- Beranda
- The Lounge
Masih Ingatkah Agan Angkatan 80-90 an Dengan Dongeng2 Masa Kecil Kita ini?
...
TS
cherrylie
Masih Ingatkah Agan Angkatan 80-90 an Dengan Dongeng2 Masa Kecil Kita ini?

Sekilas komen kaskuser

Quote:
Original Posted By ikafordjakarta►ane juga bingung, sekarang ane udah punya 2 anak tapi jarang3x banget dongeng-in mereka, padahal ane waktu kecil selalu didongeng-in setiap mau bobo...
ane harus berubah, apa yg ane rasain waktu kecil dulu, anak ane juga harus merasakan yg sama
tnx buat kaskuser yg ngangkat thread tentang ini, ane jadi sadar

ane harus berubah, apa yg ane rasain waktu kecil dulu, anak ane juga harus merasakan yg sama
tnx buat kaskuser yg ngangkat thread tentang ini, ane jadi sadar

Quote:
Original Posted By vladimirs►
inget bgt dongeng dongeng ini aduuuh chery bikin aku mengenang masa kecil yang indah aja
inget bgt dongeng dongeng ini aduuuh chery bikin aku mengenang masa kecil yang indah ajaQuote:
Original Posted By hypia99►
untung pas masa ane kecil pernah ngerasain ini, mungkin anak yang lahir di generasi milenium udah jarang yang pernah ngerasain masa kecil kaya kita 

Special Thanks to Kaskus Officer, Momod, agan dan sista
yg telah mendukung trit ane ini mjd HT ke #18 ane

yg telah mendukung trit ane ini mjd HT ke #18 ane

Yuk Agan n Sist 
Ikuti Lomba Design Kaos & Jaket STK Rev
Banyak Hadiahnya Lho!!
Lomba Dimulai Tgl 27 Mrt - 27 Apr 2014
Klik Banner U/ Menuju TKP

Masa kecil tahun 80 - 90 an sangat menyenangkan, banyak sekali bacaan maupun film - film untuk anak-anak.. tdk spt di jmn skg dmn anak2 menyanyikan lagu remaja maupun dewasa, menonton acara2 remaja sampai dewasa.. utk kaskuser yg sdh memiliki anak, mungkin bisa menceritakan beberapa dongeng kita dimasa kecil untuk anak - anak dirumah, untuk kaskuser yg masih single bisa jg kan menceritakan dongeng ms kecil kita kpd adik / saudara kita yg masih kecil..
kalau dulu kita menyukainya, knp anak sekarang TIDAK? karena anak - anak sekarang tidak tau dongeng2 spt yg kita dpt saat kt msh kcil 
Kancil Mencuri Timun (Kancil Nyolong Timun) 

Spoiler for Kancil Mencuri Timun:
Siang itu panas sekali. Matahari bersinar garang. Tapi hal itu tidak terlalu dirasakan oleh Kancil. Dia sedang tidur nyenyak di bawah sebatang pohon yang rindang.
Tiba-tiba saja mimpi indahnya terputus. “Tolong! Tolong! ” terdengar teriakan dan jeritan berulang-ulang. Lalu terdengar suara derap kaki binatang yang sedang berlari-lari.
“Ada apa, sih?” kata Kancil. Matanya berkejap-kejap, terasa berat untuk dibuka karena masih mengantuk.
Di kejauhan tampak segerombolan binatang berlari-lari menuju ke arahnya. “Kebakaran! Kebakaran! ” teriak Kambing. ” Ayo lari, Cil! Ada kebakaran di hutan! “Memang benar. Asap tebal membubung tinggi ke angkasa. Kancil ketakutan melihatnya. Dia langsung bangkit dan berlari mengikuti teman-temannya.
Kancil trs berlari. Wah, cpt jg larinya. Ya walaupun Kancil bertubuh kecil,tapi dia dapat berlari cepat. Tanpa terasa, Kancil telah berlari jauh, meninggalkan teman-temannya.
“Aduh, napasku habis rasanya,” Kancil berhenti dengan napas terengah-engah, lalu duduk beristirahat. “Lho, di mana binatang-binatang lainnya?” Walaupun Kancil senang karena lolos dari bahaya, tiba-tiba ia merasa takut. “Wah, aku berada di mana sekarang? Sepertinya belum pernah ke sini.”
Kancil berjalan sambil mengamati daerah sekitarnya. “Waduh, aku tersesat. Sendirian lagi. Bagaimana ini?’7 Kancil semakin takut dan bingung. “Tuhan, tolonglah aku.”
Kancil terus berjalan menjelajahi hutan yang belum pernah dilaluinya. Tanpa terasa, dia tiba di pinggir hutan. Ia melihat sebuah ladang milik Pak Tani.
“Ladang sayur dan buah-buahan? Oh, syukurlah. Terima kasih, Tuhan,” mata Kancil membelalak. Ladang itu penuh dengan sayur dan buah-buahan yang siap dipanen. Wow, asyik sekali!
“Kebetulan nih, aku haus dan lapar sekali,” kata Kancil sambil menelan air liurnya. “Tenggorokanku juga terasa kering. Dan perutku keroncongan minta diisi. Makan dulu, ah.”
Dengan tanpa dosa, Kancil melahap sayur dan buahbuahan yang ada di ladang. Wah, kasihan Pak Tani. Dia pasti marah kalau melihat kejadian ini. Si Kancil nakal sekali, ya?
“Hmm, sedap sekali,” kata Kancil sambil mengusap-usap perutnya yang kekenyangan. “Andai setiap hari pesta seperti ini, pasti asyik.”
Setelah puas, Kancil merebahkan dirinya di bawah sebatang pohon yang rindang. Semilir angin yang bertiup, membuatnya mengantuk. “Oahem, aku jadi kepingin tidur lagi,” kata Kancil sambil menguap.
Akhirnya binatang yang nakal itu tertidur, melanjutkan tidur siangnya yang terganggu gara-gara kebakaran di hutan tadi. Wah, tidurnya begitu pulas, sampai terdengar suara dengkurannya.
Ketika bangun pada keesokan harinya, Kancil merasa lapar lagi. “Wah, pesta berlanjut lagi, nih,” kata Kancil pada dirinya sendiri. “Kali ini aku pilih-pilih dulu, ah. Siapa tahu ada buah timun kesukaanku.”
Maka Kancil berjalan-jalan mengitari ladang Pak Tani yang luas itu. “Wow, itu dia yang kucari! ” seru Kancil gembira. “Hmm, timunnya kelihatan begitu segar. Besarbesar lagi! Wah, pasti sedap nih.”
Kancil langsung mkn buah timun sampai kenyang. “Wow, sedap sekali sarapan timun,” kata Kancil sambil tersenyum puas.
Hari sudah agak siang. Lalu Kancil kembali ke bawah pohon rindang untuk beristirahat.
Pak Tani terkejut sekali ketika melihat ladangnya. “Wah,ladang timunku kok jadi berantakan-begini,” kata Pak Tani geram. “Perbuatan siapa, ya? Pasti ada hama baru yang ganas. Atau mungkinkah ada bocah nakal atau binatang lapar yang mencuri timunku?”
Ladang timun itu memang benar2 berantakan. Banyak pohon timun yang rusak karena terinjak-injak. Dan banyak pula serpihan buah timun yang berserakan di tanah. Hm,awas ya, kalau sampai tertangkap! ” omel Pak Tani sambil mengibas-ngibaskan sabitnya. “Panen timunku jadi berantakan.”
Maka seharian Pak Tani sibuk membenahi kembali ladangnya yang berantakan.
Dari tpt istirahatnya, Kancil trs memperhatikan Pak Tani itu. “Hmm, dia pst yg bernama Pak Tani,” kata Kancil pada dirinya sendiri. “Kumisnya boleh jg. Tebal,’ hitam, dan melengkung ke atas. Lucu sekali.
Sbelumnya Kancil mmg blum pnh bertemu dgn manusia. Tapi dia sering mendengar cerita tentang Pak Tani dari teman-temannya. “Aduh, Pak Tani kok lama ya,” ujar Kancil. Ya, dia telah menunggu lama sekali. Siang itu Kancil ingin makan timun lagi.Rupanya dia ketagihan mkn buah timun yang segar itu.
Sore harinya, Pak Tani pulang sambil memanggul keranjang berisi timun di bahunya. Dia pulang sambil mengomel, krn hasil panennya jd berkurang. Dan waktunya habis untuk menata kembali ladangnya yang berantakan.
“Ah, akhirnya tb jg wkt yg kutunggu-tunggu,” Kancil bangkit dan berjalan ke ladang. Binatang yang nakal itu kembali berpesta makan timun Pak Tani.
Keesokan harinya, Pak Tani geram dan marah melihat ladangnya berantakan “Benar-benar keterlaluan!” “Ternyata tanaman lainnya juga rusak dan dicuri.” Pak Tani berlutut di tanah untuk mengetahui jejak si pencuri. “Hmm, pencurinya pasti binatang,” kata Pak Tani. “Jejak kaki manusia tidak begini bentuknya.”
Pemilik ladang yg malang itu bertekad utk menangkap si pencuri. “Aku harus membuat perangkap utk menangkapnya! “
Maka Pak Tani segera meninggalkan ladang.Setiba di rumahnya, dia membuat sebuah boneka yang menyerupai manusia. Lalu dia melumuri orang-orangan ladang itu dengan getah nangka yang lengket!
Orang-orangan itu dipasangnya di tengah ladang timun. Bentuknya persis seperti manusia yang sedang berjaga-jaga. Pakaiannya yang kedodoran berkibar-kibar tertiup angin. Sementara kepalanya memakai caping, seperti milik Pak Tani.
“Wah, sepertinya Pak Tani tidak sendiri lagi,” ucap Kancil, yang melihat dari kejauhan. “Ia dtg bersama temannya. Tapi mengapa temannya diam saja, dan Pak Tani meninggalkannya sendirian di tengah ladang?”
Lama sekali Kancil menunggu kepergian teman Pak Tani. Akhirnya dia tak tahan. “Ah, lebih baik aku ke sana,” kata Kancil memutuskan. “Sekalian minta maaf karena telah mencuri timun Pak Tani. Siapa tahu aku malah diberinya timun gratis.”
“Maafkan saya, Pak,” sesal Kancil di depan orangorangan ladang itu. “Sayalah yg telah mencuri timun Pak Tani. Perut saya lapar sekali. Bapak tidak marah, kan?”
Tentu saj,a orang-orangan ladang itu tidak menjawab. Berkali-kali Kancil meminta maaf. Tapi orang-orangan itu tetap diam. Wajahnya tersenyum, tampak seperti mengejek Kancil.
“Huh, sombong sekali!” seru Kancil marah. “Aku minta maaf kok diam saja. Malah tersenyum mengejek. Memangnya lucu apa?” gerutunya.
Akhirnya Kancil tak tahan lagi. Ditinjunya orangorangan ladang itu dengan tangan kanan. Buuuk! Lho, kok tangannya tidak bisa ditarik? Ditinjunya lagi dengan tangan kiri.Buuk! Wah,kini kedua tangannya melekat erat di tubuh boneka itu.
” Lepaskan tanganku! ” teriak Kancil j engkel. ” Kalau tidak, kutendang kau! ” Buuuk! Kini kaki si Kancil malah melekat juga di tubuh orang itu. “Aduh, bagaimana ini?”
Sore harinya, Pak Tani kembali ke ladang. “Nah, ini dia pencurinya! Rupanya kau yang telah merusak ladang dan mencuri
timunku.” Pak Tani tertawa ketika melepaskan Kancil. “Katanya kancil binatang yang cerdik,” ejek Pak Tani. “Tapi kok tertipu oleh orang-orangan ladang“
Kancil pasrah saja ketika dibawa pulang ke rumah Pak Tani. Dia dikurung di dalam kandang ayam. Tapi Kancil terkejut ketika Pak Tani menyuruh istrinya menyiapkan bumbu sate.
” Aku harus segera keluar malam ini j uga I ” tekad Kancil. Kalau tidak, tamatlah riwayatku. “
Malam harinya, ketika seisi rumah sudah tidur, Kancil memanggil-manggil Anjing, si penjaga rumah. “Ssst… Anjing, kemarilah,” bisik Kancil. “Perkenalkan, aku Kancil. Binatang piaraan baru Pak Tani. Tahukah kau? Besok aku akan diajak Pak Tani menghadiri pesta di rumah Pak Lurah. Asyik, ya?”
Anjing terkejut mendengarnya. “Apa? Aku tak percaya! Aku yang sudah lama ikut Pak Tani saja tidak pernah diajak pergi. Eh, malah kau yang diajak.”
Kancil tersenyum penuh arti. “Yah, terserah kalau kau tidak percaya. Lihat saja besok! Aku tidak bohong! “
Rupanya Anjing terpengaruh oleh kata-kata si Kancil. Dia meminta agar Kancil membujuk Pak Tani untuk mengajakn-ya pergi ke pesta.
“Oke, aku akan berusaha membujuk Pak Tani,” janji Kancil. “Tapi malam ini kau harus menemaniku tidur di kandang ayam. Bagaimana?” Anjing setuju dengan tawaran Kancil. Dia segera membuka gerendel pintu kandang, dan masuk. Dengan sigap, Kancil cepat-cepat keluar dari kandang.
“Terima kasih,” kata Kancil sambil menutup kembali gerendel pintu. “Maaf Iho, aku terpaksa berbohong. Titip salam ya, buat Pak Tani. Dan tolong sampaikan maafku padanya.” Kancil segera berlari meninggalkan rumah Pak Tani. Anjing yang malang itu baru menyadari kejadian sebenarnya ketika Kancil sudah menghilang.
Tiba-tiba saja mimpi indahnya terputus. “Tolong! Tolong! ” terdengar teriakan dan jeritan berulang-ulang. Lalu terdengar suara derap kaki binatang yang sedang berlari-lari.
“Ada apa, sih?” kata Kancil. Matanya berkejap-kejap, terasa berat untuk dibuka karena masih mengantuk.
Di kejauhan tampak segerombolan binatang berlari-lari menuju ke arahnya. “Kebakaran! Kebakaran! ” teriak Kambing. ” Ayo lari, Cil! Ada kebakaran di hutan! “Memang benar. Asap tebal membubung tinggi ke angkasa. Kancil ketakutan melihatnya. Dia langsung bangkit dan berlari mengikuti teman-temannya.
Kancil trs berlari. Wah, cpt jg larinya. Ya walaupun Kancil bertubuh kecil,tapi dia dapat berlari cepat. Tanpa terasa, Kancil telah berlari jauh, meninggalkan teman-temannya.
“Aduh, napasku habis rasanya,” Kancil berhenti dengan napas terengah-engah, lalu duduk beristirahat. “Lho, di mana binatang-binatang lainnya?” Walaupun Kancil senang karena lolos dari bahaya, tiba-tiba ia merasa takut. “Wah, aku berada di mana sekarang? Sepertinya belum pernah ke sini.”
Kancil berjalan sambil mengamati daerah sekitarnya. “Waduh, aku tersesat. Sendirian lagi. Bagaimana ini?’7 Kancil semakin takut dan bingung. “Tuhan, tolonglah aku.”
Kancil terus berjalan menjelajahi hutan yang belum pernah dilaluinya. Tanpa terasa, dia tiba di pinggir hutan. Ia melihat sebuah ladang milik Pak Tani.
“Ladang sayur dan buah-buahan? Oh, syukurlah. Terima kasih, Tuhan,” mata Kancil membelalak. Ladang itu penuh dengan sayur dan buah-buahan yang siap dipanen. Wow, asyik sekali!
“Kebetulan nih, aku haus dan lapar sekali,” kata Kancil sambil menelan air liurnya. “Tenggorokanku juga terasa kering. Dan perutku keroncongan minta diisi. Makan dulu, ah.”
Dengan tanpa dosa, Kancil melahap sayur dan buahbuahan yang ada di ladang. Wah, kasihan Pak Tani. Dia pasti marah kalau melihat kejadian ini. Si Kancil nakal sekali, ya?
“Hmm, sedap sekali,” kata Kancil sambil mengusap-usap perutnya yang kekenyangan. “Andai setiap hari pesta seperti ini, pasti asyik.”
Setelah puas, Kancil merebahkan dirinya di bawah sebatang pohon yang rindang. Semilir angin yang bertiup, membuatnya mengantuk. “Oahem, aku jadi kepingin tidur lagi,” kata Kancil sambil menguap.
Akhirnya binatang yang nakal itu tertidur, melanjutkan tidur siangnya yang terganggu gara-gara kebakaran di hutan tadi. Wah, tidurnya begitu pulas, sampai terdengar suara dengkurannya.
Ketika bangun pada keesokan harinya, Kancil merasa lapar lagi. “Wah, pesta berlanjut lagi, nih,” kata Kancil pada dirinya sendiri. “Kali ini aku pilih-pilih dulu, ah. Siapa tahu ada buah timun kesukaanku.”
Maka Kancil berjalan-jalan mengitari ladang Pak Tani yang luas itu. “Wow, itu dia yang kucari! ” seru Kancil gembira. “Hmm, timunnya kelihatan begitu segar. Besarbesar lagi! Wah, pasti sedap nih.”
Kancil langsung mkn buah timun sampai kenyang. “Wow, sedap sekali sarapan timun,” kata Kancil sambil tersenyum puas.
Hari sudah agak siang. Lalu Kancil kembali ke bawah pohon rindang untuk beristirahat.
Pak Tani terkejut sekali ketika melihat ladangnya. “Wah,ladang timunku kok jadi berantakan-begini,” kata Pak Tani geram. “Perbuatan siapa, ya? Pasti ada hama baru yang ganas. Atau mungkinkah ada bocah nakal atau binatang lapar yang mencuri timunku?”
Ladang timun itu memang benar2 berantakan. Banyak pohon timun yang rusak karena terinjak-injak. Dan banyak pula serpihan buah timun yang berserakan di tanah. Hm,awas ya, kalau sampai tertangkap! ” omel Pak Tani sambil mengibas-ngibaskan sabitnya. “Panen timunku jadi berantakan.”
Maka seharian Pak Tani sibuk membenahi kembali ladangnya yang berantakan.
Dari tpt istirahatnya, Kancil trs memperhatikan Pak Tani itu. “Hmm, dia pst yg bernama Pak Tani,” kata Kancil pada dirinya sendiri. “Kumisnya boleh jg. Tebal,’ hitam, dan melengkung ke atas. Lucu sekali.
Sbelumnya Kancil mmg blum pnh bertemu dgn manusia. Tapi dia sering mendengar cerita tentang Pak Tani dari teman-temannya. “Aduh, Pak Tani kok lama ya,” ujar Kancil. Ya, dia telah menunggu lama sekali. Siang itu Kancil ingin makan timun lagi.Rupanya dia ketagihan mkn buah timun yang segar itu.
Sore harinya, Pak Tani pulang sambil memanggul keranjang berisi timun di bahunya. Dia pulang sambil mengomel, krn hasil panennya jd berkurang. Dan waktunya habis untuk menata kembali ladangnya yang berantakan.
“Ah, akhirnya tb jg wkt yg kutunggu-tunggu,” Kancil bangkit dan berjalan ke ladang. Binatang yang nakal itu kembali berpesta makan timun Pak Tani.
Keesokan harinya, Pak Tani geram dan marah melihat ladangnya berantakan “Benar-benar keterlaluan!” “Ternyata tanaman lainnya juga rusak dan dicuri.” Pak Tani berlutut di tanah untuk mengetahui jejak si pencuri. “Hmm, pencurinya pasti binatang,” kata Pak Tani. “Jejak kaki manusia tidak begini bentuknya.”
Pemilik ladang yg malang itu bertekad utk menangkap si pencuri. “Aku harus membuat perangkap utk menangkapnya! “
Maka Pak Tani segera meninggalkan ladang.Setiba di rumahnya, dia membuat sebuah boneka yang menyerupai manusia. Lalu dia melumuri orang-orangan ladang itu dengan getah nangka yang lengket!
Orang-orangan itu dipasangnya di tengah ladang timun. Bentuknya persis seperti manusia yang sedang berjaga-jaga. Pakaiannya yang kedodoran berkibar-kibar tertiup angin. Sementara kepalanya memakai caping, seperti milik Pak Tani.
“Wah, sepertinya Pak Tani tidak sendiri lagi,” ucap Kancil, yang melihat dari kejauhan. “Ia dtg bersama temannya. Tapi mengapa temannya diam saja, dan Pak Tani meninggalkannya sendirian di tengah ladang?”
Lama sekali Kancil menunggu kepergian teman Pak Tani. Akhirnya dia tak tahan. “Ah, lebih baik aku ke sana,” kata Kancil memutuskan. “Sekalian minta maaf karena telah mencuri timun Pak Tani. Siapa tahu aku malah diberinya timun gratis.”
“Maafkan saya, Pak,” sesal Kancil di depan orangorangan ladang itu. “Sayalah yg telah mencuri timun Pak Tani. Perut saya lapar sekali. Bapak tidak marah, kan?”
Tentu saj,a orang-orangan ladang itu tidak menjawab. Berkali-kali Kancil meminta maaf. Tapi orang-orangan itu tetap diam. Wajahnya tersenyum, tampak seperti mengejek Kancil.
“Huh, sombong sekali!” seru Kancil marah. “Aku minta maaf kok diam saja. Malah tersenyum mengejek. Memangnya lucu apa?” gerutunya.
Akhirnya Kancil tak tahan lagi. Ditinjunya orangorangan ladang itu dengan tangan kanan. Buuuk! Lho, kok tangannya tidak bisa ditarik? Ditinjunya lagi dengan tangan kiri.Buuk! Wah,kini kedua tangannya melekat erat di tubuh boneka itu.
” Lepaskan tanganku! ” teriak Kancil j engkel. ” Kalau tidak, kutendang kau! ” Buuuk! Kini kaki si Kancil malah melekat juga di tubuh orang itu. “Aduh, bagaimana ini?”
Sore harinya, Pak Tani kembali ke ladang. “Nah, ini dia pencurinya! Rupanya kau yang telah merusak ladang dan mencuri
timunku.” Pak Tani tertawa ketika melepaskan Kancil. “Katanya kancil binatang yang cerdik,” ejek Pak Tani. “Tapi kok tertipu oleh orang-orangan ladang“
Kancil pasrah saja ketika dibawa pulang ke rumah Pak Tani. Dia dikurung di dalam kandang ayam. Tapi Kancil terkejut ketika Pak Tani menyuruh istrinya menyiapkan bumbu sate.
” Aku harus segera keluar malam ini j uga I ” tekad Kancil. Kalau tidak, tamatlah riwayatku. “
Malam harinya, ketika seisi rumah sudah tidur, Kancil memanggil-manggil Anjing, si penjaga rumah. “Ssst… Anjing, kemarilah,” bisik Kancil. “Perkenalkan, aku Kancil. Binatang piaraan baru Pak Tani. Tahukah kau? Besok aku akan diajak Pak Tani menghadiri pesta di rumah Pak Lurah. Asyik, ya?”
Anjing terkejut mendengarnya. “Apa? Aku tak percaya! Aku yang sudah lama ikut Pak Tani saja tidak pernah diajak pergi. Eh, malah kau yang diajak.”
Kancil tersenyum penuh arti. “Yah, terserah kalau kau tidak percaya. Lihat saja besok! Aku tidak bohong! “
Rupanya Anjing terpengaruh oleh kata-kata si Kancil. Dia meminta agar Kancil membujuk Pak Tani untuk mengajakn-ya pergi ke pesta.
“Oke, aku akan berusaha membujuk Pak Tani,” janji Kancil. “Tapi malam ini kau harus menemaniku tidur di kandang ayam. Bagaimana?” Anjing setuju dengan tawaran Kancil. Dia segera membuka gerendel pintu kandang, dan masuk. Dengan sigap, Kancil cepat-cepat keluar dari kandang.
“Terima kasih,” kata Kancil sambil menutup kembali gerendel pintu. “Maaf Iho, aku terpaksa berbohong. Titip salam ya, buat Pak Tani. Dan tolong sampaikan maafku padanya.” Kancil segera berlari meninggalkan rumah Pak Tani. Anjing yang malang itu baru menyadari kejadian sebenarnya ketika Kancil sudah menghilang.
Timun Emas

Spoiler for Timun Emas:
Pada zaman dahulu, hiduplah sepasang suami istri petani. Mereka tinggal di sebuah desa di dekat hutan. Mereka hidup bahagia. Sayangnya mereka belum saja dikaruniai seorang anak pun.
Setiap hari mereka berdoa pada Yang Maha Kuasa. Mereka berdoa agar segera diberi seorang anak. Suatu hari seorang raksasa melewati tempat tinggal mereka. Raksasa itu mendengar doa suami istri itu. Raksasa itu kemudian memberi mereka biji mentimun.
“Tanamlah biji ini. Nanti kau akan mendapatkan seorang anak perempuan,” kata Raksasa. “Terima kasih, Raksasa,” kata suami istri itu. “Tapi ada syaratnya. Pada usia 17 tahun anak itu harus kalian serahkan padaku,” sahut Raksasa. Suami istri itu sangat merindukan seorang anak. Karena itu tanpa berpikir panjang mereka setuju.
Suami istri petani itu kemudian menanam biji-biji mentimun itu. Setiap hari mereka merawat tanaman yang mulai tumbuh itu dengan sebaik mungkin. Berbulan-bulan kemudian tumbuhlah sebuah mentimun berwarna keemasan.
Buah mentimun itu semakin lama semakin besar dan berat. Ketika buah itu masak, mereka memetiknya. Dengan hati-hati mereka memotong buah itu. Betapa terkejutnya mereka, di dalam buah itu mereka menemukan bayi perempuan yang sangat cantik. Suami istri itu sangat bahagia. Mereka memberi nama bayi itu Timun Mas.
Tahun demi tahun berlalu. Timun Mas tumbuh menjadi gadis yang cantik. Kedua orang tuanya sangat bangga padanya. Tapi mereka menjadi sangat takut. Karena pada ulang tahun Timun Mas yang ke-17, sang raksasa datang kembali. Raksasa itu menangih janji untuk mengambil Timun Mas.
Petani itu mencoba tenang. “Tunggulah sebentar. Timun Mas sedang bermain. Istriku akan memanggilnya,” katanya. Petani itu segera menemui anaknya. “Anakkku, ambillah ini,” katanya sambil menyerahkan sebuah kantung kain. “Ini akan menolongmu melawan Raksasa. Sekarang larilah secepat mungkin,” katanya. Maka Timun Mas pun segera melarikan diri.
Suami istri itu sedih atas kepergian Timun Mas. Tapi mereka tidak rela kalau anaknya menjadi santapan Raksasa. Raksasa menunggu cukup lama. Ia menjadi tak sabar. Ia tahu, telah dibohongi suami istri itu. Lalu ia pun menghancurkan pondok petani itu. Lalu ia mengejar Timun Mas ke hutan.
Raksasa segera berlari mengejar Timun Mas. Raksasa semakin dekat. Timun Mas segera mengambil segenggam garam dari kantung kainnya. Lalu garam itu ditaburkan ke arah Raksasa. Tiba-tiba sebuah laut yang luas pun terhampar. Raksasa terpaksa berenang dengan susah payah.
Timun Mas berlari lagi. Tapi kemudian Raksasa hampir berhasil menyusulnya. Timun Mas kembali mengambil benda ajaib dari kantungnya. Ia mengambil segenggam cabai. Cabai itu dilemparnya ke arah raksasa. Seketika pohon dengan ranting dan duri yang tajam memerangkap Raksasa. Raksasa berteriak kesakitan. Sementara Timun Mas berlari menyelamatkan diri.
Tapi Raksasa sungguh kuat. Ia lagi-lagi hampir menangkap Timun Mas. Maka Timun Mas pun mengeluarkan benda ajaib ketiga. Ia menebarkan biji-biji mentimun ajaib. Seketika tumbuhlah kebun mentimun yang sangat luas. Raksasa sangat letih dan kelaparan. Ia pun makan mentimun-mentimun yang segar itu dengan lahap. Karena terlalu banyak makan, Raksasa tertidur.
Timun Mas kembali melarikan diri. Ia berlari sekuat tenaga. Tapi lama kelamaan tenaganya habis. Lebih celaka lagi karena Raksasa terbangun dari tidurnya. Raksasa lagi-lagi hampir menangkapnya. Timun Mas sangat ketakutan. Ia pun melemparkan senjatanya yang terakhir, segenggam terasi udang. Lagi-lagi terjadi keajaiban. Sebuah danau lumpur yang luas terhampar. Raksasa terjerembab ke dalamnya. Tangannya hampir menggapai Timun Mas. Tapi danau lumpur itu menariknya ke dasar. Raksasa panik. Ia tak bisa bernapas, lalu tenggelam.
Timun Mas lega. Ia telah selamat. Timun Mas pun kembali ke rumah orang tuanya. Ayah dan Ibu Timun Mas senang sekali melihat Timun Mas selamat. Mereka menyambutnya. “Terima Kasih, Tuhan. Kau telah menyelamatkan anakku,” kata mereka gembira.
Sejak saat itu Timun Mas dapat hidup tenang bersama orang tuanya. Mereka dapat hidup bahagia tanpa ketakutan lagi.
Setiap hari mereka berdoa pada Yang Maha Kuasa. Mereka berdoa agar segera diberi seorang anak. Suatu hari seorang raksasa melewati tempat tinggal mereka. Raksasa itu mendengar doa suami istri itu. Raksasa itu kemudian memberi mereka biji mentimun.
“Tanamlah biji ini. Nanti kau akan mendapatkan seorang anak perempuan,” kata Raksasa. “Terima kasih, Raksasa,” kata suami istri itu. “Tapi ada syaratnya. Pada usia 17 tahun anak itu harus kalian serahkan padaku,” sahut Raksasa. Suami istri itu sangat merindukan seorang anak. Karena itu tanpa berpikir panjang mereka setuju.
Suami istri petani itu kemudian menanam biji-biji mentimun itu. Setiap hari mereka merawat tanaman yang mulai tumbuh itu dengan sebaik mungkin. Berbulan-bulan kemudian tumbuhlah sebuah mentimun berwarna keemasan.
Buah mentimun itu semakin lama semakin besar dan berat. Ketika buah itu masak, mereka memetiknya. Dengan hati-hati mereka memotong buah itu. Betapa terkejutnya mereka, di dalam buah itu mereka menemukan bayi perempuan yang sangat cantik. Suami istri itu sangat bahagia. Mereka memberi nama bayi itu Timun Mas.
Tahun demi tahun berlalu. Timun Mas tumbuh menjadi gadis yang cantik. Kedua orang tuanya sangat bangga padanya. Tapi mereka menjadi sangat takut. Karena pada ulang tahun Timun Mas yang ke-17, sang raksasa datang kembali. Raksasa itu menangih janji untuk mengambil Timun Mas.
Petani itu mencoba tenang. “Tunggulah sebentar. Timun Mas sedang bermain. Istriku akan memanggilnya,” katanya. Petani itu segera menemui anaknya. “Anakkku, ambillah ini,” katanya sambil menyerahkan sebuah kantung kain. “Ini akan menolongmu melawan Raksasa. Sekarang larilah secepat mungkin,” katanya. Maka Timun Mas pun segera melarikan diri.
Suami istri itu sedih atas kepergian Timun Mas. Tapi mereka tidak rela kalau anaknya menjadi santapan Raksasa. Raksasa menunggu cukup lama. Ia menjadi tak sabar. Ia tahu, telah dibohongi suami istri itu. Lalu ia pun menghancurkan pondok petani itu. Lalu ia mengejar Timun Mas ke hutan.
Raksasa segera berlari mengejar Timun Mas. Raksasa semakin dekat. Timun Mas segera mengambil segenggam garam dari kantung kainnya. Lalu garam itu ditaburkan ke arah Raksasa. Tiba-tiba sebuah laut yang luas pun terhampar. Raksasa terpaksa berenang dengan susah payah.
Timun Mas berlari lagi. Tapi kemudian Raksasa hampir berhasil menyusulnya. Timun Mas kembali mengambil benda ajaib dari kantungnya. Ia mengambil segenggam cabai. Cabai itu dilemparnya ke arah raksasa. Seketika pohon dengan ranting dan duri yang tajam memerangkap Raksasa. Raksasa berteriak kesakitan. Sementara Timun Mas berlari menyelamatkan diri.
Tapi Raksasa sungguh kuat. Ia lagi-lagi hampir menangkap Timun Mas. Maka Timun Mas pun mengeluarkan benda ajaib ketiga. Ia menebarkan biji-biji mentimun ajaib. Seketika tumbuhlah kebun mentimun yang sangat luas. Raksasa sangat letih dan kelaparan. Ia pun makan mentimun-mentimun yang segar itu dengan lahap. Karena terlalu banyak makan, Raksasa tertidur.
Timun Mas kembali melarikan diri. Ia berlari sekuat tenaga. Tapi lama kelamaan tenaganya habis. Lebih celaka lagi karena Raksasa terbangun dari tidurnya. Raksasa lagi-lagi hampir menangkapnya. Timun Mas sangat ketakutan. Ia pun melemparkan senjatanya yang terakhir, segenggam terasi udang. Lagi-lagi terjadi keajaiban. Sebuah danau lumpur yang luas terhampar. Raksasa terjerembab ke dalamnya. Tangannya hampir menggapai Timun Mas. Tapi danau lumpur itu menariknya ke dasar. Raksasa panik. Ia tak bisa bernapas, lalu tenggelam.
Timun Mas lega. Ia telah selamat. Timun Mas pun kembali ke rumah orang tuanya. Ayah dan Ibu Timun Mas senang sekali melihat Timun Mas selamat. Mereka menyambutnya. “Terima Kasih, Tuhan. Kau telah menyelamatkan anakku,” kata mereka gembira.
Sejak saat itu Timun Mas dapat hidup tenang bersama orang tuanya. Mereka dapat hidup bahagia tanpa ketakutan lagi.
3 Anak Babi 

Spoiler for 3 Anak Babi:
Di suatu tempat, hiduplah tiga ekor anak babi bersama ibunya. Mereka tinggal di sebuah rumah tua. Ibu babi bermaksud membuat rumah baru, karena rumah yang sekarang sudah tua. Ibu babi menyuruh anak-anaknya membuat rumah baru.
Kakak pertama membuat rumah dari jerami dengan mudahnya. Rumah jerami pun selesai dengan cepatnya. Tiba-tiba datanglah seekor serigala yang bermaksud memakan kakak pertama. Kakak pertama masuk ke dalam rumah jeraminya. Serigala menghembuskan napasnya dengan kuat. Dengan satu hembusan saja, rumah jerami tersebut menjadi rusak. Kakak pertama melarikan diri.
Kakak kedua membuat rumah dari kayu dengan mudahnya pula. Rumah kayu pun selesai dengan cepatnya. Tiba-tiba datang kakak pertama yang dikejar serigala. Kakak kedua menyuruhnya masuk ke dalam rumah kayunya. Serigala menghembuskan napasnya dengan kuat tapi tidak roboh. Lalu dengan satu hembusan yang lebih kuat lagi, rumah kayu tersebut rusak. Kakak pertama dan kakak kedua melarikan diri.
Adik yang paling kecil membuat rumah dengan semen dan batu bata. Dia membuatnya dengan sabar. Rumah dari batu bata pun selesai meskipun lama. Tiba-tiba datang kakak pertama dan kakak kedua yang dikejar serigala. Adik yang paling kecil menyuruhnya masuk ke dalam rumah. Serigala menghembuskan napasnya dengan kuat, tapi rumah itu tidak bergeser dari tempatnya. Serigala berkali-kali menghembuskan napasnya, tapi tidak ada hasilnya.
Serigala tidak menyerah, dengan lemah lembut serigala berkata kepada para anak babi. Serigala mengajak mereka untuk memetik mengambil lobak di kebun besok. Karena suka lobak, mereka pergi keesokan harinya, tapi serigala terlambat datang dan tidak bisa memakan mereka.
Serigala berbicara kepada para anak babi lagi. Serigala mengajak mereka untuk memetik apel di gunung. Esok harinya pun para anak babi datang terlebih dahulu. Mereka naik pohon dan memetik apel. Saat di atas pohon, serigala datang dan mereka melemparinya dengan apel. Saat serigala mengejar apel yang dilempar, para anak babi turun dan melarikan diri.
Hari berikutnya, tiga ekor anak babi pergi ke pasar. Di sana mereka menemukan tong kayu dan bermain dengan tong. Mereka melihat serigala di bawah tanjakan. Mereka masuk tong dan menggelinding dari atas tanjakan. Mereka bertiga selamat dari serigala.
Serigala marah. Keesokan harinya, serigala memanjat cerobong asap rumah para anak babi dan masuk ke sana. Melihat itu, mereka menyiapkan wajan dan air lalu merebusnya. Serigala terjatuh ke dalam air panas dan mati. Akhirnya mereka bisa hidup dengan penuh persahabatan di rumah baru mereka.
Kakak pertama membuat rumah dari jerami dengan mudahnya. Rumah jerami pun selesai dengan cepatnya. Tiba-tiba datanglah seekor serigala yang bermaksud memakan kakak pertama. Kakak pertama masuk ke dalam rumah jeraminya. Serigala menghembuskan napasnya dengan kuat. Dengan satu hembusan saja, rumah jerami tersebut menjadi rusak. Kakak pertama melarikan diri.
Kakak kedua membuat rumah dari kayu dengan mudahnya pula. Rumah kayu pun selesai dengan cepatnya. Tiba-tiba datang kakak pertama yang dikejar serigala. Kakak kedua menyuruhnya masuk ke dalam rumah kayunya. Serigala menghembuskan napasnya dengan kuat tapi tidak roboh. Lalu dengan satu hembusan yang lebih kuat lagi, rumah kayu tersebut rusak. Kakak pertama dan kakak kedua melarikan diri.
Adik yang paling kecil membuat rumah dengan semen dan batu bata. Dia membuatnya dengan sabar. Rumah dari batu bata pun selesai meskipun lama. Tiba-tiba datang kakak pertama dan kakak kedua yang dikejar serigala. Adik yang paling kecil menyuruhnya masuk ke dalam rumah. Serigala menghembuskan napasnya dengan kuat, tapi rumah itu tidak bergeser dari tempatnya. Serigala berkali-kali menghembuskan napasnya, tapi tidak ada hasilnya.
Serigala tidak menyerah, dengan lemah lembut serigala berkata kepada para anak babi. Serigala mengajak mereka untuk memetik mengambil lobak di kebun besok. Karena suka lobak, mereka pergi keesokan harinya, tapi serigala terlambat datang dan tidak bisa memakan mereka.
Serigala berbicara kepada para anak babi lagi. Serigala mengajak mereka untuk memetik apel di gunung. Esok harinya pun para anak babi datang terlebih dahulu. Mereka naik pohon dan memetik apel. Saat di atas pohon, serigala datang dan mereka melemparinya dengan apel. Saat serigala mengejar apel yang dilempar, para anak babi turun dan melarikan diri.
Hari berikutnya, tiga ekor anak babi pergi ke pasar. Di sana mereka menemukan tong kayu dan bermain dengan tong. Mereka melihat serigala di bawah tanjakan. Mereka masuk tong dan menggelinding dari atas tanjakan. Mereka bertiga selamat dari serigala.
Serigala marah. Keesokan harinya, serigala memanjat cerobong asap rumah para anak babi dan masuk ke sana. Melihat itu, mereka menyiapkan wajan dan air lalu merebusnya. Serigala terjatuh ke dalam air panas dan mati. Akhirnya mereka bisa hidup dengan penuh persahabatan di rumah baru mereka.
Dongeng Lanjut Post #2 klik here.. o(^---^)o
Tambahan Kaskuser ada di Post #3 Klik here..
Ane akan sangat senang jika agan atau sista mau membantu menambahkan cerita dongeng kesukaan agan atau sista dalam trit ane
Tambahan Kaskuser ada di Post #3 Klik here..
Ane akan sangat senang jika agan atau sista mau membantu menambahkan cerita dongeng kesukaan agan atau sista dalam trit ane


Cherrylie STK #90
Diubah oleh cherrylie 30-03-2014 12:40
0
85.9K
Kutip
1.1K
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
1.3MThread•103.8KAnggota
Tampilkan semua post
TS
cherrylie
#1
Angsa Bertelur Emas

Spoiler for Angsa Bertelur Emas:
Pasangan suami-istri memiliki seekor angsa yang setiap harinya bertelur emas. Pasangan suami-istri tersebut menjadi kaya raya karenanya.
Namun, ketamakan membuat mereka berpikir untuk memiliki emas jauh lebih banyak. "Bayangkan," istri si pria mengatakan, "Kita bisa memiliki semua telur emas yang ada di dalam angsa, tentu kita bisa lebih kaya jauh lebih cepat.
"Benar juga," si suami mengamini ucapan istrinya, "Kita tidak perlu menunggu angsa itu untuk menelurkan telur-telur emas yang sedikit setiap harinya." Pasangan suami istri itu pun menyembelih angsa dan membelahnya. Hasilnya kosong? Tidak ada apapun di dalam tubuh si angsa, kecuali jeroan yang sama dengan angsa lainnya.
Pesan cerita dongeng ini adalah terlalu serakah tidak akan menghasilkan apa-apa.
Namun, ketamakan membuat mereka berpikir untuk memiliki emas jauh lebih banyak. "Bayangkan," istri si pria mengatakan, "Kita bisa memiliki semua telur emas yang ada di dalam angsa, tentu kita bisa lebih kaya jauh lebih cepat.
"Benar juga," si suami mengamini ucapan istrinya, "Kita tidak perlu menunggu angsa itu untuk menelurkan telur-telur emas yang sedikit setiap harinya." Pasangan suami istri itu pun menyembelih angsa dan membelahnya. Hasilnya kosong? Tidak ada apapun di dalam tubuh si angsa, kecuali jeroan yang sama dengan angsa lainnya.
Pesan cerita dongeng ini adalah terlalu serakah tidak akan menghasilkan apa-apa.
Itik Buruk Rupa 

Spoiler for Itik Buruk Rupa:
Dahulu kala, adalah sekelompok bebek yang tinggal di tepi sungai. Mereka terdiri terdiri dari Pak Bebek, Ibu Bebek, dan telur-telur bebek yang sedang dierami oleh Ibu Bebek. Suatu hari telur-telur itu menetas satu persatu. Pak Bebek senang bukan main, Ibu Bebek pun demikian. Sambil memperhatikan telur-telur yang menetas satu persatu, ia pun tersenyum dan memeluk satu persatu anak bebek yang sudah lahir itu. Namun pada telur yang terakhir menetas, yang keluar bentuknya sangat berbeda dengan saudara-saudaranya. Bila Ibu dan Pak Bebek berwarna kuning keemasan dan berparuh oranye serta berbunyi “Kweek..kweek..” maka anak bebek yang terakhir ini berbulu kehitaman dan berparuh kecoklatan, wajahnya tidak secantik saudara-saudaranya, dan suaranya pun berbeda, “Ooork..ooork…”
Pak dan Ibu bebek pun bertengkar hebat. Pak bebek merasa anak itu adalah hasil perselingkuhan Ibu bebek dengan mahluk lain, sedangkan Ibu bebek tidak terima dituduh seperti itu. Pak bebek pun pergi meninggalkan Ibu bebek. Sementara itu si bebek kecil yang buruk rupa tadi pun diejek oleh saudara-saudaranya yang lain.
Namun demikian, si bebek kecil yang buruk rupa itu tetap mengikuti kemanapun induknya pergi, walaupun induknya tidak pernah sekalipun memperhatikannya. Semakin besar, semakin berbedalah dia dengan saudara-saudaranya yang lain, dan hal ini sangat memalukan bagi Ibu bebek. Apalagi si bebek buruk rupa ini ternyata tidak bisa berenag sebaik saudara-saudaranya yang lain. Pada suatu hari, saat sedang berenang bersama Ibu dan saudara-saudaranya, sang bebek buruk rupa ini tertinggal jauh di belakang.. Ia kemudian memanggil-manggil ibunya dengan suaranya yang jelek itu, namun tidak ada sahutan..
Akhirnya ia pun berenang menyusuri sungai untuk mencari keluarganya kembali, berhari-hari ia lalui tanpa menyerah, hujan angin ia terpa tanpa kenal lelah, hingga akhirnya ia benar-benar putus asa dan menangis sedih di sudut sungai… Tangisannya begitu meyayat hati, ia masih begitu kecil, belum mengerti mengapa ibunya meninggalkannya dan tidak pernah sayang padanya, padahal ia anaknya.. mengapa langit begitu kejam padanya… mengapa… tangisnya..
Tak lama, datanglah dua ekor bebek yang ajaibnya, sama buruknya dengan bebek buruk rupa itu, bahkan suaranya pun juga sama! Mereka mendatangi bebek kecil yang sedang menangis itu dan menghiburnya. Tak lama, datanglah induk mereka yang mencari kedua anaknya yang tiba-tiba menghilang, dan terlihatlah oleh bebek buruk rupa itu seekor angsa yang sangat cantik.. lehernya panjang… dan wajahnya menyiratkan kasih dan sayang…
Begitu melihat bebek buruk rupa itu, ia pun bertanya padanya:
“Wahai mahluk kecil,mengapa engkau menangis?”
“Saya kehilangan induk saya…” jawab si bebek sambil menangis.. “Induk saya tidak mau saya lagi..karena saya berbeda dengan saudara-saudara saya.. mereka cantik-cantik dan pandai berenang seperti saudara-saudara saya yang lain.. waktu baru lahir, saya sudah dibenci oleh ibu saya, karena saya tidak seperti mereka…dia tidak pernah menyayangi saya… katanya saya bukanlah anaknya…karena bulu saya tidak kuning keemasan seperti mereka… paruh saya tidak sama warnanya dengan mereka.. dan suara saya sangat jelek…Ibu selalu berkata bahwa saya adalah bebek yang salah lahir..”
“Wahai mahluk kecil, jangan menangis… memang benar kata Ibu kamu, kamu berbeda dengan saudara-saudaramu yang lain.. mereka memiliki apa yang tidak kamu miliki…dan sebaliknya kamu juga memiliki apa yang tidak mereka miliki…
Nah, sekarang lihatlah air yang mengalir di bawahmu, pandanglah wajahmu… lihatlah persamaan antara dirimu dan anak-anakku…”
Sang itik pun melihat pantulan dirinya sendiri di air dan mendapati bahwa dirinya ternyata sama dengan kedua anak itik tersebut…
“Ya… kamu bukanlah anak bebek… kamu adalah anak itik… memang saat ini rupamu buruk, tetapi aku yakin kelak kamu akan menjadi secantik aku… kemarilah nak, anggaplah aku ini Ibumu…”
Sang itik kecil itupun mendekati induk Angsa yang cantik dan merasakan kehangatan dibawah pelukan sayapnya yang penuh dengan kasih… ia pun tak lagi bersedih…
Kemudian sang itik kecil pun ikut bersama dengan induk angsa kemanapun mereka berenang, sekarang sebagai itik yang bangga, karena ia mempunyai keluarga yang menyayanginya… dan pada suatu kesempatan, ia berpapasan dengan keluarga bebek yang pernah membencinya, ia pun berasa bangga saat melewati mereka… dan anak-anak bebek itupun hanya terbengong-bengong saja melihatnya…
Pak dan Ibu bebek pun bertengkar hebat. Pak bebek merasa anak itu adalah hasil perselingkuhan Ibu bebek dengan mahluk lain, sedangkan Ibu bebek tidak terima dituduh seperti itu. Pak bebek pun pergi meninggalkan Ibu bebek. Sementara itu si bebek kecil yang buruk rupa tadi pun diejek oleh saudara-saudaranya yang lain.
Namun demikian, si bebek kecil yang buruk rupa itu tetap mengikuti kemanapun induknya pergi, walaupun induknya tidak pernah sekalipun memperhatikannya. Semakin besar, semakin berbedalah dia dengan saudara-saudaranya yang lain, dan hal ini sangat memalukan bagi Ibu bebek. Apalagi si bebek buruk rupa ini ternyata tidak bisa berenag sebaik saudara-saudaranya yang lain. Pada suatu hari, saat sedang berenang bersama Ibu dan saudara-saudaranya, sang bebek buruk rupa ini tertinggal jauh di belakang.. Ia kemudian memanggil-manggil ibunya dengan suaranya yang jelek itu, namun tidak ada sahutan..
Akhirnya ia pun berenang menyusuri sungai untuk mencari keluarganya kembali, berhari-hari ia lalui tanpa menyerah, hujan angin ia terpa tanpa kenal lelah, hingga akhirnya ia benar-benar putus asa dan menangis sedih di sudut sungai… Tangisannya begitu meyayat hati, ia masih begitu kecil, belum mengerti mengapa ibunya meninggalkannya dan tidak pernah sayang padanya, padahal ia anaknya.. mengapa langit begitu kejam padanya… mengapa… tangisnya..
Tak lama, datanglah dua ekor bebek yang ajaibnya, sama buruknya dengan bebek buruk rupa itu, bahkan suaranya pun juga sama! Mereka mendatangi bebek kecil yang sedang menangis itu dan menghiburnya. Tak lama, datanglah induk mereka yang mencari kedua anaknya yang tiba-tiba menghilang, dan terlihatlah oleh bebek buruk rupa itu seekor angsa yang sangat cantik.. lehernya panjang… dan wajahnya menyiratkan kasih dan sayang…
Begitu melihat bebek buruk rupa itu, ia pun bertanya padanya:
“Wahai mahluk kecil,mengapa engkau menangis?”
“Saya kehilangan induk saya…” jawab si bebek sambil menangis.. “Induk saya tidak mau saya lagi..karena saya berbeda dengan saudara-saudara saya.. mereka cantik-cantik dan pandai berenang seperti saudara-saudara saya yang lain.. waktu baru lahir, saya sudah dibenci oleh ibu saya, karena saya tidak seperti mereka…dia tidak pernah menyayangi saya… katanya saya bukanlah anaknya…karena bulu saya tidak kuning keemasan seperti mereka… paruh saya tidak sama warnanya dengan mereka.. dan suara saya sangat jelek…Ibu selalu berkata bahwa saya adalah bebek yang salah lahir..”
“Wahai mahluk kecil, jangan menangis… memang benar kata Ibu kamu, kamu berbeda dengan saudara-saudaramu yang lain.. mereka memiliki apa yang tidak kamu miliki…dan sebaliknya kamu juga memiliki apa yang tidak mereka miliki…
Nah, sekarang lihatlah air yang mengalir di bawahmu, pandanglah wajahmu… lihatlah persamaan antara dirimu dan anak-anakku…”
Sang itik pun melihat pantulan dirinya sendiri di air dan mendapati bahwa dirinya ternyata sama dengan kedua anak itik tersebut…
“Ya… kamu bukanlah anak bebek… kamu adalah anak itik… memang saat ini rupamu buruk, tetapi aku yakin kelak kamu akan menjadi secantik aku… kemarilah nak, anggaplah aku ini Ibumu…”
Sang itik kecil itupun mendekati induk Angsa yang cantik dan merasakan kehangatan dibawah pelukan sayapnya yang penuh dengan kasih… ia pun tak lagi bersedih…
Kemudian sang itik kecil pun ikut bersama dengan induk angsa kemanapun mereka berenang, sekarang sebagai itik yang bangga, karena ia mempunyai keluarga yang menyayanginya… dan pada suatu kesempatan, ia berpapasan dengan keluarga bebek yang pernah membencinya, ia pun berasa bangga saat melewati mereka… dan anak-anak bebek itupun hanya terbengong-bengong saja melihatnya…
Jack dan Pohon Kacang 

Spoiler for Jack dan Pohon Kacang:
Di sebuah desa hiduplah seorang anak laki-laki bernama Jack dengan ibunya. Mereka hidup memprihatinkan, hanya ada seekor sapi. Berkata ibu, “Jack bawalah sapi kita ke pasar, jualah nak, untuk keperluan kita.” Jawab Jack, “Ya Bu”. Keesokan Harinya Jack membawa sapinya ke pasar. Jack bertemu dengan seorang kakek, dan berkata: “Nak, kau akan menjual sapimu?” “O iya kek”, jawab Jack. Kakek berkata, “Maukah kamu menukar sapimu dengan sebutir biji kacang ini?”. Sambil marah Jack berkata, ”Haaa? Mana mungkin Sapi ditukar dengan sebutir kacang?” “Jangan menghina, sebutir kacang ini bisa membuat kamu kaya”, jawab kakek. “Baiklah Kek” Jawab Jack. Sesampainya di rumah Jack menceritakan kejadian itu pada ibunya. Esok harinya, kacang yang ditanam kemarin tumbuh sampai ke langit. Jack memanjatnya sampai ke atas, di sana ada sebuah rumah, Jack memasukinya “Hai ada orang di dalam?”. “Ya, Siapa kamu nak?” Muncul wanita raksasa. “Aku lapar bu, boleh aku minta makan?”.”Ya Tentu saja” Jawab wanita itu. Tiba-tiba terdengar langkah kaki, ternyata suami wanita raksasa itu, dia seorang raksasa pemakan manusia. “Ha ha ha ha aku pulang, aku lapar” teriak raksasa. Selesai makan raksasa mengeluarkan pundi berisi emas, dan dia tertidur. Jack keluar dari tungku persembunyiannya dan mengambil emas-emas itu dan bergegas pulang. “Mulai sekarang kita menjadi orang kaya,” kata Jack pada Ibunya. Tiap hari Jack hanya santai di rumah. Tak lama uang dari emas itu habis. Jack kembali memanjat pohon kacang. Jack bersembunyi dalam tungku, karena Raksasa itu datang. Raksasa itu mengeluarkan ayam dan berkata, “Ayo Ayam, keluarkan telur emasmu!” dan ayam itu mengeluarkan telur emas. Raksasa itupun lelah dan terlelap tidur. Segera Jack mengambil ayam bertelur emas dan pulang. Akhirnya karena capek, ayam itu mati. Jack naik lagi ke atas seperti biasanya, kali ini Raksasa membawa harpa yang bisa memainkan melodi yang indah, raksasa tertidur. Dengan hati-hati Jack mengambil harpa, tapi aneh, harpa itu berteriak ”Tuanku, ada pencuri!”.
Raksasa terbangun dan mengejar jack menuruni pohon kacang. Jack berteriak”Bu.... ambilkan kapak!”, dan Jack menebangnya. Akhirnya Raksasa jatuh ke tanah dan mati.
Ibu berkata,”Jack jangan kamu ulangi hal menyeramkan ini, betapapun miskinnya kita, bekerjalah dengan sungguh-sungguh nak, dengan bersyukur kepada Tuhan, pasti hidup kita akan lebih baik”. “Maafkan saya bu, mulai sekarang saya akan bekerja dengan rajin.” Kata Jack.
Sejak saat itu, setiap hari Jack bekerja dengan rajin ditemani Harpa yang memainkan melody indah memberi semangat Jack bekerja.
Raksasa terbangun dan mengejar jack menuruni pohon kacang. Jack berteriak”Bu.... ambilkan kapak!”, dan Jack menebangnya. Akhirnya Raksasa jatuh ke tanah dan mati.
Ibu berkata,”Jack jangan kamu ulangi hal menyeramkan ini, betapapun miskinnya kita, bekerjalah dengan sungguh-sungguh nak, dengan bersyukur kepada Tuhan, pasti hidup kita akan lebih baik”. “Maafkan saya bu, mulai sekarang saya akan bekerja dengan rajin.” Kata Jack.
Sejak saat itu, setiap hari Jack bekerja dengan rajin ditemani Harpa yang memainkan melody indah memberi semangat Jack bekerja.
Malin Kundang 

Spoiler for Malin Kundang:
Pada suatu waktu, hiduplah sebuah keluarga nelayan di pesisir pantai wilayah Sumatra. Keluarga tersebut terdiri dari ayah, ibu dan seorang anak laki-laki yang diberi nama Malin Kundang. Karena kondisi keuangan keluarga memprihatinkan, sang ayah memutuskan untuk mencari nafkah di negeri seberang dengan mengarungi lautan yang luas.
Maka tinggallah si Malin dan ibunya di gubug mereka. Seminggu, dua minggu, sebulan, dua bulan bahkan sudah 1 tahun lebih lamanya, ayah Malin tidak juga kembali ke kampung halamannya. Sehingga ibunya harus menggantikan posisi ayah Malin untuk mencari nafkah. Malin termasuk anak yang cerdas tetapi sedikit nakal. Ia sering mengejar ayam dan memukulnya dengan sapu. Suatu hari ketika Malin sedang mengejar ayam, ia tersandung batu dan lengan kanannya luka terkena batu. Luka tersebut menjadi berbekas dilengannya dan tidak bisa hilang.
Setelah beranjak dewasa, Malin Kundang merasa kasihan dengan ibunya yang banting tulang mencari nafkah untuk membesarkan dirinya. Ia berpikir untuk mencari nafkah di negeri seberang dengan harapan nantinya ketika kembali ke kampung halaman, ia sudah menjadi seorang yang kaya raya. Malin tertarik dengan ajakan seorang nakhoda kapal dagang yang dulunya miskin sekarang sudah menjadi seorang yang kaya raya.
Malin kundang mengutarakan maksudnya kepada ibunya. Ibunya semula kurang setuju dengan maksud Malin Kundang, tetapi karena Malin terus mendesak, Ibu Malin Kundang akhirnya menyetujuinya walau dengan berat hati. Setelah mempersiapkan bekal dan perlengkapan secukupnya, Malin segera menuju ke dermaga dengan diantar oleh ibunya. “Anakku, jika engkau sudah berhasil dan menjadi orang yang berkecukupan, jangan kau lupa dengan ibumu dan kampung halamannu ini, nak”, ujar Ibu Malin Kundang sambil berlinang air mata.
Kapal yang dinaiki Malin semakin lama semakin jauh dengan diiringi lambaian tangan Ibu Malin Kundang. Selama berada di kapal, Malin Kundang banyak belajar tentang ilmu pelayaran pada anak buah kapal yang sudah berpengalaman. Di tengah perjalanan, tiba-tiba kapal yang dinaiki Malin Kundang di serang oleh bajak laut. Semua barang dagangan para pedagang yang berada di kapal dirampas oleh bajak laut. Bahkan sebagian besar awak kapal dan orang yang berada di kapal tersebut dibunuh oleh para bajak laut. Malin Kundang sangat beruntung dirinya tidak dibunuh oleh para bajak laut, karena ketika peristiwa itu terjadi, Malin segera bersembunyi di sebuah ruang kecil yang tertutup oleh kayu.
Malin Kundang terkatung-katung ditengah laut, hingga akhirnya kapal yang ditumpanginya terdampar di sebuah pantai. Dengan sisa tenaga yang ada, Malin Kundang berjalan menuju ke desa yang terdekat dari pantai. Sesampainya di desa tersebut, Malin Kundang ditolong oleh masyarakat di desa tersebut setelah sebelumnya menceritakan kejadian yang menimpanya. Desa tempat Malin terdampar adalah desa yang sangat subur. Dengan keuletan dan kegigihannya dalam bekerja, Malin lama kelamaan berhasil menjadi seorang yang kaya raya. Ia memiliki banyak kapal dagang dengan anak buah yang jumlahnya lebih dari 100 orang. Setelah menjadi kaya raya, Malin Kundang mempersunting seorang gadis untuk menjadi istrinya.
mht13B2(1)Berita Malin Kundang yang telah menjadi kaya raya dan telah menikah sampai juga kepada ibu Malin Kundang. Ibu Malin Kundang merasa bersyukur dan sangat gembira anaknya telah berhasil. Sejak saat itu, ibu Malin Kundang setiap hari pergi ke dermaga, menantikan anaknya yang mungkin pulang ke kampung halamannya.
Setelah beberapa lama menikah, Malin dan istrinya melakukan pelayaran dengan kapal yang besar dan indah disertai anak buah kapal serta pengawalnya yang banyak. Ibu Malin Kundang yang setiap hari menunggui anaknya, melihat kapal yang sangat indah itu, masuk ke pelabuhan. Ia melihat ada dua orang yang sedang berdiri di atas geladak kapal. Ia yakin kalau yang sedang berdiri itu adalah anaknya Malin Kundang beserta istrinya.
Malin Kundang pun turun dari kapal. Ia disambut oleh ibunya. Setelah cukup dekat, ibunya melihat belas luka dilengan kanan orang tersebut, semakin yakinlah ibunya bahwa yang ia dekati adalah Malin Kundang. “Malin Kundang, anakku, mengapa kau pergi begitu lama tanpa mengirimkan kabar?”, katanya sambil memeluk Malin Kundang. Tapi apa yang terjadi kemudian? Malin Kundang segera melepaskan pelukan ibunya dan mendorongnya hingga terjatuh. “Wanita tak tahu diri, sembarangan saja mengaku sebagai ibuku”, kata Malin Kundang pada ibunya. Malin Kundang pura-pura tidak mengenali ibunya, karena malu dengan ibunya yang sudah tua dan mengenakan baju compang-camping. “Wanita itu ibumu?”, Tanya istri Malin Kundang. “Tidak, ia hanya seorang pengemis yang pura-pura mengaku sebagai ibuku agar mendapatkan harta ku”, sahut Malin kepada istrinya. Mendengar pernyataan dan diperlakukan semena-mena oleh anaknya, ibu Malin Kundang sangat marah. Ia tidak menduga anaknya menjadi anak durhaka. Karena kemarahannya yang memuncak, ibu Malin menengadahkan tangannya sambil berkata “Oh Tuhan, kalau benar ia anakku, aku sumpahi dia menjadi sebuah batu”. Tidak berapa lama kemudian angin bergemuruh kencang dan badai dahsyat datang menghancurkan kapal Malin Kundang. Setelah itu tubuh Malin Kundang perlahan menjadi kaku dan lama-kelamaan akhirnya berbentuk menjadi sebuah batu karang.
Maka tinggallah si Malin dan ibunya di gubug mereka. Seminggu, dua minggu, sebulan, dua bulan bahkan sudah 1 tahun lebih lamanya, ayah Malin tidak juga kembali ke kampung halamannya. Sehingga ibunya harus menggantikan posisi ayah Malin untuk mencari nafkah. Malin termasuk anak yang cerdas tetapi sedikit nakal. Ia sering mengejar ayam dan memukulnya dengan sapu. Suatu hari ketika Malin sedang mengejar ayam, ia tersandung batu dan lengan kanannya luka terkena batu. Luka tersebut menjadi berbekas dilengannya dan tidak bisa hilang.
Setelah beranjak dewasa, Malin Kundang merasa kasihan dengan ibunya yang banting tulang mencari nafkah untuk membesarkan dirinya. Ia berpikir untuk mencari nafkah di negeri seberang dengan harapan nantinya ketika kembali ke kampung halaman, ia sudah menjadi seorang yang kaya raya. Malin tertarik dengan ajakan seorang nakhoda kapal dagang yang dulunya miskin sekarang sudah menjadi seorang yang kaya raya.
Malin kundang mengutarakan maksudnya kepada ibunya. Ibunya semula kurang setuju dengan maksud Malin Kundang, tetapi karena Malin terus mendesak, Ibu Malin Kundang akhirnya menyetujuinya walau dengan berat hati. Setelah mempersiapkan bekal dan perlengkapan secukupnya, Malin segera menuju ke dermaga dengan diantar oleh ibunya. “Anakku, jika engkau sudah berhasil dan menjadi orang yang berkecukupan, jangan kau lupa dengan ibumu dan kampung halamannu ini, nak”, ujar Ibu Malin Kundang sambil berlinang air mata.
Kapal yang dinaiki Malin semakin lama semakin jauh dengan diiringi lambaian tangan Ibu Malin Kundang. Selama berada di kapal, Malin Kundang banyak belajar tentang ilmu pelayaran pada anak buah kapal yang sudah berpengalaman. Di tengah perjalanan, tiba-tiba kapal yang dinaiki Malin Kundang di serang oleh bajak laut. Semua barang dagangan para pedagang yang berada di kapal dirampas oleh bajak laut. Bahkan sebagian besar awak kapal dan orang yang berada di kapal tersebut dibunuh oleh para bajak laut. Malin Kundang sangat beruntung dirinya tidak dibunuh oleh para bajak laut, karena ketika peristiwa itu terjadi, Malin segera bersembunyi di sebuah ruang kecil yang tertutup oleh kayu.
Malin Kundang terkatung-katung ditengah laut, hingga akhirnya kapal yang ditumpanginya terdampar di sebuah pantai. Dengan sisa tenaga yang ada, Malin Kundang berjalan menuju ke desa yang terdekat dari pantai. Sesampainya di desa tersebut, Malin Kundang ditolong oleh masyarakat di desa tersebut setelah sebelumnya menceritakan kejadian yang menimpanya. Desa tempat Malin terdampar adalah desa yang sangat subur. Dengan keuletan dan kegigihannya dalam bekerja, Malin lama kelamaan berhasil menjadi seorang yang kaya raya. Ia memiliki banyak kapal dagang dengan anak buah yang jumlahnya lebih dari 100 orang. Setelah menjadi kaya raya, Malin Kundang mempersunting seorang gadis untuk menjadi istrinya.
mht13B2(1)Berita Malin Kundang yang telah menjadi kaya raya dan telah menikah sampai juga kepada ibu Malin Kundang. Ibu Malin Kundang merasa bersyukur dan sangat gembira anaknya telah berhasil. Sejak saat itu, ibu Malin Kundang setiap hari pergi ke dermaga, menantikan anaknya yang mungkin pulang ke kampung halamannya.
Setelah beberapa lama menikah, Malin dan istrinya melakukan pelayaran dengan kapal yang besar dan indah disertai anak buah kapal serta pengawalnya yang banyak. Ibu Malin Kundang yang setiap hari menunggui anaknya, melihat kapal yang sangat indah itu, masuk ke pelabuhan. Ia melihat ada dua orang yang sedang berdiri di atas geladak kapal. Ia yakin kalau yang sedang berdiri itu adalah anaknya Malin Kundang beserta istrinya.
Malin Kundang pun turun dari kapal. Ia disambut oleh ibunya. Setelah cukup dekat, ibunya melihat belas luka dilengan kanan orang tersebut, semakin yakinlah ibunya bahwa yang ia dekati adalah Malin Kundang. “Malin Kundang, anakku, mengapa kau pergi begitu lama tanpa mengirimkan kabar?”, katanya sambil memeluk Malin Kundang. Tapi apa yang terjadi kemudian? Malin Kundang segera melepaskan pelukan ibunya dan mendorongnya hingga terjatuh. “Wanita tak tahu diri, sembarangan saja mengaku sebagai ibuku”, kata Malin Kundang pada ibunya. Malin Kundang pura-pura tidak mengenali ibunya, karena malu dengan ibunya yang sudah tua dan mengenakan baju compang-camping. “Wanita itu ibumu?”, Tanya istri Malin Kundang. “Tidak, ia hanya seorang pengemis yang pura-pura mengaku sebagai ibuku agar mendapatkan harta ku”, sahut Malin kepada istrinya. Mendengar pernyataan dan diperlakukan semena-mena oleh anaknya, ibu Malin Kundang sangat marah. Ia tidak menduga anaknya menjadi anak durhaka. Karena kemarahannya yang memuncak, ibu Malin menengadahkan tangannya sambil berkata “Oh Tuhan, kalau benar ia anakku, aku sumpahi dia menjadi sebuah batu”. Tidak berapa lama kemudian angin bergemuruh kencang dan badai dahsyat datang menghancurkan kapal Malin Kundang. Setelah itu tubuh Malin Kundang perlahan menjadi kaku dan lama-kelamaan akhirnya berbentuk menjadi sebuah batu karang.
Kancil dan Buaya 

Spoiler for Kancil da Buaya:
Pada zaman dahulu Sang Kancil adalah merupakan binatang yang paling cerdik di dalam hutan. Banyak binatang-binatang di dalam hutan datang kepadanya untuk meminta pertolongan apabila mereka menghadapi masalah. Walaupun ia menjadi tempat tumpuan binatang- binatang di dalam hutan, tetapi ia tidak menunjukkan sikap yang sombong malah sedia membantu paila-bila masa saja.
Suatu hari Sang Kancil berjalan-jalan di dalam hutan untuk mencari makanan. Oleh kerana makanan di sekitar kawasan kediaman telah berkurangan Sang Kancil bercadang untuk mencari di luar kawasan kediamannya. Cuaca pada hari tersebut sangat panas, menyebabkan Sang Kancil berasa dahaga kerana terlalu lama berjalan, lalu ia berusaha mencari sungai yang berdekatan. Setelah meredah hutan akhirnya kancil berjumpa dengan sebatang sungai yang sangat jernih airnya. Tanpa membuang masa Sang Kancil terus minum dengan sepuas-puasnya. Kedinginan air sungai tersebut telah menghilangkan rasa dahaga Sang Kancil.
Kancil terus berjalan-jalan menyusuri tebing sungai, apabila terasa penat ia berehat sebentar di bawah pohon beringin yang sangat rendang di sekitar kawasan tersebut. Kancil berkata didalam hatinya "Aku mesti bersabar jika ingin mendapat makanan yang lazat-lazat". Setelah kepenatannya hilang, Sang Kancil menyusuri tebing sungai tersebut sambil memakan dedaun kegemarannya yang terdapat disekitarnya. Apabila tiba di satu kawasan yang agak lapang, Sang Kancil terpandang kebun buah-buahan yang sedang masak ranum di seberang sungai."Alangkah enaknya jika aku dapat menyeberangi sungai ini dan dapat menikmati buah-buahan tersebut" fikir Sang Kancil.
Sang Kancil terus berfikir mencari akal bagaimana untuk menyeberangi sungai yang sangat dalam lagi deras arusnya. Tiba-tiba Sang Kacil terpandang Sang Buaya yang sedang asyik berjemur di tebing sungai. Sudah menjadi kebiasaan buaya apabila hari panas ia suka berjemur untuk mendapat cahaya matahari.Tanpa berlengah-lengah lagi kancil terus menghampiri buaya yang sedang berjemur lalu berkata " Hai sabahatku Sang Buaya, apa khabar kamu pada hari ini?" buaya yang sedang asyik menikmati cahaya matahari terus membuka mata dan didapati sang kancil yang menegurnya tadi "Khabar baik sahabatku Sang Kancil" sambung buaya lagi "Apakah yang menyebabkan kamu datang ke mari?" jawab Sang Kancil "Aku membawa khabar gembira untuk kamu" mendengar kata-kata Sang Kacil, Sang Buaya tidak sabar lagi ingin mendengar khabar yang dibawa oleh Sang Kancil lalu berkata "Ceritakan kepada ku apakah yang engkau hendak sampaikan".
Kancil berkata "Aku diperintahkan oleh Raja Sulaiman supaya menghitung jumlah buaya yang terdapat di dalam sungai ini kerana Raja Sulaiman ingin memberi hadiah kepada kamu semua". Mendengar saja nama Raja Sulaiman sudah menggerunkan semua binatang kerana Nabi Sulaiman telah diberi kebesaran oleh Allah untuk memerintah semua makhluk di muka bumi ini. "Baiklah, kamu tunggu di sini, aku akan turun kedasar sungai untuk memanggil semua kawan aku" kata Sang Buaya. Sementara itu Sang Kancil sudah berangan-angan untuk menikmati buah-buahan. Tidak lama kemudian semua buaya yang berada di dasar sungai berkumpul di tebing sungai. Sang Kancil berkata "Hai buaya sekelian, aku telah diperintahkan oleh Nabi Saulaiman supaya menghitung jumlah kamu semua kerana Nabi Sulaiman akan memberi hadiah yang istimewa pada hari ini". Kata kancil lagi "Beraturlah kamu merentasi sungai bermula daripada tebing sebelah sini sehingga ke tebing sebelah sana".
Oleh kerana perintah tersebut adalah datangnya daripada Nabi Sulaiman semua buaya segera beratur tanpa membantah. Kata Buaya tadi "Sekarang hitunglah, kami sudah bersedia" Sang Kancil mengambil sepotong kayu yang berada di situ lalu melompat ke atas buaya yang pertama di tepi sungai dan ia mula menghitung dengan menyebut "Satu dua tiga lekuk, jantan betina aku ketuk" sambil mengetuk kepala buaya begitulah sehingga kancil berjaya menyeberangi sungai. Apabila sampai ditebing sana kancil terus melompat ke atas tebing sungai sambil bersorak kegembiraan dan berkata" Hai buaya-buaya sekalian, tahukah kamu bahawa aku telah menipu kamu semua dan tidak ada hadiah yang akan diberikan oleh Nabi Sulaiman".
Mendengar kata-kata Sang Kancil semua buaya berasa marah dan malu kerana mereka telah di tipu oleh kancil. Mereka bersumpah dan tidak akan melepaskan Sang Kancil apabila bertemu pada masa akan datang. Dendam buaya tersebut terus membara sehingga hari ini. Sementara itu Sang Kancil terus melompat kegembiraan dan terus meniggalkan buaya-buaya tersebut dan terus menghilangkan diri di dalam kebun buah-buahan untuk menikmati buah-buahan yang sedang masak ranum itu.
Suatu hari Sang Kancil berjalan-jalan di dalam hutan untuk mencari makanan. Oleh kerana makanan di sekitar kawasan kediaman telah berkurangan Sang Kancil bercadang untuk mencari di luar kawasan kediamannya. Cuaca pada hari tersebut sangat panas, menyebabkan Sang Kancil berasa dahaga kerana terlalu lama berjalan, lalu ia berusaha mencari sungai yang berdekatan. Setelah meredah hutan akhirnya kancil berjumpa dengan sebatang sungai yang sangat jernih airnya. Tanpa membuang masa Sang Kancil terus minum dengan sepuas-puasnya. Kedinginan air sungai tersebut telah menghilangkan rasa dahaga Sang Kancil.
Kancil terus berjalan-jalan menyusuri tebing sungai, apabila terasa penat ia berehat sebentar di bawah pohon beringin yang sangat rendang di sekitar kawasan tersebut. Kancil berkata didalam hatinya "Aku mesti bersabar jika ingin mendapat makanan yang lazat-lazat". Setelah kepenatannya hilang, Sang Kancil menyusuri tebing sungai tersebut sambil memakan dedaun kegemarannya yang terdapat disekitarnya. Apabila tiba di satu kawasan yang agak lapang, Sang Kancil terpandang kebun buah-buahan yang sedang masak ranum di seberang sungai."Alangkah enaknya jika aku dapat menyeberangi sungai ini dan dapat menikmati buah-buahan tersebut" fikir Sang Kancil.
Sang Kancil terus berfikir mencari akal bagaimana untuk menyeberangi sungai yang sangat dalam lagi deras arusnya. Tiba-tiba Sang Kacil terpandang Sang Buaya yang sedang asyik berjemur di tebing sungai. Sudah menjadi kebiasaan buaya apabila hari panas ia suka berjemur untuk mendapat cahaya matahari.Tanpa berlengah-lengah lagi kancil terus menghampiri buaya yang sedang berjemur lalu berkata " Hai sabahatku Sang Buaya, apa khabar kamu pada hari ini?" buaya yang sedang asyik menikmati cahaya matahari terus membuka mata dan didapati sang kancil yang menegurnya tadi "Khabar baik sahabatku Sang Kancil" sambung buaya lagi "Apakah yang menyebabkan kamu datang ke mari?" jawab Sang Kancil "Aku membawa khabar gembira untuk kamu" mendengar kata-kata Sang Kacil, Sang Buaya tidak sabar lagi ingin mendengar khabar yang dibawa oleh Sang Kancil lalu berkata "Ceritakan kepada ku apakah yang engkau hendak sampaikan".
Kancil berkata "Aku diperintahkan oleh Raja Sulaiman supaya menghitung jumlah buaya yang terdapat di dalam sungai ini kerana Raja Sulaiman ingin memberi hadiah kepada kamu semua". Mendengar saja nama Raja Sulaiman sudah menggerunkan semua binatang kerana Nabi Sulaiman telah diberi kebesaran oleh Allah untuk memerintah semua makhluk di muka bumi ini. "Baiklah, kamu tunggu di sini, aku akan turun kedasar sungai untuk memanggil semua kawan aku" kata Sang Buaya. Sementara itu Sang Kancil sudah berangan-angan untuk menikmati buah-buahan. Tidak lama kemudian semua buaya yang berada di dasar sungai berkumpul di tebing sungai. Sang Kancil berkata "Hai buaya sekelian, aku telah diperintahkan oleh Nabi Saulaiman supaya menghitung jumlah kamu semua kerana Nabi Sulaiman akan memberi hadiah yang istimewa pada hari ini". Kata kancil lagi "Beraturlah kamu merentasi sungai bermula daripada tebing sebelah sini sehingga ke tebing sebelah sana".
Oleh kerana perintah tersebut adalah datangnya daripada Nabi Sulaiman semua buaya segera beratur tanpa membantah. Kata Buaya tadi "Sekarang hitunglah, kami sudah bersedia" Sang Kancil mengambil sepotong kayu yang berada di situ lalu melompat ke atas buaya yang pertama di tepi sungai dan ia mula menghitung dengan menyebut "Satu dua tiga lekuk, jantan betina aku ketuk" sambil mengetuk kepala buaya begitulah sehingga kancil berjaya menyeberangi sungai. Apabila sampai ditebing sana kancil terus melompat ke atas tebing sungai sambil bersorak kegembiraan dan berkata" Hai buaya-buaya sekalian, tahukah kamu bahawa aku telah menipu kamu semua dan tidak ada hadiah yang akan diberikan oleh Nabi Sulaiman".
Mendengar kata-kata Sang Kancil semua buaya berasa marah dan malu kerana mereka telah di tipu oleh kancil. Mereka bersumpah dan tidak akan melepaskan Sang Kancil apabila bertemu pada masa akan datang. Dendam buaya tersebut terus membara sehingga hari ini. Sementara itu Sang Kancil terus melompat kegembiraan dan terus meniggalkan buaya-buaya tersebut dan terus menghilangkan diri di dalam kebun buah-buahan untuk menikmati buah-buahan yang sedang masak ranum itu.
Diubah oleh cherrylie 30-03-2014 10:32
0
Kutip
Balas
Trit ini didukung oleh: