- Beranda
- Stories from the Heart
MESIN WAKTU : Catatan Seorang...PECUNDANG!
...
TS
luckyismine
MESIN WAKTU : Catatan Seorang...PECUNDANG!
Quote:
MESIN WAKTU
Kenapa ku harus menunggu
Kenapa, aku pun tak tahu
Kutahu itu tlah berlalu
Sinaran cintamu
Jangan bilang, jangan bilang
Ku tak bahagia
Aku hanya, aku hanya
Terhantui
Hari-hari terus berganti
Mengapa ku terus mencari
Saat kita memadu kasih
Tuk ulangi lagi
Kan ku kenang, kan ku kenang
Didalam dada
Tak kan hilang, tak kan hilang
Selamanya, selamanya
Ku menunggu meski engkau, tak kan tahu
Andai ada mesin waktu
Mengapa ku harus menunggu
Mengapa akupun tak tahu
Meski menunggu tiada tentu
Sinaran cintamu
Sisihkanlah, sisihkanlah
Dalam hatimu
Walau hanya, walau hanya
Semenit saja, sedetik saja
Ku menunggu meski engkau takkan tahu
Ku menunggu kau disini
Kenapa ku harus menunggu
Kenapa, aku pun tak tahu
Kutahu itu tlah berlalu
Sinaran cintamu
Jangan bilang, jangan bilang
Ku tak bahagia
Aku hanya, aku hanya
Terhantui
Hari-hari terus berganti
Mengapa ku terus mencari
Saat kita memadu kasih
Tuk ulangi lagi
Kan ku kenang, kan ku kenang
Didalam dada
Tak kan hilang, tak kan hilang
Selamanya, selamanya
Ku menunggu meski engkau, tak kan tahu
Andai ada mesin waktu
Mengapa ku harus menunggu
Mengapa akupun tak tahu
Meski menunggu tiada tentu
Sinaran cintamu
Sisihkanlah, sisihkanlah
Dalam hatimu
Walau hanya, walau hanya
Semenit saja, sedetik saja
Ku menunggu meski engkau takkan tahu
Ku menunggu kau disini
MINOR66
Quote:
Permisi agan dan aganwati
Ijinkan gwa untuk ikutan ngeramein forum SFTH ini, terutama buat para momod dan sesepuh dimari. Walaupun gwa udah lama nongkrong di kaskus, ternyata ada sebuah forum yang begitu damai namun cukup membuat hati ini galau (halagh!). Apalagi setelah dihajar oleh dua kisah legendaris dari bung Ari sama bung Anto, maka terciptalah akun klonengan ini . Kisah mereka bener2 membuat kenangan2 masa lalu gwa jadi terbuka lagi. Aselih, gwa udah move on abis kok
. Cuma kenangan itu seperti berputaran di kepala gwa. Dan apa salahnya gwa tuangkan sebagiannya disini, itung2 sambil ngasah kebiasaan nulis gwa yg udah lama gwa tinggalin.
Ohya, disini gwa nga ngikutin pakem temen2 yang pada share kisah hidupnya dimari. Yang segitu detailnya, nyeritain mulai dari dilahirin, masa SD, SMP, SMA. Kalo gwa cukup dari masa kuliah aja. Karena kenangan dimasa2 sebelum itu udah banyak yang lupa dan selain itu gwa emang nga ada niat untuk bikin biography komplit tentang kehidupan gwa disini.
Tapi hanya sepenggal dari banyak cerita yang gwa alami dimasa lalu.
Gwa juga nga make rule2-an dimari. Bebas2 aja selama masih mengikuti tata tertib official dimari. Toh, gwa juga cuma numpang lapak dimari. Yang punya kuasa dimari tentu aja momodnya, biarlah beliau2 yang menilai nantinya.
Ohiya, ada satu quote dari sesepuh di SFTH yang sangat berkesan buat diri gwa sebelum ikut berpartisipasi disini. Quotenya sedikit gwa edit, tapi nga mengurangi makna dari pesannya. Terutama kata2nya yg gwa kasih warna merah
Maka ijinkanlah gwa untuk membodohi diri gwa disini untuk menceritakan masa lalu gwa.
Sedang untuk masalah izin dengan tokoh2 yang ada di dalam cerita ini belum gwa kantongin. Karena selain gwa udah nga tahu keberadaan mereka, gwa pun ngerasa mereka nga ada yg ngaskus. Makanya gwa coba mem'fiksi'kan cerita gwa ini, dengan harapan nantinya nga menjadi masalah baru buat gwa.
So, silahkan menikmati MESIN WAKTU gwa ini
Ijinkan gwa untuk ikutan ngeramein forum SFTH ini, terutama buat para momod dan sesepuh dimari. Walaupun gwa udah lama nongkrong di kaskus, ternyata ada sebuah forum yang begitu damai namun cukup membuat hati ini galau (halagh!). Apalagi setelah dihajar oleh dua kisah legendaris dari bung Ari sama bung Anto, maka terciptalah akun klonengan ini . Kisah mereka bener2 membuat kenangan2 masa lalu gwa jadi terbuka lagi. Aselih, gwa udah move on abis kok
. Cuma kenangan itu seperti berputaran di kepala gwa. Dan apa salahnya gwa tuangkan sebagiannya disini, itung2 sambil ngasah kebiasaan nulis gwa yg udah lama gwa tinggalin.Ohya, disini gwa nga ngikutin pakem temen2 yang pada share kisah hidupnya dimari. Yang segitu detailnya, nyeritain mulai dari dilahirin, masa SD, SMP, SMA. Kalo gwa cukup dari masa kuliah aja. Karena kenangan dimasa2 sebelum itu udah banyak yang lupa dan selain itu gwa emang nga ada niat untuk bikin biography komplit tentang kehidupan gwa disini.
Tapi hanya sepenggal dari banyak cerita yang gwa alami dimasa lalu.Gwa juga nga make rule2-an dimari. Bebas2 aja selama masih mengikuti tata tertib official dimari. Toh, gwa juga cuma numpang lapak dimari. Yang punya kuasa dimari tentu aja momodnya, biarlah beliau2 yang menilai nantinya.
Ohiya, ada satu quote dari sesepuh di SFTH yang sangat berkesan buat diri gwa sebelum ikut berpartisipasi disini. Quotenya sedikit gwa edit, tapi nga mengurangi makna dari pesannya. Terutama kata2nya yg gwa kasih warna merah
Quote:
Original Posted By mullupus►Tes tes... 1-2-3...
Dear agan, terima kasih atas komentarnya. Ya, memang udah konsekuensi sebagai 'pencerita' jika pembaca-pembacanya ingin mencari tahu kebenaran tentang cerita tersebut. Kalau agan bilang semua penulis di SFTH itu pintar-pintar, kayaknya agan salah nilai. Kalau menurut gue, para penulis di SFTH itu malah ingin membodohi dirinya sendiri sebab apa yang dia tuliskan juga nyatanya terkadang malah membawa masalah baru.
Taruhlah begini, contohnya seseorang mengetahui bahwa menulis bisa dijadikan sebagai terapi. Pertama-tama yang dilakukannya itu bukan menjadikan tulisan itu enak untuk dibaca, tetapi dia menulis karena apa yang orang lain katakan belum tentu sama seperti apa yang terjadi. Poin ini dulu yang dikutip.
Lalu dari apa yang dia tuliskan, sebenarnya secara nggak langsung dia nggak ingin berbagi kepada orang-orang, namun dia hanya ingin mereka peduli terhadap hidupnya. Nah, seperti yang gue bilang tadi―orang yang baru pertama kali menulis cerita, dia nggak tahu apakah tulisannya itu enak dibaca atau nggak, alurnya kayak gimana, tokoh-tokohnya seperti apa, dll. Seperti yang agan bilang, bagaimana nasib para pemeran jika dia nggak meminta izin untuk menulis? Bagaimana jika mereka yang membaca kemudian tahu tokoh-tokohnya, kemudian menyebarkan pandangan negatif?
Pada kasus di thread ini, gue menyimpulkan kalau untuk ke depan gue harap semua penulis di SFTH yang belum dapat izin dari para pemeran, sebaiknya menyamarkan nama/tempat, atau hal lain yang berkaitan sehingga bikin orang lain jadi KEPO. Kurt Cobain berkata, "If you read, you will judge." dan memang begitulah adanya.
Dear agan, terima kasih atas komentarnya. Ya, memang udah konsekuensi sebagai 'pencerita' jika pembaca-pembacanya ingin mencari tahu kebenaran tentang cerita tersebut. Kalau agan bilang semua penulis di SFTH itu pintar-pintar, kayaknya agan salah nilai. Kalau menurut gue, para penulis di SFTH itu malah ingin membodohi dirinya sendiri sebab apa yang dia tuliskan juga nyatanya terkadang malah membawa masalah baru.
Taruhlah begini, contohnya seseorang mengetahui bahwa menulis bisa dijadikan sebagai terapi. Pertama-tama yang dilakukannya itu bukan menjadikan tulisan itu enak untuk dibaca, tetapi dia menulis karena apa yang orang lain katakan belum tentu sama seperti apa yang terjadi. Poin ini dulu yang dikutip.
Lalu dari apa yang dia tuliskan, sebenarnya secara nggak langsung dia nggak ingin berbagi kepada orang-orang, namun dia hanya ingin mereka peduli terhadap hidupnya. Nah, seperti yang gue bilang tadi―orang yang baru pertama kali menulis cerita, dia nggak tahu apakah tulisannya itu enak dibaca atau nggak, alurnya kayak gimana, tokoh-tokohnya seperti apa, dll. Seperti yang agan bilang, bagaimana nasib para pemeran jika dia nggak meminta izin untuk menulis? Bagaimana jika mereka yang membaca kemudian tahu tokoh-tokohnya, kemudian menyebarkan pandangan negatif?
Pada kasus di thread ini, gue menyimpulkan kalau untuk ke depan gue harap semua penulis di SFTH yang belum dapat izin dari para pemeran, sebaiknya menyamarkan nama/tempat, atau hal lain yang berkaitan sehingga bikin orang lain jadi KEPO. Kurt Cobain berkata, "If you read, you will judge." dan memang begitulah adanya.
Maka ijinkanlah gwa untuk membodohi diri gwa disini untuk menceritakan masa lalu gwa.
Sedang untuk masalah izin dengan tokoh2 yang ada di dalam cerita ini belum gwa kantongin. Karena selain gwa udah nga tahu keberadaan mereka, gwa pun ngerasa mereka nga ada yg ngaskus. Makanya gwa coba mem'fiksi'kan cerita gwa ini, dengan harapan nantinya nga menjadi masalah baru buat gwa. So, silahkan menikmati MESIN WAKTU gwa ini
Spoiler for Makasih buat cendolnya :
* * * C H A P T E R I * * *
Spoiler for INDEX:
MUKADIMAH
STRANGE DAYS
STRANGE DAYS TOO
STILL STRANGE DAYS
INTERMEZZO
LA WOMAN
ANOTHER LA WOMAN
LIGHT MY FIRE
TOUCH ME
Me, Soe Hok Gie and Jim Morrison
TOUCH ME AGAIN
LOVE(?)
KISS ME
LOVE(?) or LUST(?)
WILD HORSES
ZZZZZZZZZZZ!!!!
[URL=""]LOSER (1st)[/URL]
(CAN'T LIVE WITHOUT YOUR) LOVE AND AFFECTION
KILLER QUEEN
IT'S COMPLICATED!
IT'S STILL COMPLICATED!
MORE COMPLICATED AND F**K UP!
LOVE STINKS
DATE WITH VIA
THE NEW BEGINNING
EEEAAAAAAAA!!!
THE SWEETEST THING
BEBEB OH BEBEB
STAIRWAY TO HEAVEN
BACKSTREET GIRL
IRIS
CLOSER TO THE HEART
TAKKAN ADA CINTA YANG LAIN
THE KILL
THE NURSE
NASI GORENG CAMPUR BENCI
I MISS YOU
WITH OR WITHOUT YOU
LAY LADY LAY
LAY LADY LAY NOW
WILD THING
AM I THE SAME GIRL
LE BOY WANNABE
ANOTHER STORY ABOUT PAST
EVERYBODY'S CHANGING
MY SHARONA
MY SHARONA 2
BIZZARE LOVE TRIANGLE
WONDERBOY
WONDERBOY 2
CREEP
JULIA SAYS
JULIA SAYS 2
YOU SHOOK ME ALL NIGHT LONG
REGRET
STILL REGRET
INTERSTATE LOVE SONG
STILL INTERSTATE LOVE SONG
THUNDERSTRUCK
IS THIS LOVE
YOU SEE THE TROUBLE WITH ME
YOU SEE THE TROUBLE WITH ME THEN
SPACE ODDITY
WHEN LOVE AND HATE COLLIDE
DILLEMA
WONDERFUL
AKHIR RASA INI
STRANGE DAYS
STRANGE DAYS TOO
STILL STRANGE DAYS
INTERMEZZO
LA WOMAN
ANOTHER LA WOMAN
LIGHT MY FIRE
TOUCH ME
Me, Soe Hok Gie and Jim Morrison
TOUCH ME AGAIN
LOVE(?)
KISS ME
LOVE(?) or LUST(?)
WILD HORSES
ZZZZZZZZZZZ!!!!
[URL=""]LOSER (1st)[/URL]
(CAN'T LIVE WITHOUT YOUR) LOVE AND AFFECTION
KILLER QUEEN
IT'S COMPLICATED!
IT'S STILL COMPLICATED!
MORE COMPLICATED AND F**K UP!
LOVE STINKS
DATE WITH VIA
THE NEW BEGINNING
EEEAAAAAAAA!!!
THE SWEETEST THING
BEBEB OH BEBEB
STAIRWAY TO HEAVEN
BACKSTREET GIRL
IRIS
CLOSER TO THE HEART
TAKKAN ADA CINTA YANG LAIN
THE KILL
THE NURSE
NASI GORENG CAMPUR BENCI
I MISS YOU
WITH OR WITHOUT YOU
LAY LADY LAY
LAY LADY LAY NOW
WILD THING
AM I THE SAME GIRL
LE BOY WANNABE
ANOTHER STORY ABOUT PAST
EVERYBODY'S CHANGING
MY SHARONA
MY SHARONA 2
BIZZARE LOVE TRIANGLE
WONDERBOY
WONDERBOY 2
CREEP
JULIA SAYS
JULIA SAYS 2
YOU SHOOK ME ALL NIGHT LONG
REGRET
STILL REGRET
INTERSTATE LOVE SONG
STILL INTERSTATE LOVE SONG
THUNDERSTRUCK
IS THIS LOVE
YOU SEE THE TROUBLE WITH ME
YOU SEE THE TROUBLE WITH ME THEN
SPACE ODDITY
WHEN LOVE AND HATE COLLIDE
DILLEMA
WONDERFUL
AKHIR RASA INI
* * * C H A P T E R II * * *
Spoiler for INDEX:
THAT'S WHAT FRIEND ALL FOR
KEPOMPONG
KEPOMPONG 2
DREAMER
BENCI TAPI RINDU
MY TURNING POINT BEGINS
PERFECT DAY
VOX POPULI
DON'T GIVE UP
THE SPIRIT CARRIES ON
STILL THE SPIRIT CARRIES ON
NEVER SURRENDER
DIZZ KNEE LAND
POSITIVITY
ALWAYS POSITIVITY
I CAN SEE CLEARLY NOW
WITH A LITTLE HELP FROM MY FRIENDS
HERE COMES THE DAY
HERE COMES THE DAY 2
STAGNANT
NEWBORN
NEWBORN BABY
DECEMBER
DECEMBER II
CURCOL
ITS HOLIDAY
ITS HOLIDAY 2
HYPNOTIZE
HIGH
HORNY
SHIT HAPPENS! : HIGHWAY STAR
SHIT HAPPENS! : HIGHWAY STAR II
SHIT HAPPENS TWICE!! : PEOPLE ARE STRANGE
SHIT HAPPENS TWICE!! : PEOPLE ARE STRANGE II
THANK YOU
THANK YOU II
Testing 1,2,3
HONESTLY
mIRC
mIRC lagi
KEPOMPONG
KEPOMPONG 2
DREAMER
BENCI TAPI RINDU
MY TURNING POINT BEGINS
PERFECT DAY
VOX POPULI
DON'T GIVE UP
THE SPIRIT CARRIES ON
STILL THE SPIRIT CARRIES ON
NEVER SURRENDER
DIZZ KNEE LAND
POSITIVITY
ALWAYS POSITIVITY
I CAN SEE CLEARLY NOW
WITH A LITTLE HELP FROM MY FRIENDS
HERE COMES THE DAY
HERE COMES THE DAY 2
STAGNANT
NEWBORN
NEWBORN BABY
DECEMBER
DECEMBER II
CURCOL
ITS HOLIDAY
ITS HOLIDAY 2
HYPNOTIZE
HIGH
HORNY
SHIT HAPPENS! : HIGHWAY STAR
SHIT HAPPENS! : HIGHWAY STAR II
SHIT HAPPENS TWICE!! : PEOPLE ARE STRANGE
SHIT HAPPENS TWICE!! : PEOPLE ARE STRANGE II
THANK YOU
THANK YOU II
Testing 1,2,3
HONESTLY
mIRC
mIRC lagi
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 84 suara
Siapa yang jadi istri gwa saat ini?
Dinda
12%
Felisha
35%
Bebeb
5%
Megan Fox
23%
Semuanya salah
26%
Diubah oleh luckyismine 05-04-2017 18:38
sormin180 dan 3 lainnya memberi reputasi
4
356K
Kutip
1.7K
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.8KAnggota
Tampilkan semua post
TS
luckyismine
#273
WITH OR WITHOUT YOU
See the stone set in your eyes
See the thorn twist in your side
I wait for you
Sleight of hand and twist of fate
On a bed of nails she makes me wait
And I wait, without you
With or without you
With or without you
Through the storm we reach the shore
You give it all but I want more
And I'm waiting for you
With or without you
With or without you
I can't live
With or without you
And you give yourself away
And you give yourself away
And you give
And you give
And you give yourself away
My hands are tied
My body bruised, she's got me with
Nothing left to win
And nothing else to lose
With or without you
With or without you
I can't live
With or without you
See the thorn twist in your side
I wait for you
Sleight of hand and twist of fate
On a bed of nails she makes me wait
And I wait, without you
With or without you
With or without you
Through the storm we reach the shore
You give it all but I want more
And I'm waiting for you
With or without you
With or without you
I can't live
With or without you
And you give yourself away
And you give yourself away
And you give
And you give
And you give yourself away
My hands are tied
My body bruised, she's got me with
Nothing left to win
And nothing else to lose
With or without you
With or without you
I can't live
With or without you
U2
Spoiler for WITH OR WITHOUT YOU:
Quote:
"Kalo dibikin skala antara 1 sampe 10 atau 10 sampai 100, saya ada di range berapa pak?"
Laki2 yang ada dihadapan gwa ini cuma tersenyum2 penuh simpatik sambil diseling ngeliatin transkrip nilai gwa yang ada dimejanya. Kalo gwa taksir umurnya paling banter beda 5 tahunan, paling jauh 10 tahun. Mukanya emang agak2 baby face gitu, tambahan lagi badannya kecil dan pendek. Ditambah senyumnya yang nga pernah lepas dibibirnya membuat dia nga keliatan seperti seorang dosen dan kajur gwa.
"Gimana pak?" desak gwa.
"Hmmm, bingung nih saya mau ngomongnya Ky" jawabnya sambil menutup map yang berisi transkrip gwa.
"Nga usah bingung2 pak. Saya mah udah siap dengerin keputusan apapun dari bapak tentang saya. Saya cuma mau kepastian aja pak, dalam setahun kedepan saya bisa selesaiin kuliah saya ini apa nga?" sahut gwa mantap.
"Nah, justru itu saya yang mau nanya sama kamu. Kamu siap nga ngebut dalam setahun?" kajur gwa balik nanya.
"Justru itu pak, saya mau minta pendapat dari bapak. Kira2 penilaian bapak tentang kuliah saya setahun ini gimana pak? Bisa dilanjut atau meragukan alias percuma aja? Itu aja sih yang saya pengen tahu dari bapak." desak gwa lagi. Kok, malah bertele2 sih ini kajur gwa?
"Ok. Kalo secara kasat mata, dalam setahun ini hasil kamu nga ada peningkatan sama sekali. Terutama buat mata2 kuliah utamanya, kamu boleh dibilang ketinggalan. Tapi, saya lihat kamu masih ada potensi dan niat kamu buat lulus masih ada. Buktinya, semua tugas2 kamu selesaikan dengan baik. Ini point lebih kamu dimata saya." kajur gwa narik napas sejenak.
"......" gwa dengerin penjelasannya. Jiah, kalo soal tugas doang mah gancil, Nana yang baik hati itu selalu siap bantuin ngerjain tugas2 gwa.
"Jadi, untuk setahun kedepan ini saya harap kamu keluarin lagi segala kemampuan kamu untuk dapetin C aja disemua mata kuliah yang diambil, maka saya akan bantu kamu untuk dapetin semester tambahan buat nyelesaiin SKS yang masih tersisa berikut KP dan TA kamu. Ini janji saya" kajur gwa menyakinkan gwa. Dan gwa percaya dengan omongannya, karena kajur gwa ini emang terbukti dengan segala kebaikan dan kebijaksanaannya di mata para mahasiswa2nya.
"Ngg, jadi saya musti mati2an lagi pak belajarnya?" tanya gwa memastikan.
"Yah, itu yang saya harapkan dari kamu. Saya yakin kamu bisa kok" kajur gwa tersenyum tulus.
"Berarti masih fifty-fifty ya pak kans saya?" tanya gwa lagi.
"Yak, kurang lebih seperti itu. Tapi saya yakin kok, kamu pasti bisa lebih baik lagi" kata kajur gwa yakin.
Gwa heran, kenapa ini orang yakin banget sih sama gwa? Tapi kalo gwa lihat dari matanya, kajur gwa ini sama sekali nga keliatan kayak basa-basinya. Walau wajahnya tampak kekanak2an, tapi setiap kata2 yang keluar dari mulutnya selalu terdengar mantap dan penuh kepastian.
Justru gwa yang meragukan diri gwa sendiri. Udah, setahun ini gwa coba serius sama kuliah gwa. Tapi yang gwa rasain, makin gwa berusaha makin gwa nga bisa nangkepnya. Apa emang gwa udah segitu bodohnya kah? Atau emang gwa terlalu pemalas untuk berusaha? Atau emang gwa ini bener2 seorang pecundang?
Oke, gwa ini bukan seorang Van Wilder - party pimp - yang begitu populer di kampusnya. Walaupun dia juga ngabisin waktu 7 tahunnya di kampus, tapi banyak temen2nya yang mau ngebantuin dia buat nyelesaiin kuliahnya. Sedangkan gwa? Tapi itu khan cuma film Ky dan bukan realita yang sebenernya?!
"Jadi kalo hasilnya nanti nga beda jauh sama yang setahun ini, berarti saya DO ya pak?" gwa menatap kajur gwa.
"Masa' kamu ragu gitu sih Ky? Kamu bisa kok " kajur gwa tetep ngasih gwa semangat.
"Saya nga ragu pak, justru hasil setahun ini udah maksimal dari saya. Dan saya juga udah mantep kok pak, kalo buat setahun kedepan hasilnya nga beda jauh dari yang sekarang ini, saya lebih baik stop sampe sini aja pak" jawab gwa dengan mantap. Ya, gwa nga mau nyia2in setahun kedepan nanti dengan ketidakpastian.
"Kamu serius Ky?" kajur gwa kaget, nga nyangka gwa bakalan ngomong kayak gini.
"Saya serius pak. Dan saya juga udah pikirin keputusan saya ini mateng2. Nga sekedar emosi belaka" jawab gwa seolah mantap, padahal jauh didasar hati gwa ngeraguin omongan gwa ini.
"Tapi Ky, kamu masih ada harapan kok, saya yakin itu. Kamu tau khan Raka, dia jauh lebih parah dari kamu, tapi dia bisa ngejarnya tuh" kajur gwa tetep keukeuh dengan pendapatnya.
"Maaf pak, saya tahu kemampuan saya. Dan saya yakin, kalo tempat saya bukan disini" jawab gwa diplomatis.
"Kamu udah mantep sama keputusan kamu Ky?" kajur gwa tampaknya udah nyerah sama kemauan gwa.
"Yakin pak" sahut gwa pelan.
Pagi itu gwa sudah mantap dengan keputusan gwa, yaitu berhenti kuliah. Gwa nga yakin kalo dalam setahun gwa bisa nyelesaiin SKS2 yang bakal gwa jalanin nantinya. Gwa cuma ngerasa, daripada gwa ngabisin waktu setahun hanya buat kesia2an belaka, mendingan gwa pake setahun itu buat mikirin, langkah apa yang akan gwa ambil nantinya.
Apakah gwa akan pindah kampus dan nerusin jurusan yang gwa ambil? Pindah jurusan dan nerusin di kampus gwa ini, mulai dari nol lagi. Atau nyari kerjaan apa aja, yang tentunya disesuaikan dengan jenjang pendidikan terakhir gwa, yaitu SMA? Fak, pusing gwa. Gwa nga bisa mikir lagi.
Dan keputusan ini gwa ambil sendiri aja. Gwa nga pake acara konsultasi sama bonyok gwa, toh, mereka taunya gwa masih jalanin kuliah gwa ini. Gwa juga nga perlu pendapat dari Kenshi atau malah Dinda. Semua murni gwa yang mutusin. Karena ini adalah hidup gwa. So, what will be will be aja lah! Pusing kalo dipikirin mulu!
********************
"Hun, ini barang gwa udah semuanya lo turunin dari mobil?" tanya Dinda sambil bertolak pinggang.
"Udah semuanya nyah. Kecuali ban serep, kotak P3K sama kunci2 mobil apa perlu diturunin juga nyah?" jawab gwa sambil ngeliat lagak Dinda yang udah kayak boss itu.
"Hunny, ih, masa gwa dipanggil nyah-nyah gitu sih? Emangnya gwa kayak nyonya2 gitu ya?" Dinda merajuk sambil membuat bibirnya jadi miring gitu.
"Abis lo daritadi cuma nyuruh2 doang, nga bantuin ngangkat2. Udah gitu make tolak pinggang segala lagi. Udah kayak nyonya besar aja gaya lo" sahut gwa sambil melingkarkan tangan gwa ke pinggangnya.
"Hihihihi, sori deh kalo gitu. Tapi gwa khan bukan nyonya besar kali gwa hun. Tapi nyonya Lucky..." sahutnya pelan sambil merapatkan tubuhnya ke gwa.
"Whatever..." jawab gwa singkat. Gwa menarik makin dalam tubuh Dinda ini dan gwa luapkan kerinduan gwa yang udah nga tertahankan ini pada bibir merahnya yang telah merekah.
Sejenak gwa lupain kelelahan gwa setelah ngangkat beberapa koper dan barang2 bawaannya Dinda. Gwa tuntaskan kerinduan gwa ini pada hangatnya, merahnya dan manisnya bibir Dinda. Pada wangi tubuhnya yang menyeruak dari jenjang lehernya yang begitu putih dan bersih. Pada.....
"Hun, mending kita beres2 dulu ya. Ribet nih gwa, kalo masih berantakan gini kamarnya" Dinda melepaskan lumatan bibirnya.
"Yaelah, tinggal masuk2in barang2 lo aja kelemari mah bisa ntar2 aja kali. Lagian juga kamarnya udah rapi jali gini. Gwa kangen tauk" gwa memprotes Dinda.
"Easy hun, waktu kita masih banyak disini. Gwa pengen beberes aja dulu. Khan kalo udah selesai semuanya kita bisa santai2 disini. Ya khan?" Dinda mulai membuka koper2nya.
"@%^#$%$&^@&!..." gwa ngedumel pelan lalu duduk di ujung springbed yang belum dilapisi sprei. Gwa nyalain rokok gwa.
"Lo nga mau bantuin gwa hun?" tanya Dinda masih sambil sibuk ngeluarin isi kopernya.
"Gwa bantuin doa aja deh dari sini" sahut gwa ngasal sambil menikmati rokok gwa.
Dinda ngedumel nga jelas sambil mengeluarkan isi kopernya dan memindahkannya kedalam lemari pakaian yang lumayan gede itu. Sedang gwa yang ngerasa kentang ini cuma ngeliatin aja sambil duduk selonjoran diatas kasurnya. Lagian juga ngapain gwa ikut bantuin Dinda ngebongkarin isi kopernya, nanti salah2 ngebantuin malah gwa yang kena diomel2in.
Ohiya, malem itu ceritanya gwa lagi nemenin Dinda pindah2an kekost-an dia yang baru. Setelah gwa jemput Dinda dari bandara, kita langsung menuju kost2an barunya ini. Kebetulan kost2an ini gwa yang bantu nyariin, atas permintaan Dinda setelah dia dapet panggilan kerja disalah satu perusahaan multinasional yang berlokasi dipusat bisnis di kota ini. Walaupun sifatnya baru panggilan, tapi Dinda memberanikan diri mutusin untuk ngambil kost2an ini. Yup, kalo soal percaya diri, pacar gwa ini numero uno deh!
Setelah muter2 didaerah yang dekat sama calon kantornya, gwa nemuin sebuah rumah 2 lantai khusus kost2an. Dengan lingkungan yang lumayan asri diantara deretan rumah2 besar disekitarnya, gwa pikir kost2an ini lumayan aman dan nyaman. Walaupun harga sewanya relatif mahal, tapi cukup worth it lah dengan fasilitas AC, kamar mandi sendiri dan perabotan yang udah komplit didalemnya. Toh, Dinda nga masalahin soal harga sewanya, yang penting deket sama calon kantornya, gitu alesannya. Dan kamar yang tersisa adalah yang terletak di pojok depan nga jauh dari pintu gerbang. Jadi kesannya kamar itu terpisah dari bangunan utama. Dan yang lebih penting lagi, kost2an itu lumayan bebas.
Gwa turun dari kasur, ketika Dinda mulai memasang sprei disana. Nih cewek kalo urusan beberes kamar emang paling resik banget deh. Semuanya udah dia perhitungin mateng, termasuk udah ngebawa sprei buat dia pasang dikasurnya ini. Voila! Kamar inipun udah berubah jadi rapi dan nyaman.
"Ohiya, ini jangan lupa oleh2 dari gwa buat camer tercinta. Jangan lupa kasih tau kalo ini dari gwa ya hun" Dinda menyodorkan sebuah bungkusan besar ke gwa.
"Makasih ya Din. Pasti gwa sampein salam lo buat ortu gwa" jawab gwa sambil memeriksa isinya yang ternyata makanan khas dari daerahnya.
"Beneran ya disampein salam gwa ini. Jangan lupa ditanyain, kapan gwa bisa ketemu sama camer" pintanya sambil duduk disebelah gwa.
"Iya-iya..." sahut gwa sambil mendekap tubuhnya. Harum tubuhnya selalu menggoda gwa.
"Hun, gimana ujian lo kemaren? Udah keluar hasilnya?" pertanyaan Dinda ini seolah mematikan hasrat gwa yang lagi bergolak ini. Hadeh, nga sekarang kali ngebahas masalah kuliah gwa ini.
"Ya gitu deh..." sahut gwa kehilangan selera.
"Ya gitu deh gimana maksudnya hun?" Dinda membalikkan badannya, menghadap gwa.
"Ya gitu deh, same o' same o'..." sahut gwa menerawang, menghindari tatapan matanya Dinda.
"Hun, maksudnya ancur2an lagi hasilnya? Gitu?" tangan Dinda menarik kepala gwa agar ngehadap kearahnya. Soalnya gwa cuma plengas-plengos menghindari tatapan matanya itu.
"........" gwa cuma anggukin kepala gwa.
"Ya ampun hunny, lo kok nga berubah2 juga yah? Sebenernya apa sih masalah lo, sampe nga beres2 juga kuliahnya?" Dinda mencecar gwa.
"Masalah gwa? Apa musti gwa ulang2 terus cerita tentang masalah kuliah gwa ini sama lo Din?" tanya gwa melas.
"Iya gwa ngerti. Tapi apa iya lo nga bisa berusaha semaksimal mungkin hun? Gwa yakin lo bisa kok dan otak lo juga mampu kok. Tinggal niatnya aja yang digedein sama usaha yang maksimal. Iya nga sih?" Dinda terus mencecar gwa.
"Nah, itu lo ngerti Din. Niat gwa aja nga ada, gimana gwa mao usaha?" jawab gwa yang udah mulai sebel.
"Ya ampun, hunny. Trus, mau lo gimana sih? Gwa bingung deh kalo udah ngebahas masalah kuliah lo yang mandeg ini" Dinda mulai putus asa.
"Ya udah, dibawa santai aja kali. Ngapain lo bingung2? Gwa nya aja santai kok?" sahut gwa makin ngelantur.
"Emang susah ya ngomong sama lo!" sungutnya sambil membelakangi gwa.
Lalu kita terdiam, disibukkan oleh pikiran masing2. Hanya suara dengung dari AC split menemani diemnya kita ini. Sumprit, gwa nga siap ngebahas tentang masa depan kuliah gwa malam ini.
"Jadi apa rencana lo kedepannya sama kuliah lo ini?" Dinda mulai membuka suaranya.
"Gwa berenti Din. Gwa mau istirahat dulu, biar gwa bisa mikir bakal ngapain nantinya gwa" sahut gwa perlahan.
Dinda membalikkan badannya dan menatap gwa seolah nga percaya sama yang gwa omongin tadi. Ya, cepat atau lambat lo musti dengerin berita ini Din, bisik gwa dalam hati.
"Hunny, lo lagi nga becanda sama gwa khan?" tatapnya nanar.
"Nga Din, gwa udah mantep sama keputusan gwa ini" sahut gwa pelan.
"Aarrggghhh...." Dinda cuma mendengus marah. Dia menjauhi gwa dan menghempaskan tubuhnya ke atas kasur dan menenggelamkan kepalanya pada kedua kedua tangannya. Pundaknya mulai berguncang2 menandakan Dinda sedang menangis.
Gwa cuma terdiam melihatnya, tanpa tahu musti ngomongin apa. Gwa nyalain lagi rokok gwa dan menikmati asap nikotin ini merasuki ke paru2 gwa.
"Hunny, sebenernya lo serius nga sih mikirin masa depan lo? Dan juga masa depan hubungan kita ini?" tanya Dinda kemudian setelah tangisnya mereda.
"Gwa serius Din. Apa selama ini gwa nga keliatan serius dimata elo?" gwa balik bertanya.
Dinda cuma menatap gwa. Dinda seolah ragu untuk menjawab pertanyaan gwa. Atau mungkin dia meragukan tentang gwa.
"Gwa nga tau hun." jawabnya pelan.
"Kalo lo nga tau, berarti lo nga yakin sama gwa. So, tunggu apalagi?" gwa mendekatinya.
"Maksudnya?" tanya Dinda sambil mengambil posisi duduk diatas kasurnya.
"Maksud gwa, kalo elo ragu dan nga yakin sama gwa, kenapa kita musti pertahanin hubungan kita ini?" tanya gwa seolah udah mantep banget sama kata2 gwa ini.
"Kok, nyambungnya kesitu sih? Gwa khan cuma nanyain tentang masa depan lo sama hubungan kita" elaknya seolah menampik pertanyaan gwa.
"Din, sekarang lo denger dulu deh gwa. Gwa tuh udah pikirin semuanya mateng2. Mulai dari keputusan gwa buat berenti kuliah sampai pada hubungan kita nantinya. Lagian cuma setahun Din gwa begini, biar gwa mantep nantinya gwa mau ngapain kedepannya. Apa nantinya gwa mau lanjut lagi di jurusan yang sama, atau pindah jurusan atau mau kerja aja" gwa menjelaskan panjang lebar.
"Tap..." Dinda ingin menyelak, tapi gwa ngasih isyarat agar Dinda diam dulu.
"Lo pikir gwa nga capek sama keadaan gwa ini Din? Gwa capek banget Din! Sekarang gwa mau nenangin pikiran gwa dulu, biar gwa bisa ngambil keputusan yang tepat buat masa depan gwa. Emang sih kedengeran konyol, tapi gwa butuh itu Din" gwa menarik napas dalam2.
"......" Dinda masih mendengarkan gwa, tanpa menyelak.
"Gwa tau, gwa bakal nyia2in satu tahun umur gwa buat ini. Tapi gwa butuh itu. Dengan atau tanpa lo ngedukung, gwa udah mantep sama keputusan gwa ini. Dan apapun yang terjadi dengan hubungan kita karena keputusan gwa ini, gwa siap nerimanya" kata gwa mengakhiri penjelasan gwa ini.
"Jadi, gwa mau ngomong apapun lo nga akan berubah sama keputusan lo ini?" tanya Dinda memastikan.
Gwa cuma mengangguk. Ya Din, gwa udah nga tau lagi musti ngapain. Yang pasti gwa udah sumpek banget dan gwa butuh nenangin diri. Dengan lo atau tanpa lo disamping gwa, gwa udah mantap dengan keputusan gwa ini.
"Jadi gwa harus nunggu lagi kah?" tanya Dinda perlahan seolah nanya pada dirinya sendiri.
"Ya, teorinya sih gitu. Makanya sekarang gwa mau nanya sama lo, lo mau nungguin gwa apa nga?" gwa meraih tangannya.
"Seriously?" tanyanya seolah ragu.
"Yup. Mumpung kita udah terlanjur basah ngebahas ini, kenapa nga sekalian aja dituntasin?" kata gwa sambil mengecup punggung tangannya.
"Gwa nga tau hun, gwa nga bisa jawab" Dinda keliatan bingung.
"Coba deh lo merem sebentar trus lo tanya sama hati kecil lo atau kalo perlu gwa keluar nih, biar lo bisa mikir" tawar gwa.
Dinda cuma menggeleng. Lalu dia memeluk gwa erat banget. Dan gwa pun memeluk tubuhnya itu dengan nga kalah eratnya. Tiba2 gwa ngerasain kedamaian disitu. Seolah2 gwa ngedapetin kekuatan untuk ngehadepin situasi ini. Kekuatan untuk menerima keputusan dari Dinda, apapun itu.
"Gwa nga mau kehilangan lo hun, tapi gwa juga nga tau apa bisa nungguin lo?" suaranya lirih dikuping gwa.
"Gwa juga nga mau kehilangan lo Din, tapi gwa juga nga mau kalo lo nga bisa nungguin gwa" perlahan gwa lepaskan pelukannya dan wajahnya gwa hadapkan kewajah gwa.
"Gwa nga tau hun" matanya sudah mulai membasah.
"Ssstt, jangan nangis ah. Lo musti kuat. Lo musti bisa ngasih keputusan buat gwa, karena gwa butuh kepastian dari lo" kata gwa perlahan sambil menyapu airmata yang mulai mengalir dimatanya yang indah itu.
"Gwa nga tahu" Dinda lagi2 menggelengkan kepalanya.
"Tapi gwa musti tahu Din, soalnya ini juga perlu buat gwa. Istilah kasarnya, kalopun kita musti pisah sekarang, itu lebih baik daripada kita tetap bertahan ternyata lo nga sanggup nungguin gwa. Itu cuma akan bikin gwa sakit hati Din!" gwa mulai mendesak Dinda.
"Kenapa kita musti pisah sih? Kenapa gwa yang disalahin?" protesnya.
"Lho, disini khan yang jadi pihak menunggu adalah elo Din? Jadi keputusan ada ditangan lo Din? Gwa akan nerima dengan lapang dada kalo kita musti pisah karena lo nga bisa nunggu gwa. Gwa ikhlas Din! Daripada nanti kita tetep bertahan, tapinya lo ternyata nga sanggup nungguin. Gwa nga mau yang kayak gitu Din. Gwa harap lo bisa ngerti" gwa memohon pengertiannya. Ya Din, bahkan gwa udah persiapin jauh2 hari tentang resiko dari hubungan kita ini.
"Hunny, ini terlalu cepat buat gwa dan gwa juga nga siap buat jawabnya" keluhnya kebingungan.
"Tapi cepat atau lambat lo musti kasih gwa jawaban Din. Dan satu hal yang musti lo inget, gwa juga nga mau ngehambat masa depan lo. Gwa juga nga mau gara2 gwa, masa depan lo jadi nga jelas sedangkan diluar sana masih banyak cowok yang lebih baik dari gwa" duh, kok bisa2nya sih gwa ngomong kayak gini?
"Hunnyyyy... kok lo ngomongnya kayak gitu sih?" protes Dinda sambil memeluk gwa lagi.
"Karena gwa ini cuma pecundang Din. Dan kayaknya lo emang nga perlu...." Dinda menghentikan kata2 gwa dengan meletakkan telunjuknya dibibir gwa.
"Gwa nga mau denger! Gwa nga mau denger!" pintanya perlahan dikuping gwa.
"........" gwa yang terbawa oleh suasana galau ini cuma bisa terdiam.
"Tolong kasih gwa waktu buat mikirinnya. Gwa belom siap jawabnya sekarang" katanya perlahan.
"Ok, gwa tetep akan tunggu jawaban dari lo" sahut gwa perlahan.
Dinda membenamkan kepalanya kedada gwa. Lalu gwa peluk erat2 tubuhnya. Lagi2 gwa ngerasain kedamaian dan ketenangan disitu. Gwa siap dengan segala keputusan dari lo Din. Apapun itu, gwa akan ikhlas nerimanya. Walaupun rasanya berat
Laki2 yang ada dihadapan gwa ini cuma tersenyum2 penuh simpatik sambil diseling ngeliatin transkrip nilai gwa yang ada dimejanya. Kalo gwa taksir umurnya paling banter beda 5 tahunan, paling jauh 10 tahun. Mukanya emang agak2 baby face gitu, tambahan lagi badannya kecil dan pendek. Ditambah senyumnya yang nga pernah lepas dibibirnya membuat dia nga keliatan seperti seorang dosen dan kajur gwa.
"Gimana pak?" desak gwa.
"Hmmm, bingung nih saya mau ngomongnya Ky" jawabnya sambil menutup map yang berisi transkrip gwa.
"Nga usah bingung2 pak. Saya mah udah siap dengerin keputusan apapun dari bapak tentang saya. Saya cuma mau kepastian aja pak, dalam setahun kedepan saya bisa selesaiin kuliah saya ini apa nga?" sahut gwa mantap.
"Nah, justru itu saya yang mau nanya sama kamu. Kamu siap nga ngebut dalam setahun?" kajur gwa balik nanya.
"Justru itu pak, saya mau minta pendapat dari bapak. Kira2 penilaian bapak tentang kuliah saya setahun ini gimana pak? Bisa dilanjut atau meragukan alias percuma aja? Itu aja sih yang saya pengen tahu dari bapak." desak gwa lagi. Kok, malah bertele2 sih ini kajur gwa?
"Ok. Kalo secara kasat mata, dalam setahun ini hasil kamu nga ada peningkatan sama sekali. Terutama buat mata2 kuliah utamanya, kamu boleh dibilang ketinggalan. Tapi, saya lihat kamu masih ada potensi dan niat kamu buat lulus masih ada. Buktinya, semua tugas2 kamu selesaikan dengan baik. Ini point lebih kamu dimata saya." kajur gwa narik napas sejenak.
"......" gwa dengerin penjelasannya. Jiah, kalo soal tugas doang mah gancil, Nana yang baik hati itu selalu siap bantuin ngerjain tugas2 gwa.
"Jadi, untuk setahun kedepan ini saya harap kamu keluarin lagi segala kemampuan kamu untuk dapetin C aja disemua mata kuliah yang diambil, maka saya akan bantu kamu untuk dapetin semester tambahan buat nyelesaiin SKS yang masih tersisa berikut KP dan TA kamu. Ini janji saya" kajur gwa menyakinkan gwa. Dan gwa percaya dengan omongannya, karena kajur gwa ini emang terbukti dengan segala kebaikan dan kebijaksanaannya di mata para mahasiswa2nya.
"Ngg, jadi saya musti mati2an lagi pak belajarnya?" tanya gwa memastikan.
"Yah, itu yang saya harapkan dari kamu. Saya yakin kamu bisa kok" kajur gwa tersenyum tulus.
"Berarti masih fifty-fifty ya pak kans saya?" tanya gwa lagi.
"Yak, kurang lebih seperti itu. Tapi saya yakin kok, kamu pasti bisa lebih baik lagi" kata kajur gwa yakin.
Gwa heran, kenapa ini orang yakin banget sih sama gwa? Tapi kalo gwa lihat dari matanya, kajur gwa ini sama sekali nga keliatan kayak basa-basinya. Walau wajahnya tampak kekanak2an, tapi setiap kata2 yang keluar dari mulutnya selalu terdengar mantap dan penuh kepastian.
Justru gwa yang meragukan diri gwa sendiri. Udah, setahun ini gwa coba serius sama kuliah gwa. Tapi yang gwa rasain, makin gwa berusaha makin gwa nga bisa nangkepnya. Apa emang gwa udah segitu bodohnya kah? Atau emang gwa terlalu pemalas untuk berusaha? Atau emang gwa ini bener2 seorang pecundang?
Oke, gwa ini bukan seorang Van Wilder - party pimp - yang begitu populer di kampusnya. Walaupun dia juga ngabisin waktu 7 tahunnya di kampus, tapi banyak temen2nya yang mau ngebantuin dia buat nyelesaiin kuliahnya. Sedangkan gwa? Tapi itu khan cuma film Ky dan bukan realita yang sebenernya?!

"Jadi kalo hasilnya nanti nga beda jauh sama yang setahun ini, berarti saya DO ya pak?" gwa menatap kajur gwa.
"Masa' kamu ragu gitu sih Ky? Kamu bisa kok " kajur gwa tetep ngasih gwa semangat.
"Saya nga ragu pak, justru hasil setahun ini udah maksimal dari saya. Dan saya juga udah mantep kok pak, kalo buat setahun kedepan hasilnya nga beda jauh dari yang sekarang ini, saya lebih baik stop sampe sini aja pak" jawab gwa dengan mantap. Ya, gwa nga mau nyia2in setahun kedepan nanti dengan ketidakpastian.
"Kamu serius Ky?" kajur gwa kaget, nga nyangka gwa bakalan ngomong kayak gini.
"Saya serius pak. Dan saya juga udah pikirin keputusan saya ini mateng2. Nga sekedar emosi belaka" jawab gwa seolah mantap, padahal jauh didasar hati gwa ngeraguin omongan gwa ini.
"Tapi Ky, kamu masih ada harapan kok, saya yakin itu. Kamu tau khan Raka, dia jauh lebih parah dari kamu, tapi dia bisa ngejarnya tuh" kajur gwa tetep keukeuh dengan pendapatnya.
"Maaf pak, saya tahu kemampuan saya. Dan saya yakin, kalo tempat saya bukan disini" jawab gwa diplomatis.
"Kamu udah mantep sama keputusan kamu Ky?" kajur gwa tampaknya udah nyerah sama kemauan gwa.
"Yakin pak" sahut gwa pelan.
Pagi itu gwa sudah mantap dengan keputusan gwa, yaitu berhenti kuliah. Gwa nga yakin kalo dalam setahun gwa bisa nyelesaiin SKS2 yang bakal gwa jalanin nantinya. Gwa cuma ngerasa, daripada gwa ngabisin waktu setahun hanya buat kesia2an belaka, mendingan gwa pake setahun itu buat mikirin, langkah apa yang akan gwa ambil nantinya.
Apakah gwa akan pindah kampus dan nerusin jurusan yang gwa ambil? Pindah jurusan dan nerusin di kampus gwa ini, mulai dari nol lagi. Atau nyari kerjaan apa aja, yang tentunya disesuaikan dengan jenjang pendidikan terakhir gwa, yaitu SMA? Fak, pusing gwa. Gwa nga bisa mikir lagi.
Dan keputusan ini gwa ambil sendiri aja. Gwa nga pake acara konsultasi sama bonyok gwa, toh, mereka taunya gwa masih jalanin kuliah gwa ini. Gwa juga nga perlu pendapat dari Kenshi atau malah Dinda. Semua murni gwa yang mutusin. Karena ini adalah hidup gwa. So, what will be will be aja lah! Pusing kalo dipikirin mulu!
********************
"Hun, ini barang gwa udah semuanya lo turunin dari mobil?" tanya Dinda sambil bertolak pinggang.
"Udah semuanya nyah. Kecuali ban serep, kotak P3K sama kunci2 mobil apa perlu diturunin juga nyah?" jawab gwa sambil ngeliat lagak Dinda yang udah kayak boss itu.
"Hunny, ih, masa gwa dipanggil nyah-nyah gitu sih? Emangnya gwa kayak nyonya2 gitu ya?" Dinda merajuk sambil membuat bibirnya jadi miring gitu.
"Abis lo daritadi cuma nyuruh2 doang, nga bantuin ngangkat2. Udah gitu make tolak pinggang segala lagi. Udah kayak nyonya besar aja gaya lo" sahut gwa sambil melingkarkan tangan gwa ke pinggangnya.
"Hihihihi, sori deh kalo gitu. Tapi gwa khan bukan nyonya besar kali gwa hun. Tapi nyonya Lucky..." sahutnya pelan sambil merapatkan tubuhnya ke gwa.
"Whatever..." jawab gwa singkat. Gwa menarik makin dalam tubuh Dinda ini dan gwa luapkan kerinduan gwa yang udah nga tertahankan ini pada bibir merahnya yang telah merekah.
Sejenak gwa lupain kelelahan gwa setelah ngangkat beberapa koper dan barang2 bawaannya Dinda. Gwa tuntaskan kerinduan gwa ini pada hangatnya, merahnya dan manisnya bibir Dinda. Pada wangi tubuhnya yang menyeruak dari jenjang lehernya yang begitu putih dan bersih. Pada.....
"Hun, mending kita beres2 dulu ya. Ribet nih gwa, kalo masih berantakan gini kamarnya" Dinda melepaskan lumatan bibirnya.
"Yaelah, tinggal masuk2in barang2 lo aja kelemari mah bisa ntar2 aja kali. Lagian juga kamarnya udah rapi jali gini. Gwa kangen tauk" gwa memprotes Dinda.
"Easy hun, waktu kita masih banyak disini. Gwa pengen beberes aja dulu. Khan kalo udah selesai semuanya kita bisa santai2 disini. Ya khan?" Dinda mulai membuka koper2nya.
"@%^#$%$&^@&!..." gwa ngedumel pelan lalu duduk di ujung springbed yang belum dilapisi sprei. Gwa nyalain rokok gwa.
"Lo nga mau bantuin gwa hun?" tanya Dinda masih sambil sibuk ngeluarin isi kopernya.
"Gwa bantuin doa aja deh dari sini" sahut gwa ngasal sambil menikmati rokok gwa.
Dinda ngedumel nga jelas sambil mengeluarkan isi kopernya dan memindahkannya kedalam lemari pakaian yang lumayan gede itu. Sedang gwa yang ngerasa kentang ini cuma ngeliatin aja sambil duduk selonjoran diatas kasurnya. Lagian juga ngapain gwa ikut bantuin Dinda ngebongkarin isi kopernya, nanti salah2 ngebantuin malah gwa yang kena diomel2in.
Ohiya, malem itu ceritanya gwa lagi nemenin Dinda pindah2an kekost-an dia yang baru. Setelah gwa jemput Dinda dari bandara, kita langsung menuju kost2an barunya ini. Kebetulan kost2an ini gwa yang bantu nyariin, atas permintaan Dinda setelah dia dapet panggilan kerja disalah satu perusahaan multinasional yang berlokasi dipusat bisnis di kota ini. Walaupun sifatnya baru panggilan, tapi Dinda memberanikan diri mutusin untuk ngambil kost2an ini. Yup, kalo soal percaya diri, pacar gwa ini numero uno deh!

Setelah muter2 didaerah yang dekat sama calon kantornya, gwa nemuin sebuah rumah 2 lantai khusus kost2an. Dengan lingkungan yang lumayan asri diantara deretan rumah2 besar disekitarnya, gwa pikir kost2an ini lumayan aman dan nyaman. Walaupun harga sewanya relatif mahal, tapi cukup worth it lah dengan fasilitas AC, kamar mandi sendiri dan perabotan yang udah komplit didalemnya. Toh, Dinda nga masalahin soal harga sewanya, yang penting deket sama calon kantornya, gitu alesannya. Dan kamar yang tersisa adalah yang terletak di pojok depan nga jauh dari pintu gerbang. Jadi kesannya kamar itu terpisah dari bangunan utama. Dan yang lebih penting lagi, kost2an itu lumayan bebas.

Gwa turun dari kasur, ketika Dinda mulai memasang sprei disana. Nih cewek kalo urusan beberes kamar emang paling resik banget deh. Semuanya udah dia perhitungin mateng, termasuk udah ngebawa sprei buat dia pasang dikasurnya ini. Voila! Kamar inipun udah berubah jadi rapi dan nyaman.
"Ohiya, ini jangan lupa oleh2 dari gwa buat camer tercinta. Jangan lupa kasih tau kalo ini dari gwa ya hun" Dinda menyodorkan sebuah bungkusan besar ke gwa.
"Makasih ya Din. Pasti gwa sampein salam lo buat ortu gwa" jawab gwa sambil memeriksa isinya yang ternyata makanan khas dari daerahnya.
"Beneran ya disampein salam gwa ini. Jangan lupa ditanyain, kapan gwa bisa ketemu sama camer" pintanya sambil duduk disebelah gwa.
"Iya-iya..." sahut gwa sambil mendekap tubuhnya. Harum tubuhnya selalu menggoda gwa.
"Hun, gimana ujian lo kemaren? Udah keluar hasilnya?" pertanyaan Dinda ini seolah mematikan hasrat gwa yang lagi bergolak ini. Hadeh, nga sekarang kali ngebahas masalah kuliah gwa ini.
"Ya gitu deh..." sahut gwa kehilangan selera.
"Ya gitu deh gimana maksudnya hun?" Dinda membalikkan badannya, menghadap gwa.
"Ya gitu deh, same o' same o'..." sahut gwa menerawang, menghindari tatapan matanya Dinda.
"Hun, maksudnya ancur2an lagi hasilnya? Gitu?" tangan Dinda menarik kepala gwa agar ngehadap kearahnya. Soalnya gwa cuma plengas-plengos menghindari tatapan matanya itu.
"........" gwa cuma anggukin kepala gwa.
"Ya ampun hunny, lo kok nga berubah2 juga yah? Sebenernya apa sih masalah lo, sampe nga beres2 juga kuliahnya?" Dinda mencecar gwa.
"Masalah gwa? Apa musti gwa ulang2 terus cerita tentang masalah kuliah gwa ini sama lo Din?" tanya gwa melas.
"Iya gwa ngerti. Tapi apa iya lo nga bisa berusaha semaksimal mungkin hun? Gwa yakin lo bisa kok dan otak lo juga mampu kok. Tinggal niatnya aja yang digedein sama usaha yang maksimal. Iya nga sih?" Dinda terus mencecar gwa.
"Nah, itu lo ngerti Din. Niat gwa aja nga ada, gimana gwa mao usaha?" jawab gwa yang udah mulai sebel.
"Ya ampun, hunny. Trus, mau lo gimana sih? Gwa bingung deh kalo udah ngebahas masalah kuliah lo yang mandeg ini" Dinda mulai putus asa.
"Ya udah, dibawa santai aja kali. Ngapain lo bingung2? Gwa nya aja santai kok?" sahut gwa makin ngelantur.
"Emang susah ya ngomong sama lo!" sungutnya sambil membelakangi gwa.
Lalu kita terdiam, disibukkan oleh pikiran masing2. Hanya suara dengung dari AC split menemani diemnya kita ini. Sumprit, gwa nga siap ngebahas tentang masa depan kuliah gwa malam ini.
"Jadi apa rencana lo kedepannya sama kuliah lo ini?" Dinda mulai membuka suaranya.
"Gwa berenti Din. Gwa mau istirahat dulu, biar gwa bisa mikir bakal ngapain nantinya gwa" sahut gwa perlahan.
Dinda membalikkan badannya dan menatap gwa seolah nga percaya sama yang gwa omongin tadi. Ya, cepat atau lambat lo musti dengerin berita ini Din, bisik gwa dalam hati.
"Hunny, lo lagi nga becanda sama gwa khan?" tatapnya nanar.
"Nga Din, gwa udah mantep sama keputusan gwa ini" sahut gwa pelan.
"Aarrggghhh...." Dinda cuma mendengus marah. Dia menjauhi gwa dan menghempaskan tubuhnya ke atas kasur dan menenggelamkan kepalanya pada kedua kedua tangannya. Pundaknya mulai berguncang2 menandakan Dinda sedang menangis.
Gwa cuma terdiam melihatnya, tanpa tahu musti ngomongin apa. Gwa nyalain lagi rokok gwa dan menikmati asap nikotin ini merasuki ke paru2 gwa.
"Hunny, sebenernya lo serius nga sih mikirin masa depan lo? Dan juga masa depan hubungan kita ini?" tanya Dinda kemudian setelah tangisnya mereda.
"Gwa serius Din. Apa selama ini gwa nga keliatan serius dimata elo?" gwa balik bertanya.
Dinda cuma menatap gwa. Dinda seolah ragu untuk menjawab pertanyaan gwa. Atau mungkin dia meragukan tentang gwa.
"Gwa nga tau hun." jawabnya pelan.
"Kalo lo nga tau, berarti lo nga yakin sama gwa. So, tunggu apalagi?" gwa mendekatinya.
"Maksudnya?" tanya Dinda sambil mengambil posisi duduk diatas kasurnya.
"Maksud gwa, kalo elo ragu dan nga yakin sama gwa, kenapa kita musti pertahanin hubungan kita ini?" tanya gwa seolah udah mantep banget sama kata2 gwa ini.
"Kok, nyambungnya kesitu sih? Gwa khan cuma nanyain tentang masa depan lo sama hubungan kita" elaknya seolah menampik pertanyaan gwa.
"Din, sekarang lo denger dulu deh gwa. Gwa tuh udah pikirin semuanya mateng2. Mulai dari keputusan gwa buat berenti kuliah sampai pada hubungan kita nantinya. Lagian cuma setahun Din gwa begini, biar gwa mantep nantinya gwa mau ngapain kedepannya. Apa nantinya gwa mau lanjut lagi di jurusan yang sama, atau pindah jurusan atau mau kerja aja" gwa menjelaskan panjang lebar.
"Tap..." Dinda ingin menyelak, tapi gwa ngasih isyarat agar Dinda diam dulu.
"Lo pikir gwa nga capek sama keadaan gwa ini Din? Gwa capek banget Din! Sekarang gwa mau nenangin pikiran gwa dulu, biar gwa bisa ngambil keputusan yang tepat buat masa depan gwa. Emang sih kedengeran konyol, tapi gwa butuh itu Din" gwa menarik napas dalam2.
"......" Dinda masih mendengarkan gwa, tanpa menyelak.
"Gwa tau, gwa bakal nyia2in satu tahun umur gwa buat ini. Tapi gwa butuh itu. Dengan atau tanpa lo ngedukung, gwa udah mantep sama keputusan gwa ini. Dan apapun yang terjadi dengan hubungan kita karena keputusan gwa ini, gwa siap nerimanya" kata gwa mengakhiri penjelasan gwa ini.
"Jadi, gwa mau ngomong apapun lo nga akan berubah sama keputusan lo ini?" tanya Dinda memastikan.
Gwa cuma mengangguk. Ya Din, gwa udah nga tau lagi musti ngapain. Yang pasti gwa udah sumpek banget dan gwa butuh nenangin diri. Dengan lo atau tanpa lo disamping gwa, gwa udah mantap dengan keputusan gwa ini.
"Jadi gwa harus nunggu lagi kah?" tanya Dinda perlahan seolah nanya pada dirinya sendiri.
"Ya, teorinya sih gitu. Makanya sekarang gwa mau nanya sama lo, lo mau nungguin gwa apa nga?" gwa meraih tangannya.
"Seriously?" tanyanya seolah ragu.
"Yup. Mumpung kita udah terlanjur basah ngebahas ini, kenapa nga sekalian aja dituntasin?" kata gwa sambil mengecup punggung tangannya.
"Gwa nga tau hun, gwa nga bisa jawab" Dinda keliatan bingung.
"Coba deh lo merem sebentar trus lo tanya sama hati kecil lo atau kalo perlu gwa keluar nih, biar lo bisa mikir" tawar gwa.
Dinda cuma menggeleng. Lalu dia memeluk gwa erat banget. Dan gwa pun memeluk tubuhnya itu dengan nga kalah eratnya. Tiba2 gwa ngerasain kedamaian disitu. Seolah2 gwa ngedapetin kekuatan untuk ngehadepin situasi ini. Kekuatan untuk menerima keputusan dari Dinda, apapun itu.
"Gwa nga mau kehilangan lo hun, tapi gwa juga nga tau apa bisa nungguin lo?" suaranya lirih dikuping gwa.
"Gwa juga nga mau kehilangan lo Din, tapi gwa juga nga mau kalo lo nga bisa nungguin gwa" perlahan gwa lepaskan pelukannya dan wajahnya gwa hadapkan kewajah gwa.
"Gwa nga tau hun" matanya sudah mulai membasah.
"Ssstt, jangan nangis ah. Lo musti kuat. Lo musti bisa ngasih keputusan buat gwa, karena gwa butuh kepastian dari lo" kata gwa perlahan sambil menyapu airmata yang mulai mengalir dimatanya yang indah itu.
"Gwa nga tahu" Dinda lagi2 menggelengkan kepalanya.
"Tapi gwa musti tahu Din, soalnya ini juga perlu buat gwa. Istilah kasarnya, kalopun kita musti pisah sekarang, itu lebih baik daripada kita tetap bertahan ternyata lo nga sanggup nungguin gwa. Itu cuma akan bikin gwa sakit hati Din!" gwa mulai mendesak Dinda.
"Kenapa kita musti pisah sih? Kenapa gwa yang disalahin?" protesnya.
"Lho, disini khan yang jadi pihak menunggu adalah elo Din? Jadi keputusan ada ditangan lo Din? Gwa akan nerima dengan lapang dada kalo kita musti pisah karena lo nga bisa nunggu gwa. Gwa ikhlas Din! Daripada nanti kita tetep bertahan, tapinya lo ternyata nga sanggup nungguin. Gwa nga mau yang kayak gitu Din. Gwa harap lo bisa ngerti" gwa memohon pengertiannya. Ya Din, bahkan gwa udah persiapin jauh2 hari tentang resiko dari hubungan kita ini.
"Hunny, ini terlalu cepat buat gwa dan gwa juga nga siap buat jawabnya" keluhnya kebingungan.
"Tapi cepat atau lambat lo musti kasih gwa jawaban Din. Dan satu hal yang musti lo inget, gwa juga nga mau ngehambat masa depan lo. Gwa juga nga mau gara2 gwa, masa depan lo jadi nga jelas sedangkan diluar sana masih banyak cowok yang lebih baik dari gwa" duh, kok bisa2nya sih gwa ngomong kayak gini?
"Hunnyyyy... kok lo ngomongnya kayak gitu sih?" protes Dinda sambil memeluk gwa lagi.
"Karena gwa ini cuma pecundang Din. Dan kayaknya lo emang nga perlu...." Dinda menghentikan kata2 gwa dengan meletakkan telunjuknya dibibir gwa.
"Gwa nga mau denger! Gwa nga mau denger!" pintanya perlahan dikuping gwa.
"........" gwa yang terbawa oleh suasana galau ini cuma bisa terdiam.
"Tolong kasih gwa waktu buat mikirinnya. Gwa belom siap jawabnya sekarang" katanya perlahan.
"Ok, gwa tetep akan tunggu jawaban dari lo" sahut gwa perlahan.
Dinda membenamkan kepalanya kedada gwa. Lalu gwa peluk erat2 tubuhnya. Lagi2 gwa ngerasain kedamaian dan ketenangan disitu. Gwa siap dengan segala keputusan dari lo Din. Apapun itu, gwa akan ikhlas nerimanya. Walaupun rasanya berat

Diubah oleh luckyismine 26-04-2014 21:20
0
Kutip
Balas