- Beranda
- The Lounge
[RD] SEJARAH - Perang Salib Pertama dan Berdirinya Kerajaan Yerusalem
...
TS
RightDeve
[RD] SEJARAH - Perang Salib Pertama dan Berdirinya Kerajaan Yerusalem
Part of RightDeve's Thread on Military & History
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Thread ini adalah terjemahan dan ekstrak dari buku:
![[RD] SEJARAH - Perang Salib Pertama dan Berdirinya Kerajaan Yerusalem](https://dl.kaskus.id/i43.tower.com/images/mm108054435/a-history-crusades-vol-i-first-crusade-foundations-steven-runciman-paperback-cover-art.jpg)
http://www.amazon.com/History-Crusad.../dp/052134770X
Karya seorang penulis Inggris:
![[RD] SEJARAH - Perang Salib Pertama dan Berdirinya Kerajaan Yerusalem](https://dl.kaskus.id/www.bookchums.com/author_photos/AU_2012061504_42_40.jpg)
Steven Runciman
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
90% isi thread ini berasal dari buku tersebut. Saya semata-mata hanyalah menerjemahkan dan menambahkan dramatisasi gaya penulisan agar mudah dibaca dan sesuai dengan telinga orang Nusantara. Terjemahan dan urutan penulisan tidaklah sama kata per kata dengan buku.
Spoiler for Metode Terjemahan dan Penulisan Thread:
Quote:
Quote:
Quote:
Thread ini dirilis secara bertahap sesuai dengan tahapan saya membaca buku tersebut. Jika ada waktu luang, saya akan menulis tambahannya. Dengan harapan semoga bukan hanya saya yang bisa memetik manfaat, tetapi juga menambah wawasan kebijaksanaan manusia Nusantara terhadap dunia di sekitarnya.
KNOWLEDGE IS POWER
KNOWLEDGE IS POWER
ISI BUKU:
1. Bangkitnya Kaum Gurun
Quote:
Quote:
![[RD] SEJARAH - Perang Salib Pertama dan Berdirinya Kerajaan Yerusalem](https://dl.kaskus.id/s7.postimg.org/phrc7q50b/image.jpg)
Spoiler for 1. Abomination of Desolation:
![[RD] SEJARAH - Perang Salib Pertama dan Berdirinya Kerajaan Yerusalem](https://dl.kaskus.id/www.religiousfreedomcoalition.org/wp-content/uploads/2012/07/UmarCaliphate.jpg)
Yerusalem, Februari tahun 638 Masehi. Udara musim dingin yang sejuk menyambut kedatangan seorang penunggang unta putih. Dengan baju lusuh namun terlihat sangat berwibawa, dia memimpin barisan pasukan Muslimin memasuki kota Yerusalem. Berjalan di sampingnya adalah sang Sophronius, pemimpin kota yang kini telah menyerah.
Ketika sampai di Kuil Sulaiman, Masjid Al-Aqsha, tempat di mana sahabat terbaiknya yang kini telah wafat naik menuju langit ketujuh dalam Mi'raj-nya, sang penunggang unta terdiam sejenak. Sophronius memandangnya sambil merenung murung, "Lihatlah kejayaan kaum gurun, yang diramalkan Nabi Daniel".
Dia adalah Umar, Umar ibn Khattab, sahabat dan penerus Nabi Muhammad sebagai khalifah, pemimpin bangsa Arab dan umat Islam. Setelah setahun lamanya mengepung kota Yerusalem, akhirnya mereka mampu mendapati ketundukannya dalam kelaparan.
![[RD] SEJARAH - Perang Salib Pertama dan Berdirinya Kerajaan Yerusalem](https://dl.kaskus.id/s27.postimg.org/yodh4adyb/image.jpg)
Khalifah Umar meminta Sophronius mengantarkannya ke Gereja Suci Sepulchre. Tak dinyana datanglah waktu Shalat, dan sang Khalifah menanyakan dimana dia dapat beribadah? Sophronius memintanya untuk Shalat di tempat ia berdiri, tepat di dalam Gereja. Namun Umar lebih tahu, dia tidak ingin Gereja Suci Sepulchre dinobatkan sebagai masjid oleh pasukannya. Dia menggelar sajadah di halaman Gereja, dan benarlah, halaman gereja kemudian dibangun masjid, sedangkan Gereja Suci Sepulchre tetap hingga saat ini menjadi tempat suci umat Nasrani.
Semua ini tertuang dalam perjanjian penyerahan kota di Gunung Zaitun, Mount Olives. Sang Nabi Muhammad pun telah mewanti-wanti bahwa kaum Al-Kitab, yakni umat Yahudi dan Nasrani, wajib ditangani dengan santun. Sedangkan kaum pagan, para penyembah berhala, harus ditawarkan Islam, atau jika menolak, pedang. Sophronius tidak menyangka akan mendapatkan perjanjian yang begitu ringan: kaumnya dapat beribadah dengan bebas, dan tempat ibadah mereka tidak boleh dihancurkan, serta para petinggi dapat diizinkan untuk mengungsi ke Caesarea. Namun mereka tidak boleh menunggang kuda, membawa alat perang, ataupun menyebarkan ajaran mereka. Diwajibkan pula mereka untuk membayar Jizyah, yakni pajak yang sangat ringan jumlahnya.
Sophronius puas dengan perjanjian itu. Inilah prestasi terakhirnya sebagai pelayan Kerajaan Romawi Timur sebelum akhirnya meninggal beberapa minggu kemudian akibat beban batin hilangnya Yerusalem.
Jayanya kaum gurun sungguh tak disangka. Tetapi jauh sebelum itu, kerajaan Romawi telah menghadapi berbagai perpecahan, perang, dan serbuan kaum barbar. Romawi Barat, dengan ibu kota Roma, telah lama hancur oleh serangan kaum Viking, Jermania, dan Visigoth. Dari puing-puingnya muncul kerajaan barbar seperti Perancis, Spanyol, Inggris, Portugal, dan Italia.
![[RD] SEJARAH - Perang Salib Pertama dan Berdirinya Kerajaan Yerusalem](https://dl.kaskus.id/www.elore.com/Ireland/Sites/Historic/King_Johns/viking_brigade.jpg)
Namun Romawi Timur dengan Konstantinopel-nya tetap bertahan kokoh. Bukan hanya karena kepemimpinan Konstantin Agung yang telah menyukai dan mengadopsi kultur Timur, namun juga karena provinsi-provinsi terkaya ada di bawah kepemimpinannya. Syria dan Mesir, keduanya adalah gudang emas bagi Romawi Timur.
Sebagaimana kerajaan besar lainnya, perpecahan tidak dapat dihindari. Syria dan Mesir memandang dengan iri para pedagang utara. Perang berkepanjangan dengan Persia telah mengubah jalur perdagangan para kafilah dari Cina menjadi lebih ke utara melalu gurun sabana dan pegunungan Asia tengah. Kota demi kota jatuh ke tangan Persia, dan pasar merekapun semakin berkurang. Pajak pun ditarik lebih kejam untuk membiayai perang.
![[RD] SEJARAH - Perang Salib Pertama dan Berdirinya Kerajaan Yerusalem](https://dl.kaskus.id/s23.postimg.org/3kp1mbzyj/image.jpg)
Dari kecemburuan ini lahirlah perpecahan. Beragam paham nasionalisme dan sekte lokal tumbuh di berbagai tempat sebagai bentuk protes dan pelarian dari cengkraman kerajaan. Pedagang Mesir dan Syria yang semakin miskin ingin agar ritual ibadah disederhanakan. Ritual mewah Gereja Ortodox dianggap sebagai penghinaan atas kesengsaraan mereka. Namun topik utamanya adalah teologi: konsep ketuhanan Yesus.
Konsep ketuhanan Yesus selalu menjadi bahan perdebatan bagi para petinggi Gereja. Nestorius, seorang petinggi gereja Konstantinopel, merumuskan konsep ketuhanan Yesus yang menyatakan bahwa Yesus lebih cenderung manusia daripada tuhan. Hal ini tentu membuat para dewan tinggi gereja kebakaran jenggot. Sehingga dalam pertemuan Occumenical Ephesus tahun 431, Nestorianisme difatwakan sebagai sekte sesat. Tak heran, Nestorius yang punya banyak pengikut di Syria, kemudian membawa serta sebagian besar kongregasi gereja Syria lepas dari Kerajaan.
![[RD] SEJARAH - Perang Salib Pertama dan Berdirinya Kerajaan Yerusalem](https://dl.kaskus.id/s29.postimg.org/woht2p6wn/image.jpg)
Begitupun di Mesir. Para petinggi gereja di Alexandria menuangkan ide baru bahwa Yesus adalah murni Tuhan dan tidak memiliki unsur manusia sedikitpun. Aliran ini dikenal dengan Monophysitisme dan sebagaimana saingannya, Nestorianisme, dia difatwakan sebagai sekte sesat oleh pertemuan Occumenical Chalcedon tahun 451. Kali ini, kongregasi gereja Mesir yang menarik diri dari Kerajaan.
Kerajaan Romawi pun tidak sanggup menangani perpecahan sekte ini. Di satu sisi mereka tidak ingin dianggap kejam dan ditinggalkan, di sisi lain mereka harus menyatukan seluruh kerajaan dalam satu ideologi yang sama. Konstantinopel hanya dapat bersikap munafik: terkadang mendukung sekte sesat, di lain waktu memenggal kepala mereka.
Selain Nestorianisme dan Monophysitisme, kaum Yahudi adalah duri dalam daging bagi Romawi. Mereka selalu saja bersikap layaknya lintah yang mengambil keuntungan dalam sebuah situasi. Untuk itu Kerajaan selalu bersikap keras kepada mereka, membatasi hak-hak mereka agar tidak menjadi penyakit yang meluas.
Seperti pada saat Kaisar Phocas bertahta, dengan angkuhnya dia mengirim bala tentara untuk menghancurkan Nestorianisme dan Monophysitisme. Kaum Yahudi membantu membantai para petinggi sekte tersebut. Namun ketika Yahudi unggul, justru mereka balik membantai petinggi Gereja Ortodoks.
Pada tahun 610, kaisar Phocas digantikan oleh Heraclius. Pada tahun itu pula, Raja Chosroes II dari Persia telah menyelesaikan persiapan perang untuk menghancurkan Romawi selamanya. Perang berlangsung selama 19 tahun, dan selama 12 tahun Romawi hanya mampu bertahan dan melihat kerajaannya ditelan satu demi satu. Anatolia, Syria, Antiokia, dan Damaskus jatuh ke tangan Chosroes. Ketika pasukan Persia memasuki Palestina, semua gereja dibakar habis kecuali satu, yaitu Gereja Nativity di Bethlehem. Gereja ini selamat karena ada satu mozaik di pintu depannya yang menggambarkan Orang Bijak dari Timur dalam pakaian Persia.
Ketika pasukan Persia sampai ke Yerusalem, penduduk Nasrani dengan heroiknya mempertahankan kota meter demi meter. Namun tak disangka, tiga minggu kemudian, kaum Yahudi sekali lagi berbalik arah menusuk mereka dari belakang. Dengan bantuan Yahudi, pasukan Persia mampu menembus dinding kota dan memporak-porandakan pertahanan. Ketika gereja dan rumah mereka dibakar, kaum Nasrani mendapati diri mereka dibantai secara massal oleh tentara Persia dan kaum Yahudi. 60.000 orang dinyatakan tewas, dan 35.000 lainnya digiring sebagai budak. Pusaka suci umat Nasrani pun tak luput dari penjarahan, yakni Salib Suci (Holy Cross) dan Instrument of the Passion, yang diboyong ke tanah Persia. Tiga tahun kemudian, pasukan Persia mampu menduduki Mesir di selatan, dan Selat Bosphorus di utara. Harapan seperti telah sirna ketika para petinggi kerajaan pun berkhianat.
Namun layaknya mukjizat, Romawi mampu membalikkan keadaan. Sebagaimana diramalkan kitab suci sang Nabi kaum gurun 7 tahun sebelumnya, ketika ia masih berusaha menyatukan bangsa Arab:
Quote:
Quote:
Quote:
"Alif, Lam, Mim. Telah dikalahkan bangsa Rumawi, di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang, dalam beberapa tahun. Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). Dan di hari (kemenangan bangsa Rumawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman, karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang" (Al Qur'an, Surah Ar-Ruum:1-5)
Jatuhnya kota suci Yerusalem mampu membakar semangat Romawi untuk membalaskan dendam. Pengkhianatan Yahudi tidak akan pernah dilupakan. Heraclius kini menyatakan perang melawan Persia sebagai Jihad, perang suci, yang wajib diikuti siapapun. Dengan tertatih-tatih dalam kesulitan yang besar, Romawi mampu mengumpulkan sumber daya dan pasukan untuk melibas Persia.
Pada tahun 627, Heraclius akhirnya mampu mengalahkan Persia dalam pertempuran Nineveh. Dan pada tahun 628, Chosroes II dibunuh dalam perebutan tahta. Penggantinya menginginkan perdamian dan akhirnya Romawi Timur mampu merebut kembali daerah yang hilang. Kedamaian dan kemenangan yang telah lama dinanti pun datang.
Namun kebahagiaan tidak berlangsung lama. Heraclius yang gagah berani melawan Persia ternyata tidak dapat mengembalikan modal perang yang ia pinjam dari gereja. Pajak yang mencekik kembali menjerat. Terlebih lagi, Persia ternyata memberikan perhatian lebih kepada sekte-sekte sesat, sehingga mereka tidak menyukai kembalinya sang Kerajaan Gereja Orthodoks.
Tekanan demi tekanan dilakukan Heraclius untuk menyatukan doktrin kristen, yang justru semakin menambah kebencian dari kaum sekte. Selain itu, Heraclius menuntut agar seluruh Yahudi dibaptis menjadi Kristen, mengingat pengkhianatan mereka yang begitu besarnya. Tak jarang pembantaian Yahudi terjadi sebagai bentuk balas dendam. Heraclius juga mempunyai alasan lain untuk ini: ia bermimpi bahwa kaum yang berkhitan (di-sunat) akan menghancurkan kerajaannya, sedangkan Yahudi adalah salah satu umat yang berkhitan.
Diriwayatkan ketika Heraclius mengadakan pesta kemenangan yang dihadiri utusan sejauh Prancis dan India, muncullah seorang utusan Arab yang membawa surat dari padang pasir. Surat itu berasal dari seorang suku Quraish, Muhammad, yang mengaku sebagai Nabi baru yang telah dijanjikan Al-Kitab sebagai Nabi terakhir. Ia mengajak Heraclius untuk memeluk Islam dengan damai. Dalam kebimbangan, Heraclius menolaknya, dan inilah awal dari kehancuran Romawi Timur. Ajakan yang sama juga dikirimkan kepada pemimpin Mesir, Persia, dan Abyssinia.
Kaum gurun telah bangkit sebagai kekuatan yang tak disangka. Setelah ribuan tahun berkutat dalam kebodohan dan perang suku, kini kaum penyembah berhala padang pasir bangkit di bawah panji Islam dan Muhammad. Hanya dalam waktu 10 tahun, Muhammad mampu menyatukan bangsa Arab menjadi sebuah khilafah yang mampu menaklukkan dunia. Pada tahun 622, ia berhijrah hanya didampingi oleh segelintir keluarga dan sahabat. Pada 632, Muhammad adalah penguasa seluruh Jazirah Arabia dan pasukannya menyebar ke berbagai penjuru.
Munculnya kerajaan dadakan seperti ini tidaklah jarang terjadi di dunia Timur, namun secepat mereka muncul secepat itu pula mereka redup dan runtuh. Tidak demikian Islam, yang pada masa kejayaannya adalah negara adidaya seluruh dunia, dan hingga kini 1400 tahun kemudian masih merupakan kekuatan dominan. Keajaiban ini dapat dicapai karena sebuah kitab, Al-Qur'an, Firman Tuhan yang diturunkan kepada Muhammad. Kitab suci ini tak hanya memuat berbagai kisah teladan dan kata mutiara, namun juga tata cara hidup dan menjalankan pemerintahan, serta hukum-hukum yang tegas. Al-Qur'an begitu simpel sehingga dapat diterima kaum Arab yang belum begitu maju, namun juga Al-Qur'an begitu universal sehingga siap dipakai oleh sebuah kerajaan yang membentang ribuan kilometer.
Bahkan, kekuatan Islam terletak pada kesederhanaannya: hanya ada satu Tuhan di langit, satu Khalifah sebagai pemimpin di muka Bumi, dan hanya satu undang-undang yang ia taati, yaitu Al-Qur'an. Tak seperti Kristen yang mengajarkan cinta dan kedamaian namun tak pernah mencapainya, Islam tanpa malu menawarkan pedang.
Dan pedang itu kini menyerang tanah Romawi dan Persia, dua kekuatan adidaya dunia saat itu. Pasukan Arab menyerang Petraea menuju selatan Palestina, mengalahkan pasukan Sergius dan mengambil alih Gaza. Para penduduknya diperlakukan dengan sangat baik, namun para tentaranya adalah martir Kristen pertama di tangan Islam.
Heraclius yang mulai sadar akan kekuatan Islam berusaha untuk menggalang perlawanan. Namun perang berkepanjangan melawan Persia telah menjadikan penduduk Byzantium malas untuk berperang sekali lagi. Dengan susah payah, ia mampu mengumpulkan balatentara yang dipimpin oleh saudaranya sendiri, Theodore. Theodore menghadapi tentara Arab di Gabatha, barat daya Yerusalem, namun menderita kekalahan telak. Pasukan Arab yang kini telah aman di Palestina kemudian merangsek maju dan menduduki Tiberias, Baalbek, Homs, dan Damaskus.
![[RD] SEJARAH - Perang Salib Pertama dan Berdirinya Kerajaan Yerusalem](https://dl.kaskus.id/www.pesantrenglobal.com/wp-content/uploads/2013/10/islam-cavalery-omar.jpg)
Heraclius kini benar-benar terkejut. Dengan tertatih-tatih ia mampu mengirimkan sebuah pasukan Armenia dan Arab Banu Ghassan (Nasrani), dan satu pasukan Romawi yang dipimpin Theodore Trithyrius. Kabar ini menggegerkan pasukan Muslim yang kemudian mundur meninggalkan Damaskus. Trithyrius mampu mengejar mereka di Hauran namun akhirnya kalah dan harus mundur mendirikan posisi pertahanan di Sungai Yarmuk, tenggara Danau Galilee. Pasukan Armenia dan Arab Banu Ghassan datang membantu. Di saat jumlah musuh jauh melampaui mereka, terjadilah keajaiban sekali lagi bagi pasukan Islam. Badai pasir yang dahsyat tiba-tiba datang menjadikan jarak pandang sangat terbatas. Tentara Islam mampu bermanuver dengan cepat di tengah badai pasir dan memukul mundur pasukan Byzantium. Keajaiban kedua pun terjadi: pengkhianatan 12.000 pasukan Arab Banu Ghassan menuju kamp Islam.
![[RD] SEJARAH - Perang Salib Pertama dan Berdirinya Kerajaan Yerusalem](https://dl.kaskus.id/s27.postimg.org/grc1m7677/image.jpg)
Pada akhirnya, kaum Muslimin mampu memenangkan pertempuran dengan telak. Palestina dan Syria kini terbuka lebar untuk kaum Muslimin. Heraclius yang kini putus asa, tak ada lagi pasukan dan harta untuk melanjutkan perang. Ia menganggap ini adalah hukuman Tuhan baginya karena telah menikahi sepupunya sendiri, Martina. Setelah melakukan ibadah, dia menaiki kapal meninggalkan Syria untuk selamanya. (Sejarawan Agapius dan Michael the Syrian menuliskan bahwa Heraclius dihinggapi penyakit mental kalah, sehingga dia tidak mau lagi bertarung melawan kehendak Tuhan. Selain itu dituliskan bahwa Heraclius telah menjarah tanah Syria sebelum dia pergi, yang mana kebenaran hal ini diragukan.)
Tanpa ragu, pasukan Arab dengan cepat menyerbu. Penduduk yang mayoritas adalah pemeluk sekte sesat tanpa perlawanan sedikitpun menyerahkan diri kepada sang pemimpin baru. Hanya di kota-kota Caesarea, Yerusalem, Pella, dan Dara terjadi perlawanan. Sophronius sang pemimpin Yerusalem dengan cepat memperbaiki struktur bangunan pertahanan kota, dan menyelamatkan Pusaka Suci umat Kristen ke Konstantinopel. Satu per satu kota-kota ini jatuh, dan Yerusalem bertekuk lutut setelah satu tahun dikepung tanpa adanya bantuan makanan dan suplai. Pasukan Muslimin kini telah menguasai Suez di selatan, hingga pegunungan Anatolia di utara.
Selain kemenangan melawan Romawi di daerah Barat, Islam juga telah menundukkan saingan terberat Romawi di Timur: Persia. Kemenangan Islam dalam pertempuran Kadesiah dan Nekhavend pada tahun 637 dan 638 memberikan mereka kuasa atas seluruh Iraq dan Iran. Kemudian mereka terus bergerak mengambil alih pegunungan Oxus dan Afghan.
Mesir pun tidak luput dari serbuan pasukan Islam. Pada tahun 639, jendral Muslim 'Amr bergerak menuju Mesir dengan 4.000 pasukan. Keadaan pemerintahan yang korup dengan mudah menjadi bumerang bagi Mesir. Penduduk yang mayoritas sekte Monophysitisme dengan senang mendepak Patriarch Cyrus Alexandria yang merupakan mantan pemeluk Nestorianisme. Dengan cepat 'Amr mampu menundukkan seluruh Mesir termasuk Alexandria. Tiba-tiba muncul isu skandal 'Amr yang berkolaborasi dengan musuh, dan ia pun ditarik ke Madinah. Konstantinopel memanfaatkan momen ini untuk mengambil alih Alexandria dan sukses. Tanpa disangka 'Amr tiba-tiba dikirim kembali ke Mesir dan mampu menghancurkan pasukan Romawi. Sang Jendral Manuel hanya bisa pasrah melihat penduduk Kristen Monophysitisme acuh tak acuh terhadap aksi perlawanannya. Mesir pun seluruhnya jatuh ke tangan Islam.
Mesir telah hilang selamanya untuk Romawi. Pada tahun 700 Masehi, Romawi Afrika Utara berada di tangan kaum Muslimin. Sebelas tahun kemudian mereka menduduki Spanyol. Enam tahun kemudian, 717 Masehi, Khilafah Islam telah membentang dari Pegunungan Pyrenees di Prancis, hingga India di Timur. Dan para Ksatrianya memukulkan palu mereka di dinding Konstantinopel.
2. Berkuasanya Sang Antikristus
Quote:
Quote:
![[RD] SEJARAH - Perang Salib Pertama dan Berdirinya Kerajaan Yerusalem](https://dl.kaskus.id/s14.postimg.org/yusnmwoi9/image.jpg)
Spoiler for 2. The Reign of Antichrist:
Berlanjut di bawah . . .
Diubah oleh RightDeve 02-04-2014 02:12
0
41.4K
Kutip
273
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
1.3MThread•103.8KAnggota
Tampilkan semua post
TS
RightDeve
#41
Part One
2. Berkuasanya Sang Antikristus
![kaskus-image]()
![kaskus-image]()
Kaum Kristiani di Timur menerima dengan senang hati sang penguasa baru. Walaupun ada kemungkinan Byzantium akan bangkit dan merebut kembali tempat suci mereka, namun kemungkinan ini sangat kecil. Kaum Muslimin, yang ternyata lebih bijak dari bangsa Persia, telah membangun armada laut yang berpusat di kota Alexandria untuk merebut kekuasaan Byzantium atas Laut Mediterania. Sedangkan di darat, mereka terbukti mampu melakukan serangan selama 300 tahun kemudian. Harapan pertolongan dari raja kristiani pun semakin kecil.
Terlebih lagi, sebagian besar penduduk Syria dan Mesir adalah kaum sekte Kristen yang telah difatwakan sesat oleh Byzantium. Tak sedikitpun mereka menginginkan sang penindas datang kembali. Kepemimpinan kaum Muslimin ternyata membawa kebebasan dan kebahagiaan bagi mereka. Patriarch Antiokia, Michael the Syrian, yang memeluk Monophysitisme (Jacobite), pernah menuliskan 500 tahun kemudian, bagaimana kaumnya dahulu memandang kaum Muslimin, "Tuhan telah membalaskan dendam kami dengan mengangkat dari gurun selatan, anak-anak Ishmael yang membebaskan kami dari tangan Romawi. Ini adalah berkah yang sangat besar".
Begitu pula seorang sejarawan Nestoria mengungkapkan, "Hati kaum kristiani bergembira atas berkuasanya kaum Arab - semoga Tuhan menguatkan dan memakmurkannya". Kaum Kristen Koptik yang membenci kepemimpinan 'Amr yang licik, pun ternyata mengagumi agama Islam dan kaumnya. Bahkan kaum Kristen Orthodox yang menganggap bahwa kaum Muslimin akan menindas dan membantai mereka, mendapati kehidupan yang layak dan pajak Jizyah yang sangat ringan dibandingkan saat kekuasaan Romawi.
Tidak seperti kerajaan Kristen Romawi yang memaksakan kesatuan Agama bagi seluruh penduduknya, kaum Islam ternyata mau menerima keberadaan agama minoritas di tengah-tengah mereka, dengan syarat mereka adalah kaum Al-Kitab yakni Yahudi dan Nasrani, dan bukanlah kaum pagan penyembah berhala.
Kaum Kristiani dan Yahudi, mereka semua masuk dalam golongan Dhimmi, yakni "kaum yang dilindungi", selama mereka mau membayar pajak Jizyah. Pun tidak juga mereka diwajibkan ikut berperang. Setiap sekte dibentuk sebagai komunitas kecil, "millat", di mana pemimpinnya bertanggung jawab atas tindak tanduk millat mereka di hapadan sang Khalifah. Setiap millat dapat menggunakan tembat ibadah mereka sebagaimana sebelumnya namun tidak diizinkan membangun tempat ibadah yang baru. Tetapi peraturan ini pun tidak begitu ditegakkan dengan tegas, terbukti bermunculan Gereja dan Synagog baru dikala beberapa gereja beralih fungsi menjadi Masjid.
Ada juga larangan yang wajib ditaati kaum Dhimmi seperti mereka tidak diperbolehkan menaiki kuda, tidak diperbolehkan merendahkan agama Islam secara terang-terangan, dan tidak berusaha membujuk Muslim untuk masuk agama mereka. Tidak pula mereka boleh menikahi wanita kaum Muslimin. Dan mereka diwajibkan mengenakan pakaian khusus yang menandakan bahwa mereka adalah bukan pemeluk Islam.
Sistem millat mengubah konsep nasionalisme yang selama ini dipegang oleh para penduduk. Dahulu, mereka akan loyal terhadap kaum yang sebangsa dalam budaya, letak geografis, ataupun tujuan ekonomi. Namun kini agama adalah fondasi utama kebersamaan mereka. Sebagai contoh, seorang Mesir tidak menganggap dirinya bertanggung jawab terhadap Mesir, namun dia sangat loyal terhadap agama yang dianutnya, entah dia seorang Muslim, ataukah Koptik, Ortodox, maupun Yahudi.
Lebih jauh lagi, setiap millat diperbolehkan untuk berkomunikasi dan mendapatkan bantuan dari pusat agama mereka. Sebagai contoh, kaum Ortodox dapat menerima dukungan dan melaporkan keadaan mereka kepada Konstantinopel. Tidak jarang, mereka kaum Ortodox menganggap bahwa pemimpin utama mereka masihlah sang kaisar di Konstantinopel.
Lain halnya dengan para pemeluk sekte sesat. Mereka yang dianaktirikan oleh kerajaan Romawi kini harus berjuang sendiri. Namun dasarnya mereka adalah kaum yang membenci pemerintahan Romawi, maka dengan mudah mereka juga menerima Islam sebagai agama baru mereka. Islam dipandang sebagai sebuah agama bergengsi kaum pemimpin, dan Syria yang dahulu didominasi oleh Nasrani, satu abad kemudian telah menjadi lautan umat Islam.
Pertumbuhan Islam di Syria dan Palestina bukanlah diakibatkan imigrasi bangsa Arab dari gurun. Prajurit Muslim pada saat itu tidaklah besar. Mereka tidak lebih dari kasta militer yang mengawasi dan mengatur tata kehidupan para penduduk. Komposisi ras para penduduk tidak banyak berubah. Orang-orang desa dan kota, tidak peduli apakah Kristen ataupun Islam, kemudian banyak yang mengadopsi bahasa Arab sebagai bahasa sehari-hari; dan kini kita menganggap mereka secara umum sebagai "Arab". Padahal, mereka telah ada di sana ribuan tahun lamanya, terdiri dari berbagai ras yang bercampur baur. Kaum Amalekites, Jebusites, Moabites, Phoenician, Aramean, dan suku-suku Philistine telah menduduki daerah itu jauh sebelum Yahudi dikeluarkan dari Mesir oleh Musa.
Imigrasi bangsa Arab terbesar terjadi bukanlah di kota-kota pantai, namun di pinggiran gurun, kota-kota yang menjadi rute perdagangan karavan dan kafilah. Kota-kota di pinggir Laut Mediterania kini menjadi sepi perdagangan karena perubahan kekuasaan darat dan laut. Dan di kota-kota inilah, kaum Kristiani masih menjadi kekuatan dominan dibandingkan kaum Muslimin. Di Mesir dan Syria, kaum petani para penghuni lembah subur dengan suka cita memeluk Islam sedangkan saudara-saudara mereka di kota besar masih bercokol dalam agama Kristen. Sedangkan di Palestina, kota-kota suci seperti Bethlehem dan Nazareth tetaplah didominasi oleh umat Kristen. Yerusalem, yang juga merupakan kota suci umat Islam dari sejarah nabi-nabi dahulu, justru merupakan kota yang didominasi oleh penduduk Kristen.
Khalifah ke-lima kaum Muslimin, Muawiyyah dari dinasti Umayyad, adalah seorang gubernur Syria. Dan setelah dia naik tahta pada tahun 660 Masehi, dia memindahkan ibukota kerajaan di Damaskus. Keturunannya berkuasa di sana selama satu abad. Inilah periode kemakmuran untuk Syria dan Palestina. Khalifah Umayyad adalah orang-orang dengan kemampuan luar biasa. Kehadiran istana mereka di sana mengakibatkan gairah ekonomi dan pemerintahan yang tumbuh dengan baik. Terlebih lagi, mereka mendukung budaya yang telah ada di sana, budaya yang memiliki kecenderungan Yunani-Kristian, dipengaruhi oleh sepercik budaya Byzantium. Kaum Kristen yang mampu berbahasa Yunani dipekerjakan sebagai pegawai Istana. Selama puluhan tahun, administrasi negara ditulis dalam bahasa Yunani. Para seniman dan juru bangunan yang beragama Kristen dipekerjakan oleh Khalifah. Bangunan Dome of the Rock di Yerusalem adalah contoh nyata arsitektur Byzantium, dibangun oleh Khalifah Abdul-Malik pada 691 Masehi.
Mozaik-mozaiknya yang indah dipampang di halaman masjid besar Damaskus. Kaum Muslimin dan Kristen sama-sama membantu membangun karya seni indah ini, bahkan bahan bangunannya pun sebagian didatangkan dari Romawi Timur. Namun mereka masih tetap menaati peraturan sang Nabi Muhammad untuk tidak menggambarkan makhluk hidup di tempat ibadah. Sungguh, kepemimpinan Arab justru mendorong karya seni Hellenistik Yunani dengan baik.
Sehingga demikianlah kaum Kristen tidak memiliki alasan untuk tidak menyukai Islam, yang ternyata terbukti menaikkan kehidupan mereka lebih baik dibandingkan masa Romawi dahulu. Tata aturan dijunjung tinggi. Perdagangan berjalan makmur. Dan pajak pun ditarik sangat rendah dibandingkan kala dulu. Terlebih lagi, pada abad ke-8 Masehi, sang kaisar di Konstantinopel adalah seorang penganut sekte sesat. Kaum Ortodox yang selama ini bernaung di bawah Konstantinopel mendapati diri mereka lebih nyaman berada di bawah naungan sang Khalifah.
Namun kebahagiaan ini tidak berlangsung lama. Runtuhnya dinasti Umayyad mengakibatkan perang sipil yang liar di Syria dan Palestina. Gubernur lokal yang korup dan menindas merampas rumah ibadah Kristen yang kemudian wajib dibeli kembali oleh mereka dengan harga tinggi. Berbagai gelombang kekacauan memberi kesempatan untuk pemindahan agama secara paksa.
Kemudian bangkitlah dinasti Abbasid yang mengakhiri perang sipil dan membawa keteraturan sekali lagi. Namun kali ini berbeda, dinasti Abbasid memindahkan ibu kota lebih jauh ke Timur, yakni di kota Baghdad. Syria dan Palestina di wilayah Barat kini terbengkalai. Perdagangan karavan masih tetap berjalan, namun tidak ada stimulus lokal untuk membangkitkannya lebih jauh. Selain itu, dinasti Abbasid adalah penganut Muslim yang lebih ketat dibandingkan Umayyad. Mereka tidak begitu toleran terhadap Kristen. Kini pun mereka tidak lagi bergantung pada kebudayaan Hellenistic Yunani. Kebudayaan Persia menjadi penggantinya. Baghdad berada dalam wilayah Persia dahulu kala. Dan bangsa Persia mendapati dirinya menempati kedudukan penting di pemerintahan, namun kaum Kristiani Nestorian tetap dapat menikmati kedudukan penting itu disebabkan Nestorianisme yang memiliki kecenderungan simpati kepada Persia.
Dinasti Abbasid memberikan perhatian lebih kepada perkembangan ilmu dan intelektual dibandingkan dinasti Umayyad. Para kristen Nestorian dipekerjakan untuk menterjemahkan karya-karya ilmiah dari Yunani Kuno; dan ilmuwan serta matematikawan dari Byzantium didukung untuk berdatangan ke Baghdad mengajari sekolah-sekolah di sana. Namun pengaruh Byzantium tetaplah dangkal, karena dinasti Abbasid lebih memeluk budaya dan keilmuan Persia dibandingkan Romawi Timur. Hanya di Spanyol-lah, di mana dinasti Umayyad mengungsi, kebudayaan Hellenistic dapat tetap subur di dunia Muslim.
Namun begitu, sebagian besar kaum Kristiani di bawah kepemimpinan Abbasid tetaplah makmur dan berbahagia. Penulis Muslim, seperti Al-Jahiz pada abad ke-9, sering menuliskan serangan dan kritikan tajam kepada kaum Kristen yang kini telah begitu makmur dan menjadi arogan, lupa terhadap peraturan-peraturan yang wajib mereka jalani. Patriarch Yerusalem, menuliskan tentang penguasa kaum Muslimin, "Mereka bersikap adil dan tidak memperlakukan kita dengan salah ataupun menyakiti kita" Keadilan dan ketatnya peraturan mereka sangatlah patut dipuji. Ketika pada abad ke-10 perang melawan Byzantium menyebabkan beberapa kekalahan kepada kaum Muslim, kaum Kristen yang dengan terbuka mendukung Romawi diserang habis-habisan oleh penduduk Muslim. Namung sang Khalifah selalu memberikan penebusan dan bantuan untuk mengembalikan harta mereka yang rusak.
Kaum Ortodoks yang mempunyai bantuan di Konstantinopel terkadang menjadi pusat cemburu bagi kaum sekte lainnya. Mengetahui bahwa kini umat Islam ada yang menghuni wilayah Romawi, maka Khalifah tidak ingin ada upaya balas dendam dari Konstantinopel untuk mengeksekusi kaum Muslimin, sehingga kaum Ortodox diperlakukan dengan sangat istimewa. Seorang Nestorian Catholicus Abraham III pernah menyatakan di Istana Khalifah bahwa "Kami Nestorian adalah sahabat bangsa Arab, dan kami selalu medoakan kemenangan bagi kalian. Namun kalian seperti tidak menghiraukan kami, yang tidak punya pemimpin di manapun selain kalian bangsa Arab." Tetapi kebencian terhadap Kristen justru ditujukan kepada suku Arab asli yang tetap tidak mau berpindah ke Islam, seperti Banu Ghassan dan Banu Tanukh, yang mana mereka terpaksa harus menyebrang memasuki wilayah Byzantium.
Imigrasi kaum Kristen menuju Byzantium tidaklah dicegah oleh sang Khalifah. Bahkan pada saat perang pun, mereka diizinkan untuk berkomunikasi kepada pusat mereka di Konstantinopel. Namun Byzantium tidak mampu berbuat banyak terhadap saudara seagama mereka, karena kenyataannya dinasti Abbasid terus mampu mendominasi kancah militer. Pada tahun 718, kegagalan Arab di gerbang Konstantinopel memberikan secercah harapan baru bagi mereka. Dan dua abad kemudian, mereka baru bisa melakukan serangan balasan.
Pada abad ke-8, muncullah Charles the Great, pendiri kerajaan Carolingian di Roma, Italia. Charles yang dinobatkan sebagai Emperor suci memiliki ketertarikan khusus terhadap kota-kota suci Kristen. Khalifah Harun Al-Rasyid dengan senang hati menerima munculnya saingan Byzantium ini dan menganjurkan kerajaan Charles untuk sering mengunjungi Yerusalem dan mendirikan yayasan bantuan di sana. Selama beberapa waktu Charles the Great mampu menjadi pengganti Byzantium sebagai pelindung kaum Ortodox di Palestina.
Tidak lama berdiri, kerajaan Charles the Great runtuh di bawah anak turunnya, dan Byzantium pun kembali berjaya. Namun jejak langkah Charles untuk mendukung kaum Kristen Yerusalem terlihat di beberapa peninggalan berupa Pelayananan Latin di Gereja St. Mary, dan beberapa penginapan untuk para peziarah. Bahkan Kaum Romawi Barat kelak akan mengklaim hak mereka atas Yerusalem berdasarkan bantuan Charles the Great ini.
Pada awal abad ke-9 Romawi masih dalam posisi bertahan melawan Khilafah Islam. Sicilia dan Crete jatuh ke tangan Muslim; dan hampir setiap tahun terjadi serangan besar oleh Arab ke jantung Asia Minor. Di pertengahan abad, angkatan laut Byzantine akhirnya direorganisir dan dibangun kembali berkat peraturan ekonomi sang Ratu Theodora. Karenanya, kerajaan Byzantium di wilayah Italia selatan dan Dalmatia dapat direbut kembali. Pada awal abad ke-10, Khilafah Abbasiah mengalami kemunduran dengan cepat. Dinasti-dinasti lokal mulai bermunculan, yang mana Hamdanid dan Ikshid adalah pentolan utamanya. Kaum Hamdanid adalah petarung yang hebat sekaligus penganut Islam yang taat, dan dalam sementara waktu berperan sebagai tameng utama umat Islam melawan Byzantium. Tetapi mereka pun tidak dapat mencegah runtuhnya kekuatan Islam. Bahkan, mereka menambah keruntuhan dengan ikut dalam perang saudara. Dalam perang saudara ini, pasukan Ikshid memenangkan kontrol atas Palestina dan Syria. Romawi Timur dengan cepat memanfaatkan situasi ini. Penyerangan mereka pada awalnya lamban dan hati-hati, tetapi pada tahun 945 Masehi, Jendral Curcuas mampu mengembalikan kekuasaan Byzantium hingga Mesopotamia Atas yang selama 300 tahun tidak lagi terjamah kekuatan Kristen.
Quote:
Quote:

Spoiler for 2. The Reign of Antichrist:
Quote:
Quote:
Quote:

Kaum Kristiani di Timur menerima dengan senang hati sang penguasa baru. Walaupun ada kemungkinan Byzantium akan bangkit dan merebut kembali tempat suci mereka, namun kemungkinan ini sangat kecil. Kaum Muslimin, yang ternyata lebih bijak dari bangsa Persia, telah membangun armada laut yang berpusat di kota Alexandria untuk merebut kekuasaan Byzantium atas Laut Mediterania. Sedangkan di darat, mereka terbukti mampu melakukan serangan selama 300 tahun kemudian. Harapan pertolongan dari raja kristiani pun semakin kecil.
Terlebih lagi, sebagian besar penduduk Syria dan Mesir adalah kaum sekte Kristen yang telah difatwakan sesat oleh Byzantium. Tak sedikitpun mereka menginginkan sang penindas datang kembali. Kepemimpinan kaum Muslimin ternyata membawa kebebasan dan kebahagiaan bagi mereka. Patriarch Antiokia, Michael the Syrian, yang memeluk Monophysitisme (Jacobite), pernah menuliskan 500 tahun kemudian, bagaimana kaumnya dahulu memandang kaum Muslimin, "Tuhan telah membalaskan dendam kami dengan mengangkat dari gurun selatan, anak-anak Ishmael yang membebaskan kami dari tangan Romawi. Ini adalah berkah yang sangat besar".
Begitu pula seorang sejarawan Nestoria mengungkapkan, "Hati kaum kristiani bergembira atas berkuasanya kaum Arab - semoga Tuhan menguatkan dan memakmurkannya". Kaum Kristen Koptik yang membenci kepemimpinan 'Amr yang licik, pun ternyata mengagumi agama Islam dan kaumnya. Bahkan kaum Kristen Orthodox yang menganggap bahwa kaum Muslimin akan menindas dan membantai mereka, mendapati kehidupan yang layak dan pajak Jizyah yang sangat ringan dibandingkan saat kekuasaan Romawi.
Tidak seperti kerajaan Kristen Romawi yang memaksakan kesatuan Agama bagi seluruh penduduknya, kaum Islam ternyata mau menerima keberadaan agama minoritas di tengah-tengah mereka, dengan syarat mereka adalah kaum Al-Kitab yakni Yahudi dan Nasrani, dan bukanlah kaum pagan penyembah berhala.
Kaum Kristiani dan Yahudi, mereka semua masuk dalam golongan Dhimmi, yakni "kaum yang dilindungi", selama mereka mau membayar pajak Jizyah. Pun tidak juga mereka diwajibkan ikut berperang. Setiap sekte dibentuk sebagai komunitas kecil, "millat", di mana pemimpinnya bertanggung jawab atas tindak tanduk millat mereka di hapadan sang Khalifah. Setiap millat dapat menggunakan tembat ibadah mereka sebagaimana sebelumnya namun tidak diizinkan membangun tempat ibadah yang baru. Tetapi peraturan ini pun tidak begitu ditegakkan dengan tegas, terbukti bermunculan Gereja dan Synagog baru dikala beberapa gereja beralih fungsi menjadi Masjid.
Ada juga larangan yang wajib ditaati kaum Dhimmi seperti mereka tidak diperbolehkan menaiki kuda, tidak diperbolehkan merendahkan agama Islam secara terang-terangan, dan tidak berusaha membujuk Muslim untuk masuk agama mereka. Tidak pula mereka boleh menikahi wanita kaum Muslimin. Dan mereka diwajibkan mengenakan pakaian khusus yang menandakan bahwa mereka adalah bukan pemeluk Islam.
Sistem millat mengubah konsep nasionalisme yang selama ini dipegang oleh para penduduk. Dahulu, mereka akan loyal terhadap kaum yang sebangsa dalam budaya, letak geografis, ataupun tujuan ekonomi. Namun kini agama adalah fondasi utama kebersamaan mereka. Sebagai contoh, seorang Mesir tidak menganggap dirinya bertanggung jawab terhadap Mesir, namun dia sangat loyal terhadap agama yang dianutnya, entah dia seorang Muslim, ataukah Koptik, Ortodox, maupun Yahudi.
Lebih jauh lagi, setiap millat diperbolehkan untuk berkomunikasi dan mendapatkan bantuan dari pusat agama mereka. Sebagai contoh, kaum Ortodox dapat menerima dukungan dan melaporkan keadaan mereka kepada Konstantinopel. Tidak jarang, mereka kaum Ortodox menganggap bahwa pemimpin utama mereka masihlah sang kaisar di Konstantinopel.
Lain halnya dengan para pemeluk sekte sesat. Mereka yang dianaktirikan oleh kerajaan Romawi kini harus berjuang sendiri. Namun dasarnya mereka adalah kaum yang membenci pemerintahan Romawi, maka dengan mudah mereka juga menerima Islam sebagai agama baru mereka. Islam dipandang sebagai sebuah agama bergengsi kaum pemimpin, dan Syria yang dahulu didominasi oleh Nasrani, satu abad kemudian telah menjadi lautan umat Islam.
Pertumbuhan Islam di Syria dan Palestina bukanlah diakibatkan imigrasi bangsa Arab dari gurun. Prajurit Muslim pada saat itu tidaklah besar. Mereka tidak lebih dari kasta militer yang mengawasi dan mengatur tata kehidupan para penduduk. Komposisi ras para penduduk tidak banyak berubah. Orang-orang desa dan kota, tidak peduli apakah Kristen ataupun Islam, kemudian banyak yang mengadopsi bahasa Arab sebagai bahasa sehari-hari; dan kini kita menganggap mereka secara umum sebagai "Arab". Padahal, mereka telah ada di sana ribuan tahun lamanya, terdiri dari berbagai ras yang bercampur baur. Kaum Amalekites, Jebusites, Moabites, Phoenician, Aramean, dan suku-suku Philistine telah menduduki daerah itu jauh sebelum Yahudi dikeluarkan dari Mesir oleh Musa.
Imigrasi bangsa Arab terbesar terjadi bukanlah di kota-kota pantai, namun di pinggiran gurun, kota-kota yang menjadi rute perdagangan karavan dan kafilah. Kota-kota di pinggir Laut Mediterania kini menjadi sepi perdagangan karena perubahan kekuasaan darat dan laut. Dan di kota-kota inilah, kaum Kristiani masih menjadi kekuatan dominan dibandingkan kaum Muslimin. Di Mesir dan Syria, kaum petani para penghuni lembah subur dengan suka cita memeluk Islam sedangkan saudara-saudara mereka di kota besar masih bercokol dalam agama Kristen. Sedangkan di Palestina, kota-kota suci seperti Bethlehem dan Nazareth tetaplah didominasi oleh umat Kristen. Yerusalem, yang juga merupakan kota suci umat Islam dari sejarah nabi-nabi dahulu, justru merupakan kota yang didominasi oleh penduduk Kristen.
Khalifah ke-lima kaum Muslimin, Muawiyyah dari dinasti Umayyad, adalah seorang gubernur Syria. Dan setelah dia naik tahta pada tahun 660 Masehi, dia memindahkan ibukota kerajaan di Damaskus. Keturunannya berkuasa di sana selama satu abad. Inilah periode kemakmuran untuk Syria dan Palestina. Khalifah Umayyad adalah orang-orang dengan kemampuan luar biasa. Kehadiran istana mereka di sana mengakibatkan gairah ekonomi dan pemerintahan yang tumbuh dengan baik. Terlebih lagi, mereka mendukung budaya yang telah ada di sana, budaya yang memiliki kecenderungan Yunani-Kristian, dipengaruhi oleh sepercik budaya Byzantium. Kaum Kristen yang mampu berbahasa Yunani dipekerjakan sebagai pegawai Istana. Selama puluhan tahun, administrasi negara ditulis dalam bahasa Yunani. Para seniman dan juru bangunan yang beragama Kristen dipekerjakan oleh Khalifah. Bangunan Dome of the Rock di Yerusalem adalah contoh nyata arsitektur Byzantium, dibangun oleh Khalifah Abdul-Malik pada 691 Masehi.
Mozaik-mozaiknya yang indah dipampang di halaman masjid besar Damaskus. Kaum Muslimin dan Kristen sama-sama membantu membangun karya seni indah ini, bahkan bahan bangunannya pun sebagian didatangkan dari Romawi Timur. Namun mereka masih tetap menaati peraturan sang Nabi Muhammad untuk tidak menggambarkan makhluk hidup di tempat ibadah. Sungguh, kepemimpinan Arab justru mendorong karya seni Hellenistik Yunani dengan baik.
Sehingga demikianlah kaum Kristen tidak memiliki alasan untuk tidak menyukai Islam, yang ternyata terbukti menaikkan kehidupan mereka lebih baik dibandingkan masa Romawi dahulu. Tata aturan dijunjung tinggi. Perdagangan berjalan makmur. Dan pajak pun ditarik sangat rendah dibandingkan kala dulu. Terlebih lagi, pada abad ke-8 Masehi, sang kaisar di Konstantinopel adalah seorang penganut sekte sesat. Kaum Ortodox yang selama ini bernaung di bawah Konstantinopel mendapati diri mereka lebih nyaman berada di bawah naungan sang Khalifah.
Namun kebahagiaan ini tidak berlangsung lama. Runtuhnya dinasti Umayyad mengakibatkan perang sipil yang liar di Syria dan Palestina. Gubernur lokal yang korup dan menindas merampas rumah ibadah Kristen yang kemudian wajib dibeli kembali oleh mereka dengan harga tinggi. Berbagai gelombang kekacauan memberi kesempatan untuk pemindahan agama secara paksa.
Kemudian bangkitlah dinasti Abbasid yang mengakhiri perang sipil dan membawa keteraturan sekali lagi. Namun kali ini berbeda, dinasti Abbasid memindahkan ibu kota lebih jauh ke Timur, yakni di kota Baghdad. Syria dan Palestina di wilayah Barat kini terbengkalai. Perdagangan karavan masih tetap berjalan, namun tidak ada stimulus lokal untuk membangkitkannya lebih jauh. Selain itu, dinasti Abbasid adalah penganut Muslim yang lebih ketat dibandingkan Umayyad. Mereka tidak begitu toleran terhadap Kristen. Kini pun mereka tidak lagi bergantung pada kebudayaan Hellenistic Yunani. Kebudayaan Persia menjadi penggantinya. Baghdad berada dalam wilayah Persia dahulu kala. Dan bangsa Persia mendapati dirinya menempati kedudukan penting di pemerintahan, namun kaum Kristiani Nestorian tetap dapat menikmati kedudukan penting itu disebabkan Nestorianisme yang memiliki kecenderungan simpati kepada Persia.
Dinasti Abbasid memberikan perhatian lebih kepada perkembangan ilmu dan intelektual dibandingkan dinasti Umayyad. Para kristen Nestorian dipekerjakan untuk menterjemahkan karya-karya ilmiah dari Yunani Kuno; dan ilmuwan serta matematikawan dari Byzantium didukung untuk berdatangan ke Baghdad mengajari sekolah-sekolah di sana. Namun pengaruh Byzantium tetaplah dangkal, karena dinasti Abbasid lebih memeluk budaya dan keilmuan Persia dibandingkan Romawi Timur. Hanya di Spanyol-lah, di mana dinasti Umayyad mengungsi, kebudayaan Hellenistic dapat tetap subur di dunia Muslim.
Namun begitu, sebagian besar kaum Kristiani di bawah kepemimpinan Abbasid tetaplah makmur dan berbahagia. Penulis Muslim, seperti Al-Jahiz pada abad ke-9, sering menuliskan serangan dan kritikan tajam kepada kaum Kristen yang kini telah begitu makmur dan menjadi arogan, lupa terhadap peraturan-peraturan yang wajib mereka jalani. Patriarch Yerusalem, menuliskan tentang penguasa kaum Muslimin, "Mereka bersikap adil dan tidak memperlakukan kita dengan salah ataupun menyakiti kita" Keadilan dan ketatnya peraturan mereka sangatlah patut dipuji. Ketika pada abad ke-10 perang melawan Byzantium menyebabkan beberapa kekalahan kepada kaum Muslim, kaum Kristen yang dengan terbuka mendukung Romawi diserang habis-habisan oleh penduduk Muslim. Namung sang Khalifah selalu memberikan penebusan dan bantuan untuk mengembalikan harta mereka yang rusak.
Kaum Ortodoks yang mempunyai bantuan di Konstantinopel terkadang menjadi pusat cemburu bagi kaum sekte lainnya. Mengetahui bahwa kini umat Islam ada yang menghuni wilayah Romawi, maka Khalifah tidak ingin ada upaya balas dendam dari Konstantinopel untuk mengeksekusi kaum Muslimin, sehingga kaum Ortodox diperlakukan dengan sangat istimewa. Seorang Nestorian Catholicus Abraham III pernah menyatakan di Istana Khalifah bahwa "Kami Nestorian adalah sahabat bangsa Arab, dan kami selalu medoakan kemenangan bagi kalian. Namun kalian seperti tidak menghiraukan kami, yang tidak punya pemimpin di manapun selain kalian bangsa Arab." Tetapi kebencian terhadap Kristen justru ditujukan kepada suku Arab asli yang tetap tidak mau berpindah ke Islam, seperti Banu Ghassan dan Banu Tanukh, yang mana mereka terpaksa harus menyebrang memasuki wilayah Byzantium.
Imigrasi kaum Kristen menuju Byzantium tidaklah dicegah oleh sang Khalifah. Bahkan pada saat perang pun, mereka diizinkan untuk berkomunikasi kepada pusat mereka di Konstantinopel. Namun Byzantium tidak mampu berbuat banyak terhadap saudara seagama mereka, karena kenyataannya dinasti Abbasid terus mampu mendominasi kancah militer. Pada tahun 718, kegagalan Arab di gerbang Konstantinopel memberikan secercah harapan baru bagi mereka. Dan dua abad kemudian, mereka baru bisa melakukan serangan balasan.
Pada abad ke-8, muncullah Charles the Great, pendiri kerajaan Carolingian di Roma, Italia. Charles yang dinobatkan sebagai Emperor suci memiliki ketertarikan khusus terhadap kota-kota suci Kristen. Khalifah Harun Al-Rasyid dengan senang hati menerima munculnya saingan Byzantium ini dan menganjurkan kerajaan Charles untuk sering mengunjungi Yerusalem dan mendirikan yayasan bantuan di sana. Selama beberapa waktu Charles the Great mampu menjadi pengganti Byzantium sebagai pelindung kaum Ortodox di Palestina.
Tidak lama berdiri, kerajaan Charles the Great runtuh di bawah anak turunnya, dan Byzantium pun kembali berjaya. Namun jejak langkah Charles untuk mendukung kaum Kristen Yerusalem terlihat di beberapa peninggalan berupa Pelayananan Latin di Gereja St. Mary, dan beberapa penginapan untuk para peziarah. Bahkan Kaum Romawi Barat kelak akan mengklaim hak mereka atas Yerusalem berdasarkan bantuan Charles the Great ini.
Pada awal abad ke-9 Romawi masih dalam posisi bertahan melawan Khilafah Islam. Sicilia dan Crete jatuh ke tangan Muslim; dan hampir setiap tahun terjadi serangan besar oleh Arab ke jantung Asia Minor. Di pertengahan abad, angkatan laut Byzantine akhirnya direorganisir dan dibangun kembali berkat peraturan ekonomi sang Ratu Theodora. Karenanya, kerajaan Byzantium di wilayah Italia selatan dan Dalmatia dapat direbut kembali. Pada awal abad ke-10, Khilafah Abbasiah mengalami kemunduran dengan cepat. Dinasti-dinasti lokal mulai bermunculan, yang mana Hamdanid dan Ikshid adalah pentolan utamanya. Kaum Hamdanid adalah petarung yang hebat sekaligus penganut Islam yang taat, dan dalam sementara waktu berperan sebagai tameng utama umat Islam melawan Byzantium. Tetapi mereka pun tidak dapat mencegah runtuhnya kekuatan Islam. Bahkan, mereka menambah keruntuhan dengan ikut dalam perang saudara. Dalam perang saudara ini, pasukan Ikshid memenangkan kontrol atas Palestina dan Syria. Romawi Timur dengan cepat memanfaatkan situasi ini. Penyerangan mereka pada awalnya lamban dan hati-hati, tetapi pada tahun 945 Masehi, Jendral Curcuas mampu mengembalikan kekuasaan Byzantium hingga Mesopotamia Atas yang selama 300 tahun tidak lagi terjamah kekuatan Kristen.
Diubah oleh RightDeve 02-04-2014 01:15
0
Kutip
Balas