan itu ma. Bahkan sejak SMP aku sudah ditinggal kak Aldi”.
“Oh…. Jadi hampir sama ya kita”. Rahma lalu menyelipkan rambutmya yang tersibak angin malam ketelinga kirinya.
“Ngomong-ngomong kamu tahu tanggul didepan sana kenapa dibangun lebih tinggi daripada disini ma? Tanyaku keheranan pada sebuah tanggul yang sempet aku naiki beberapa minggu lalu.
“Disanakan banyak rumah ndi, ada Masjid juga, jadi ya untuk menghindari ombak di musim tertentu yang gede dibangunlah agak tinggi.”
“Oh begitu ya”
“ya begitu lah ndiiiiii” Rahma lalu mencubit pipiku.
“Aih… cubitnya jangan pake kuku gitu dong ma!”
“biarin..! biar kamu ga nanya terus-terusan”.
“Ya udah, nih aku diem!”
Dipinggir tanggul yang hanya diterangi lampu jalan yang menguning itu kita kembali berjalan menuju pelabuhan. Kadang aku ingat kita seperti pasangan bule yang sempet nanya ke aku dulu. Lewat jalan berpaving ini dan melewati tanggul yang semakin meningggi.
Tidak sampai sepuluh menit kita sudah sampai pada sebuah tanggul yang menjadi tempat aku melepas penat beberapa minggu lalu. Ternyata kalo malem bagus juga pelabuhannya dilihat dari kejauhan sini. Banyak kerlipan lampu yang menghiasai kapal dan ditambah lagi letusan kembang api yang melukis hitamnya langit.
“hm… ndi kalau seandainya kamu dikejar polisi gara-gara nyulik anak orang. Kamu bakalan lari ga??” Rahma lantas membuka obrolan yang sempat terhenti malam itu.
“Ya liat dulu, kalo polisinya bawa anjing ya aku bakalan lari lah!”
“ya udah kalo gitu ayo lari ndiiiii” Rahma lalu menarik tanganku dengan erat dan mengajak aku berlari sejadi-jadinya. Hampir saja aku kesandung batu-batuan kecil bekas proyek.
“Kenapa lari begini sih rahma, tar kalo keliatan orang disangka maling lagi” aku menyahut dengan nafas ngos-ngosan.
“Kamu ga tau apa didepan sana ada Masjid! Nanti takutnya ada tetangga yang kenal aku terus dilaporin ke Abi gimana?” Rahma menyahut sambil terus berlari menarik tanganku.
“Iya, tapi lepasin dulu tanganku”
“Ya udah, sini ayo cepet kejar aku kalo bisa” Rahma lalu berlari sambil melepas sendal nya. Nih anak kenceng juga kalo lari.
“Jadi nantangin ya? Oke awas kalo kena aku jitak lagi kamu ma!”
Malam itu terasa aneh, kita berlarian di tepi tanggul di jalan berpaving. Dan langkah kaki kita semakin cepat berlari ketika mendekati Masjid yang berada tepat disisi tanggul. Untung suara speaker pengajian dan jamaah yang lagi khusyu berdoa mengaburkan suara langkah kami.
“Ma… udah ma, udah agak jauh. Udah ga keliatan masjidnya dibelakang. Berhenti dong” aku lantas berkata ke rahma yang berjarak satu meter didepanku mencoba menghentikan langkahnya.
“Aduh andi…. Lari gitu aja udah ngos-ngosan kamu!” Rahma lalu berhenti sambil melepas kacamatanya
“Udah lama ga pernah lari, terakhir lari waktu dulu suka main bola sama teman-teman SMA” aku lalu berjalan mendekati rahma yang berhenti dan menyeka kaca matanya yang agak basah.
“Ya udah kita duduk ditepi tanggul sana, dipinggir pelabuhan. Udah deket tuh”
“Ya udah, jalan pelan-pelan aja.”
“eh… ngomong-ngomong kamu udah makan belum ndi??”
“Udah tadi habis makan sate sama temennya kak aldi”
“hm… padahal aku mau ngajak kamu makan ikan kerapu bakar di warung deket pelabuhan sana. Enak loh”
“Ah ga usah, makan malem bikin gemuk aja. Kamu aja yang makan sana, aku udah kenyang”
“Aku udah makan ndi…. Nih anak bener-bener lugu banget ya!”
“Lugu maksudnya???”
“Nggak ah ga usah dibahas.”
“………..…”
Diubah oleh andihunt 30-04-2014 12:07
0