Akhirnya sampai juga di rumah. Dan benar saja, aku dimarahi habis-habisan sama orang tuaku. Memang sih aku cerita tentang kepergianku bersama Fanny karna ajakannya. Tetapi aku malah yang dimarahi. Papa bilang itu terkesan seperti aku hanya babunya saja. Mau diminta buat anterin Fanny.

Maaf pa,, Aku hanya anggap angin lalu. Saat ini aku sedang pegal karna ngebut dijalan untuk mengejar waktu. Setelah mendengar semua omelannya, aku segera pergi meninggalkan ruang tamu sempit yang biasanya ada di tipe rumah 21 menuju kamar yang tidak seberapa bagus untuk dipamerkan ke orang banyak. Yah, sejak dulu memang aku tidak pernah mengajak teman untuk main ke rumah sempit ini. Malu. Banyak dari temanku yang sudah memiliki rumah berlantai 2 dan besar.

Hanya syukur yang selalu kupanjatkan setiap aku mengingat kekurangan ini. Yang membesarkan hatiku hanya keluargaku yang sangat besar. Aku memiliki 3 orang adik saat itu. Itu yang membuatku besar. Mereka yang memberi efek besar pada pikiranku.

Oh iya!!! itu orang udah sampe rumah belum yah? Coba w sms dulu.





Kan, bener dugaan w. Glenn ngikutin dia. Mau ngapain coba?



Tidak ada balasan setelah itu. Aku pun menikmati malam ini dengan sulitnya mengerjakan PR soal kimia.



Hampir dua minggu berlalu. Aku mulai menikmati yang kupunya sekarang dan menerima takdir yang ada. Menikmati pacar yang kudapat dari MiRC... yah,,, kelam memang. Tapi ia pun juga begitu menyukaiku.

Sehabis smsan dengan Jonathan, Ada sms dari abang gila.







Dan telpon pun terputus setelah dia habis-habisan mengejek cowoku saat ini.