Kaskus

Story

javieeAvatar border
TS
javiee
BUNGA "PERTAMA" DAN "TERAKHIR"
BUNGA "PERTAMA" DAN "TERAKHIR"


Spoiler for RULES:


BUNGA "PERTAMA" DAN "TERAKHIR"


INTRO

Perkenalkan, nama gw Raden Fajar Putro Mangkudiningrat Laksana...Bohong deng, kepanjangan...sebut aja gw Fajar. Tinggi 175 cm berat 58kg. bisa disebut kurus karena tinggi dan berat badan gw ga proposional. emoticon-Frown. Gw ROCKER...!! Pastinya Rocker Kelaparan.
Gw terlahir dari keluarga biasa saja yang serba "Cukup". dalam arti "cukup" buat beli rumah gedongan, "cukup" buat beli mobil Mewah sekelas Mercy. (ini jelas jelas bohong). yang pasti gw bersyukur dilahirkan dari keluarga ini.

Gw Anak pertama dari 3 bersaudara. Adik adik gw semuanya perempuan. Gw keturunan Janda alias Jawa Sunda. Bokap asli dari Jepara bumi Kartini. Tempatnya para pengrajin kayu yang terkenal di Nusantara bahkan diakui oleh Dunia. Tapi bokap gw bukan pengusaha mebel seperti kebanyakan orang Jepara. Nyokap gw asli Sumedang Kota yang terkenal dengan TAHU nya. Tapi wajahnya sama sekali nggak mirip tahu ya. Sunda tulen nan cantik jelita. Beliau bidadari gw nomer "1" di dunia ini.

Spoiler for INDEKS:


Spoiler for INDEKSII:
Diubah oleh javiee 06-04-2015 23:49
anasabilaAvatar border
nona212Avatar border
manusia.baperanAvatar border
manusia.baperan dan 4 lainnya memberi reputasi
3
728.7K
2.9K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
javieeAvatar border
TS
javiee
#842
PART 47
Langit semakin gelap dan suara petir bergemuruh kian kencang. Gw percepat laju motor untuk bisa sampai tepat waktu sebelum hujan deras turun. Namun baru saja gw putar handle gas ini sampai mentok, gerimis pun datang dan segera berubah menjadi hujan. Gw tak mempedulikan hujan tersebut lantas gw tetap memacu jupi secepatnya. Dan akhirnya gw tiba di depan gang komplek rumahnya Niar.

Gw lekas memasuki gang besar itu. Setiap tikungan sudah gw lewati, puluhan polisi tidur pun sudah sukses terlindas oleh karet bundar si Jupi yang rada botak. Tapi gw belum menemukan rumah Niar. Ya, gw sedikit lupa jalan menuju rumahnya. Wajar saja karena memang sudah lama sekali gw tidak kesini. Namun gw tidak menyerah begitu saja, tak peduli seluruh badan gw basah kuyup dan kedinginan, gw kembali memutar otak mengingat jalan yang dulu pernah gw lewati.
Hingga akhirnya mata gw menemukan sebuah rumah dua lantai bercat hijau. Gw yakin ini rumahnya Niar.

Gw segera turun dari motor tidak sabar untuk bertemu dengannya. Lalu berdiri di depan pagar besi rumahnya bersiap mengucapkan salam.

"Assalamualaikum...." Teriak gw.

Hening....
Gw tidak mendengar ada jawaban dari penghuni rumah ini. Hanya gemuruh petir yang terdengar keras sekali tertangkap oleh telinga gw. Gw mencobanya lagi hingga berkali kali gw mengucapkan kata yang sama. Dan pada akhirnya sesosok perempuan paruh baya muncul dari selasar pintu utama.

"Waalaikumsalam...Cari siapa ya Dek?" Ucapnya.

"Maaf Bu saya temennya Niar...Niarnya ada?" Tanya gw.

"........" Si Ibu seketika diam. Terlihat raut wajah kebingungan seperti memikirkan sesuatu.
"Juni maksudnya??" Lanjut dia bertanya.

"Eh..iya Bu. Juninya ada?" Tanya gw lagi.

"Ada. Sebentar saya panggil dulu. Masuk aja sini Dek, hujannya deres." Ujarnya ramah.

"Iya Bu terima kasih..."

Dia membukakan pintu pagar yang digembok lalu mempersilahkan gw untuk masuk. Tak lupa gw bersalaman cium tangan dengan perempuan paruh baya itu yang gw ketahui itu Mama tirinya Niar.
Yah...Walaupun gw anak STM yang 'keras', tapi attitude baik tetap gw perlihatkan pada orang yang jauh lebih tua dari gw.

Gw lanjut berdiri membelakangi pintu masuk rumah seraya memperhatikan seluruh tubuh gw yang basah kuyup kehujanan. Ada sepasang kursi disitu, tapi gw tidak mendudukinya. Jelas karena gw basah kuyup dan tidak mau mengotori kursi tersebut. Gw lepas helm, lalu gw lepas jaket, dan jaket itu gw 'keprek keprek' lanjut memerasnya supaya terlihat lebih kering.
Posisi gw masih tetap membelakangi pintu, dan terkadang sesekali menggigil karena kedinginan.

Detik demi detik terus berjalan, namun detik itu terasa 10x lipat lebih lama dari biasanya. Pandangan mata gw masih lurus dengan tatapan yang hampa. Hingga sebuah suara menyadarkan gw dari lamunan yang kosong itu. Suaranya lembut nan halus....dan gw sangat mengenali suara itu.

"Fajar...."

Perlahan gw putar badan gw yang sedari tadi membelakangi pintu sambil menundukkan kepala. Mata ini belum berani untuk melihatnya secara langsung, mata ini hanya melihat lantai keramik yang sedang gw pijaki. Lalu dengan segenap keberanian, mendongaklah kepala ini bergerak ke atas hingga sosoknya terlihat jelas di hadapan gw. Dan mata ini pun melihatnya.
Dia....Sosok gadis yang dulu namanya selalu gw sebut hampir di setiap malam menjelang tidur.
Dia....Sosok gadis yang dulu senyumnya selalu membuat gw tercengang ketika melihatnya.
Dia...Sosok gadis yang tawanya terekam di dalam memory otak gw. Dulu tawanya seperti lagu berbentuk mp3 yang senantiasa gw putar berulang ulang kali. Dan sekarang 'file mp3' itu seperti ter'backup' sendirinya di dalam otak gw.
Dia...Sosok gadis yang selama ini gw rindukan. Ya, gw merindukannya. Sangat merindukannya...
Sekarang gadis itu ada di hadapan gw, bertatap muka dengan gw.

Sejenak lidah ini tak bisa berbicara lantas membeku. Jantung gw berdetak tak seperti biasanya. Jauh lebih cepat dari segala kejadian mendebarkan yang pernah gw alami sebelumnya.
Gw masih diam...Gw masih terus menatap matanya yang berbinar ketika kedua bola mata kami bertemu. Di tengah kebekuan, lidah gw mulai berontak tak tahan ingin bicara. Dan nama dia lah kata yang pertama kali bisa gw ucapkan...

"Uniii....." Ujar gw.

"Kamu....."

"Iya aku Nii..."

"Ini beneran Fajar?" Tanya dia.

"Iya Nii...."

"Fajar penghuni warung Aa?" Lanjut tanya dia.

"Iyaa...."

"Fajar yang tukang bolos?" Tanya dia lagi.

"Iya Nii...tapi sekarang enggak lagi."

"Fajar si jore?" Tanya dia lagi.

"Iya betul aku Jore!"

"Tapi kamuu...."

"Kenapa aku?" Tanya gw.

"Basah!! Tungggu sebentar!!"

"Haaa.....???" Gw heran.

Dia kembali masuk ke dalam rumahnya sambil berlari kecil. Gw sedikit bingung dengan tingkahnya dia waktu itu yang tiba tiba meninggalkan gw. Gw manyun... Bagaimana tidak, Awalnya pertemuan kami terasa sangat romantis sekali ibarat sepasang dua sedjoli lama tak bertemu. Eh gw malah ditinggalin gitu aja!
Tapi dia....
Mulussss....asli!! Baru kali ini gw ngeliat (maaf) daleman wanita walaupun sedikit. Ya sedikit!! Gw juga baru sadar kalau dia hanya memakai busana yang minim. Hanya dibalut tanktop yang agak terbuka di bagian (maaf) dadanya dan celana pendek di atas lutut yang memperlihatkan (maaf) pahanya yang mulus. 'Astaghfirullah...' Nyebut Jar...nyebut!!

Selang beberapa detik, tak lama pun dia kembali ke depan menghampiri gw membawa sebuah handuk. Namun kali ini dia memakai cardigan yang menutupi bagian atas tubuhnya.

"Nih...."

"Buat apaan Nii?" Tanya gw.

"Buat ngeringin badan kamu tuh basah...sekalian kepala kamu tuh." Ujarnya.

"Eh iya...mmm....makasih."

"Jar...."

"Heh..."

"Emmm...Yuk masuk. Di dalem aja. Di luar dingin..." Ujarnya.

"iii....iiya."

Terbata bata...
Ya gw sangat kaku untuk berbicara dengannya, begitupun juga dia. Entah mengapa gw seperti baru mengenal dia. Tapi tatapan matanya, senyum manisnya gw sudah mengenalinya sejak dulu...
Setelah gw mengeringi badan, gw pun dipersilahkan masuk olehnya lalu duduk di sofa yang lumayan empuk. Handuk yang diberikannya masih melingkar di leher gw. Tapi gw merasa handuk itu agak lain, agak sedikit bau sabun dicampur shampo.

"Nii..."

"Yaa...." Jawabnya malu malu.

"...emmm...handuknya...." Ujar gw gagap.

"Eh...kenapa?"

"Ini habis kamu pake ya?"

"Hah?? Eeh...iya."

"Pantesan baunya beda..." Ujar gw.

"Emm bau apa?"

"Bau 'kamu' Nii..."

"Haah...Ya ampun!!"

Lalu dia mengagerakkan tangannya reflek seperti ingin merebut handuknya itu. Tapi dia tak bisa melakukannya. Mungkin dia juga malu dan grogi terhadap gw.

"Yasudah lah...terlanjur" Ujarnya.

"Tapi enak ini baunya....Heempp. Kaya ada di deket kamu...heeemmp" Ucap gw.

Apa yang sedang gw lakukan? Ya gw mengendus ngendus wangi handuknya itu. Seakan akan gw tengah menikmati tubuhnya dia. Harum.....
Tapi kemudian dia...

"Fajaaaaaarrrr....."

"Nyuuuuut!!!!!"

Satu cubitan mendarat di pinggang gw. Gw tidak meringis kesakitan seperti dulu saat dia mencubit gw. Tapi gw malah menikmatinya...Karena gw rindu akan cubitan itu. Dan kali ini gw merasakannya lagi.

"Kok gitu?" Tanya dia.

"Gitu gimana...?"

"Nggak sakit?"

"........." Gw hanya menggeleng.

"Nii...kamu gimana kaa...." Ucap gw namun tak tuntas.

"Jar, tunggu aku ke belakang dulu" Potong dia.

"Eeh...iya" Sahut gw.

Baru saja gw ingin bertanya pada Niar perihal kabar dia selama ini, namun lagi lagi dia meninggalkan gw, entah kemana lagi dia saat itu karena dia naik melewati tangga menuju lantai dua rumahnya. Lalu dia kembali turun lantas menuju dapur. Lagi lagi gw di anggurin...
Namun tak lama dia kembali ke ruang tamu dimana gw berada dengan membawa segelas minuman yang gw ketahui itu Es Teh manis Anget. emoticon-Big Grin

"Ini...minum dulu. Biar ga kedinginan" Ujarnya.

"Iyaa..makasih Nii."

Tanpa banyak bicara lagi segera gw tenggak minuman yang dibawakan Niar itu.
"Sluurp" Gw menyeruputnya secara perlahan.
Ternyata bukan Es Teh manis Anget. Ini minuman Jahe merah. Dan itu nikmat sekali. Tubuh gw yang kedinginan langsung terasa hangat karena minuman itu.

"Enaak?" Tanya dia.

"Iya lumayan...." Jawab gw.

"Joree..." Panggil dia.

Aah...panggilan itu...
Gw kangen sama panggilan itu. Dan kini terucap jelas keluar dari mulutnya.
Panggilan itu Terdiri dari 4 huruf, yakni J-O-R-E, terdiri dari dua suku kata JO-RE, dan 1 kata JORE yang artinya JELEK. Spesial panggilan itu disematkan hanya untuk gw seorang.

"Iya Nii..."

"Kamu gimana kabarnya?" Tanya dia.

"Aku baik Ni...Kamu?"

"Alhamdulillah aku juga baik. Oya, Kamu kok bisa tau rumah aku? Perasaan aku belum pernah ngasih tau deh..."

"Haha...Aku kan sakti." Ujar gw sambil tertawa.

"Iya...saking saktinya kamu ngilang ya lama banget! terus tiba tiba nongol disini!" Ujarnya.

Deghh....
Sepertinya dia mulai menyindir gw. Dan sindiran itu mengena sampai ke hati gw. Dan gw sadar sesadar sadarnya bahwa selama ini gw yang menghindari dia. Gw yang pergi dari dia. Dan gw terlalu pengecut saat itu...
Ya Tuhaaan...Kenapa???

"Aku ada kok nggak kemana mana." Jawab gw pelan.

"Kalo ada dan nggak kemana mana, kenapa kamu ngilang gitu aja? Sama sekali nggak ada kabar. Ninggalin aku gitu aja. Pergi gitu aja waktu dulu ketemu aku. Padahal jarak kita deket Jar...aku selalu ada disini, selalu lewat warung siapa tau ada kamu. Aku..... Aku kangen kamu Jar!!" Ucapnya.

"Maaf Ni..." Ucap gw lalu tertunduk.

"Kamu tuh kenapa sih Jar? Apa aku ada salah sama kamu? Apa karena aku ga ngehubungin kamu terus kamu kira aku lupa sama kamu? Iya Jar?" Dia memberikan pertanyaan bertubi tubi.

"Karena aku liat kamu Nii..."

"Liat apa?"

"Aku pernah kesini sebelumnya. Sesudah aku PKL, aku cari kamu Nii 3 hari. Sampe akhirnya aku ngeliat kamu, tapi aku ngeliat kamu lagi sama cowo..."

"Aldi??"

"Iya...Maka dari itu aku ngehindar dari kamu. Aku ga mau ngerusak kebahagian kamu waktu itu." Ucap gw.

"Ya ampun Jaar...Dia emang nembak aku. Aku nggak pernah jawab dia. Dan aku nggak pernah jadian sama dia."

"Iya...aku tau Nii. Maaf..."

"Yasudah lah lupakan...Oya, kamu tau dari siapa? masalah si Aldi?" Tanya dia.

"Eh...Kan udah aku bilang. aku sakti!!" Canda gw.

"Serius!" Ujarnya.

"Iya serius lah.." Sahut gw.

"Coba aku tes kesaktian kamu...." Ujarnya lalu mendekat ke arah gw.

Deg deg deg...Sontak jantung gw bergerak cepat sekali. Mau ngapain dia...?

"Nyuuuuuuuuuuutt!!!!"

"Aaaaaaww...Ampun Nii...Ampun!!" Gw meringis.

Yah...kali ini gw akui kalau gw memang tidak sakti, sebab cubitan dia kali ini jauh lebih menyakitkan dari sebelumnya. Perih rasanya pinggang gw setelah dicubit dia. Kalau kata orang Jerman perih itu disebut "Peureus"

"Tega banget kamu Nii...." Gw menggerutu sambil mengelus pinggang gw.

"Katanya sakti...Baru juga segitu. Mau lagi??" Wajahnya berubah jadi menyeramkan kali ini.

"Enggak enggak...ampun!! Aku udah nggak sakti..."

"Hahahaha...." Dia hanya tertawa.

Sejenak kami berdua diam. Tak ada lagi obrolan yang keluar dari mulut kami berdua. Suara rintik hujan masih terdengar jelas ketika airnya menumpahkan atap rumah yang cukup besar ini. Gw menoleh ke arah pintu utama rumah, dan mata gw tak lepas memandangi gumpalan cahaya yang menerobos masuk memberikan warna terang.
Suatu saat nanti....Apakah pintu ini akan terbuka untuk gw kelak? Atau sebaliknya? Entahlah...

"Kangen kamu Joree....." Ujarnya tiba tiba.

"............" Gw hanya tersenyum mendengarnya.

Gw dan dia...
Memliki perasaan yang sama...perasaan sayang yang sama. Perasaan suka yang sama. Serta cinta yang sama pula.
Kami saling mengetahui perasaan masing masing. Tapi entah kenapa, saat itu juga belum satupun dari kami yang berani mengucapkan kata 'Sayang' itu.
Mungkin baginya kata 'Sayang' itu ingin sekali dia ucapkan kepada gw. Namun sepertinya sifat gengsi telah memperkeruh pendiriannya selama ini.
Tapi bagi gw, kata 'Sayang' itu sepertinya haram diucapkan...Ya, haram!! Karena bagaimanapun juga, Bunga masih sebagai kekasih gw. Dan dia sama sekali tidak mengetahui soal Niar sebelumnya
Satu permasalahan terbesar pun kian menampakkan wujudnya....


...........……………………
...…………………………….

"When I look into your eyes, I can see a love restrained
But darlin' when I hold you, Don't you know I feel the same"
Diubah oleh javiee 11-03-2014 09:48
efti108
efti108 memberi reputasi
1
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.