azelfaithAvatar border
TS
azelfaith
-Catatan Untuk Riyani-
CATATAN UNTUK RIYANI



Sebuah Skripsi



Quote:





(dengerin lagunya dulu ya biar meleleh)





Prologue


Sebut saja namaku Boy, 23 tahun. Penulis? Jelas bukan. Aku hanyalah seorang anak laki-laki yang tumbuh tegak ke atas bersama waktu, soalnya kalau melebar kesamping berarti tidak sesuai kayak iklan Boneto. Dilecut dalam romantika kehidupan labil (bahkan sampai sekarang. emoticon-Stick Out Tongue-Editor).

Tulisan ini kupersembahkan untuk seorang gadis, sebut saja Bunga. Eh, jangan. Nama Bunga sudah terlalu mainstream dan negatif, Sebut saja Riyani, itu lebih indah dibaca dan tanpa konotasi negatif berita kriminal. (iya gimana sih.. emoticon-Kagets - Editor)

Ya, Riyani itu kamu. Bukan Riyani yang lain. (Emang Riyani ada berapa gan? emoticon-Confused - Editor) Aku menulis ini karena aku tak punya harta materi (Hiks..kasihan emoticon-Berduka (S)- Editor). Karena aku tak punya apapun. Karena aku bahkan tak ingat apa yang jadi favoritmu. Aku hanya tahu kau suka membaca, maka aku hanya bisa mempersembahkan tulisan ini sebagai ungkapan terima kasihku untukmu Riyani, seseorang yang akan kunikahi nanti. (Ciyyeeee.. suit-suit dah mau kimpoi nih.. emoticon-Genit - Editor)

Dan kau Riyani, perhatikanlah bagaimana kuceritakan masa-masa dimana aku tumbuh dewasa hingga kutitipkan kepingan hati terakhirku padamu. Masa-masa dimana aku belajar, ditempa, jatuh remuk, dan kembali bangkit karenamu.. (Ceiileee romantisnyaaa... emoticon-Kiss (S) - Editor).



DAFTAR ISI

Quote:


INTERLUDE
Quote:



RULES

Quote:




Q & A

Quote:




Jangan lupa komen, rates, dan subscribe.
Ijo-ijo belakangan mah gak masalah. emoticon-Smilie
Diubah oleh azelfaith 04-07-2016 08:20
septyanto
septyanto memberi reputasi
2
109.9K
623
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread42.2KAnggota
Tampilkan semua post
azelfaithAvatar border
TS
azelfaith
#352
0.8. Interlude: Tak Sedalam Palung Mariana
Kalau lu pernah ngeliat yang namanya palung mariana, yang katanya palung terdalam di dunia, maka lu bakal tahu seberapa dalam dan tak diketahuinya sifat-sifat gue. Beberapa, atau bahkan sebagian besar temanku telah menganggapku sebagai salah satu dari the silencers - dan itu bukan salah satu ordo premansori, hanya sebutan gue bagi orang-orang pendiam. Tak banyak bicara, dan sedikit sekali berkomentar akan sesuatu. Beberapa cewek mungkin akan menganggapnya cool, yah mau gimana lagi soalnya gue ganteng. Coba gigiku tonggos dikit, mungkin akan lain ceritanya. Berbanding terbalik dengan mereka, orang (paling) dekat malah menganggapku sebagai orang konyol, iseng, suka ketawa, dan lain sebagainya. Kenapa bisa begitu? Apakah latar belakang masalah yang terjadi di sini? Mungkin bagi para skripsier - lagi-lagi sebutan dari gue - pertanyaan itu akan muncul di sela-sela pusingnya kepala mereka akan dosbing unyu-unyu yang selalu membayangi tidurnya.

Semua berawal dari suatu hal. Dulu waktu gue masih imut-imut gilak, ketika masih SD, aku adalah salah satu dari punggawa bertitle sang penjarah. Soalnya dulu aku suka sekali menjarah makanan teman-temanku. Gue bukan orang pendiam, dan gue pun suka iseng dan ngelawak bersama keluarga. Tetapi semua berubah, ketika gue kenal makhluk yang namanya perempuan.

Aku tak akan menganggap semua perempuan sama, seperti halnya argumen yang sering cewek-cewek bilang, "semua cowok tu sama saja". Hanya saja, karena perihal itulah aku berubah total. Apa penyebabnya? Salah satu yang ditakuti para makhluk penghuni SDku kala itu adalah moncong-moncong mulut perempuan yang berbisa. Luka pukulan dari teman sebaya tak akan bertahan lama, tapi sakit hati karena perkataan berlangsung seterusnya. Beberapa perempuan punya title mulut berbisa. Ketika mengejek Naudzubillah sakitnya sudah bagai diterba topan badai. Namun, memang tak semua perempuan seperti itu juga. Ada pula yang lemah lembut tutur katanya. Meskipun, lagi-lagi, nama baik mereka tercoreng karena teman-teman seperjuangannya yang bermulut ular.

Kata-kata, hinaan, yang kadang kali entah disengaja ataupun tidak muncul dari mulut mereka. Membuatku menyadari betapa mengerikannya efek yang terjadi setelah itu. Sumpah serapah, doa yang buruk, dan lain sebagainya.

Beranjak dewasa gue menyadari, meski masih di dominasi perempuan, ternyata banyak orang yang tak menjaga cara bicaranya. Tak cuma perempuan, lelaki juga. Bahkan, ada yang menganggap hinaan sebagai sebuah canda belaka. Mereka menyebut teman yang gendut "buntelan lemak", mereka menganggap teman yang kaya "raja tuyul" dan lain sebagainya. Aku tak menyalahkan itu, seandainya... ya seandainya perkataan-perkataan semacam itu diucapkan pada teman dekat atau sahabat yang sudah tentu mereka kenal baik. Tapi terkadang hal itu diucapkan pada teman, yang bahkan cuma sekedar teman, yang kadang lu cuma tau nama, alamatnya doang.

Gue pernah dihina karena badan tinggi dan kurus gue, ketika itu gue SMP. Gue gak bakal ada masalah kalau itu yang bilang adalah teman baik, atau setidaknya sudah kenal bertahun-tahun lamanya. Tapi ini? orang yang bahkan cuma tahu nama dan alamat gue doang? Kata-kata itu membekas dihati, lebih jelas bekasnya daripada bekas pukulan yang mendarat di pipi. Atau bahkan bekas tamparan guru tergalak sekalipun. Gue mulai menyumpahinya dalam hati. Mendoakan keburukan, dan menyimpan dendam kesumat.

Sebegitu bencinya gue dengan dia sampai sumpah serapah bertumpuk-tumpuk di hati, hingga tiba-tiba aku menyadari. Separah itukah efek dari kata-kata dari sebuah organ yang bernama mulut? yang terkatup-katup dengan dua buah bibir? Gue, sebagai salah satu korban mulut berbisa, sudah bersumpah serapah dan berdoa buruk kepadanya. Bagaimana kalau ternyata tak cuma aku saja, tapi juga ada teman-teman lain yang juga menjadi korban. Kalau semisal ada 10 anak, dan mereka mendoakan keburukan baginya 10 kali dalam sehari. maka 10 x 10 = 100. Bagaimana jika hal itu berlangsung selama 30 hari, 100 x 30 = 3000. Bagaimana jika itu berlangsung setahun? atau jika anak-anaknya berjumlah lebih dari 10?

Aku merasa ngeri dan takut. Ditambah dalam agamaku sudah disebutkan betapa mujarabnya doa orang yang teraniaya. Aku pun kemudian berfikir jauh, lebih jauh daripada tol Semarang-Solo. Apakah aku, selain korban, pernah pula menjadi pelaku? Apakah aku, pernah pula melontarkan kata-kata berbisa seperti itu? Aku tiba-tiba merasa takut. Takut akan doa-doa buruk yang bakal memperburuk jalannya hidup gue. Karena apapun yang ada di dunia ini adalah lingkaran karma. Lu bakal dapet apa yang lu kasih.

Kadang kita tak menyadari, kita dengan seenaknya menyebut orang-orang itu sebagai mulut berbisa. Sementara ternyata, di satu sisi kita sama saja seperti mereka. Kita semua saling berbalas dosa dan hinaan. Tak hanya anak-anak, orang dewasa pun demikian. Karena hal itu pun sudah kutemui, dari mahasiswa, dosen, guru, tukang sayur, pedagang, polisi, tentara, politisi. Semua sama saja. Mereka tak benar-benar menyadari, saling menyalahkan dan menghina tanpa mau berkaca pada diri sendiri. Seperti meludah ke langit, ludah kena muka sendiri. Sudah gila kali mereka. Banyak yang sukanya mengkritik tanpa mereka sadari kalau celana mereka berlubang di belakang. Sudah macam maho siap ditusbol saja. Semua berputar pada lingkaran setan.

Well, sejak saat itu gue memilih jadi tak banyak bicara, tak banyak berkomentar. Menjalani hidup dengan biasa. Mulai berhenti mencoba mengejek dan menghina, dan tak mendengarkan ejekan dan hinaan orang lain. Bukan sok bijak, hanya saja mungkin jika aku tak mendengarkan dan merespon mereka. Aku tak perlu merasa sakit hati dan mendoakan keburukan. Tanpa dendam, hidup gue terasa lebih damai dan santai. Karena faktanya semakin kita dibebani dendam, semakin terpuruk hidup kita. Setidaknya dengan tak mendengarkan hinaan, mungkin hidup kita akan lebih baik daripada mereka. Gue bisa langsung tidur tanpa banyak pikiran. Dan mungkin saja karena kedamaian ini gue bisa jadi kandidat masuk surga. Nah kan, ternyata tak sedalam palung Mariana. Hanya saja panjangnya cerita ini tak terkira, siapa suruh baca.

Well, bukan berarti gue adalah nabi dan tak menyimpan rasa benci pada mereka. Pada mereka, gue cuma bisa kasih salam jari tengah. Fuck you para penghina, ngaca please.
Diubah oleh azelfaith 10-05-2014 13:31
0
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.