- Beranda
- Stories from the Heart
-Catatan Untuk Riyani-
...
TS
azelfaith
-Catatan Untuk Riyani-
CATATAN UNTUK RIYANI

Sebuah Skripsi

Quote:

(dengerin lagunya dulu ya biar meleleh)

Prologue
Sebut saja namaku Boy, 23 tahun. Penulis? Jelas bukan. Aku hanyalah seorang anak laki-laki yang tumbuh tegak ke atas bersama waktu, soalnya kalau melebar kesamping berarti tidak sesuai kayak iklan Boneto. Dilecut dalam romantika kehidupan labil (bahkan sampai sekarang.
-Editor).Tulisan ini kupersembahkan untuk seorang gadis, sebut saja Bunga. Eh, jangan. Nama Bunga sudah terlalu mainstream dan negatif, Sebut saja Riyani, itu lebih indah dibaca dan tanpa konotasi negatif berita kriminal. (iya gimana sih..
- Editor)Ya, Riyani itu kamu. Bukan Riyani yang lain. (Emang Riyani ada berapa gan?
- Editor) Aku menulis ini karena aku tak punya harta materi (Hiks..kasihan
- Editor). Karena aku tak punya apapun. Karena aku bahkan tak ingat apa yang jadi favoritmu. Aku hanya tahu kau suka membaca, maka aku hanya bisa mempersembahkan tulisan ini sebagai ungkapan terima kasihku untukmu Riyani, seseorang yang akan kunikahi nanti. (Ciyyeeee.. suit-suit dah mau kimpoi nih..
- Editor)Dan kau Riyani, perhatikanlah bagaimana kuceritakan masa-masa dimana aku tumbuh dewasa hingga kutitipkan kepingan hati terakhirku padamu. Masa-masa dimana aku belajar, ditempa, jatuh remuk, dan kembali bangkit karenamu.. (Ceiileee romantisnyaaa...
- Editor).
DAFTAR ISI
Quote:
INTERLUDE
Quote:

RULES
Quote:

Q & A
Quote:

Jangan lupa komen, rates, dan subscribe.
Ijo-ijo belakangan mah gak masalah.

Diubah oleh azelfaith 04-07-2016 15:20
septyanto memberi reputasi
2
110.5K
623
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
azelfaith
#346
4.27. My Last Valentine 1
Waktu bergulir begitu saja, sebulan, dua bulan, tiga bulan, entah sudah berapa lama. Aku pun mulai terbiasa sendiri seperti dulu lagi. Ya, kalau lu bisa bayangin hidup gue kala itu mellow banget macem lagu-lagu Malaysia tahun 90-an. Tak ada hal-hal spesial lagi, hanya hal-hal monokrom tak berwarna mewarnai hidup ini, halah.
Pagi itu hujan gerimis , gue berlari-lari kecil dari rumah ke jalan. Beruntung pas banget bus langganan gue datang. Hup! Aku melompat masuk, sepi tak banyak orang di dalam. Mungkin karena hujan sehingga banyak yang malas-malasan berangkat. Gue duduk di dekat pintu depan, pak supir pun menjalankan busnya kembali sambil memasukkan kaset ke dalam tape. Lagu gerimis mengundang dari Slam terdengar. Sialan, bisa-bisanya gerimis-gerimis di pagi hari gini gue harus dengerin lagu gerimis mengundang juga.
Bus berjalan lambat, mencari-cari kesempatan kali aja ada yang nyegat. Hari masih pagi dan orang-orang tampak tak tergesa-gesa. Rutinitas hidup gue pagi ini pun komplit sudah ketika melewati rumah Hanum yang tepat di pinggir jalan. Melihat gerbang rumahnya, berharap melihatnya barang sepintas. Namun, yaah seperti liriknya Slam.. Kusangkakan panas perpanjangan, rupanya gerimis mengundang~.. Harapan tak sesuai kenyataan.
Gue kadang heran dengan hatiku sendiri. Perpisahan ini secara tidak langsung adalah perbuatan gue sendiri. Gue emang ngrasa bersalah karena sudah menyakiti perasaannya. Setelah itupun kupikir sudah saatnya melupakannya. Tapi, kenapa gue masih mikirin dia? Apakah.. Ah, sudahlah. Gue berhenti meneruskan pikiran imajinasi yang sudah kemana-mana. Ini pasti efek lagunya Slam. Sialan.
Ketika gue sampai di sekolah, kelas masih sepi. Aku melempar tas ke meja belakang dan kemudian duduk. Gue, anak terpintar di SD, yang matematikanya tertinggi di sekolah, yang dulu rangking 3 se kota ini, sudah mulai digerogoti degradasi tingkat intelejensi. Sepertinya gue bisa simpulin kalo makin kita naik ke kelas yang lebih tinggi, makin kebelakang lah tempat duduk kita. Gue jadi kuatir kalau sudah kuliah nanti gue gak lagi duduk di belakang, tapi di langit-langit kelas macem spiderman.
Tulit tulit tulit.. sms masuk ke hape gue. Dari lia.
Pas amat gue gak ada pulsa, gak mungkin lah kubalas. Ini hari Selasa pikirku, emangnya kenapa gak penting banget nih tuyul pikirku. Kumasukkan kembali hpku ke dalam saku dan gue kembali tenggelam dalam kesibukan anak sekolah yang duduk di bangku belakang. Menyalin PR.
Istirahat pertama gue langsung menuju ke pos satpam buat beli pulsa. Wait, pos satpam? Are you kidding me? Lu pasti gak nyangka kan kalau satpam sekolah gue itu entrepreneur sejati. Beliau mampu membaca kesempatan dalam kesempitan, lagi trend pake hape jualan pulsa. Trend rambut gondrong buka salon, trend rambut rebonding jualan sisir. Ya gitu deh gak ada matinya tuh semangat jualannya.
Gue tiba-tiba jadi kepo level dewa, kenapa sih si Lia tanya-tanya hari segala. Gue pun mengetik sms balesan dengan cepat.
Tak berapa lama, tulit-tulit, sms balasan masuk.
Pagi itu hujan gerimis , gue berlari-lari kecil dari rumah ke jalan. Beruntung pas banget bus langganan gue datang. Hup! Aku melompat masuk, sepi tak banyak orang di dalam. Mungkin karena hujan sehingga banyak yang malas-malasan berangkat. Gue duduk di dekat pintu depan, pak supir pun menjalankan busnya kembali sambil memasukkan kaset ke dalam tape. Lagu gerimis mengundang dari Slam terdengar. Sialan, bisa-bisanya gerimis-gerimis di pagi hari gini gue harus dengerin lagu gerimis mengundang juga.
Bus berjalan lambat, mencari-cari kesempatan kali aja ada yang nyegat. Hari masih pagi dan orang-orang tampak tak tergesa-gesa. Rutinitas hidup gue pagi ini pun komplit sudah ketika melewati rumah Hanum yang tepat di pinggir jalan. Melihat gerbang rumahnya, berharap melihatnya barang sepintas. Namun, yaah seperti liriknya Slam.. Kusangkakan panas perpanjangan, rupanya gerimis mengundang~.. Harapan tak sesuai kenyataan.
Gue kadang heran dengan hatiku sendiri. Perpisahan ini secara tidak langsung adalah perbuatan gue sendiri. Gue emang ngrasa bersalah karena sudah menyakiti perasaannya. Setelah itupun kupikir sudah saatnya melupakannya. Tapi, kenapa gue masih mikirin dia? Apakah.. Ah, sudahlah. Gue berhenti meneruskan pikiran imajinasi yang sudah kemana-mana. Ini pasti efek lagunya Slam. Sialan.
Ketika gue sampai di sekolah, kelas masih sepi. Aku melempar tas ke meja belakang dan kemudian duduk. Gue, anak terpintar di SD, yang matematikanya tertinggi di sekolah, yang dulu rangking 3 se kota ini, sudah mulai digerogoti degradasi tingkat intelejensi. Sepertinya gue bisa simpulin kalo makin kita naik ke kelas yang lebih tinggi, makin kebelakang lah tempat duduk kita. Gue jadi kuatir kalau sudah kuliah nanti gue gak lagi duduk di belakang, tapi di langit-langit kelas macem spiderman.
Tulit tulit tulit.. sms masuk ke hape gue. Dari lia.
Quote:
Pas amat gue gak ada pulsa, gak mungkin lah kubalas. Ini hari Selasa pikirku, emangnya kenapa gak penting banget nih tuyul pikirku. Kumasukkan kembali hpku ke dalam saku dan gue kembali tenggelam dalam kesibukan anak sekolah yang duduk di bangku belakang. Menyalin PR.
Istirahat pertama gue langsung menuju ke pos satpam buat beli pulsa. Wait, pos satpam? Are you kidding me? Lu pasti gak nyangka kan kalau satpam sekolah gue itu entrepreneur sejati. Beliau mampu membaca kesempatan dalam kesempitan, lagi trend pake hape jualan pulsa. Trend rambut gondrong buka salon, trend rambut rebonding jualan sisir. Ya gitu deh gak ada matinya tuh semangat jualannya.
Gue tiba-tiba jadi kepo level dewa, kenapa sih si Lia tanya-tanya hari segala. Gue pun mengetik sms balesan dengan cepat.
Quote:
Tak berapa lama, tulit-tulit, sms balasan masuk.
Quote:
Diubah oleh azelfaith 30-03-2014 21:18
0
