Kaskus

Story

javieeAvatar border
TS
javiee
BUNGA "PERTAMA" DAN "TERAKHIR"
BUNGA "PERTAMA" DAN "TERAKHIR"


Spoiler for RULES:


BUNGA "PERTAMA" DAN "TERAKHIR"


INTRO

Perkenalkan, nama gw Raden Fajar Putro Mangkudiningrat Laksana...Bohong deng, kepanjangan...sebut aja gw Fajar. Tinggi 175 cm berat 58kg. bisa disebut kurus karena tinggi dan berat badan gw ga proposional. emoticon-Frown. Gw ROCKER...!! Pastinya Rocker Kelaparan.
Gw terlahir dari keluarga biasa saja yang serba "Cukup". dalam arti "cukup" buat beli rumah gedongan, "cukup" buat beli mobil Mewah sekelas Mercy. (ini jelas jelas bohong). yang pasti gw bersyukur dilahirkan dari keluarga ini.

Gw Anak pertama dari 3 bersaudara. Adik adik gw semuanya perempuan. Gw keturunan Janda alias Jawa Sunda. Bokap asli dari Jepara bumi Kartini. Tempatnya para pengrajin kayu yang terkenal di Nusantara bahkan diakui oleh Dunia. Tapi bokap gw bukan pengusaha mebel seperti kebanyakan orang Jepara. Nyokap gw asli Sumedang Kota yang terkenal dengan TAHU nya. Tapi wajahnya sama sekali nggak mirip tahu ya. Sunda tulen nan cantik jelita. Beliau bidadari gw nomer "1" di dunia ini.

Spoiler for INDEKS:


Spoiler for INDEKSII:
Diubah oleh javiee 06-04-2015 23:49
anasabilaAvatar border
nona212Avatar border
manusia.baperanAvatar border
manusia.baperan dan 4 lainnya memberi reputasi
3
728.7K
2.9K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52.1KAnggota
Tampilkan semua post
javieeAvatar border
TS
javiee
#963
PART 49.B - NOVEMBER RAIN II
Rintik rintik hujan terus berjatuhan mewarnai perjalanan kami siang itu. Butiran air meluncur dengan mulusnya sedikit demi sedikit membasahi jaket gw. Gw tetap meneruskan perjalanan, karena jarak yang kami tempuh sudah lebih dari setengahnya. Namun tiba tiba gerimis itu berubah menjadi hujan yang amat deras. Kali ini hujan memaksa kami berhenti untuk berteduh. Di sebuah mini market lah tempat kami berteduh saat itu

Angin berhembus cukup kencang membuat tubuh gw bergidik kedinginan. Begitupun juga dia yang pastinya mengalami hal yang sama seperti gw. Sebab mata ini berkali kali memergoki dirinya tengah mengusap usap kedua telapak tangannya. Apalagi dia hanya mengenakan lapisan cardigan tipis, sudah pasti dingin itu menyerang hingga masuk ke rongga tubuhnya. Segera gw tanggalkan jaket lapis kedua yang agak basah, lalu gw tanggalkan juga jaket lapis pertama yang masih kering. Tentu jaket yang kering itu gw berikan padanya agar dia tidak kedinginan.

"Kamu pake ini ya." Ujar gw lalu mengenakan jaket itu ke tubuhnya.

"Hee..."

"Biar nggak kedinginan. Daritadi aku liat kamu begidik terus." Ujar gw lantas tersenyum.

"Makasih ya Jar."

"Ya sama sama. Makannya kalo nggak biasa ujan ujanan, ga usah ngajak ujan ujanan." Ucap gw.

"Hehe. Aku kira nggak bakal sedingin ini. Nggak taunya dingin banget." Ujarnya sambil mengusap kedua lengannya.

"Ya jelas dingin lah. Nih buktinya aku sampe pake jaket dobel."

"Hehe iya..."

Kurang lebih sekitar 15 menitan kami berteduh, guyuran hujan pun sudah agak reda walau masih menyisakan gerimis. Gw segera mengajaknya untuk melanjutkan perjalanan. Tapi sebelum berangkat, Niar meminta izin pada gw untuk membeli sesuatu di Mini Market. Gw pun mengiyakannya.
Tak lama dia pun keluar membawa satu Teh Kot*k, dingin dan sebotol air mineral.

"Nii..." Panggil gw

"Yaa.." Sahut dia.

"Dingin dingin begini kamu minum Teh Kot*k dingin?" Tanya gw.

"Loh emangnya kenapa?" Dia balik bertanya.

"Nggak apa apa sih. Cuma heran aja aku." Jawab gw nyengir.

"Hehe...Enak tau Jar, biar seger." Ujarnya.

"Bener bener aneh kamu Nii..." Ujar gw setengah berbisik.

"Hah? Kamu ngomong apa?" Tanya dia.

"Kamu aneh."

"Biarin!!" Ujarnya.

Gw tidak melanjutkan obrolan yang hampir memasuki masa kritis tersebut. Bisa bisa satu cubitan mendarat di pinggang gw apabila ini diteruskan.
Gw tidak mau berlama lama lagi di tempat ini. Lalu gw kembali mengajaknya melanjutkan perjalanan, diiringi gerimis yang masih setia mengguyur Kota Bogor.

Tanpa membutuhkan waktu yang lama, akhirnya kami tiba di depan rumahnya. Sebuah rumah yang cukup besar berlantai dua dilapisi cat berwarna hijau. Tanpa disuruh, dia pun turun sembari menggerutu karena Roknya tersangkut di foot step. Gw cuma bisa nyengir ngeliat tingkahnya dia yang rada aneh. Masa iya footstep motor gw dibilang 'Nakal'? Haha.

"Jar aku ganti baju dulu ya basah euy...Kamu tunggu di dalem aja sini." Ajaknya.

"Nggak deh aku nunggu disana aja..." Ujar gw sambil menunjuk ke arah Sebuah ayunan.

"Oh yaudah. Kamu mau minum apa? Biar sekalian aku buatin."

"Terserah kamu aja..." Ujar gw tersenyum lalu beranjak menuju ayunan.

Sambil menunggunya, gw mulai duduk di sebuah ayunan yang beratap itu. Mata gw bergerilya ke berbagai arah mencari sebuah warung, namun gw tak menemukannya. Padahal sedari tadi mulut ini sudah terasa hambar ingin merokok, ditambah badan bergidik kedinginan. Ya sudahlah, itung itung nyisain nafas buat besok.
Tak lama Niar keluar dari pagar rumahnya membawa segelas minuman. Seragam yang dikenakannya sudah diganti dengan pakaian biasa. Dengan sedikit tergesa gesa, dia berjalan menghampiri gw.

"Ini buat si jore...hehe" Tuturnya seraya tersenyum.

"Makasih ya. Langsung aku minum ga apa pa kan?" Tanya gw.

"......." Dia hanya mengangguk.

Gw mencicipi minuman itu. Dan kali ini Es Teh manis Anget. Bukan Jahe merah yang dia berikan seperti beberapa hari yang lalu.
Kembali suasana hening mewarnai pertemuan kami berdua. Dia asyik dengan HP nya sementara gw diam di dalam kegelisahan. Gw bingung harus memulainya dari mana. Gw bingung harus berkata apa kepadanya. Gw juga bingung bagaimana tanggapan dia nanti. Sulit sekali lidah ini untuk berkata jujur.
"Poeeeeem!! Gujhes Gujhes..."
Dari kejauhan suara kereta terdengar samar, tapi cukup untuk membangunkan gw dari lamunan hampa nan kosong.
Gw ambil tangkai pohon yang telah mengering di dekat kaki gw. Dan gw mulai bicara padanya...

"Nii..."

"Iya..."

"Kamu masih inget setahun lalu waktu kita pertama kali ketemu?" Tanya gw.

"Iya Jar...aku inget." Ujarnya tersenyum.

"Lucu ya...Aku nabrak kamu waktu itu sampe aku dibilang tronton sama kamu." Ujar gw tertawa kecil.

"Haha. kamunya sih ngelangkah ga pake mata..."

"Ya...aku mana tau kalo ada orang. Lagian yang suka tabrak tabrakan mah bukan tronton atuh Nii, Tapi Bulldozer. Kenapa kamu nggak manggil aku bulldozer aja?" Canda gw.

"Hehe iya juga ya. Tapi sama aja sih tronton juga suka nabrak kalau supirnya ngantuk! Haha" Dia tertawa.

"Hahaha...ngaco kamu!"

Kami diam beberapa saat. Hanya saling bertatap muka dan memancarkan senyum dari kedua mulut kami masing masing. Perlahan ayunan yang kami duduki mulai berayun pelan. Entah siapa yang pertama kali menggerakkannya.

"Jar..." Panggil dia.

"Hemmm" Sahut gw.

"Waktu kita ketemu di angkot, kamu inget nggak?" Kali ini dia yang bertanya.

"Emm..." Gw mencoba mengingatnya.
"Iya aku inget! yang waktu itu kita ke Mall B ya?"

"Iya..." Jawabnya tersenyum lebar.

"Hehe. Aku kaget banget waktu itu. Ga nyangka bisa ketemu, udah gitu jalan bareng lagi." Ujar gw lalu membalas senyumannya.

"Iya Kamu tuh sok' akrab waktu itu. Pake nanya nama. Udah gitu ngajak salaman...Dasar cowo! Hahaha" Ujarnya tertawa kecil.

"Loh kok aku? Nggak kebalik tuh. Waktu baru naik, aku malah nggak ngeh kalo ada kamu. Terus kan kamu yang nyapa duluan..."

"Emmm masa sih? Hehe...iya juga ya." ujarnya.

"Tuh kan, berarti yang sok' akrab siapa? Hayoo? Haha..."

"........." Dia tersipu malu.

Sejenak otak gw berputar ke belakang mengingat pertemuan kami ketika di angkot. Karena angkot itulah yang menjadi saksi awal dimana kita bisa saling kenal, lalu kami berjanji untuk bertemu lagi di warung Aa, dan kita berdua larut dalam canda tawa setiap harinya. Hingga rasa nyaman itu timbul ketika gw berada di dekatnya, perlahan lahan gw mulai menyukainya, bahkan gw menyayanginya. Ya, semuanya berawal dari angkot.

"Nii...Kamu masih suka main tetris?" Tanya gw.

"Nggak pernah lagi..." Jawabnya sambil menggelengkan kepala.

"Kenapa?" Gw kembali bertanya.

"Nggak apa apa." Jawabnya singkat.

"Kenapa kamu ga install aja di HP kamu yang sekarang? Malahan HP kamu lebih canghih tuh.." Tanya gw lagi.

"Ada kok gamenya. Tapi aku Game Over terus..." Jawab dia.

"Haha payah..." Ledek gw.

"Soalnya Aku nggak bisa main tetris kalo nggak di HP kamu...Aku juga nggak biasa main tetris kalo nggak ada kamu. Aku cuma bisa main kalo ditemenin kamu, bareng sama kamu. Sambil liat kamu manyun nggak jelas. hehe"

Jedarr...!!
Gw seperti tersambar petir ribuan volt setelah mendengar ucapannya. Hati gw serasa mencair luluh dibuatnya. Tubuh gw mendadak lemas karenanya.
Ya Tuhan...Begitu pentingkah kehadiran seorang Fajar baginya?
Begitu berartinya kah seorang Fajar baginya?
Sampai hal kecil seperti itu saja dia hanya ingin melakukannya bersama gw, melewatinya bersama gw.

"Aku inget Nii, waktu kamu ngambek sama aku gara gara nggak bisa main tetris di HP aku...Jujur aja waktu itu aku pura pura matiin HP aku biar kamu ga main game terus. Abisnya kalo udah ketemu game aku dikacangin. Eh...pas kamu ngambek, aku dikacangin juga ujung ujungnya...Hahaha"

"Ohh begitu? Huuh..Jahat banget kamu Jore! Terus sekarang Tetrisnya masih ada di HP kamu kan??" Tanya dia.

"Ada kok..."

Gw mengambil jimbot dari saku. Lanjut membuka menu, dan membuka game 'tetris'.

"Coba kamu liat..." Gw menunjukkan Tab highscore padanya.

"........" Dia memperhatikan.

"Dari peringkat satu sampai lima semuanya nama kamu Nii. Aku udah nyoba buat ngalahin score kamu tapi nggak bisa bisa. Payah banget ya aku main beginian. Haha."

"Ya ampun, kamu masih nyimpen Jar? Aku kira gamenya udah dihapus" Ujarnya.

"Ya masih ada lah. Selama ini jimbot masih hidup dan memorynya nggak rusak, ga bakal hilang itu game."

"Jar..Aku boleh main??" Tanya dia.

"Tetris?"

"Iya..."

"Boleh..."

Mendadak ayunan pun berhenti berayun.
Suasana hening pun kembali hinggap saat itu. Langit nampak masih berwarna gelap kelabu. Diiringi gerimis yang masih setia mengguyur seluruh penjuru kota.
Mata gw tak pernah lepas memmperhatikan Niar tengah asyik bermain Tetris. Sebuah senyum kecil selalu menghiasi bibirnya, walau terkadang dia mengeluh pelan ketika balok yang disusunnya tak sinkron. Tak ada yang berubah...Semuanya masih sama seperti dulu. Raut wajahnya, senyumnya, tawanya, hingga celotehan yang dia keluarkan. Betapa gw sangat merindukan momen seperti ini...

Gw masih ingin terus bicara dengannya. Membiarkan pembicaraan ini mengalir begitu saja, hingga menuju ke sebuah inti permasalahan.
Masalah tentang perasaan gw yang selama ini hanya bisa gw pendam. Tanpa mampu gw ucapkan sampai detik ini.
Dulu, perasaan ini tumbuh berkembang di dalam hati gw. Tapi karena sebuah kebodohan gw atas salah faham itu, gw meninggalkannya, mencoba melupakannya. Hingga rasa itu perlahan lahan mulai menghilang. Bahkan hampir mati ketika gw bertemu dengan seorang gadis yang setia menemani gw setiap harinya. Ya, Bunga...

Dan sekarang gw kembali dipertemukan dengan Niar. Perlahan rasa yang dulu itu seperti hidup kembali dan tumbuh dengan sendirinya. Tapi kali ini gw harus membunuh secara paksa perasaan itu. Ironis memang...

"Nii..."

"Ya..." Sahut dia.

"Boleh aku tanya sesuatu sama kamu? Tapi jawab jujur ya..."

"Kamu mau tanya apa?"

Seketika matanya berbinar terbuka lebar, penuh dengan tanda tanya. Nyali gw seperti menguap hilang entah kemana ketika menatapnya. Kemudian gw bangkit sedikit menjauh darinya yang masih duduk di salah satu sisi ayunan. Gw menundukkan kepala gw. Lalu gw meremas tangkai kering yang gw genggam sedari tadi hingga patah menjadi dua bagian.

"Dulu kamu pernah bilang sama aku kalo kamu lagi nunggu seseorang. Siapa orang itu Nii?"

"Apa aku harus jawab?" Dia balik bertanya.

"Terserah....." Ujar gw.

Dia diam melirik ke arah gw lalu menghela nafas panjang dan segera membuka suara.

"Kamu Jar." Ujarnya tanpa ragu.

"Fajar yang aku tunggu." Dia mengulang perkataannya.

Jedarr...!!
Untuk yang kedua kalinya tubuh gw terasa disambar petir ribuan Volt. Gw seakan tak percaya atas apa yang telah dia ucapkan.
Pengakuan itu....Ternyata benar adanya bahwa dia menunggu gw, bahkan hingga detik ini. Mendadak kepala gw menjadi pusing seperti diputar putar.
Ini Seperti dejavu, tapi bukan dejavu...Karena pengakuan itu baru kali ini gw mendengarnya. Mendengar langsung keluar dari mulutnya.

"Maafin aku Nii."

"Kenapa?"

"Seandainya....Seandainya 'dulu' kita bisa saling mengetahui perasaan kita masing masing...Seandainya 'dulu' aku tahu kamu ngerasain perasaan yang sama seperti aku...Seandainya 'dulu' aku nggak pengecut buat ngomong jujur sama kamu, seandainya aku nggak bego, seandainya aku nggak tolol, seandainya aku...."

"Cukup Jar!!" Ujarnya memotong omongan gw.

"Rumit Nii...semuanya jadi rumit" Ujar gw.

"Jar...nggak ada yang rumit kalau sekarang kamu jujur sama aku. Apa yang kamu rasain selama ini?" Tanya dia.

"Aku sayang kamu Nii...Tapi ..."

"........" Niar diam terpaku menatap gw.

Akhirnya kata kata yang sudah gw tahan selama kurang lebih hampir satu tahun bisa terucap juga. Namun kata 'tapi' yang gw ucapkan jelas menggambarkan hal yang berbeda. Karena memang keadaannya sudah berubah.

"Tapi apa??"

"Aku nggak sendiri Nii."

"Apa ada orang lain?" Tanya dia.

"Iya..." Jawab gw pelan.

"Kenapa Jar? kenapa sekarang kamu baru bisa jujur sama aku? Selama ini aku nunggu kamu. Aku udah ngorbanin banyak orang buat bertahan sama pendirian aku. Sekarang kamu dateng...Aku seneng bisa ketemu kamu lagi. Seneng bisa sama kamu lagi. Tapi kenapa harus ada orang lain?"

"Maaf Nii. Aku nggak bisa ninggalin dia." Ucap gw pelan.

Gw masih berdiri mematung membelakangi dia. Gw bener bener nggak sanggup untuk sekedar melihat dia. Apalagi bertatapan wajah dengannya.
Gw sedikit kaget ketika telinga ini mendengar sebuah isakan yang pelan. Apa dia menangis?
Lalu gw menoleh ke arahnya. Dan benar saja...
dia terlihat tengah mengusap gumpalan air mata yang sudah tergenang di ujung kelopak matanya. Gw kembali menghampirinya duduk di ayunan.
Hati gw mencelos melihatnya...

"Maafin aku...Aku yang salah."

"Jar...Apa aku harus nunggu kamu lagi?" Tanya dia

"Nggak perlu Nii.."

"Kenapa?"

Gw lihat mata itu mulai berkaca kaca. Dan akhirnya air mata itu keluar membasahi kelopak matanya yang indah. Mengalir melewati pipinua, hingga menetes membasahi meja ayunan.
Hancurlah hatinya berkeping keping...Gw sadar itu dan gw tau itu...

"Nii...jangan kamu buang air mata kamu cuma buat seorang pengecut kaya aku. Banyak yang lebih dari aku Nii. Kamu cantik, baik, pinter...siapa sih cowo yang ga suka sama kamu? Sedangkan aku...Ya beginilah."

Dia tidak bereaksi dan terus diam sambil terisak. Perasaan gw sudah sangat tak katuan saat itu. Antara tega dan tak tega. Tapi gw harus tetap tehuh pada pendirian gw...

"Apa masih ada harapan buat aku?" Tanya dia tiba tiba.

Gw mendekat ke arahnya. Gw genggam tangannya yang dingin, lalu gw mengatakan sesuatu padanya setengah berbisik.

"Harapan itu ada Nii....selalu ada."

Dia mengusap air matanya. Tangis itu mulai reda...terlihat senyum kecil di ujung bibirnya.

"Tapi bukan aku. Harapan kamu, Bukan aku..."



………………………………………
………………………………………


Guns 'N Roses - November Rain






When I look into your eyes I can see a love restrained
Saat kutatap matamu aku bisa melihat cinta yang kautahan

But darlin' when I hold you Don't you know I feel the same
Namun saat kudekap dirimu Sayang tahukah bahwa Aku merasakan hal yang sama

'Cause nothin' lasts forever and we both know hearts can change
Karna tak ada yang abadi dan kita berdua tahu hati bisa berubah

And it's hard to hold a candle In the cold November rain
Dan sulit menjaga lilin tetap menyala di musim hujan bulan November yang dingin

We've been through this such a long long time Just tryin' to kill the pain
Kita tlah melalui ini cukup lama dengan berusaha mengobati rasa sakit

But lovers always come and lovers always go And no one's really sure who's lettin' go today
Namun kekasih selalu datang dan pergi dan tak seorangpun benar-benar yakin siapa yang akan pergi hari ini

Walking away
Berlalu pergi

If we could take the time To lay it on the line
Andai kita bisa memanfaatkan waktu Untuk berkata jujur

I could rest my head Just knowin' that you were mine, All mine
Aku bisa merasa tenang karna tahu bahwa kau adalah milikku, Benar-benar milikku

So if you want to love me then darlin' don't refrain
Jadi jika kau ingin mencintaiku maka Sayang jangan kau tahan

Or I'll just end up walkin' In the cold November rain
Atau akhirnya aku kan berlalu di musim hujan bulan November yang dingin

Do you need some time... on your own
Apakah kau perlu waktu... sendirian
Do you need some time... all alone
Apakah kau perlu waktu... benar-benar sendiri
Everybody needs some time... on their own
Setiap orang perlu waktu... sendirian
Don't you know you need some time... all alone
Tak tahukah kau perlu waktu... sendirian

I know it's hard to keep an open heart When even friends seem out to harm you
Aku tahu berat rasanya terus membuka hati saat temanpun kau rasa 'kan menyakitimu

But if you could heal a broken heart Wouldn't time be out to charm you
Namun jika bisa kau sembuhkan hati yang terluka Bahkan waktupun takkan bisa memikatmu

Sometimes I need some time... on my own
Kadang aku perlu waktu... sendirian
Sometimes I need some time... all alone
Kadang aku pelu waktu... benar-benar sendirian
Everybody needs some time... on their own
Setiap orang perlu waktu... sendirian
Don't you know you need some time... all alone
Tak tahukah kau perlu waktu... benar-benar sendirian

And when your fears subside And shadows still remain
Dan saat rasa takutmu hilang Dan bayangan tetap ada

I know that you can love me When there's no one left to blame
Aku tahu kau bisa mencintaiku Saat tak ada lagi yang bisa disalahkan

So never mind the darkness We still can find a way
Jadi jangan takut dengan kegelapan Kita masih bisa menemukan jalan

'Cause nothin' lasts forever Even cold November rain
Karna tak ada yang abadi Termasuk hujan yang dingin di bulan November ini

Don't ya think that you need somebody
Tidakkah menurutmu kau butuh seseorang
Don't ya think that you need someone
Tidakkah menurutmu kau butuh seseorang
Everybody needs somebody
Setiap orang butuh seseorang

YOU'RE NOT THE ONLY ONE
Kau bukan satu-satunya
YOU'RE NOT THE ONLY ONE
Kau bukan satu-satunya
efti108
Darpox
Darpox dan efti108 memberi reputasi
2
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.