- Beranda
- Stories from the Heart
-Catatan Untuk Riyani-
...
TS
azelfaith
-Catatan Untuk Riyani-
CATATAN UNTUK RIYANI

Sebuah Skripsi

Quote:

(dengerin lagunya dulu ya biar meleleh)

Prologue
Sebut saja namaku Boy, 23 tahun. Penulis? Jelas bukan. Aku hanyalah seorang anak laki-laki yang tumbuh tegak ke atas bersama waktu, soalnya kalau melebar kesamping berarti tidak sesuai kayak iklan Boneto. Dilecut dalam romantika kehidupan labil (bahkan sampai sekarang.
-Editor).Tulisan ini kupersembahkan untuk seorang gadis, sebut saja Bunga. Eh, jangan. Nama Bunga sudah terlalu mainstream dan negatif, Sebut saja Riyani, itu lebih indah dibaca dan tanpa konotasi negatif berita kriminal. (iya gimana sih..
- Editor)Ya, Riyani itu kamu. Bukan Riyani yang lain. (Emang Riyani ada berapa gan?
- Editor) Aku menulis ini karena aku tak punya harta materi (Hiks..kasihan
- Editor). Karena aku tak punya apapun. Karena aku bahkan tak ingat apa yang jadi favoritmu. Aku hanya tahu kau suka membaca, maka aku hanya bisa mempersembahkan tulisan ini sebagai ungkapan terima kasihku untukmu Riyani, seseorang yang akan kunikahi nanti. (Ciyyeeee.. suit-suit dah mau kimpoi nih..
- Editor)Dan kau Riyani, perhatikanlah bagaimana kuceritakan masa-masa dimana aku tumbuh dewasa hingga kutitipkan kepingan hati terakhirku padamu. Masa-masa dimana aku belajar, ditempa, jatuh remuk, dan kembali bangkit karenamu.. (Ceiileee romantisnyaaa...
- Editor).
DAFTAR ISI
Quote:
INTERLUDE
Quote:

RULES
Quote:

Q & A
Quote:

Jangan lupa komen, rates, dan subscribe.
Ijo-ijo belakangan mah gak masalah.

Diubah oleh azelfaith 04-07-2016 15:20
septyanto memberi reputasi
2
110.5K
623
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
azelfaith
#357
4.30. My Last Valentine 4
Pagi itu aku sedang bercermin sehabis mandi. Kupandangi lekat-lekat pantulan wajahku di kaca yang sudah retak-retak itu. Bentolan jerawat mulai tumbuh, dan bulu-bulu halus di area wajah menandai pubertas yang bergejolak. Siapa sangka, aku tak pernah berpikir bakal berkumis macam Babe. Namun, hormon tubuh berkata lain, tak hanya kumis tapi bakal jenggot pun keluar sudah.
"Tau ah gelap," batinku. Aku berlalu dan bersiap berangkat ke sekolah.
Tulit-tulit.. hpku berbunyi.
"Jangan lupa ya coklat sama cd Ari Lassonya" begitu kira-kira isi smsnya. Dari siapakah gerangan? Hanum lah jawabnya. Hah? Ciyus lu? Iya ciyus, suer ewer ewer disamber geledek. Kok bisa? Gimana sejarahnya? Well, seperti inilah ceritanya.
Sehari setelah perhelatan pesta ulang tahun putri raja, sang Hanum, gue sebagai seseorang yang pernah hadir dalam kehidupan cintanya yang penuh prahara, halah, intinya gue ngerasa bersalah karena gak mau datang. Akhir dengan semangat membara gue bermaksud minta maaf.
Tentunya aku tak berani bicara langsung, satu-satunya adalah melalui media digital berupa sms. Ketika hp sudah ditangan, hati terasa bingung. Minta maaf gak ya? Iya, enggak, iya, enggak. Gue pun merasa bimbang. Hitung kancing baju, ragu. Akhirnya gue hitung sambil mencetin komedo di hitung. Eh, komedo bisa dipencet gak sih? Bisa, enggak, bisa, enggak, bisa. Loh kok jadi ngomongin komedo ya?
Jujur, gue ngerasa gengsi. Tapi apa mau dikata, suhu komedo sudah bilang bisa, rasa bersalah lah yang menang. Akhirnya dengan berat hati gue mulai mengetik dan mengirim sms.
Udah, gitu doank ternyata? Gak sesulit yang kupikir. Tiba-tiba datang sms lagi.
Cck.. gue gak sadar udah terlalu jauh.
Oh my god. What am I doing. Tiba-tiba hatiku berdebar keras. Akupun berusaha mencari alasan yang logis untuk mengakhiri sesi smsan ini.
Oh God please semoga dia tak rela menerima coklatku.
"Tau ah gelap," batinku. Aku berlalu dan bersiap berangkat ke sekolah.
Tulit-tulit.. hpku berbunyi.
"Jangan lupa ya coklat sama cd Ari Lassonya" begitu kira-kira isi smsnya. Dari siapakah gerangan? Hanum lah jawabnya. Hah? Ciyus lu? Iya ciyus, suer ewer ewer disamber geledek. Kok bisa? Gimana sejarahnya? Well, seperti inilah ceritanya.
Sehari setelah perhelatan pesta ulang tahun putri raja, sang Hanum, gue sebagai seseorang yang pernah hadir dalam kehidupan cintanya yang penuh prahara, halah, intinya gue ngerasa bersalah karena gak mau datang. Akhir dengan semangat membara gue bermaksud minta maaf.
Tentunya aku tak berani bicara langsung, satu-satunya adalah melalui media digital berupa sms. Ketika hp sudah ditangan, hati terasa bingung. Minta maaf gak ya? Iya, enggak, iya, enggak. Gue pun merasa bimbang. Hitung kancing baju, ragu. Akhirnya gue hitung sambil mencetin komedo di hitung. Eh, komedo bisa dipencet gak sih? Bisa, enggak, bisa, enggak, bisa. Loh kok jadi ngomongin komedo ya?
Jujur, gue ngerasa gengsi. Tapi apa mau dikata, suhu komedo sudah bilang bisa, rasa bersalah lah yang menang. Akhirnya dengan berat hati gue mulai mengetik dan mengirim sms.
Quote:
Quote:
Udah, gitu doank ternyata? Gak sesulit yang kupikir. Tiba-tiba datang sms lagi.
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Cck.. gue gak sadar udah terlalu jauh.
Quote:
Oh my god. What am I doing. Tiba-tiba hatiku berdebar keras. Akupun berusaha mencari alasan yang logis untuk mengakhiri sesi smsan ini.
Quote:
Oh God please semoga dia tak rela menerima coklatku.
Diubah oleh azelfaith 01-05-2014 20:19
0
