- Beranda
- The Lounge
[RD] SEJARAH - Perang Salib Pertama dan Berdirinya Kerajaan Yerusalem
...
TS
RightDeve
[RD] SEJARAH - Perang Salib Pertama dan Berdirinya Kerajaan Yerusalem
Part of RightDeve's Thread on Military & History
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Thread ini adalah terjemahan dan ekstrak dari buku:
![[RD] SEJARAH - Perang Salib Pertama dan Berdirinya Kerajaan Yerusalem](https://dl.kaskus.id/i43.tower.com/images/mm108054435/a-history-crusades-vol-i-first-crusade-foundations-steven-runciman-paperback-cover-art.jpg)
http://www.amazon.com/History-Crusad.../dp/052134770X
Karya seorang penulis Inggris:
![[RD] SEJARAH - Perang Salib Pertama dan Berdirinya Kerajaan Yerusalem](https://dl.kaskus.id/www.bookchums.com/author_photos/AU_2012061504_42_40.jpg)
Steven Runciman
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
90% isi thread ini berasal dari buku tersebut. Saya semata-mata hanyalah menerjemahkan dan menambahkan dramatisasi gaya penulisan agar mudah dibaca dan sesuai dengan telinga orang Nusantara. Terjemahan dan urutan penulisan tidaklah sama kata per kata dengan buku.
Spoiler for Metode Terjemahan dan Penulisan Thread:
Quote:
Quote:
Quote:
Thread ini dirilis secara bertahap sesuai dengan tahapan saya membaca buku tersebut. Jika ada waktu luang, saya akan menulis tambahannya. Dengan harapan semoga bukan hanya saya yang bisa memetik manfaat, tetapi juga menambah wawasan kebijaksanaan manusia Nusantara terhadap dunia di sekitarnya.
KNOWLEDGE IS POWER
KNOWLEDGE IS POWER
ISI BUKU:
1. Bangkitnya Kaum Gurun
Quote:
Quote:
![[RD] SEJARAH - Perang Salib Pertama dan Berdirinya Kerajaan Yerusalem](https://dl.kaskus.id/s7.postimg.org/phrc7q50b/image.jpg)
Spoiler for 1. Abomination of Desolation:
![[RD] SEJARAH - Perang Salib Pertama dan Berdirinya Kerajaan Yerusalem](https://dl.kaskus.id/www.religiousfreedomcoalition.org/wp-content/uploads/2012/07/UmarCaliphate.jpg)
Yerusalem, Februari tahun 638 Masehi. Udara musim dingin yang sejuk menyambut kedatangan seorang penunggang unta putih. Dengan baju lusuh namun terlihat sangat berwibawa, dia memimpin barisan pasukan Muslimin memasuki kota Yerusalem. Berjalan di sampingnya adalah sang Sophronius, pemimpin kota yang kini telah menyerah.
Ketika sampai di Kuil Sulaiman, Masjid Al-Aqsha, tempat di mana sahabat terbaiknya yang kini telah wafat naik menuju langit ketujuh dalam Mi'raj-nya, sang penunggang unta terdiam sejenak. Sophronius memandangnya sambil merenung murung, "Lihatlah kejayaan kaum gurun, yang diramalkan Nabi Daniel".
Dia adalah Umar, Umar ibn Khattab, sahabat dan penerus Nabi Muhammad sebagai khalifah, pemimpin bangsa Arab dan umat Islam. Setelah setahun lamanya mengepung kota Yerusalem, akhirnya mereka mampu mendapati ketundukannya dalam kelaparan.
![[RD] SEJARAH - Perang Salib Pertama dan Berdirinya Kerajaan Yerusalem](https://dl.kaskus.id/s27.postimg.org/yodh4adyb/image.jpg)
Khalifah Umar meminta Sophronius mengantarkannya ke Gereja Suci Sepulchre. Tak dinyana datanglah waktu Shalat, dan sang Khalifah menanyakan dimana dia dapat beribadah? Sophronius memintanya untuk Shalat di tempat ia berdiri, tepat di dalam Gereja. Namun Umar lebih tahu, dia tidak ingin Gereja Suci Sepulchre dinobatkan sebagai masjid oleh pasukannya. Dia menggelar sajadah di halaman Gereja, dan benarlah, halaman gereja kemudian dibangun masjid, sedangkan Gereja Suci Sepulchre tetap hingga saat ini menjadi tempat suci umat Nasrani.
Semua ini tertuang dalam perjanjian penyerahan kota di Gunung Zaitun, Mount Olives. Sang Nabi Muhammad pun telah mewanti-wanti bahwa kaum Al-Kitab, yakni umat Yahudi dan Nasrani, wajib ditangani dengan santun. Sedangkan kaum pagan, para penyembah berhala, harus ditawarkan Islam, atau jika menolak, pedang. Sophronius tidak menyangka akan mendapatkan perjanjian yang begitu ringan: kaumnya dapat beribadah dengan bebas, dan tempat ibadah mereka tidak boleh dihancurkan, serta para petinggi dapat diizinkan untuk mengungsi ke Caesarea. Namun mereka tidak boleh menunggang kuda, membawa alat perang, ataupun menyebarkan ajaran mereka. Diwajibkan pula mereka untuk membayar Jizyah, yakni pajak yang sangat ringan jumlahnya.
Sophronius puas dengan perjanjian itu. Inilah prestasi terakhirnya sebagai pelayan Kerajaan Romawi Timur sebelum akhirnya meninggal beberapa minggu kemudian akibat beban batin hilangnya Yerusalem.
Jayanya kaum gurun sungguh tak disangka. Tetapi jauh sebelum itu, kerajaan Romawi telah menghadapi berbagai perpecahan, perang, dan serbuan kaum barbar. Romawi Barat, dengan ibu kota Roma, telah lama hancur oleh serangan kaum Viking, Jermania, dan Visigoth. Dari puing-puingnya muncul kerajaan barbar seperti Perancis, Spanyol, Inggris, Portugal, dan Italia.
![[RD] SEJARAH - Perang Salib Pertama dan Berdirinya Kerajaan Yerusalem](https://dl.kaskus.id/www.elore.com/Ireland/Sites/Historic/King_Johns/viking_brigade.jpg)
Namun Romawi Timur dengan Konstantinopel-nya tetap bertahan kokoh. Bukan hanya karena kepemimpinan Konstantin Agung yang telah menyukai dan mengadopsi kultur Timur, namun juga karena provinsi-provinsi terkaya ada di bawah kepemimpinannya. Syria dan Mesir, keduanya adalah gudang emas bagi Romawi Timur.
Sebagaimana kerajaan besar lainnya, perpecahan tidak dapat dihindari. Syria dan Mesir memandang dengan iri para pedagang utara. Perang berkepanjangan dengan Persia telah mengubah jalur perdagangan para kafilah dari Cina menjadi lebih ke utara melalu gurun sabana dan pegunungan Asia tengah. Kota demi kota jatuh ke tangan Persia, dan pasar merekapun semakin berkurang. Pajak pun ditarik lebih kejam untuk membiayai perang.
![[RD] SEJARAH - Perang Salib Pertama dan Berdirinya Kerajaan Yerusalem](https://dl.kaskus.id/s23.postimg.org/3kp1mbzyj/image.jpg)
Dari kecemburuan ini lahirlah perpecahan. Beragam paham nasionalisme dan sekte lokal tumbuh di berbagai tempat sebagai bentuk protes dan pelarian dari cengkraman kerajaan. Pedagang Mesir dan Syria yang semakin miskin ingin agar ritual ibadah disederhanakan. Ritual mewah Gereja Ortodox dianggap sebagai penghinaan atas kesengsaraan mereka. Namun topik utamanya adalah teologi: konsep ketuhanan Yesus.
Konsep ketuhanan Yesus selalu menjadi bahan perdebatan bagi para petinggi Gereja. Nestorius, seorang petinggi gereja Konstantinopel, merumuskan konsep ketuhanan Yesus yang menyatakan bahwa Yesus lebih cenderung manusia daripada tuhan. Hal ini tentu membuat para dewan tinggi gereja kebakaran jenggot. Sehingga dalam pertemuan Occumenical Ephesus tahun 431, Nestorianisme difatwakan sebagai sekte sesat. Tak heran, Nestorius yang punya banyak pengikut di Syria, kemudian membawa serta sebagian besar kongregasi gereja Syria lepas dari Kerajaan.
![[RD] SEJARAH - Perang Salib Pertama dan Berdirinya Kerajaan Yerusalem](https://dl.kaskus.id/s29.postimg.org/woht2p6wn/image.jpg)
Begitupun di Mesir. Para petinggi gereja di Alexandria menuangkan ide baru bahwa Yesus adalah murni Tuhan dan tidak memiliki unsur manusia sedikitpun. Aliran ini dikenal dengan Monophysitisme dan sebagaimana saingannya, Nestorianisme, dia difatwakan sebagai sekte sesat oleh pertemuan Occumenical Chalcedon tahun 451. Kali ini, kongregasi gereja Mesir yang menarik diri dari Kerajaan.
Kerajaan Romawi pun tidak sanggup menangani perpecahan sekte ini. Di satu sisi mereka tidak ingin dianggap kejam dan ditinggalkan, di sisi lain mereka harus menyatukan seluruh kerajaan dalam satu ideologi yang sama. Konstantinopel hanya dapat bersikap munafik: terkadang mendukung sekte sesat, di lain waktu memenggal kepala mereka.
Selain Nestorianisme dan Monophysitisme, kaum Yahudi adalah duri dalam daging bagi Romawi. Mereka selalu saja bersikap layaknya lintah yang mengambil keuntungan dalam sebuah situasi. Untuk itu Kerajaan selalu bersikap keras kepada mereka, membatasi hak-hak mereka agar tidak menjadi penyakit yang meluas.
Seperti pada saat Kaisar Phocas bertahta, dengan angkuhnya dia mengirim bala tentara untuk menghancurkan Nestorianisme dan Monophysitisme. Kaum Yahudi membantu membantai para petinggi sekte tersebut. Namun ketika Yahudi unggul, justru mereka balik membantai petinggi Gereja Ortodoks.
Pada tahun 610, kaisar Phocas digantikan oleh Heraclius. Pada tahun itu pula, Raja Chosroes II dari Persia telah menyelesaikan persiapan perang untuk menghancurkan Romawi selamanya. Perang berlangsung selama 19 tahun, dan selama 12 tahun Romawi hanya mampu bertahan dan melihat kerajaannya ditelan satu demi satu. Anatolia, Syria, Antiokia, dan Damaskus jatuh ke tangan Chosroes. Ketika pasukan Persia memasuki Palestina, semua gereja dibakar habis kecuali satu, yaitu Gereja Nativity di Bethlehem. Gereja ini selamat karena ada satu mozaik di pintu depannya yang menggambarkan Orang Bijak dari Timur dalam pakaian Persia.
Ketika pasukan Persia sampai ke Yerusalem, penduduk Nasrani dengan heroiknya mempertahankan kota meter demi meter. Namun tak disangka, tiga minggu kemudian, kaum Yahudi sekali lagi berbalik arah menusuk mereka dari belakang. Dengan bantuan Yahudi, pasukan Persia mampu menembus dinding kota dan memporak-porandakan pertahanan. Ketika gereja dan rumah mereka dibakar, kaum Nasrani mendapati diri mereka dibantai secara massal oleh tentara Persia dan kaum Yahudi. 60.000 orang dinyatakan tewas, dan 35.000 lainnya digiring sebagai budak. Pusaka suci umat Nasrani pun tak luput dari penjarahan, yakni Salib Suci (Holy Cross) dan Instrument of the Passion, yang diboyong ke tanah Persia. Tiga tahun kemudian, pasukan Persia mampu menduduki Mesir di selatan, dan Selat Bosphorus di utara. Harapan seperti telah sirna ketika para petinggi kerajaan pun berkhianat.
Namun layaknya mukjizat, Romawi mampu membalikkan keadaan. Sebagaimana diramalkan kitab suci sang Nabi kaum gurun 7 tahun sebelumnya, ketika ia masih berusaha menyatukan bangsa Arab:
Quote:
Quote:
Quote:
"Alif, Lam, Mim. Telah dikalahkan bangsa Rumawi, di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang, dalam beberapa tahun. Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). Dan di hari (kemenangan bangsa Rumawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman, karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang" (Al Qur'an, Surah Ar-Ruum:1-5)
Jatuhnya kota suci Yerusalem mampu membakar semangat Romawi untuk membalaskan dendam. Pengkhianatan Yahudi tidak akan pernah dilupakan. Heraclius kini menyatakan perang melawan Persia sebagai Jihad, perang suci, yang wajib diikuti siapapun. Dengan tertatih-tatih dalam kesulitan yang besar, Romawi mampu mengumpulkan sumber daya dan pasukan untuk melibas Persia.
Pada tahun 627, Heraclius akhirnya mampu mengalahkan Persia dalam pertempuran Nineveh. Dan pada tahun 628, Chosroes II dibunuh dalam perebutan tahta. Penggantinya menginginkan perdamian dan akhirnya Romawi Timur mampu merebut kembali daerah yang hilang. Kedamaian dan kemenangan yang telah lama dinanti pun datang.
Namun kebahagiaan tidak berlangsung lama. Heraclius yang gagah berani melawan Persia ternyata tidak dapat mengembalikan modal perang yang ia pinjam dari gereja. Pajak yang mencekik kembali menjerat. Terlebih lagi, Persia ternyata memberikan perhatian lebih kepada sekte-sekte sesat, sehingga mereka tidak menyukai kembalinya sang Kerajaan Gereja Orthodoks.
Tekanan demi tekanan dilakukan Heraclius untuk menyatukan doktrin kristen, yang justru semakin menambah kebencian dari kaum sekte. Selain itu, Heraclius menuntut agar seluruh Yahudi dibaptis menjadi Kristen, mengingat pengkhianatan mereka yang begitu besarnya. Tak jarang pembantaian Yahudi terjadi sebagai bentuk balas dendam. Heraclius juga mempunyai alasan lain untuk ini: ia bermimpi bahwa kaum yang berkhitan (di-sunat) akan menghancurkan kerajaannya, sedangkan Yahudi adalah salah satu umat yang berkhitan.
Diriwayatkan ketika Heraclius mengadakan pesta kemenangan yang dihadiri utusan sejauh Prancis dan India, muncullah seorang utusan Arab yang membawa surat dari padang pasir. Surat itu berasal dari seorang suku Quraish, Muhammad, yang mengaku sebagai Nabi baru yang telah dijanjikan Al-Kitab sebagai Nabi terakhir. Ia mengajak Heraclius untuk memeluk Islam dengan damai. Dalam kebimbangan, Heraclius menolaknya, dan inilah awal dari kehancuran Romawi Timur. Ajakan yang sama juga dikirimkan kepada pemimpin Mesir, Persia, dan Abyssinia.
Kaum gurun telah bangkit sebagai kekuatan yang tak disangka. Setelah ribuan tahun berkutat dalam kebodohan dan perang suku, kini kaum penyembah berhala padang pasir bangkit di bawah panji Islam dan Muhammad. Hanya dalam waktu 10 tahun, Muhammad mampu menyatukan bangsa Arab menjadi sebuah khilafah yang mampu menaklukkan dunia. Pada tahun 622, ia berhijrah hanya didampingi oleh segelintir keluarga dan sahabat. Pada 632, Muhammad adalah penguasa seluruh Jazirah Arabia dan pasukannya menyebar ke berbagai penjuru.
Munculnya kerajaan dadakan seperti ini tidaklah jarang terjadi di dunia Timur, namun secepat mereka muncul secepat itu pula mereka redup dan runtuh. Tidak demikian Islam, yang pada masa kejayaannya adalah negara adidaya seluruh dunia, dan hingga kini 1400 tahun kemudian masih merupakan kekuatan dominan. Keajaiban ini dapat dicapai karena sebuah kitab, Al-Qur'an, Firman Tuhan yang diturunkan kepada Muhammad. Kitab suci ini tak hanya memuat berbagai kisah teladan dan kata mutiara, namun juga tata cara hidup dan menjalankan pemerintahan, serta hukum-hukum yang tegas. Al-Qur'an begitu simpel sehingga dapat diterima kaum Arab yang belum begitu maju, namun juga Al-Qur'an begitu universal sehingga siap dipakai oleh sebuah kerajaan yang membentang ribuan kilometer.
Bahkan, kekuatan Islam terletak pada kesederhanaannya: hanya ada satu Tuhan di langit, satu Khalifah sebagai pemimpin di muka Bumi, dan hanya satu undang-undang yang ia taati, yaitu Al-Qur'an. Tak seperti Kristen yang mengajarkan cinta dan kedamaian namun tak pernah mencapainya, Islam tanpa malu menawarkan pedang.
Dan pedang itu kini menyerang tanah Romawi dan Persia, dua kekuatan adidaya dunia saat itu. Pasukan Arab menyerang Petraea menuju selatan Palestina, mengalahkan pasukan Sergius dan mengambil alih Gaza. Para penduduknya diperlakukan dengan sangat baik, namun para tentaranya adalah martir Kristen pertama di tangan Islam.
Heraclius yang mulai sadar akan kekuatan Islam berusaha untuk menggalang perlawanan. Namun perang berkepanjangan melawan Persia telah menjadikan penduduk Byzantium malas untuk berperang sekali lagi. Dengan susah payah, ia mampu mengumpulkan balatentara yang dipimpin oleh saudaranya sendiri, Theodore. Theodore menghadapi tentara Arab di Gabatha, barat daya Yerusalem, namun menderita kekalahan telak. Pasukan Arab yang kini telah aman di Palestina kemudian merangsek maju dan menduduki Tiberias, Baalbek, Homs, dan Damaskus.
![[RD] SEJARAH - Perang Salib Pertama dan Berdirinya Kerajaan Yerusalem](https://dl.kaskus.id/www.pesantrenglobal.com/wp-content/uploads/2013/10/islam-cavalery-omar.jpg)
Heraclius kini benar-benar terkejut. Dengan tertatih-tatih ia mampu mengirimkan sebuah pasukan Armenia dan Arab Banu Ghassan (Nasrani), dan satu pasukan Romawi yang dipimpin Theodore Trithyrius. Kabar ini menggegerkan pasukan Muslim yang kemudian mundur meninggalkan Damaskus. Trithyrius mampu mengejar mereka di Hauran namun akhirnya kalah dan harus mundur mendirikan posisi pertahanan di Sungai Yarmuk, tenggara Danau Galilee. Pasukan Armenia dan Arab Banu Ghassan datang membantu. Di saat jumlah musuh jauh melampaui mereka, terjadilah keajaiban sekali lagi bagi pasukan Islam. Badai pasir yang dahsyat tiba-tiba datang menjadikan jarak pandang sangat terbatas. Tentara Islam mampu bermanuver dengan cepat di tengah badai pasir dan memukul mundur pasukan Byzantium. Keajaiban kedua pun terjadi: pengkhianatan 12.000 pasukan Arab Banu Ghassan menuju kamp Islam.
![[RD] SEJARAH - Perang Salib Pertama dan Berdirinya Kerajaan Yerusalem](https://dl.kaskus.id/s27.postimg.org/grc1m7677/image.jpg)
Pada akhirnya, kaum Muslimin mampu memenangkan pertempuran dengan telak. Palestina dan Syria kini terbuka lebar untuk kaum Muslimin. Heraclius yang kini putus asa, tak ada lagi pasukan dan harta untuk melanjutkan perang. Ia menganggap ini adalah hukuman Tuhan baginya karena telah menikahi sepupunya sendiri, Martina. Setelah melakukan ibadah, dia menaiki kapal meninggalkan Syria untuk selamanya. (Sejarawan Agapius dan Michael the Syrian menuliskan bahwa Heraclius dihinggapi penyakit mental kalah, sehingga dia tidak mau lagi bertarung melawan kehendak Tuhan. Selain itu dituliskan bahwa Heraclius telah menjarah tanah Syria sebelum dia pergi, yang mana kebenaran hal ini diragukan.)
Tanpa ragu, pasukan Arab dengan cepat menyerbu. Penduduk yang mayoritas adalah pemeluk sekte sesat tanpa perlawanan sedikitpun menyerahkan diri kepada sang pemimpin baru. Hanya di kota-kota Caesarea, Yerusalem, Pella, dan Dara terjadi perlawanan. Sophronius sang pemimpin Yerusalem dengan cepat memperbaiki struktur bangunan pertahanan kota, dan menyelamatkan Pusaka Suci umat Kristen ke Konstantinopel. Satu per satu kota-kota ini jatuh, dan Yerusalem bertekuk lutut setelah satu tahun dikepung tanpa adanya bantuan makanan dan suplai. Pasukan Muslimin kini telah menguasai Suez di selatan, hingga pegunungan Anatolia di utara.
Selain kemenangan melawan Romawi di daerah Barat, Islam juga telah menundukkan saingan terberat Romawi di Timur: Persia. Kemenangan Islam dalam pertempuran Kadesiah dan Nekhavend pada tahun 637 dan 638 memberikan mereka kuasa atas seluruh Iraq dan Iran. Kemudian mereka terus bergerak mengambil alih pegunungan Oxus dan Afghan.
Mesir pun tidak luput dari serbuan pasukan Islam. Pada tahun 639, jendral Muslim 'Amr bergerak menuju Mesir dengan 4.000 pasukan. Keadaan pemerintahan yang korup dengan mudah menjadi bumerang bagi Mesir. Penduduk yang mayoritas sekte Monophysitisme dengan senang mendepak Patriarch Cyrus Alexandria yang merupakan mantan pemeluk Nestorianisme. Dengan cepat 'Amr mampu menundukkan seluruh Mesir termasuk Alexandria. Tiba-tiba muncul isu skandal 'Amr yang berkolaborasi dengan musuh, dan ia pun ditarik ke Madinah. Konstantinopel memanfaatkan momen ini untuk mengambil alih Alexandria dan sukses. Tanpa disangka 'Amr tiba-tiba dikirim kembali ke Mesir dan mampu menghancurkan pasukan Romawi. Sang Jendral Manuel hanya bisa pasrah melihat penduduk Kristen Monophysitisme acuh tak acuh terhadap aksi perlawanannya. Mesir pun seluruhnya jatuh ke tangan Islam.
Mesir telah hilang selamanya untuk Romawi. Pada tahun 700 Masehi, Romawi Afrika Utara berada di tangan kaum Muslimin. Sebelas tahun kemudian mereka menduduki Spanyol. Enam tahun kemudian, 717 Masehi, Khilafah Islam telah membentang dari Pegunungan Pyrenees di Prancis, hingga India di Timur. Dan para Ksatrianya memukulkan palu mereka di dinding Konstantinopel.
2. Berkuasanya Sang Antikristus
Quote:
Quote:
![[RD] SEJARAH - Perang Salib Pertama dan Berdirinya Kerajaan Yerusalem](https://dl.kaskus.id/s14.postimg.org/yusnmwoi9/image.jpg)
Spoiler for 2. The Reign of Antichrist:
Berlanjut di bawah . . .
Diubah oleh RightDeve 02-04-2014 02:12
0
41.4K
Kutip
273
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
1.3MThread•103.8KAnggota
Tampilkan semua post
TS
RightDeve
#43
Part Two
2. Berkuasanya Sang Antikristus
![kaskus-image]()
![kaskus-image]()
Setelah tahun 960, ketika tentara Byzantium yang terkenal, Nicephorus Phocas, mengambil komando pasukan kerajaan, semuanya langsung berjalan cepat. Pada tahun 961, Nicephorus berhasil merebut Crete. Pada 962, dia bertarung di perbatasan Cilicia dan mampu mengambil Anazarbus dan Marash sehingga mengepung kaum Muslim di Cilicia. Pada tahun 963, dengan bantuan ratu dan pasukan kerajaan, Nicephorus akhirnya melakukan kudeta kerajaan yang membawanya pada tampuk Kaisar. Tahun 964, dia kembali ke Timur. Dan tahun 965 dia selesai menaklukkan seluruh Cilicia; dan sebuah expedisi ke Cyprus mampu mengambil alih pulau tersebut ke tangan Byzantium. Pada tahun 966, Nicephorus mulai bertempur di wilayah Sungai Eufrat, untuk memotong jalur komunikasi antara Aleppo dan Mosul. Seluruh kaum Kristen Timur melihatnya sebagai pertolongan yang lama dinanti. Patriarch John dari Yerusalem menuliskan surat kepadanya, memohon agar secepatnya menuju Palestina. Namun pengkhianatan seperti ini ternyata tidak dapat lagi dibiarkan oleh Muslim, John ditangkap dan dibakar oleh para penduduk yang murka.
Harapan John ternyata terlalu dini. Pada 967 dan 968, Nicephorus disibukkan oleh perbatasan utaranya. Namun pada 969, dia memimpin pasukannya lagi ke selatan, tepat ke jantung Syria. Dia maju hingga lembah Orontes, merebut dan menjarah kota-kota Shaizar, Hama, dan Homs, serta menyebrangi hingga Tripoli. Kemudian dia kembali ke utara, meninggalkan kota Tortosa, Jabala, dan Lattakieh terbakar di belakangnya, sedangkan pasukannya mengepung Antiokia dan Aleppo. Kota Antiokia jatuh pada bulan Oktober, dan Aleppo menyerah pada akhir tahun yang sama.
Antiokia, di mana populasi Kristen melebihi populasi Muslim, dimasukkan ke dalam Kerajaan Romawi; dan kaum Muslim di situ diwajibkan untuk meninggalkan wilayah tersebut. Aleppo, yang hampir seluruhnya berpenduduk Muslim, dijadikan negara bawahan. Perjanjian yang dibuat dengan para pemimpinnya menggambarkan dengan jelas batas-batas antara provinsi kerajaan yang baru dan kota-kota sekitarnya. Sedangkan pemimpin Aleppo wajib dipilih oleh sang kaisar. Negara bawahan ini harus membayarkan pajak yang sangat berat, yang tidak dibayarkan oleh penduduk Kristennya. Hak-hak khusus dan pengawalan harus disediakan kepada pedagang dan karavan kerajaan. Perjanjian yang menghinakan ini seperti pertanda berakhirnya kekuatan Muslim di Syria.
Sebelum Aleppo bertekuk lutut, sang kaisar dibunuh di Konstantinopel oleh sang Ratu dan selingkuhannya, sekaligus sepupunya sendiri, John Tzimisces. Nicephorus adalah seorang yang suram dan tak dapat dicintai. Walaupun dia berhasil meraih berbagai kemenangan militer, dia dibenci di Konstantinopel karena pajak dan korupsi yang sangat berat serta permusuhannya dengan Gereja. John, yang sudah terkenal sebagai jenderal handal, menggantikannya naik tahta dengan mudah dan berdamai dengan pihak Gereja. Tetapi perang melawan Bulgaria menyibukkannya di Eropa selama 4 tahun. Di samping itu, Islam kini mulai bangkit lagi, dipimpin oleh dinasti Fatimid, yang bercokol di Mesir dan Syria selatan, dan pada 971 bahkan berusaha merebut Antiokia.
Pada tahun 974, John akhirnya mampu mengalihkan perhatiannya ke Timur. Pada musim gugur, dia turun menuju Mesopotamia, menduduki Nisibin dan menjadikan Mosul menjadi negara bawahan, bahkan merencanakan untuk langsung maju menuju Baghdad. Namun dia sadar bahwa kaum Fatimid adalah kaum yang jauh lebih berbahaya dibandingkan kaum Abbasid, sehingga dia memilih untuk menyerang Syria. Mengikuti jejak Nicephorus, 6 tahun sebelumnya, dia menyapu bersih lembah Orontes, melewati Homs, yang tunduk tanpa perlawanan, serta Baalbek hingga Damaskus, yang menjanjikan ketundukan dan upeti. Kemudian dia maju ke Galilee, Tiberias, Nazareth, hingga Caesarea. Utusan dari Yerusalem mendatanginya agar tidak merampas dan menjarah. Namun dia merasa tidak mampu untuk maju ke Yerusalem ketika kota-kota Phoenician di belakangnya belum diambil. Dia kembali ke utara, mengalahkan mereka satu demi satu, kecuali kota Tripoli.
Musim dingin pun datang, dan ia harus menunda operasi militer lanjutan. Dalam perjalanannya kembali ke Antiokia, ia merebut dan mempersenjatai benteng-benteng di pegunungan Nosairi, Barzuya, dan Sahyun. Lalu ia kembali ke Konstantinopel. Namun ternyata dia tak akan pernah kembali. Pada tahun 976 ia meninggal secara tiba-tiba.
Peperangan ini sekali lagi menjadikan Byzantium sebagai kekuatan besar di Timur. Dan kini perang telah dianggap sebagai sebuah perang suci melawan Islam. Sebelumnya, perang melawan Muslim selalu dianggap sebagai perang mempertahankan wilayah kerajaan dan dianggap sebagai kegiatan sehari-hari. Walau kini, beberapa Muslim fanatik dapat melakukan pembalasan dendam dan pembunuhan kepada kaum Kristen, namun kasus ini jarang terjadi. John dan Nicephorus telah menyatakan bahwa perang kali ini adalah untuk kejayaan Kristiani, menyelamatkan kota suci dan sekaligus menghancurkan Islam. Lagu-lagu kemenangan mereka berbunyi "Keagungan untuk Tuhan, yang telah mengalahkan kaum Arab!". Nicephorus menekankan bahwa perang yang ia lakukan adalah perang Kristen, mungkin, dengan alasan untuk menyeimbangkan hubungan buruknya terhadap Gereja. Dia gagal membujuk sang Patriarch untuk menyatakan bahwa mereka yang mati dalam perang Timur adalah martir, syahid; dikarenakan Gereja tidak dapat menerima, bahkan dalam keadaan perang, kegiatan bunuh membunuh.
Namun dalam suratnya kepada Khalifah, ia menyatakan dirinya sebagai jawara Kristiani, dan bahkan mengancam untuk maju merebut Makkah dan mendirikan kerajaan Kristus di sana. John Tzimisces pun tidak berbeda. Dalam suratnya kepada raja Armenia, ia menyatakan, "Keinginan kita adalah membebaskan Gereja Suci Sepulchre dari kekejaman Muslim". Dia menceritakan bagaimana ia membebaskan kota-kota di Galilee dari penjarahan karena peran mereka dalam sejarah perjuangan Kristen; dan ia menyebutkan bagaimana jika tidak diberatkan oleh Tripoli, ia ingin segera menuju Yerusalem dan berdoa di sana.
Kaum Arab biasanya selalu lebih siap dalam menyatakan perang suci; namun mereka pun telah terlanjur tertidur dalam kemalasan. Kini, ketakutan akan kekuatan Kristen membuat mereka ingin bangkit. Tahun 974, kerusuhan di Baghdad memaksa sang Khalifah untuk menyatakan perang suci, Jihad. Walaupun sebenarnya kala Fatimid hancur pun dia tidak merasa berkewajiban membela.
Terlihat seolah-olah Tanah Suci Yerusalem akan segera berpindah tangan ke kaum Kristen. Tetapi penantian kaum Ortodox palestina ternyata sia-sia belaka. Penerus John, yakni Basil II, walaupun ia adalah prajurit yang hebat, tidak pernah mendapatkan kesempatan untuk berperang ke selatan. Perang saudara yang diikuti perang berkepanjangan melawan kaum Bulgaria menyerap seluruh perhatiannya. Hanya dua kali dia dapat mengunjungi Syria, yakni untuk menyerahkan kembali kekuasaan Byzantium atas Aleppo di tahun 995, dan untuk maju ke Tripoli pada tahun 999. Pada tahun 1001 ia memutuskan bahwa tidak ada gunanya lagi melakukan perluasan. Perjanjian damai selama 10 tahun disepakati bersama kaum Fatimid; dan kedamaian ini akan terus berjalan sampai lebih 50 tahun kemudian. Perbatasan kerajaan telah ditetapkan dimulai dari pantai Banyas dan Tortosa menuju Orontes di selatan Caesarea-Shaizar.
Aleppo tetap bertahan sebagai bagian Byzantium, namun munculnya dinasti Mirdasit pada tahun 1023 menjadikannya bebas sekali lagi. Tahun 1030, pemimpin dinasti ini dapat mengalahkan pasukan Byzantium dengan telak. Namun hilangnya Aleppo diimbangi dengan masuknya Edessa menjadi bagian kerajaan Byzantium.
Perdamaian ini sangat menguntungkan Byzantium dan Fatimid, karena kini keduanya dihadapkan dengan bangunnya kekuatan Baghdad di bawah kaum Turki dari Asia Tengah. Raja Fatimid, yang diterima oleh kaum Syiah sebagai Khalifah yang sesungguhnya, tidak dapat menerima bangkitnya kaum Abbasid; sedangkan Byzantium merasa perbatasan timurnya jauh lebih berbahaya dibandingkan perbatasannya di selatan dengan Fatimid. Ketakutan akan kaum Turki membuat Basil II menduduki provinsi Armenia dan wilayah Vaspurakan. Pada tahun 1045, raja Armenia memberikan tanah kekuasaannya kepada Byzantium.
Pendudukan Armenia dilatarbelakangi oleh pertimbangan militer. Pengalaman selama ini mengajarkan bahwa Armenia tidak dapat dipercaya. Walaupun mereka memeluk Kristen dan tak ada keuntungan melawan Islam, mereka adalah sekte sesat, dan sebagai sekte sesat mereka membenci Ortodox jauh melebihi kebencian terhadap kaum Muslim. Walaupun perdagangan dan hubungan budaya tetap berjalan, dan walaupun banyak kaum Armenia yang bermigrasi ke Byzantium dan mendapatkan jabatan tinggi, permusuhan ini tidak pernah berhenti. Namun sebagaimana pengalaman telah membuktikan, pergerakan maju menuju jantung Asia Minor dapat dicapai dengan mudah melalui lembah-lembah Armenia. Sangatlah bodoh jika para petinggi militer membiarkan titik penting ini diluar kendali mereka.
Secara politik, pendudukan wilayah Armenia ini tidaklah bijak. Kaum Armenia membenci pemerintahan Byzantium. Walaupun pasukan Byzantium berada dengan tegak di perbatasan, namun di belakang mereka adalah penduduk Armenia yang sangat berpotensi berkhianat. Terlebih lagi kini Armenia yang tidak memiliki pemimpin menyebabkan kaum mereka lebih labil dari sebelumnya. Petinggi kerajaan yang bijak lebih memilih agar penduduk Armenia tetap stabil dan menghiraukan kepentingan militer di daerah tersebut.
Syria utara kini telah menjadi milik Kristen; namun para penduduk di selatan dan Palestina menilai bahwa kehidupan di bawah Fatimid dahulu jauh lebih mudah. Mereka pernah menderita sekali waktu ketika Khalifah Hakim yang dibesarkan oleh seorang ibu yang Kristen, tiba-tiba berbalik arah melawan Kristen. Selama tahun 1004 hingga 1014, ia menjalankan penindasan terhadap kaum Kristen. Gereja-gereja ia ambil alih secara paksa, salib ia bakar, dan masjid ia paksakan untuk dibangun di atas gereja-gereja besar. Kemudian akhirnya ia membakar seluruh gereja-gereja tersebut. Pada tahun 1009 dia memerintahkan agar Gereja Suci Sepulchre dibakar dengan alasan yang tidak dapat diterima. Hingga tahun 1014, sekitar 30.000 gereja telah dibakar atau dijarah, dan banyak kaum Kristen yang dengan terpaksa memeluk Islam untuk menyelamatkan nyawa mereka.
Hal yang sama dilakukan terhadap kaum Yahudi; namun harus ditekankan bahwa kaum Muslim pun tidak lupun dari penindasan yang ia lakukan. Pada tahun 1013, kaum Kristen diperbolehkan untuk pindah ke wilayah Byzantium. Penindasan ini hanya berakhir ketika Khalifah Hakim mulai mengangkat dirinya sebagai Tuhan yang suci. Pengakuan ini ia nyatakan secara publik pada tahun 1016. Kemudian ia berbalik arah menyerang kaum Muslimin lalu merangkul kaum Yahudi dan Kristen. Ia melarang diadakannya bulan puasa Ramadan dan ibadah haji ke Makkah. Tahun 1017, kebebasan total diberikan untuk kaum Kristen dan Yahudi. Segera mereka yang tadinya pindah ke Islam kembali lagi ke Kristen berbondong-bondong. Tahun 1020, kaum Kristen mendapatkan harta mereka yang dirampas. Kemudian pakaian wajib yang membedakan kaum non-Islam ditiadakan.
Dan kini, kemarahan kaum Muslimin telah menjadi-jadi ketika sang Khalifah menggantikan nama Allah dengan namanya sendiri dalam ibadah-ibadah di masjid. Tak lama kemudian, Khalifah Hakim tiba-tiba menghilang di tahun 1021. Kemungkinan ia dibunuh oleh saudarinya, Sitt al-Mulk; namun kebenarannya masih merupakan misteri hingga sekarang. Sekte Druze yang didirikan temannya, percaya bahwa Hakim akan kembali lagi sebagai pemimpin.
Setelah kematiannya, Palestina kini dipimpin oleh sang Amir Aleppo, Salih ibn Mirdas; hingga akhirnya kekuasaan Fatimid kembali lagi pada tahun 1029. Tahun 1027 sebuah perjanjian telah disepakati, memperbolehkan kaisar Konstantin VIII untuk memperbaiki Gereja Suci Sepulchre, dan membolehkan mereka yang telah keluar dari Kristen untuk kembali lagi tanpa hukuman apapun. Perjanjian ini diperbaharui tahun 1036; namun kerja nyata memperbaiki Gereja Sepulchre baru terlaksana sepuluh tahun kemudian, oleh Kaisar COnstantin IX. Untuk mengawasi jalannya pembangunan, para petinggi Byzantium diperbolehkan untuk hilir mudik ke Yerusalem; sedangkan kaum Muslim memandang dengan iri kebebasan kaum Kristen.
Begitu banyak kaum Romawi yang lalu lalang di Yerusalem, sehingga banyak yang mengira sang Kaisar sendiri telah menginjakkan kakinya di kota itu. Ketakutan akan kekuatan Byzantium memberikan suasana aman bagi kaum Kristen. Seorang penjelajah dari Persia, Nasir-i-Khusrau, yang mengunjungi pelabuhan Tripoli tahun 1047, menggambarkan begitu banyaknya kapal-kapal Kristen di sana sehingga para penduduk takut jika-jika terjadi serangan tiba-tiba oleh angkatan laut Byzantium.
Dalam pertengahan abad ke-11, para pemeluk Kristen di Palestina akhirnya merasakan kebahagiaan dan ketentraman. Para pemimpin Muslim bersikap baik terhadap mereka; dan sang Kaisar pun mencurahkan perhatian penuhnya. Perdagangan kini berkembang pesat, dan meliputi berbagai negara Kristen di barat. Belum pernah sebelumnya Yerusalem mengalami kemakmuran seperti ini, yang dibawa oleh para peziarah dari barat.
Quote:
Quote:

Spoiler for 2. The Reign of Antichrist:
Quote:
Quote:
Quote:

Setelah tahun 960, ketika tentara Byzantium yang terkenal, Nicephorus Phocas, mengambil komando pasukan kerajaan, semuanya langsung berjalan cepat. Pada tahun 961, Nicephorus berhasil merebut Crete. Pada 962, dia bertarung di perbatasan Cilicia dan mampu mengambil Anazarbus dan Marash sehingga mengepung kaum Muslim di Cilicia. Pada tahun 963, dengan bantuan ratu dan pasukan kerajaan, Nicephorus akhirnya melakukan kudeta kerajaan yang membawanya pada tampuk Kaisar. Tahun 964, dia kembali ke Timur. Dan tahun 965 dia selesai menaklukkan seluruh Cilicia; dan sebuah expedisi ke Cyprus mampu mengambil alih pulau tersebut ke tangan Byzantium. Pada tahun 966, Nicephorus mulai bertempur di wilayah Sungai Eufrat, untuk memotong jalur komunikasi antara Aleppo dan Mosul. Seluruh kaum Kristen Timur melihatnya sebagai pertolongan yang lama dinanti. Patriarch John dari Yerusalem menuliskan surat kepadanya, memohon agar secepatnya menuju Palestina. Namun pengkhianatan seperti ini ternyata tidak dapat lagi dibiarkan oleh Muslim, John ditangkap dan dibakar oleh para penduduk yang murka.
Harapan John ternyata terlalu dini. Pada 967 dan 968, Nicephorus disibukkan oleh perbatasan utaranya. Namun pada 969, dia memimpin pasukannya lagi ke selatan, tepat ke jantung Syria. Dia maju hingga lembah Orontes, merebut dan menjarah kota-kota Shaizar, Hama, dan Homs, serta menyebrangi hingga Tripoli. Kemudian dia kembali ke utara, meninggalkan kota Tortosa, Jabala, dan Lattakieh terbakar di belakangnya, sedangkan pasukannya mengepung Antiokia dan Aleppo. Kota Antiokia jatuh pada bulan Oktober, dan Aleppo menyerah pada akhir tahun yang sama.
Antiokia, di mana populasi Kristen melebihi populasi Muslim, dimasukkan ke dalam Kerajaan Romawi; dan kaum Muslim di situ diwajibkan untuk meninggalkan wilayah tersebut. Aleppo, yang hampir seluruhnya berpenduduk Muslim, dijadikan negara bawahan. Perjanjian yang dibuat dengan para pemimpinnya menggambarkan dengan jelas batas-batas antara provinsi kerajaan yang baru dan kota-kota sekitarnya. Sedangkan pemimpin Aleppo wajib dipilih oleh sang kaisar. Negara bawahan ini harus membayarkan pajak yang sangat berat, yang tidak dibayarkan oleh penduduk Kristennya. Hak-hak khusus dan pengawalan harus disediakan kepada pedagang dan karavan kerajaan. Perjanjian yang menghinakan ini seperti pertanda berakhirnya kekuatan Muslim di Syria.
Sebelum Aleppo bertekuk lutut, sang kaisar dibunuh di Konstantinopel oleh sang Ratu dan selingkuhannya, sekaligus sepupunya sendiri, John Tzimisces. Nicephorus adalah seorang yang suram dan tak dapat dicintai. Walaupun dia berhasil meraih berbagai kemenangan militer, dia dibenci di Konstantinopel karena pajak dan korupsi yang sangat berat serta permusuhannya dengan Gereja. John, yang sudah terkenal sebagai jenderal handal, menggantikannya naik tahta dengan mudah dan berdamai dengan pihak Gereja. Tetapi perang melawan Bulgaria menyibukkannya di Eropa selama 4 tahun. Di samping itu, Islam kini mulai bangkit lagi, dipimpin oleh dinasti Fatimid, yang bercokol di Mesir dan Syria selatan, dan pada 971 bahkan berusaha merebut Antiokia.
Pada tahun 974, John akhirnya mampu mengalihkan perhatiannya ke Timur. Pada musim gugur, dia turun menuju Mesopotamia, menduduki Nisibin dan menjadikan Mosul menjadi negara bawahan, bahkan merencanakan untuk langsung maju menuju Baghdad. Namun dia sadar bahwa kaum Fatimid adalah kaum yang jauh lebih berbahaya dibandingkan kaum Abbasid, sehingga dia memilih untuk menyerang Syria. Mengikuti jejak Nicephorus, 6 tahun sebelumnya, dia menyapu bersih lembah Orontes, melewati Homs, yang tunduk tanpa perlawanan, serta Baalbek hingga Damaskus, yang menjanjikan ketundukan dan upeti. Kemudian dia maju ke Galilee, Tiberias, Nazareth, hingga Caesarea. Utusan dari Yerusalem mendatanginya agar tidak merampas dan menjarah. Namun dia merasa tidak mampu untuk maju ke Yerusalem ketika kota-kota Phoenician di belakangnya belum diambil. Dia kembali ke utara, mengalahkan mereka satu demi satu, kecuali kota Tripoli.
Musim dingin pun datang, dan ia harus menunda operasi militer lanjutan. Dalam perjalanannya kembali ke Antiokia, ia merebut dan mempersenjatai benteng-benteng di pegunungan Nosairi, Barzuya, dan Sahyun. Lalu ia kembali ke Konstantinopel. Namun ternyata dia tak akan pernah kembali. Pada tahun 976 ia meninggal secara tiba-tiba.
Peperangan ini sekali lagi menjadikan Byzantium sebagai kekuatan besar di Timur. Dan kini perang telah dianggap sebagai sebuah perang suci melawan Islam. Sebelumnya, perang melawan Muslim selalu dianggap sebagai perang mempertahankan wilayah kerajaan dan dianggap sebagai kegiatan sehari-hari. Walau kini, beberapa Muslim fanatik dapat melakukan pembalasan dendam dan pembunuhan kepada kaum Kristen, namun kasus ini jarang terjadi. John dan Nicephorus telah menyatakan bahwa perang kali ini adalah untuk kejayaan Kristiani, menyelamatkan kota suci dan sekaligus menghancurkan Islam. Lagu-lagu kemenangan mereka berbunyi "Keagungan untuk Tuhan, yang telah mengalahkan kaum Arab!". Nicephorus menekankan bahwa perang yang ia lakukan adalah perang Kristen, mungkin, dengan alasan untuk menyeimbangkan hubungan buruknya terhadap Gereja. Dia gagal membujuk sang Patriarch untuk menyatakan bahwa mereka yang mati dalam perang Timur adalah martir, syahid; dikarenakan Gereja tidak dapat menerima, bahkan dalam keadaan perang, kegiatan bunuh membunuh.
Namun dalam suratnya kepada Khalifah, ia menyatakan dirinya sebagai jawara Kristiani, dan bahkan mengancam untuk maju merebut Makkah dan mendirikan kerajaan Kristus di sana. John Tzimisces pun tidak berbeda. Dalam suratnya kepada raja Armenia, ia menyatakan, "Keinginan kita adalah membebaskan Gereja Suci Sepulchre dari kekejaman Muslim". Dia menceritakan bagaimana ia membebaskan kota-kota di Galilee dari penjarahan karena peran mereka dalam sejarah perjuangan Kristen; dan ia menyebutkan bagaimana jika tidak diberatkan oleh Tripoli, ia ingin segera menuju Yerusalem dan berdoa di sana.
Kaum Arab biasanya selalu lebih siap dalam menyatakan perang suci; namun mereka pun telah terlanjur tertidur dalam kemalasan. Kini, ketakutan akan kekuatan Kristen membuat mereka ingin bangkit. Tahun 974, kerusuhan di Baghdad memaksa sang Khalifah untuk menyatakan perang suci, Jihad. Walaupun sebenarnya kala Fatimid hancur pun dia tidak merasa berkewajiban membela.
Terlihat seolah-olah Tanah Suci Yerusalem akan segera berpindah tangan ke kaum Kristen. Tetapi penantian kaum Ortodox palestina ternyata sia-sia belaka. Penerus John, yakni Basil II, walaupun ia adalah prajurit yang hebat, tidak pernah mendapatkan kesempatan untuk berperang ke selatan. Perang saudara yang diikuti perang berkepanjangan melawan kaum Bulgaria menyerap seluruh perhatiannya. Hanya dua kali dia dapat mengunjungi Syria, yakni untuk menyerahkan kembali kekuasaan Byzantium atas Aleppo di tahun 995, dan untuk maju ke Tripoli pada tahun 999. Pada tahun 1001 ia memutuskan bahwa tidak ada gunanya lagi melakukan perluasan. Perjanjian damai selama 10 tahun disepakati bersama kaum Fatimid; dan kedamaian ini akan terus berjalan sampai lebih 50 tahun kemudian. Perbatasan kerajaan telah ditetapkan dimulai dari pantai Banyas dan Tortosa menuju Orontes di selatan Caesarea-Shaizar.
Aleppo tetap bertahan sebagai bagian Byzantium, namun munculnya dinasti Mirdasit pada tahun 1023 menjadikannya bebas sekali lagi. Tahun 1030, pemimpin dinasti ini dapat mengalahkan pasukan Byzantium dengan telak. Namun hilangnya Aleppo diimbangi dengan masuknya Edessa menjadi bagian kerajaan Byzantium.
Perdamaian ini sangat menguntungkan Byzantium dan Fatimid, karena kini keduanya dihadapkan dengan bangunnya kekuatan Baghdad di bawah kaum Turki dari Asia Tengah. Raja Fatimid, yang diterima oleh kaum Syiah sebagai Khalifah yang sesungguhnya, tidak dapat menerima bangkitnya kaum Abbasid; sedangkan Byzantium merasa perbatasan timurnya jauh lebih berbahaya dibandingkan perbatasannya di selatan dengan Fatimid. Ketakutan akan kaum Turki membuat Basil II menduduki provinsi Armenia dan wilayah Vaspurakan. Pada tahun 1045, raja Armenia memberikan tanah kekuasaannya kepada Byzantium.
Pendudukan Armenia dilatarbelakangi oleh pertimbangan militer. Pengalaman selama ini mengajarkan bahwa Armenia tidak dapat dipercaya. Walaupun mereka memeluk Kristen dan tak ada keuntungan melawan Islam, mereka adalah sekte sesat, dan sebagai sekte sesat mereka membenci Ortodox jauh melebihi kebencian terhadap kaum Muslim. Walaupun perdagangan dan hubungan budaya tetap berjalan, dan walaupun banyak kaum Armenia yang bermigrasi ke Byzantium dan mendapatkan jabatan tinggi, permusuhan ini tidak pernah berhenti. Namun sebagaimana pengalaman telah membuktikan, pergerakan maju menuju jantung Asia Minor dapat dicapai dengan mudah melalui lembah-lembah Armenia. Sangatlah bodoh jika para petinggi militer membiarkan titik penting ini diluar kendali mereka.
Secara politik, pendudukan wilayah Armenia ini tidaklah bijak. Kaum Armenia membenci pemerintahan Byzantium. Walaupun pasukan Byzantium berada dengan tegak di perbatasan, namun di belakang mereka adalah penduduk Armenia yang sangat berpotensi berkhianat. Terlebih lagi kini Armenia yang tidak memiliki pemimpin menyebabkan kaum mereka lebih labil dari sebelumnya. Petinggi kerajaan yang bijak lebih memilih agar penduduk Armenia tetap stabil dan menghiraukan kepentingan militer di daerah tersebut.
Syria utara kini telah menjadi milik Kristen; namun para penduduk di selatan dan Palestina menilai bahwa kehidupan di bawah Fatimid dahulu jauh lebih mudah. Mereka pernah menderita sekali waktu ketika Khalifah Hakim yang dibesarkan oleh seorang ibu yang Kristen, tiba-tiba berbalik arah melawan Kristen. Selama tahun 1004 hingga 1014, ia menjalankan penindasan terhadap kaum Kristen. Gereja-gereja ia ambil alih secara paksa, salib ia bakar, dan masjid ia paksakan untuk dibangun di atas gereja-gereja besar. Kemudian akhirnya ia membakar seluruh gereja-gereja tersebut. Pada tahun 1009 dia memerintahkan agar Gereja Suci Sepulchre dibakar dengan alasan yang tidak dapat diterima. Hingga tahun 1014, sekitar 30.000 gereja telah dibakar atau dijarah, dan banyak kaum Kristen yang dengan terpaksa memeluk Islam untuk menyelamatkan nyawa mereka.
Hal yang sama dilakukan terhadap kaum Yahudi; namun harus ditekankan bahwa kaum Muslim pun tidak lupun dari penindasan yang ia lakukan. Pada tahun 1013, kaum Kristen diperbolehkan untuk pindah ke wilayah Byzantium. Penindasan ini hanya berakhir ketika Khalifah Hakim mulai mengangkat dirinya sebagai Tuhan yang suci. Pengakuan ini ia nyatakan secara publik pada tahun 1016. Kemudian ia berbalik arah menyerang kaum Muslimin lalu merangkul kaum Yahudi dan Kristen. Ia melarang diadakannya bulan puasa Ramadan dan ibadah haji ke Makkah. Tahun 1017, kebebasan total diberikan untuk kaum Kristen dan Yahudi. Segera mereka yang tadinya pindah ke Islam kembali lagi ke Kristen berbondong-bondong. Tahun 1020, kaum Kristen mendapatkan harta mereka yang dirampas. Kemudian pakaian wajib yang membedakan kaum non-Islam ditiadakan.
Dan kini, kemarahan kaum Muslimin telah menjadi-jadi ketika sang Khalifah menggantikan nama Allah dengan namanya sendiri dalam ibadah-ibadah di masjid. Tak lama kemudian, Khalifah Hakim tiba-tiba menghilang di tahun 1021. Kemungkinan ia dibunuh oleh saudarinya, Sitt al-Mulk; namun kebenarannya masih merupakan misteri hingga sekarang. Sekte Druze yang didirikan temannya, percaya bahwa Hakim akan kembali lagi sebagai pemimpin.
Setelah kematiannya, Palestina kini dipimpin oleh sang Amir Aleppo, Salih ibn Mirdas; hingga akhirnya kekuasaan Fatimid kembali lagi pada tahun 1029. Tahun 1027 sebuah perjanjian telah disepakati, memperbolehkan kaisar Konstantin VIII untuk memperbaiki Gereja Suci Sepulchre, dan membolehkan mereka yang telah keluar dari Kristen untuk kembali lagi tanpa hukuman apapun. Perjanjian ini diperbaharui tahun 1036; namun kerja nyata memperbaiki Gereja Sepulchre baru terlaksana sepuluh tahun kemudian, oleh Kaisar COnstantin IX. Untuk mengawasi jalannya pembangunan, para petinggi Byzantium diperbolehkan untuk hilir mudik ke Yerusalem; sedangkan kaum Muslim memandang dengan iri kebebasan kaum Kristen.
Begitu banyak kaum Romawi yang lalu lalang di Yerusalem, sehingga banyak yang mengira sang Kaisar sendiri telah menginjakkan kakinya di kota itu. Ketakutan akan kekuatan Byzantium memberikan suasana aman bagi kaum Kristen. Seorang penjelajah dari Persia, Nasir-i-Khusrau, yang mengunjungi pelabuhan Tripoli tahun 1047, menggambarkan begitu banyaknya kapal-kapal Kristen di sana sehingga para penduduk takut jika-jika terjadi serangan tiba-tiba oleh angkatan laut Byzantium.
Dalam pertengahan abad ke-11, para pemeluk Kristen di Palestina akhirnya merasakan kebahagiaan dan ketentraman. Para pemimpin Muslim bersikap baik terhadap mereka; dan sang Kaisar pun mencurahkan perhatian penuhnya. Perdagangan kini berkembang pesat, dan meliputi berbagai negara Kristen di barat. Belum pernah sebelumnya Yerusalem mengalami kemakmuran seperti ini, yang dibawa oleh para peziarah dari barat.
Diubah oleh RightDeve 02-04-2014 01:22
0
Kutip
Balas