- Beranda
- Stories from the Heart
Accidentally In Love [True Story]
...
TS
robotpintar
Accidentally In Love [True Story]
![Accidentally In Love [True Story]](https://s.kaskus.id/images/2014/02/14/6448808_20140214023854.png)
Spoiler for Cover:
![Accidentally In Love [True Story]](https://s.kaskus.id/images/2014/02/14/6448808_20140214024411.png)
So she said what's the problem baby
What's the problem I don't know
Well maybe I'm in love (love)
Think about it every time
I think about it
Can't stop thinking 'bout it
How much longer will it take to cure this
Just to cure it cause I can't ignore it if it's love (love)
Makes me wanna turn around and face me but I don't know nothing 'bout love
Come on, come on
Turn a little faster
Come on, come on
The world will follow after
Come on, come on
Cause everybody's after love
So I said I'm a snowball running
Running down into the spring that's coming all this love
Melting under blue skies
Belting out sunlight
Shimmering love
Well baby I surrender
To the strawberry ice cream
Never ever end of all this love
Well I didn't mean to do it
But there's no escaping your love
These lines of lightning
Mean we're never alone,
Never alone, no, no
We're accidentally in love
Accidentally in love [x7]
Accidentally I'm In Love
Spoiler for Bagian 1:
#1
Quote:
“Gila lu Bon, roti segitu banyak sayang-sayang bakal empan ikan semua!”
“Emang ngapa? Ikan jaman sekarang mah ogah makan cacing, Meng”
Gua jawab aja sekena-nya, memang niatnya gua bawa roti dari rumah buat bekal pas mancing tapi, gara-gara umpan cacing gua dari tadi nggak disentuh ikan terpaksa gua ganti dengan roti. Siapa tau mujarab.
Nggak seberapa berselang, tali pancing gua bergetar, refleks gua tarik joran sekuatnya dan mendarat dengan mulus seekor ikan yang kurang lebih seukuran telapak tangan.
“Anjritt.. dari tadi dapet sapu-sapu mulu gua!”
Sambil melepas mata kail dari mulut ikan sapu-sapu yang barusan gua angkat dan langsung gua lempar lagi kedalam kali.
Tidak berapa lama, melantun lagu “Time Like This”-nya Foo Fighter dari ponsel gua. Tertera tulisan “Rumah” dilayarnya.
“Kenapa mak?”
Karena memang cuma nyokap gua aja yang selalu telpon melalui telepon rumah. Bokap dan adik gua selalu menggunakan ponsel-nya masing-masing jika ada keperluan.
“Assalamualaikum , Mancing kagak rapi-rapi luh, nih ada kiriman surat buat elu”
“Dari siapa?”
“Kagak tau, bahasanya emak nggak ngerti”
“Simpenin dulu, nih aye udah mau pulang”
“Yaudah buruan, jangan maghriban dijalan, pamali. Assalamualaikum”
“Waalaikumsalam”
Gua kantongin lagi ponsel k-ekantong celana pendek yang sekarang udah kotor campur lumpur, sambil berteriak ke temen gua; Komeng, yang lagi berkutat dengan tali pancingnya yang kusut.
“Meng, ayo balik.. udah sore”
“Belon juga dapet sekilo, udah mau balik aje”
“Yauda elu terusin dah, gua balik duluan”
Komeng menjawab dengan sedikit gumam di bibirnya terdengar seperti “Yaelah..” sambil berjalan gontai menyusul gua.
------
Itu kejadian beberapa tahun yang lalu, dimana gua dan Komeng masih biasa mencari cacing buat umpan ikan di kebun singkong belakang rumahnya Haji Salim dan kemudian pergi memancing disepanjang pinggiran sungai Pesanggrahan, Jakarta.
Sekarang, gua sedang duduk sambil bersandar di sebuah kursi lipat di pinggir danau di daerah Leeds, Inggris. Menghabiskan hari libur akhir musim gugur dengan memancing sambil bernostalgia, mencoba membangkitkan memori tentang memancing, tentang si Komeng, tentang Jakarta, tentang rumah.
Setelah berjam-jam memancing, menghabiskan berkaleng-kaleng ‘Diet Coke’ akhirnya gua memutuskan untuk menyudahi kegiatan sialan ini. Pulang dengan membawa 6 Ekor ikan Yelowtail (di Indonesia disebut ikan patin) dan sedikit kenangan tentang ‘rumah’, gua berjalan gontai menuju tempat dimana sepeda kesayangan gua diparkir, sempat kebingungan awalnya karena sekarang ada banyak sepeda yang diparkir, padahal tadi pagi baru sepeda gua aja yang nongkrong disini, setelah celingak-celinguk akhirnya ketemu juga dan gua mulai mengayuh.
Jarak dari tempat gua biasa mancing ke tempat dimana gua tinggal di Moorland Ave, Leeds kurang lebih 3,5 mil atau kalau dalam satuan Kilometer sekitar 5,5 Km. Jarak segitu kalo disini, di Inggris bisa dibilang ‘deket’, kalau naik sepeda bisa cuma 30 menit.
Oiya, nama gua Boni. Gua lahir dan dibesarkan di Jakarta. Saat ini gua kerja dan tinggal di Leeds, Inggris sekitar 2-3 jam dari London (dengan kereta). Gua kerja sebagai Sound Designer disalah satu Agensi perfilman dan periklanan di Leeds yang juga punya kantor di London. Sudah hampir 4 tahun gua kerja dan tinggal disini, ditempat dimana nggak ada sungai dengan air berwarna cokelat keruh yang banyak ikan sapu-sapunya dan nggak ada teman yang suka menggerutu “Yaelah”.
Sambil mendengarkan “Heaven” nya Lost Lonely Boys lewat headset, gua mengayuh sepeda menuju ke rumah, pulang. Melewati jalan berpasir yang dipenuhi pohon-pohon maple di kedua sisinya menuju jalan utama. Jalan yang sangat sepi dan hening, jam menunjukkan angka 4 sore, menandakan waktu shalat maghrib, di sabtu sore seperti sekarang ini memang didaerah sini sangat sepi, kebanyakan penduduk sekitar sedang ke stadion atau pub-pub untuk menyaksikan Leeds United bertanding. Ingin buru-buru sampai di rumah, karena perut udah mulai keroncongan, gua kayuh sepeda lebih cepat. Sampai kemudian terdengar sayup-sayup suara musik yang makin lama makin nyaring, suara musik RnB yang sepertinya diputar dari dalam mobil dengan volume maksimal. Suara tersebut datang dari arah belakang dan kemudian menyusul gua, sebuah BMW silver yang melaju cepat bahkan boleh dibilang sangat cepat, sambil meninggalkan debu persis seperti mobil yang sedang Rally Dakkar.
“Orang Gila!!” gua mengumpat, masih sambil dengerin coda lagu “Heaven” nya Lost Lonely Boys. Sampai gua melihat beberapa detik kemudian lampu rem BMW tersebut menyala dan kemudian berhenti.
Deg!, “Wuanjrit, sakti juga tuh orang bisa denger suara gua” sambil berhenti dan melepas headset dari telinga. Yang ternyata setelah gua sadar, suara gua nggak sepelan pas pakai headset tadi. Gua nunggu sambil dag dig dug, kalau dia ngerti ucapan gua, dia pasti orang Indonesia dan kalo ternyata bukan gua bakal siap-siap kabur.
Pintu penumpang pun terbuka, terbuka secara paksa tepatnya, sedetik kemudian keluar seseorang dari kursi penumpang, terhuyung dan kemudian terjatuh, terdengar makian dari dalam BMW tersebut mungkin seperti “bitch” atau semacamnya dan sesaat kemudian BMW tersebut pergi, mengasapi orang yang tersungkur itu dengan debu jalanan.
Nggak mau terlalu ambil pusing, sambil bernafas lega dan bilang dalam hati; “untung bukan gua”, gua meneruskan mengayuh sepeda.
“Get up Bro, life is brutal”
gua berkata ke orang itu sambil melewatinya tetap melanjutkan mengayuh. Dan beberapa meter kemudian gua mendengar sebuah teriakan, teriakan yang (pada akhirnya) bakal merubah hidup gua.
“Woii.. Help me!, you’re Indonesian, right?”
“Tolongin gue dong…”
Gua berhenti mengayuh, turun dan bengong. Sudah hampir setahun gua nggak denger secara langsung orang bicara ke gua dengan bahasa Indonesia dan suara perempuan pula.. Lima, ah mungkin sepuluh detik kemudian baru gua memalingkan muka tapi masih tetap bengong.
“Woii..”
Akhirnya gua turun dari sepeda, kemudian menghampiri orang itu. Terduduk di depan gua sosok perempuan, hitam manis dengan kepala tertutup hood jaket hitam, celana jeans dan sepatu model boots sebetis berwarna cokelat.
“Elu nggak apa-apa?”
“Menurut Lo? Kalo gue gak apa-apa, ngapain gua teriak minta tolong elu!!”
Gua nggak menjawab, berusaha membantu dia berdiri sambil bertanya lagi bagaimana keadaannya. Sekali lagi dia mengumpat;
“Gila!, nggak punya hati banget sih lu!, ya jelas lah gue kenapa-kenapa.. nih liat!”
Sambil memperlihatkan telapak tangan dan siku-nya yang luka dan kemudian menyibak celana jeans-nya yang kotor terkena debu dan sobek di beberapa bagian akibat terlempar dari mobil tadi. Sesaat baru dia sadar kalau lutut kanannya juga luka sambil meringis kesakitan dia mencoba membersihkan luka tersebut dengan air liurnya. Sangat Indonesia sekali.
“Gua pikir tadi orang mabok yang lagi berantem, disini mah biasa begitu,mbak!”
Kemudia gua kasih satu-satunya ‘Diet Coke’ sisa memancing tadi, harusnya sih air putih tapi Cuma itu yang gua punya sekarang. Sambil menggerutu karena dikasih ‘Diet Coke’ daripada air putih, diminum juga tuh minuman soda. Kemudian gua menawarkan diri buat mengantar dia ke sebuah toko kecil di ujung jalan ini, untuk membeli plester untuk membalut luka-nya.
“Jauh nggak?”
Dia bertanya sambil menurunkan hood jaketnya dan menyibak rambutnya yang pendek seleher. Kemudian terlihat jelas sebuah luka lebam di sudut mata sebelah kiri-nya, tidak, bukan cuma satu, setidaknya ada 3 luka lebam, selain disudut matanya, satu lagi di dahi sebelah kiri dan satu lagi di sudut bibir sebelah kanan, yang terakhir tampak seperti luka yang baru karena masih meninggalkan sisa bekas darah yang membeku.
Gua nggak berani bertanya, gua hindari menatap kewajahnya sambil menjawab pertanyaa-nya bahwa tokonya nggak begitu jauh dari sini, sambil menunjuk ke arah jalan utama.
---
“Emang ngapa? Ikan jaman sekarang mah ogah makan cacing, Meng”
Gua jawab aja sekena-nya, memang niatnya gua bawa roti dari rumah buat bekal pas mancing tapi, gara-gara umpan cacing gua dari tadi nggak disentuh ikan terpaksa gua ganti dengan roti. Siapa tau mujarab.
Nggak seberapa berselang, tali pancing gua bergetar, refleks gua tarik joran sekuatnya dan mendarat dengan mulus seekor ikan yang kurang lebih seukuran telapak tangan.
“Anjritt.. dari tadi dapet sapu-sapu mulu gua!”
Sambil melepas mata kail dari mulut ikan sapu-sapu yang barusan gua angkat dan langsung gua lempar lagi kedalam kali.
Tidak berapa lama, melantun lagu “Time Like This”-nya Foo Fighter dari ponsel gua. Tertera tulisan “Rumah” dilayarnya.
“Kenapa mak?”
Karena memang cuma nyokap gua aja yang selalu telpon melalui telepon rumah. Bokap dan adik gua selalu menggunakan ponsel-nya masing-masing jika ada keperluan.
“Assalamualaikum , Mancing kagak rapi-rapi luh, nih ada kiriman surat buat elu”
“Dari siapa?”
“Kagak tau, bahasanya emak nggak ngerti”
“Simpenin dulu, nih aye udah mau pulang”
“Yaudah buruan, jangan maghriban dijalan, pamali. Assalamualaikum”
“Waalaikumsalam”
Gua kantongin lagi ponsel k-ekantong celana pendek yang sekarang udah kotor campur lumpur, sambil berteriak ke temen gua; Komeng, yang lagi berkutat dengan tali pancingnya yang kusut.
“Meng, ayo balik.. udah sore”
“Belon juga dapet sekilo, udah mau balik aje”
“Yauda elu terusin dah, gua balik duluan”
Komeng menjawab dengan sedikit gumam di bibirnya terdengar seperti “Yaelah..” sambil berjalan gontai menyusul gua.
------
Itu kejadian beberapa tahun yang lalu, dimana gua dan Komeng masih biasa mencari cacing buat umpan ikan di kebun singkong belakang rumahnya Haji Salim dan kemudian pergi memancing disepanjang pinggiran sungai Pesanggrahan, Jakarta.
Sekarang, gua sedang duduk sambil bersandar di sebuah kursi lipat di pinggir danau di daerah Leeds, Inggris. Menghabiskan hari libur akhir musim gugur dengan memancing sambil bernostalgia, mencoba membangkitkan memori tentang memancing, tentang si Komeng, tentang Jakarta, tentang rumah.
Setelah berjam-jam memancing, menghabiskan berkaleng-kaleng ‘Diet Coke’ akhirnya gua memutuskan untuk menyudahi kegiatan sialan ini. Pulang dengan membawa 6 Ekor ikan Yelowtail (di Indonesia disebut ikan patin) dan sedikit kenangan tentang ‘rumah’, gua berjalan gontai menuju tempat dimana sepeda kesayangan gua diparkir, sempat kebingungan awalnya karena sekarang ada banyak sepeda yang diparkir, padahal tadi pagi baru sepeda gua aja yang nongkrong disini, setelah celingak-celinguk akhirnya ketemu juga dan gua mulai mengayuh.
Jarak dari tempat gua biasa mancing ke tempat dimana gua tinggal di Moorland Ave, Leeds kurang lebih 3,5 mil atau kalau dalam satuan Kilometer sekitar 5,5 Km. Jarak segitu kalo disini, di Inggris bisa dibilang ‘deket’, kalau naik sepeda bisa cuma 30 menit.
Oiya, nama gua Boni. Gua lahir dan dibesarkan di Jakarta. Saat ini gua kerja dan tinggal di Leeds, Inggris sekitar 2-3 jam dari London (dengan kereta). Gua kerja sebagai Sound Designer disalah satu Agensi perfilman dan periklanan di Leeds yang juga punya kantor di London. Sudah hampir 4 tahun gua kerja dan tinggal disini, ditempat dimana nggak ada sungai dengan air berwarna cokelat keruh yang banyak ikan sapu-sapunya dan nggak ada teman yang suka menggerutu “Yaelah”.
Sambil mendengarkan “Heaven” nya Lost Lonely Boys lewat headset, gua mengayuh sepeda menuju ke rumah, pulang. Melewati jalan berpasir yang dipenuhi pohon-pohon maple di kedua sisinya menuju jalan utama. Jalan yang sangat sepi dan hening, jam menunjukkan angka 4 sore, menandakan waktu shalat maghrib, di sabtu sore seperti sekarang ini memang didaerah sini sangat sepi, kebanyakan penduduk sekitar sedang ke stadion atau pub-pub untuk menyaksikan Leeds United bertanding. Ingin buru-buru sampai di rumah, karena perut udah mulai keroncongan, gua kayuh sepeda lebih cepat. Sampai kemudian terdengar sayup-sayup suara musik yang makin lama makin nyaring, suara musik RnB yang sepertinya diputar dari dalam mobil dengan volume maksimal. Suara tersebut datang dari arah belakang dan kemudian menyusul gua, sebuah BMW silver yang melaju cepat bahkan boleh dibilang sangat cepat, sambil meninggalkan debu persis seperti mobil yang sedang Rally Dakkar.
“Orang Gila!!” gua mengumpat, masih sambil dengerin coda lagu “Heaven” nya Lost Lonely Boys. Sampai gua melihat beberapa detik kemudian lampu rem BMW tersebut menyala dan kemudian berhenti.
Deg!, “Wuanjrit, sakti juga tuh orang bisa denger suara gua” sambil berhenti dan melepas headset dari telinga. Yang ternyata setelah gua sadar, suara gua nggak sepelan pas pakai headset tadi. Gua nunggu sambil dag dig dug, kalau dia ngerti ucapan gua, dia pasti orang Indonesia dan kalo ternyata bukan gua bakal siap-siap kabur.
Pintu penumpang pun terbuka, terbuka secara paksa tepatnya, sedetik kemudian keluar seseorang dari kursi penumpang, terhuyung dan kemudian terjatuh, terdengar makian dari dalam BMW tersebut mungkin seperti “bitch” atau semacamnya dan sesaat kemudian BMW tersebut pergi, mengasapi orang yang tersungkur itu dengan debu jalanan.
Nggak mau terlalu ambil pusing, sambil bernafas lega dan bilang dalam hati; “untung bukan gua”, gua meneruskan mengayuh sepeda.
“Get up Bro, life is brutal”
gua berkata ke orang itu sambil melewatinya tetap melanjutkan mengayuh. Dan beberapa meter kemudian gua mendengar sebuah teriakan, teriakan yang (pada akhirnya) bakal merubah hidup gua.
“Woii.. Help me!, you’re Indonesian, right?”
“Tolongin gue dong…”
Gua berhenti mengayuh, turun dan bengong. Sudah hampir setahun gua nggak denger secara langsung orang bicara ke gua dengan bahasa Indonesia dan suara perempuan pula.. Lima, ah mungkin sepuluh detik kemudian baru gua memalingkan muka tapi masih tetap bengong.
“Woii..”
Akhirnya gua turun dari sepeda, kemudian menghampiri orang itu. Terduduk di depan gua sosok perempuan, hitam manis dengan kepala tertutup hood jaket hitam, celana jeans dan sepatu model boots sebetis berwarna cokelat.
“Elu nggak apa-apa?”
“Menurut Lo? Kalo gue gak apa-apa, ngapain gua teriak minta tolong elu!!”
Gua nggak menjawab, berusaha membantu dia berdiri sambil bertanya lagi bagaimana keadaannya. Sekali lagi dia mengumpat;
“Gila!, nggak punya hati banget sih lu!, ya jelas lah gue kenapa-kenapa.. nih liat!”
Sambil memperlihatkan telapak tangan dan siku-nya yang luka dan kemudian menyibak celana jeans-nya yang kotor terkena debu dan sobek di beberapa bagian akibat terlempar dari mobil tadi. Sesaat baru dia sadar kalau lutut kanannya juga luka sambil meringis kesakitan dia mencoba membersihkan luka tersebut dengan air liurnya. Sangat Indonesia sekali.
“Gua pikir tadi orang mabok yang lagi berantem, disini mah biasa begitu,mbak!”
Kemudia gua kasih satu-satunya ‘Diet Coke’ sisa memancing tadi, harusnya sih air putih tapi Cuma itu yang gua punya sekarang. Sambil menggerutu karena dikasih ‘Diet Coke’ daripada air putih, diminum juga tuh minuman soda. Kemudian gua menawarkan diri buat mengantar dia ke sebuah toko kecil di ujung jalan ini, untuk membeli plester untuk membalut luka-nya.
“Jauh nggak?”
Dia bertanya sambil menurunkan hood jaketnya dan menyibak rambutnya yang pendek seleher. Kemudian terlihat jelas sebuah luka lebam di sudut mata sebelah kiri-nya, tidak, bukan cuma satu, setidaknya ada 3 luka lebam, selain disudut matanya, satu lagi di dahi sebelah kiri dan satu lagi di sudut bibir sebelah kanan, yang terakhir tampak seperti luka yang baru karena masih meninggalkan sisa bekas darah yang membeku.
Gua nggak berani bertanya, gua hindari menatap kewajahnya sambil menjawab pertanyaa-nya bahwa tokonya nggak begitu jauh dari sini, sambil menunjuk ke arah jalan utama.
---
DAFTAR ISI
Quote:
CHAPTER 1
#1 The Beginning
#2 Truly Gentlemen
#3 Place Called Home
#4 The Morning Fever
#5 A Miserable Story
#6 Night Rain
#7 Inside My Head
#8 That Day
#9 Be Tough
#10 Mukena
#1 The Beginning
#2 Truly Gentlemen
#3 Place Called Home
#4 The Morning Fever
#5 A Miserable Story
#6 Night Rain
#7 Inside My Head
#8 That Day
#9 Be Tough
#10 Mukena
Quote:
CHAPTER 2
#11-A Trip To Manchester
#11-B The Swiss Army
#12 Here's and Back Again
#13 I Miss You So Bad
#14 Going Mad
#15 Promise
#16 You’ll Be The Only Light I See
#17 The Winter Tears
#18 She's Gone
#19 That Memories
#11-A Trip To Manchester
#11-B The Swiss Army
#12 Here's and Back Again
#13 I Miss You So Bad
#14 Going Mad
#15 Promise
#16 You’ll Be The Only Light I See
#17 The Winter Tears
#18 She's Gone
#19 That Memories
Quote:
CHAPTER 3
[URL="http://www.kaskus.co.id/show_post/530ff7e41acb17030d8b48f1/479/- "]#19-A The Hood[/URL]
#19-B Heres And Back Again II
#19-C Weak
#19-D Surrender
#19-E The Choice
#19-F Anything For You
#19-G Chelsea Number 8
#19-H Its not always about gold and glory
#19-I Aku
#19-J The Words
#19-K The Persian Cat
#19-L You Really The Only Light I See
#19-M So Be It
#19-N Less Than Perfect
#20 That Day II
[URL="http://www.kaskus.co.id/show_post/530ff7e41acb17030d8b48f1/479/- "]#19-A The Hood[/URL]
#19-B Heres And Back Again II
#19-C Weak
#19-D Surrender
#19-E The Choice
#19-F Anything For You
#19-G Chelsea Number 8
#19-H Its not always about gold and glory
#19-I Aku
#19-J The Words
#19-K The Persian Cat
#19-L You Really The Only Light I See
#19-M So Be It
#19-N Less Than Perfect
#20 That Day II
Quote:
CHAPTER 4 The Prekuel
#21 The Prologue
#22 My Precious
#23 Ticket to Ride
#24 Singapore
#25 Dreams
#26 The Awkward Moment
#27 Logic
#28 Driver In Life
#29 The Risk Taker
#30 Sorry
#31 Rise Again
#32 Goodbye
#21 The Prologue
#22 My Precious
#23 Ticket to Ride
#24 Singapore
#25 Dreams
#26 The Awkward Moment
#27 Logic
#28 Driver In Life
#29 The Risk Taker
#30 Sorry
#31 Rise Again
#32 Goodbye
Quote:
CHAPTER 5!!
#33 London
#34 Unwell
#35 I Was Here
#36 Leeds
#37 New Home, New Life
#38 Alone
#39 Intermezo
#40 Goin' Trough
#41 At Glance
#42 The Past of The Future
#33 London
#34 Unwell
#35 I Was Here
#36 Leeds
#37 New Home, New Life
#38 Alone
#39 Intermezo
#40 Goin' Trough
#41 At Glance
#42 The Past of The Future
Quote:
CHAPTER 6
#43 My First ...
#44 If Lovin' You ...
#45 Goin' Back
#46 Leeds II
#47 I Love You (Jealousy)
#48 After All
#49 Hell Yeah
#50 Conflict
#51 Liar-Liar
#52 Memories
#43 My First ...
#44 If Lovin' You ...
#45 Goin' Back
#46 Leeds II
#47 I Love You (Jealousy)
#48 After All
#49 Hell Yeah
#50 Conflict
#51 Liar-Liar
#52 Memories
Quote:
Quote:
Diubah oleh robotpintar 10-04-2014 08:46
namakuag dan 119 lainnya memberi reputasi
118
1.3M
Kutip
2.3K
Balasan
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
robotpintar
#1127
Spoiler for Bagian keduapuluh sembilan:
#29 The Risk Taker
Quote:
Gua bergeser, kemudian merebahkan diri ke kasur, mencoba merajut ulang mimpi-mimpi gua tentang ’working overseas’. Ah kayaknya kerja di Singapore pun sudah cukup buat naikin haji bokap-nyokap gua. Gua menggeleng-gelengkan kepala, nggak bisa. Gimanapun caranya gua harus bisa kayak si heru, masa iya gua nggak bisa sih. Gua berdiri kemudian memandang notes kecil yang gua buat dulu sebagai pengingat cita-cita gua.
”Ruk, coba donlotin lagunya ’Brand New Heavies’..”
”Apaan?”
”Brand New Heavies...”
”Judulnya?”
”You are the universe..”
---
Besok paginya gua sudah berada di sebuah ruangan kecil di lantai delapan sebuah gedung tinggi dengan ujung yang tidak simetris, ruangan dengan dekorasi mirip seperti ruang tamu di rumah-rumah orang ’gede’-an. Gua duduk menunggu dipanggil untuk interview sambil mengusap-usap tangan, kedinginan.
Setelah menunggu sekitar dua puluh menit, seorang perempuan berusia sekitar 30 tahun, mengenakan blazer dan rok dengan warna senada, masuk ke dalam ruangan dan memberikan isyarat berupa senyuman dan anggukan kepala, gua menerjemahkannya sebagai; ’come on.. come to mama..’
Gua mengikuti perempuan tersebut yang berjalan sangat cepat melalui bilik-bilik kantor, sembari menggeleng ketika melihat ke arah sepatunya, heran. Kenapa perempuan ini mampu berjalan begitu cepat dengan menggunakan sepatu ’berhak’ tinggi. Akhirnya kami sampai didepan sebuah ruangan berpintu besar berwarna cokelat berlapis pernis, si perempuan tersebut mengatakan ke gua agar menunggu disini, sementara dia mengetuk pintu dan masuk kedalam, beberapa detik kemudian dia keluar;
”Mr. Bony.. theres Mr.Najib and Mr.Kane inside, you have to shake their hand and stare their eyes..”
Perempuan tersebut memberikan sedikit informasi sambil membukakan pintu.
”Fuuuh..”
Gua menghembuskan nafas kemudian masuk kedalam ruangan.
Didalam ruangan terdapat dua orang pria berbadan tegap, satu orang sedang berdiri menatap keluar lewat jendela sambil memasukkan tangannya kedalam saku, gua menebak kalau orang ini adalah Mr. Najib, dari wajah, warna kulit dan gelengan kepalanya; India. Dan sosok satunya lagi seorang bule, dengan rambut dikuncir, mengenakan kacamata framless, perlente, sedang duduk menyilangkan kaki di balik meja besar sambil memandang ke arah laptop, dan ini pasti Mr.Kane.
”Oh.. hi Mr. Bony, how are you...”
Pria bule yang sedang duduk, kemudian berdiri mengulurkan tangannya.
Gua menjabatnya sambil menatap ke arah matanya, persis seperti yang disarankan oleh perempuan tadi.
”Well.. im fine, thank you..”
Gua masih berdiri, menunggu sampai dipersilahkan untuk duduk.
”Im kane... and this is Mr.Najib, our Human Capital, head of human capital..”
Pria Bule tersebut memperkenalkan diri kemudian mengangkat tangannya ke arah pria India yang sedang berdiri di sisi jendela, Mr.Najib. Gua mengulurkan tangan ke Mr.Najib sambil mengucapkan ’greeting’;
” How are you doing?”
Mr.Najib menjabat tangan gua, nggak menjawab, Cuma mengangguk sambil tersenyum.
Mr.Kane kemudian mempersilahkan gua duduk dengan menjulurkan tangan kanan-nya, menunjuk ke sebuah kursi dihadapannya.
”Well Mr. Bony... i’ve seen your last presentation, your essay and your outstanding mini project..”
Mr.Kane membuka obrolan sambil mengarahkan layar laptopnya sedikit ke arah gua, terlihat mini project gua terpampang di layar laptopnya.
”... now tell me how far you know ’bout this company?”
Mr.Kane bicara sambil menyilangkan tangannya dibelakang kepala kemudian bersandar di kursi.
Gua menjelaskan sedikit tentang perusahaan ini yang baru kemarin gua cari tau lewat websitenya. Kemudian Mr.Kane kembali menegakkan posisi duduknya dan dengan sedikit membungkuk mendekat ke arah gua kemudian bertanya sambil mengacungkan jari telunjuknya;
” Give me one reason, just one reason to hire you...”
”Well, i think this company need me..”
Gua menjawab, sok yakin.
”What a surprise, I have interviewed the candidates, many years.. not just two or four, many years.. and this is the first time I heard this answer like this.. interesting”
Mr.Najib membuka suaranya seraya berjalan ke arah gua, kemudian dia duduk dikursi sebelah dan menyilangkan kakinya.
Dan kali ini gantian Mr.Kane yang berdiri, memasukkan tangan kanan-nya kedalam saku celana, sementara tangan lainnya membetulkan posisi dasi di lehernya;
”..and Mr.Bony, why this company need you?.. your skill, your hard working, your work ethic, your attitude..”
Gua menggeleng kemudian menjawab;
”Well Mr.Kane, Mr.Najib.. most people go to work to sell their skills, show their hard working, share their experience... and you can hire for people with such criteria like that,.. everywhere... if you want to hire skillful person, theres thousands in this country, if you want to hire hard workers theres millions around the world, maybe billions..”
Gua menegakan posisi duduk, kemudian melanjutkan;
”.. i am here to offering you.. my idea..”
Mr.Kane terdiam sesaat, kemudian sambil menggaruk-garuk dagunya dia menambahkan;
”Ok, I’ve your idea.. and how to translate ’your idea’ turn into a good design, good advert or a good material..”
”Hire someone else to execute..”
”Wow.. so, you offering me your idea and let someone else execute that into a good design.. i think that will be pretty costly..”
”No.. if you give me a chance to turn and execute my idea into amazing design or good material, that will be work for me..and thats good for you too, i think”
Mr.Kane mendengarkan, masih sambil menggaruk-garuk dagunya, kemudian Mr.Najib berdiri, memasukkan sesuatu ke dalam saku celana-nya dan berkata;
” Do you know Mr.Bony, that your answers and little explanation may just make you lost your chance to be hire?”
”Well, Mr.Najib.. may be little risky, but i’ll take that risk..i am a risk taker”
”Well done, Mr.Bony.. would you like to write down your phone number here..”
Mr.Kane menyodorkan secarik kertas kosong dan sebuah pena, gua mengambilnya dan mencatat besar-besar nama dan nomor ponsel gua. Kemudian Mr.Najib mempersilahkan gua untuk keluar.
Mr.Kane menanyakan sesuatu saat gua hendak membuka pintu ruangan.
”Mr.Bony...”
Gua berhenti sejenak kemudian menoleh kearahnya.
”Are you willing to work overseas?”
” I've already overseas, Mr.Kane .. i'm from indonesia..”
Mr.Kane mengangguk sambil tersenyum, gua kemudian keluar dan menutup pintu. Berjalan melewati bilik-bilik menuju ke lift, tanpa sadar gua memasukkan kedua tangan gua kedalam saku celana, ’apa kalo bos-bos itu selalu begini?’, memasukkan tangan kedalam saku celana. Gua berjalan sambil berpikir, apakah kira-kira gua melakukan tindakan yang tepat dengan penjelasan ’serampangan’ gua tadi? Apakah gua bakal diterima?
Gua kemudian mengambil ponsel dan menghubungi nyokap, beberapa kali nada sambung sampai akhirnya terdengar suara nyokap yang terdengar sedikit aneh ditambah background suara mesin meraung-raung;
”Assalamualaikum...”
”Waalaikumsalam.. mak, oni nih...”
”Eh elu ni.. sehat lu?”
”Sehat.. mak, oni abis interview kerja nih..”
”Apaan? Inter apaan?.. kagak kedengeran nih, baba lu lagi mbongkar motor tuh..”
”Wawancara kerja mak..”
”Ohh.. wawancara kerja.., bagus dah.. mudah-mudahan diterima...”
”Doain ya mak...”
”Iyee.. pasti itu mah...yang penting lu juga jangan ninggalin solat ni..”
”Iya mak..”
”Uda makan luh?”
”Belom mak, ni baru mau balik... ”
”Yauda bae-bae dijalan, jangan macem-macem dirantau..”
”Iya mak, yaudah oni tutup ya.. Assalamualaikum”
”Waalaikumsalam..”
Gua mengantongi ponsel kedalam saku kemeja dan kemudian memasuki lift yang baru saja terbuka. Ya Allah, kabulin doa emak ya..
---
Esoknya gua terbangun oleh suara teriakan si Heru yang sedang ’jejingkrakan’ didalam kamar, sambil memegang selembar kertas heru berusaha membangunkan gua.
”Bon..bon.. gua diterima.. ahay.. sorry nih ntar lu gua tinggal ke Manchester.. hahaha.. lu mo nitip apaan?”
”Serius lu?”
”Ini suratnya..”
Heru menyodorkan selembar kertas, gua bangun dan membacanya dengan seksama kemudian menyerahkan kembali ke Heru.
”Ah belon tentu, lu kan belon ikutan IELTS, kalo nilai lu dibawah syarat.. batal..”
”Iya ya..”
Heru menggaruk-garuk kepalanya dan gua melanjutkan tidur. Nggak seberapa lama heru membangunkan gua lagi, kali ini dia menggoyang-goyangkan kaki gua;
”Bon.. hape lu tuh.. bunyi...”
”Ah paling juga resti, udah lu angkat aja, bilang aja masih molor...”
”Bukan.. nomor –nya asing, kalo resti mah ada namanya..”
Gua bangun dan mengambil ponsel, mencoba memperhatikan deretan nomor yang ada di layar ponsel gua. Jangan-jangan telepon dari Jakarta nih dan gua menjawabnya;
”Hallo..”
”Halo.. good morning Mr.Bony, Clara here..umm.. Mr.Najib want to talk to you, would you hold for a second?..”
”Oh ya..ya..”
Gua menjawab dengan mulut yang masih penuh liur kemudian terdengar suara jingle, khas suara nada komedi putar. Beberapa saat kemudian suara Mr.Najib yang berat memecah lamunan gua yang semakin lama semakin terhanyut dalam jingle komedi putar;
”Ah.. hallo Mr.Boni..”
”Oh, hi there Mr.Najib..”
”So.. we have some bad news for you mr.boni..”
Mendengar omongan seperti itu, lutut gua mulai lemes, lemes selemes-lemesnya. Gua merebahkan diri ke kasur, tetap mencoba terdengar tenang;
” ah what is it?
Gua mencoba bertanya, padahal sudah menebak kemana arah pembicaraan ini. Mr.Najib pasti ingin memberitahukan bahwa gua nggak diterima di perusahaannya, makanya dia memilih memberitahukan hal ini lewat telepon.
” You should immediately return to Indonesia and get your working permit...”
”Ummm.. actually i dont get it, Mr.Najib..”
”Hmm.. we got some situation here, would you like to come here and we can talk about your future career.. how is it? Do you ’get’ it now, Mr.Bony?”
Gua bangun, sambil terbengong-bengong. Mencoba mengucek-ngucek mata, meyakinkan kalau gua sudah terbangun dari tidur.
”Helo, Mr.Bony.. are you...”
”Yes Mr.Najib, I’ll be there on twenty..no.no fifteen minutes..”
”Oke, see you then..”
”...”
Gua meletakkan ponsel dan bergegas ke kamar mandi.
Lima menit kemudian gua sudah berjalan cepat di trotoar yang sibuk dan sepuluh menit berikutnya gua sudah berada di ruang tunggu yang sama dimana kemarin gua menunggu untuk interview dengan Mr.Najib dan Mr.Kane.
Nggak memakan waktu lama, perempuan yang kemarin dan akhirnya mengenalkan diri dengan nama Clara, memanggil dan gua mengikutinya, lagi gua melihat ke arah kakinya, bener-bener sakti nih perempuan, pake sepatu segitu tinggi bisa berjalan cepat tanpa terpeleset. Akhirnya kami sampai didepan sebuah pintu berwarna abu-abu dengan sebuah papan bertuliskan M.Najib . Clara mengetuk tiga kali, kemudian membuka pintu-nya dan mempersilahkan gua untuk masuk. Ruangan ini cukup besar, walau nggak sebesar ruangan waktu gua interview kamaren, terdapat banyak ornamen-ornamen tradisional di sini, dari mulai sebuah replika rumah adat suku Afrika, patung-patung kayu pahatan Samoa sampai sebuah koteka yang tergantung di atas lemari rak buku. Gua dipersilahkan duduk oleh Clara, sesaat kemudian Mr.Najib keluar dari sebuah pintu yang terletak di sudut ruangan, gua berdiri dan tersenyum kepadanya, dia mengulurkan tangan dan menjabat tangan gua. Setelah memberikan kode kepada Clara dia mempersilahkan gua untuk duduk kembali.
”So.. how do you feel?”
Mr.Najib bertanya sambil duduk kemudian menyilangkan kakinya.
”Rrrr...mm.. i don’t know..i just......”
”Well, Mr.Bony.. Mr.Kane is really - really - really like you...”
Mr.Najib berkata sambil mengangkat satu persatu jari tangannya dengan gaya menghitung, memberi tekanan pada kata ’Really”.
”Oh Thank you Mr.Najib..”
”.. and if you don't mind.. may i welcoming you into this company.. as part as your future career ..”
Gua sontak berdiri, disusul dengan Mr.Najib yang ikut berdiri kemudian menyalami gua lagi dan memberikan selamat.
Terdengar suara ketukan tiga kali di pintu ruangan, Clara masuk membawakan cangkir berisi minuman dan selembar kertas yang lalu diserahkan kepada Mr.Najib. Mr.Najib memandang kertas tersebut sekilas kemudian menyerahkannya ke gua. Gua membacanya perlahan-lahan, detail demi detail, kalimat demi kalimat. Kemudian gua meletakkan kertas tersebut ke atas meja ;
”Mr.Najib... whether this point is really necessary to work here?”
Gua bertanya sambil menunjuk ke sebuah kalimat yang menyebutkan tentang ’IELTS’.
”Oh yes.. oh of course, you are not going to work here..”
”Where..?”
”London..., so pack your stuff, return to your country, get your working permit, get your latest IELTS test, and i need your copy of your IELTS point..”
Gua bengong, lama...
Kemudian suara Mr.Najib membuyarkan lamunan gua;
” If you already have a working permit and IELTS Result, come back here.. we'll take care your accommodation to London..”
Gua mengangguk kemudian buru-buru pamit ke Mr.Najib. Setengah berlari gua melewati bilik-bilik kantor dan sampai di depan lift.
Sesampainya dibawah gua buru-buru mengambil ponsel dan menelpon Heru;
”Haloow...”
”Halo.. ruk, lu dimana?”
”Dikamar, baru mau jalan, nanya-nanya tempat IELTS di kampus...”
”Udah nggak usah, tunggu gua...”
”Emang kenapa?”
Tut tut tut tut..
Gua berlari sepanjang jalan, terus berlari walaupun terasa sedikit perih pada jari jari kaki gua akibat gigitan sepatu pantofel yang sangat jarang gua pakai, gua terus berlari. Gua seakan nggak peduli dengan apa yang ada disekitar, yang gua pengen saat ini adalah buru-buru sampai kamar dan memeluk heru, iya memeluk heru.
---
Gua membuka pintu kamar, terlihat heru yang sudah rapi jali tengah duduk di depan laptop gua sambil merokok. Gua menerjang dan memeluknya.
”Ah apaan si lu bon, najis banget dah..”
Heru berusaha melepaskan pelukan gua.
”Ruk, buruan pesen tiket balik ke Jakarta..”
”Ah ngapain, gua mau tes IELTS disini aja..”
”Lu emang nggak mau ngurus Visa Kerja..”
”Ya ntar aja itu mah, IELTSnya disini katanya lebih gampang... lagian ngapain sih lu?”
”Gua diterima kerja, dan gua mau pulang ke Jakarta buat ngurus Visa sama IELTS, lu mau bareng kagak?”
Gua berbicara sambil membereskan ruangan, kemudian mengeluarkan ransel dan memasukan baju secara serampangan ke dalamnya.
”Hah.. emang lu diterima kerja dimana? Kok pake IELTS Segala?”
”Di London..”
Heru terdiam kemudian mengepalkan kedua tangannya ke angkasa;
”Woohooooo....Chelsea versus Manchester.. maaaannnnn..”
”Jadi lu mau IELTS disini apa di Indo?”
Gua bertanya ke Heru.
”Ya di Indo laaah...”
Heru menjawab kemudian ikut mengeluarkan ransel dan memasukan pakaiannya kedalamnya.
”Ruk, coba donlotin lagunya ’Brand New Heavies’..”
”Apaan?”
”Brand New Heavies...”
”Judulnya?”
”You are the universe..”
---
Besok paginya gua sudah berada di sebuah ruangan kecil di lantai delapan sebuah gedung tinggi dengan ujung yang tidak simetris, ruangan dengan dekorasi mirip seperti ruang tamu di rumah-rumah orang ’gede’-an. Gua duduk menunggu dipanggil untuk interview sambil mengusap-usap tangan, kedinginan.
Setelah menunggu sekitar dua puluh menit, seorang perempuan berusia sekitar 30 tahun, mengenakan blazer dan rok dengan warna senada, masuk ke dalam ruangan dan memberikan isyarat berupa senyuman dan anggukan kepala, gua menerjemahkannya sebagai; ’come on.. come to mama..’
Gua mengikuti perempuan tersebut yang berjalan sangat cepat melalui bilik-bilik kantor, sembari menggeleng ketika melihat ke arah sepatunya, heran. Kenapa perempuan ini mampu berjalan begitu cepat dengan menggunakan sepatu ’berhak’ tinggi. Akhirnya kami sampai didepan sebuah ruangan berpintu besar berwarna cokelat berlapis pernis, si perempuan tersebut mengatakan ke gua agar menunggu disini, sementara dia mengetuk pintu dan masuk kedalam, beberapa detik kemudian dia keluar;
”Mr. Bony.. theres Mr.Najib and Mr.Kane inside, you have to shake their hand and stare their eyes..”
Perempuan tersebut memberikan sedikit informasi sambil membukakan pintu.
”Fuuuh..”
Gua menghembuskan nafas kemudian masuk kedalam ruangan.
Didalam ruangan terdapat dua orang pria berbadan tegap, satu orang sedang berdiri menatap keluar lewat jendela sambil memasukkan tangannya kedalam saku, gua menebak kalau orang ini adalah Mr. Najib, dari wajah, warna kulit dan gelengan kepalanya; India. Dan sosok satunya lagi seorang bule, dengan rambut dikuncir, mengenakan kacamata framless, perlente, sedang duduk menyilangkan kaki di balik meja besar sambil memandang ke arah laptop, dan ini pasti Mr.Kane.
”Oh.. hi Mr. Bony, how are you...”
Pria bule yang sedang duduk, kemudian berdiri mengulurkan tangannya.
Gua menjabatnya sambil menatap ke arah matanya, persis seperti yang disarankan oleh perempuan tadi.
”Well.. im fine, thank you..”
Gua masih berdiri, menunggu sampai dipersilahkan untuk duduk.
”Im kane... and this is Mr.Najib, our Human Capital, head of human capital..”
Pria Bule tersebut memperkenalkan diri kemudian mengangkat tangannya ke arah pria India yang sedang berdiri di sisi jendela, Mr.Najib. Gua mengulurkan tangan ke Mr.Najib sambil mengucapkan ’greeting’;
” How are you doing?”
Mr.Najib menjabat tangan gua, nggak menjawab, Cuma mengangguk sambil tersenyum.
Mr.Kane kemudian mempersilahkan gua duduk dengan menjulurkan tangan kanan-nya, menunjuk ke sebuah kursi dihadapannya.
”Well Mr. Bony... i’ve seen your last presentation, your essay and your outstanding mini project..”
Mr.Kane membuka obrolan sambil mengarahkan layar laptopnya sedikit ke arah gua, terlihat mini project gua terpampang di layar laptopnya.
”... now tell me how far you know ’bout this company?”
Mr.Kane bicara sambil menyilangkan tangannya dibelakang kepala kemudian bersandar di kursi.
Gua menjelaskan sedikit tentang perusahaan ini yang baru kemarin gua cari tau lewat websitenya. Kemudian Mr.Kane kembali menegakkan posisi duduknya dan dengan sedikit membungkuk mendekat ke arah gua kemudian bertanya sambil mengacungkan jari telunjuknya;
” Give me one reason, just one reason to hire you...”
”Well, i think this company need me..”
Gua menjawab, sok yakin.
”What a surprise, I have interviewed the candidates, many years.. not just two or four, many years.. and this is the first time I heard this answer like this.. interesting”
Mr.Najib membuka suaranya seraya berjalan ke arah gua, kemudian dia duduk dikursi sebelah dan menyilangkan kakinya.
Dan kali ini gantian Mr.Kane yang berdiri, memasukkan tangan kanan-nya kedalam saku celana, sementara tangan lainnya membetulkan posisi dasi di lehernya;
”..and Mr.Bony, why this company need you?.. your skill, your hard working, your work ethic, your attitude..”
Gua menggeleng kemudian menjawab;
”Well Mr.Kane, Mr.Najib.. most people go to work to sell their skills, show their hard working, share their experience... and you can hire for people with such criteria like that,.. everywhere... if you want to hire skillful person, theres thousands in this country, if you want to hire hard workers theres millions around the world, maybe billions..”
Gua menegakan posisi duduk, kemudian melanjutkan;
”.. i am here to offering you.. my idea..”
Mr.Kane terdiam sesaat, kemudian sambil menggaruk-garuk dagunya dia menambahkan;
”Ok, I’ve your idea.. and how to translate ’your idea’ turn into a good design, good advert or a good material..”
”Hire someone else to execute..”
”Wow.. so, you offering me your idea and let someone else execute that into a good design.. i think that will be pretty costly..”
”No.. if you give me a chance to turn and execute my idea into amazing design or good material, that will be work for me..and thats good for you too, i think”
Mr.Kane mendengarkan, masih sambil menggaruk-garuk dagunya, kemudian Mr.Najib berdiri, memasukkan sesuatu ke dalam saku celana-nya dan berkata;
” Do you know Mr.Bony, that your answers and little explanation may just make you lost your chance to be hire?”
”Well, Mr.Najib.. may be little risky, but i’ll take that risk..i am a risk taker”
”Well done, Mr.Bony.. would you like to write down your phone number here..”
Mr.Kane menyodorkan secarik kertas kosong dan sebuah pena, gua mengambilnya dan mencatat besar-besar nama dan nomor ponsel gua. Kemudian Mr.Najib mempersilahkan gua untuk keluar.
Mr.Kane menanyakan sesuatu saat gua hendak membuka pintu ruangan.
”Mr.Bony...”
Gua berhenti sejenak kemudian menoleh kearahnya.
”Are you willing to work overseas?”
” I've already overseas, Mr.Kane .. i'm from indonesia..”
Mr.Kane mengangguk sambil tersenyum, gua kemudian keluar dan menutup pintu. Berjalan melewati bilik-bilik menuju ke lift, tanpa sadar gua memasukkan kedua tangan gua kedalam saku celana, ’apa kalo bos-bos itu selalu begini?’, memasukkan tangan kedalam saku celana. Gua berjalan sambil berpikir, apakah kira-kira gua melakukan tindakan yang tepat dengan penjelasan ’serampangan’ gua tadi? Apakah gua bakal diterima?
Gua kemudian mengambil ponsel dan menghubungi nyokap, beberapa kali nada sambung sampai akhirnya terdengar suara nyokap yang terdengar sedikit aneh ditambah background suara mesin meraung-raung;
”Assalamualaikum...”
”Waalaikumsalam.. mak, oni nih...”
”Eh elu ni.. sehat lu?”
”Sehat.. mak, oni abis interview kerja nih..”
”Apaan? Inter apaan?.. kagak kedengeran nih, baba lu lagi mbongkar motor tuh..”
”Wawancara kerja mak..”
”Ohh.. wawancara kerja.., bagus dah.. mudah-mudahan diterima...”
”Doain ya mak...”
”Iyee.. pasti itu mah...yang penting lu juga jangan ninggalin solat ni..”
”Iya mak..”
”Uda makan luh?”
”Belom mak, ni baru mau balik... ”
”Yauda bae-bae dijalan, jangan macem-macem dirantau..”
”Iya mak, yaudah oni tutup ya.. Assalamualaikum”
”Waalaikumsalam..”
Gua mengantongi ponsel kedalam saku kemeja dan kemudian memasuki lift yang baru saja terbuka. Ya Allah, kabulin doa emak ya..
---
Esoknya gua terbangun oleh suara teriakan si Heru yang sedang ’jejingkrakan’ didalam kamar, sambil memegang selembar kertas heru berusaha membangunkan gua.
”Bon..bon.. gua diterima.. ahay.. sorry nih ntar lu gua tinggal ke Manchester.. hahaha.. lu mo nitip apaan?”
”Serius lu?”
”Ini suratnya..”
Heru menyodorkan selembar kertas, gua bangun dan membacanya dengan seksama kemudian menyerahkan kembali ke Heru.
”Ah belon tentu, lu kan belon ikutan IELTS, kalo nilai lu dibawah syarat.. batal..”
”Iya ya..”
Heru menggaruk-garuk kepalanya dan gua melanjutkan tidur. Nggak seberapa lama heru membangunkan gua lagi, kali ini dia menggoyang-goyangkan kaki gua;
”Bon.. hape lu tuh.. bunyi...”
”Ah paling juga resti, udah lu angkat aja, bilang aja masih molor...”
”Bukan.. nomor –nya asing, kalo resti mah ada namanya..”
Gua bangun dan mengambil ponsel, mencoba memperhatikan deretan nomor yang ada di layar ponsel gua. Jangan-jangan telepon dari Jakarta nih dan gua menjawabnya;
”Hallo..”
”Halo.. good morning Mr.Bony, Clara here..umm.. Mr.Najib want to talk to you, would you hold for a second?..”
”Oh ya..ya..”
Gua menjawab dengan mulut yang masih penuh liur kemudian terdengar suara jingle, khas suara nada komedi putar. Beberapa saat kemudian suara Mr.Najib yang berat memecah lamunan gua yang semakin lama semakin terhanyut dalam jingle komedi putar;
”Ah.. hallo Mr.Boni..”
”Oh, hi there Mr.Najib..”
”So.. we have some bad news for you mr.boni..”
Mendengar omongan seperti itu, lutut gua mulai lemes, lemes selemes-lemesnya. Gua merebahkan diri ke kasur, tetap mencoba terdengar tenang;
” ah what is it?
Gua mencoba bertanya, padahal sudah menebak kemana arah pembicaraan ini. Mr.Najib pasti ingin memberitahukan bahwa gua nggak diterima di perusahaannya, makanya dia memilih memberitahukan hal ini lewat telepon.
” You should immediately return to Indonesia and get your working permit...”
”Ummm.. actually i dont get it, Mr.Najib..”
”Hmm.. we got some situation here, would you like to come here and we can talk about your future career.. how is it? Do you ’get’ it now, Mr.Bony?”
Gua bangun, sambil terbengong-bengong. Mencoba mengucek-ngucek mata, meyakinkan kalau gua sudah terbangun dari tidur.
”Helo, Mr.Bony.. are you...”
”Yes Mr.Najib, I’ll be there on twenty..no.no fifteen minutes..”
”Oke, see you then..”
”...”
Gua meletakkan ponsel dan bergegas ke kamar mandi.
Lima menit kemudian gua sudah berjalan cepat di trotoar yang sibuk dan sepuluh menit berikutnya gua sudah berada di ruang tunggu yang sama dimana kemarin gua menunggu untuk interview dengan Mr.Najib dan Mr.Kane.
Nggak memakan waktu lama, perempuan yang kemarin dan akhirnya mengenalkan diri dengan nama Clara, memanggil dan gua mengikutinya, lagi gua melihat ke arah kakinya, bener-bener sakti nih perempuan, pake sepatu segitu tinggi bisa berjalan cepat tanpa terpeleset. Akhirnya kami sampai didepan sebuah pintu berwarna abu-abu dengan sebuah papan bertuliskan M.Najib . Clara mengetuk tiga kali, kemudian membuka pintu-nya dan mempersilahkan gua untuk masuk. Ruangan ini cukup besar, walau nggak sebesar ruangan waktu gua interview kamaren, terdapat banyak ornamen-ornamen tradisional di sini, dari mulai sebuah replika rumah adat suku Afrika, patung-patung kayu pahatan Samoa sampai sebuah koteka yang tergantung di atas lemari rak buku. Gua dipersilahkan duduk oleh Clara, sesaat kemudian Mr.Najib keluar dari sebuah pintu yang terletak di sudut ruangan, gua berdiri dan tersenyum kepadanya, dia mengulurkan tangan dan menjabat tangan gua. Setelah memberikan kode kepada Clara dia mempersilahkan gua untuk duduk kembali.
”So.. how do you feel?”
Mr.Najib bertanya sambil duduk kemudian menyilangkan kakinya.
”Rrrr...mm.. i don’t know..i just......”
”Well, Mr.Bony.. Mr.Kane is really - really - really like you...”
Mr.Najib berkata sambil mengangkat satu persatu jari tangannya dengan gaya menghitung, memberi tekanan pada kata ’Really”.
”Oh Thank you Mr.Najib..”
”.. and if you don't mind.. may i welcoming you into this company.. as part as your future career ..”
Gua sontak berdiri, disusul dengan Mr.Najib yang ikut berdiri kemudian menyalami gua lagi dan memberikan selamat.
Terdengar suara ketukan tiga kali di pintu ruangan, Clara masuk membawakan cangkir berisi minuman dan selembar kertas yang lalu diserahkan kepada Mr.Najib. Mr.Najib memandang kertas tersebut sekilas kemudian menyerahkannya ke gua. Gua membacanya perlahan-lahan, detail demi detail, kalimat demi kalimat. Kemudian gua meletakkan kertas tersebut ke atas meja ;
”Mr.Najib... whether this point is really necessary to work here?”
Gua bertanya sambil menunjuk ke sebuah kalimat yang menyebutkan tentang ’IELTS’.
”Oh yes.. oh of course, you are not going to work here..”
”Where..?”
”London..., so pack your stuff, return to your country, get your working permit, get your latest IELTS test, and i need your copy of your IELTS point..”
Gua bengong, lama...
Kemudian suara Mr.Najib membuyarkan lamunan gua;
” If you already have a working permit and IELTS Result, come back here.. we'll take care your accommodation to London..”
Gua mengangguk kemudian buru-buru pamit ke Mr.Najib. Setengah berlari gua melewati bilik-bilik kantor dan sampai di depan lift.
Sesampainya dibawah gua buru-buru mengambil ponsel dan menelpon Heru;
”Haloow...”
”Halo.. ruk, lu dimana?”
”Dikamar, baru mau jalan, nanya-nanya tempat IELTS di kampus...”
”Udah nggak usah, tunggu gua...”
”Emang kenapa?”
Tut tut tut tut..
Gua berlari sepanjang jalan, terus berlari walaupun terasa sedikit perih pada jari jari kaki gua akibat gigitan sepatu pantofel yang sangat jarang gua pakai, gua terus berlari. Gua seakan nggak peduli dengan apa yang ada disekitar, yang gua pengen saat ini adalah buru-buru sampai kamar dan memeluk heru, iya memeluk heru.
---
Gua membuka pintu kamar, terlihat heru yang sudah rapi jali tengah duduk di depan laptop gua sambil merokok. Gua menerjang dan memeluknya.
”Ah apaan si lu bon, najis banget dah..”
Heru berusaha melepaskan pelukan gua.
”Ruk, buruan pesen tiket balik ke Jakarta..”
”Ah ngapain, gua mau tes IELTS disini aja..”
”Lu emang nggak mau ngurus Visa Kerja..”
”Ya ntar aja itu mah, IELTSnya disini katanya lebih gampang... lagian ngapain sih lu?”
”Gua diterima kerja, dan gua mau pulang ke Jakarta buat ngurus Visa sama IELTS, lu mau bareng kagak?”
Gua berbicara sambil membereskan ruangan, kemudian mengeluarkan ransel dan memasukan baju secara serampangan ke dalamnya.
”Hah.. emang lu diterima kerja dimana? Kok pake IELTS Segala?”
”Di London..”
Heru terdiam kemudian mengepalkan kedua tangannya ke angkasa;
”Woohooooo....Chelsea versus Manchester.. maaaannnnn..”
”Jadi lu mau IELTS disini apa di Indo?”
Gua bertanya ke Heru.
”Ya di Indo laaah...”
Heru menjawab kemudian ikut mengeluarkan ransel dan memasukan pakaiannya kedalamnya.
Backsound


This ain't a song for the broken-hearted
No silent prayer for the faith-departed
I ain't gonna be just a face in the crowd
You're gonna hear my voice
When I shout it out loud
It's my life
It's now or never
I ain't gonna live forever
I just want to live while I'm alive
(It's my life)
My heart is like an open highway
Like Frankie said
I did it my way
I just wanna live while I'm alive
It's my life
This is for the ones who stood their ground
For Tommy and Gina who never backed down
Tomorrow's getting harder make no mistake
Luck ain't even lucky
Got to make your own breaks
It's my life
And it's now or never
I ain't gonna live forever
I just want to live while I'm alive
(It's my life)
My heart is like an open highway
Like Frankie said
I did it my way
I just want to live while I'm alive
'Cause it's my life
Better stand tall when they're calling you out
Don't bend, don't break, baby, don't back down
It's my life
And it's now or never
'Cause I ain't gonna live forever
I just want to live while I'm alive
(It's my life)
My heart is like an open highway
Like Frankie said
I did it my way
I just want to live while I'm alive


This ain't a song for the broken-hearted
No silent prayer for the faith-departed
I ain't gonna be just a face in the crowd
You're gonna hear my voice
When I shout it out loud
It's my life
It's now or never
I ain't gonna live forever
I just want to live while I'm alive
(It's my life)
My heart is like an open highway
Like Frankie said
I did it my way
I just wanna live while I'm alive
It's my life
This is for the ones who stood their ground
For Tommy and Gina who never backed down
Tomorrow's getting harder make no mistake
Luck ain't even lucky
Got to make your own breaks
It's my life
And it's now or never
I ain't gonna live forever
I just want to live while I'm alive
(It's my life)
My heart is like an open highway
Like Frankie said
I did it my way
I just want to live while I'm alive
'Cause it's my life
Better stand tall when they're calling you out
Don't bend, don't break, baby, don't back down
It's my life
And it's now or never
'Cause I ain't gonna live forever
I just want to live while I'm alive
(It's my life)
My heart is like an open highway
Like Frankie said
I did it my way
I just want to live while I'm alive
Spoiler for Klipnya:
Diubah oleh robotpintar 17-03-2014 10:00
regmekujo dan 16 lainnya memberi reputasi
17
Kutip
Balas
![Accidentally In Love [True Story]](https://s.kaskus.id/images/2014/04/07/6448808_20140407033338.jpg)