Sejak hari itu, gue dan Lia akhirnya sering smsan setiap hari. Ya, mau gimana lagi gak ada yang bisa gue smsin selain dia soalnya. Sejak hari itu pula gue mencoba merubah kehidupan gue yang agak redup-redup macem teplok di warung nasi kucing. Lagian, waktu itu aku masih kelas 1 sma, masih unyu-unyu melebihi unyunya CherryBelle dan lebih ganteng daripada Bisma Smash. Hal itu membuat gue yakin dan PD seratus persen kalau gue mampu mendapatkan pengganti yang lebih baik daripada Hanum. Tapia pa benar hal itu bakal terjadi? Gue juga gak punya jawaban yang tepat buat pertanyaan itu.

Lia juga tak pernah sekalipun menyinggung masalah Hanum setelah itu. Entah mungkin merasa tak enak atau memang itu bocah sudah insomnia, eh anemia, eh amnesia soal masalah gue dan Hanum. Ah, aku tak peduli kala itu.

Malem itu seperti biasa gue lagi dengerin lagunya Skidrow sambil smsn sama Lia.

Dan tiba-tiba: BIB BIB BIB BIIIIIB.. Peringatan muncul di layar hape gue; low battery dan sedetik kemudian hape gue mati...
========


Selama perjalanan ke sekolah gue kepikiran seperti apa si Lia sekarang. Apakah bertambah gendut macem bola sepak, atau malah berubah jadi cakep macem pangeran kodok yang sudah berubah tampan? Atau jangan-jangan sekarang dia menjelma bagai bidadari dari planet Nebula? Gue gak tahu pasti, tapi yang jelas Lia udah pernah punya pacar. Dan itu fakta obyektif yang membuktikan bahwasanya dia punya pasaran yang bersaing.

Tanpa sadar aku sudah mencapai gerbang sekolah, dan kemudian tiba-tiba…. BRUUKK!!! Aww… Sekali lagi gue menorehkan rekor menabrak seorang cewek.

“Maaf maaf, gue ngelamun..”
“Iya gak masalah kok..”
“Eh..”

Ketika gue memandangnya, gue tiba-tiba ngerti perasaan Lia. Ini lebih mengerikan daripada ketemu Shrek yang sudah bermutasi dan berdikotomi dengan Freddy Krueger. It’s Hanum..