- Beranda
- Kalimantan Tengah
Mitos, Budaya, Legenda, Cerita Rakyat, dan Sejarah
...
TS
TuaGila
Mitos, Budaya, Legenda, Cerita Rakyat, dan Sejarah
Tabe... karena yang lama ketinggalan di arsip old Kaskus, kini saya buka kembali thread
Mitos, Budaya, Legenda, Cerita Rakyat, dan Sejarah
.. sebagai informasi bagi kita bersama
Mitos, Budaya, Legenda, Cerita Rakyat, dan Sejarah
.. sebagai informasi bagi kita bersama
selamat menikmati 

Indeks:
- Mengenal Sosok “GEORGE OBOS” [Pahlawan/Sejarah]
- PULAU SELUNG/SELONG
- JIpen (Budak) dalam Budaya Dayak Ngaju
- TOTOK BAKAKAK /SANDI/KODE
- Makna Mimpi
- Kesaktian/Kepercayaan
- Asal Usul Manusia Dayak
- Pembagian Suku Dayak
- Bentuk Hukum Adat Suku Dayak & Asal Usul Nama Kalimantan
- Penyebaran Orang Dayak Ngaju di Kalimantan Tengah
- Pandangan Orang Dayak Ngaju Terhadap Tamu Asing dan Pendatang Baru
- Pernikahan Menurut Adat Dayak Ngaju (1)
- Pernikahan Menurut Adat Dayak Ngaju (2)
- Upacara Kematian Dayak Ma'anyan
- Upacara kematian Dayak Ngaju
- Dinamika Kebudayaan Dalam Suku Dayak Ngaju
- Tandak Tutur Tawur Hasapa
Tandak Tutur Tawur Hasapa (2) - Kepercayaan Orang Dayak Tentang Kesaktian
- Ranying Hatalla dan Asal Mula Penciptaan Alam Semesta
- Sepenggal Catatan Sejarah Tumbang Anoi
- Sejarah Pulau Borneo (Kalimantan)
- Sejarah Kaharingan
- Profil Suku Dayak Ngaju
- Suku Dayak Bukit
- petatah petitih suku dayak ngaju
- Arti Perlambangan Pohon Batang Garing
- Tujuh Prinsip Panutan & Norma Dayak Kalteng
- Budaya Tradisional Kalimantan Tengah
- Beberapa Pantangan Dalam Suku Dayak Ngaju
- Pangkalima Burung
- Riwayat Rapat Damai Tumbang Anoi
Riwayat Rapat Damai Tumbang Anoi (2)
Riwayat Rapat Damai Tumbang Anoi (3) - Upacara Tantulak
- Mandau
- Cara Menaking Mandau
- Orang Dayak mengenal tiga relasi yang benar-benar harus dijaga
- Hasaki Hapalas
- Lilis Lamiang
- Sumpah Setia
- Konsep Kepemimpinan Suku Dayak Khususnya di Daerah Kalimantan Tengah
- Gelar Bangsawan Dayak
- Suling Balawung
- Tari-Tarian Wadian Dadas / Bawo / Bulat
- Tari Manasai
- 96 PASAL HUKUM ADAT TUMBANG ANOI
- Tari Mandau
- Laluhan
- Seni BUdaya
- Arti Hampatung/Patung Bagi Waga Suku dayak Kalimantan Tengah
- Pakalu
- Makna Warna Manik Batu Suku Dayak
- Koper Uei
- Almanak Dayak Ngaju & Istilah Hubungan Kekerabatan Dayak Bakumpai
- Habukung
- Seni Budaya Dayak
- Nan Sarunai Usak Jawa
Nan Sarunai Usak Jawa (2) - Jenis Tajau dan Belanga
- Dahiang Atau Petanda
- PULIH – ILMU RACUN DAYAK
- HANTU PUJUT – HANTU KAPPA DAYAK
- BARABUN – Tradisi mengusir hama / roh jahat
- Kangkamiak
- Rantai Babi Mustika Dayak
- Nyai Balau Kehilangan Anak (Cerita Rakyat)
- GREAT DAYAK STATE – NEGARA DAYAK BESAR (Sejarah)
- SUSUNAN MASYARAKAT DAYAK PADA JAMAN DAHULU
- JUKUNG RANGKANG – PERAHU TRADISIONAL DAYAK
- CARA MENGATASI KETULANGAN
- “MIMBIT AREP” – KEHAMILAN DALAM BUDAYA DAYAK NGAJU
- WATU BALAI – SITUS KERAMAT DAYAK MAANYAN
- LUWUK – SENJATA DAYAK MAANYAN
- RITUAL MEMBERKATI BENIH PADI SUKU DAYAK SEBELUM MENUGAL
- MANDAU DAS KAHAYAN
- PANGANTUHU – KERAMAT MANGKATIP KALIMANTAN TENGAH
- Tari Giring-Giring
- ANJING DALAM BUDAYA DAYAK
Diubah oleh TuaGila 24-06-2020 18:29
nona212 dan lina.wh memberi reputasi
2
131.2K
98
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Kalimantan Tengah
664Thread•268Anggota
Tampilkan semua post
Deka04
#56
Mengenal Seni Budaya Dayak
Sansana
Dalam sastra (lisan) Dayak Ngaju dikenal jenis sastra prosa yang disebut sansana dan cerita biasa, serta jenis sastra puisi yang disebut deder dan karungut (Andianto, 1987:71). Sansana merupakan sebuah cerita yang dinyanyikan menggunakan bahasa roh atau bahasa sangiang. Biasanya cerita dalam sansana tergantung dengan permintaan atau jenis sansana. Dalam kehidupan sastra Indonesia, sansana dapat dikategorikan sebagai prosa lirik. Orang yang melantunkan lagu sansana disebut dengan pangasana. Seorang pangasana adalah orang yang mampu memahami bahasa sangiang dan mengetahui secara terperinci cerita yang akan dinyanyikan atau dikasana.
Biasanya, orang yang mampu mangasana adalah orang yang bisa manyangiang {manyangiang: berhubungan dengan roh leluhur (melakukan kegiatan sangiang)} karena seorang pangasana adalah orang yang telah diberi atau dianugerahi roh sangiang. Dalam kepercayaan Dayak Ngaju apabila seorang pangasana melakukan kesalahan atau cerita sansana tidak sesuai dengan yang sebenarnya, maka seorang pangasana tersebut akan hidup melarat atau dikutuk hidupnya oleh roh leluhur.
Oleh karena itu, sebelum mangasana biasanya ada beberapa ritual yang dilakukan. Ritual itu dilakukan untuk melindungi diri pangasana dan orang yang menonton pertunjukan sansana tersebut dari kekuatan magis jahat dan kutuk leluhur.
Asal-usul Sansana
Pada zaman dahulu yang dikenal dalam bahasa sangiang adalah zaman tereh tatum, manusia selalu berhubungan dengan roh-roh leluhur atau roh sangiang. Sebagai sarana penghubung tersebut maka diadakan suatu ritual dan terdapat seseorang yang melantunkan sansana sebagai wahana untuk berbicara kepada roh-roh leluhur atau roh sangiang.
Roh leluhur atau roh sangiang dalam kepercayaan Dayak adalah roh yang sakti. Oleh karena itu, manusia harus menceritakan atau berbicara sesuai dengan kebenaran. Jadi, asal adanya sansana adalah saat manusia mulai berhubungan dengan roh leluhur atau roh sangiang.
Jenis-jenis Sansana
Pada mulanya sansana hanya dikenal yaitu sansana Bandar, karena pada zaman dulu manusia hanya menggunakan sansana untuk memuji dan mengagungkan leluhurnya atau roh-roh sangiang. Akan tetapi, seiring semakin banyaknya yang manusia butuhkan terhadap leluhur, maka sansana pun berkembang sesuai dengan kebutuhannya. Pada akhirnya, dikenal empat jenis sansana, yaitu sebagai berikut.
Sansana pada mulanya bertumbuh kembang pada masyarakat Dayak Ngaju di daerah sungai Kahayan. Cerita-cerita sansana juga berkisar mengenai orang-orang daerah sungai Kahayan. Salah satu yang terkenal adalah Bandar. Bandar adalah sebuah kisah mengenai seorang lelaki yang sangat tampan dan berilmu tinggi. Kemudian beberapa cerita lain dalam sansana bandar, yaitu mengenai Mina Nyai Tamanang. Mina Nyai Tamanang adalah seorang wanita yang memiliki ilmu yang tidak tertandingi. Dalam setiap sansana selalu dihadirkan Mina Nyai Tamanang lebih-lebih dalam sangiang, Mina Nyai Tamanang selalu diturunkan oleh panyangiang untuk menyembuhkan seseorang yang sakit atau menerima sesajen yang dipersembahkan. Mina Nyai Tamanang merupakan leluhur yang berada di muara sungai Kahayan.
Seiring perkembangan masyarakat Dayak Ngaju, maka sansana mulai berkembang hampir di seluruh wilayah Kalimantan tengah. Salah satu wilayah yang kuat dengan sansana bandar adalah wilayah Sungai Katingan. Daerah Katingan merupakan daerah yang sangat pesat perkembangan sansana bandarnya.
Jadi, pada mulanya sansana pada umumnya dan sansana bandar pada khususnya hanya bertumbuh kembang di sekitar sungai Kahayan kemudian menyebar di seluruh wilayah Kalimantan Tengah dan pusat perkembangan selanjutnya ialah di wiayah Sungai Katingan.
Fungsi Masing-masing Sansana
Fungsi sansana secara keseluruhan adalah sebagai pujian atau wahana berhubungan dengan roh leluhur atau roh sangiang. Namun, dari keempat jenis sansana di atas, terdapat fungsi masing-masing.
Dalam sastra (lisan) Dayak Ngaju dikenal jenis sastra prosa yang disebut sansana dan cerita biasa, serta jenis sastra puisi yang disebut deder dan karungut (Andianto, 1987:71). Sansana merupakan sebuah cerita yang dinyanyikan menggunakan bahasa roh atau bahasa sangiang. Biasanya cerita dalam sansana tergantung dengan permintaan atau jenis sansana. Dalam kehidupan sastra Indonesia, sansana dapat dikategorikan sebagai prosa lirik. Orang yang melantunkan lagu sansana disebut dengan pangasana. Seorang pangasana adalah orang yang mampu memahami bahasa sangiang dan mengetahui secara terperinci cerita yang akan dinyanyikan atau dikasana.
Biasanya, orang yang mampu mangasana adalah orang yang bisa manyangiang {manyangiang: berhubungan dengan roh leluhur (melakukan kegiatan sangiang)} karena seorang pangasana adalah orang yang telah diberi atau dianugerahi roh sangiang. Dalam kepercayaan Dayak Ngaju apabila seorang pangasana melakukan kesalahan atau cerita sansana tidak sesuai dengan yang sebenarnya, maka seorang pangasana tersebut akan hidup melarat atau dikutuk hidupnya oleh roh leluhur.
Oleh karena itu, sebelum mangasana biasanya ada beberapa ritual yang dilakukan. Ritual itu dilakukan untuk melindungi diri pangasana dan orang yang menonton pertunjukan sansana tersebut dari kekuatan magis jahat dan kutuk leluhur.
Asal-usul Sansana
Pada zaman dahulu yang dikenal dalam bahasa sangiang adalah zaman tereh tatum, manusia selalu berhubungan dengan roh-roh leluhur atau roh sangiang. Sebagai sarana penghubung tersebut maka diadakan suatu ritual dan terdapat seseorang yang melantunkan sansana sebagai wahana untuk berbicara kepada roh-roh leluhur atau roh sangiang.
Roh leluhur atau roh sangiang dalam kepercayaan Dayak adalah roh yang sakti. Oleh karena itu, manusia harus menceritakan atau berbicara sesuai dengan kebenaran. Jadi, asal adanya sansana adalah saat manusia mulai berhubungan dengan roh leluhur atau roh sangiang.
Jenis-jenis Sansana
Pada mulanya sansana hanya dikenal yaitu sansana Bandar, karena pada zaman dulu manusia hanya menggunakan sansana untuk memuji dan mengagungkan leluhurnya atau roh-roh sangiang. Akan tetapi, seiring semakin banyaknya yang manusia butuhkan terhadap leluhur, maka sansana pun berkembang sesuai dengan kebutuhannya. Pada akhirnya, dikenal empat jenis sansana, yaitu sebagai berikut.
- Sansana Bandar
- Sansana Sangiang
- Sansana Liau
- Sansana Kayau
Sansana pada mulanya bertumbuh kembang pada masyarakat Dayak Ngaju di daerah sungai Kahayan. Cerita-cerita sansana juga berkisar mengenai orang-orang daerah sungai Kahayan. Salah satu yang terkenal adalah Bandar. Bandar adalah sebuah kisah mengenai seorang lelaki yang sangat tampan dan berilmu tinggi. Kemudian beberapa cerita lain dalam sansana bandar, yaitu mengenai Mina Nyai Tamanang. Mina Nyai Tamanang adalah seorang wanita yang memiliki ilmu yang tidak tertandingi. Dalam setiap sansana selalu dihadirkan Mina Nyai Tamanang lebih-lebih dalam sangiang, Mina Nyai Tamanang selalu diturunkan oleh panyangiang untuk menyembuhkan seseorang yang sakit atau menerima sesajen yang dipersembahkan. Mina Nyai Tamanang merupakan leluhur yang berada di muara sungai Kahayan.
Seiring perkembangan masyarakat Dayak Ngaju, maka sansana mulai berkembang hampir di seluruh wilayah Kalimantan tengah. Salah satu wilayah yang kuat dengan sansana bandar adalah wilayah Sungai Katingan. Daerah Katingan merupakan daerah yang sangat pesat perkembangan sansana bandarnya.
Jadi, pada mulanya sansana pada umumnya dan sansana bandar pada khususnya hanya bertumbuh kembang di sekitar sungai Kahayan kemudian menyebar di seluruh wilayah Kalimantan Tengah dan pusat perkembangan selanjutnya ialah di wiayah Sungai Katingan.
Fungsi Masing-masing Sansana
Fungsi sansana secara keseluruhan adalah sebagai pujian atau wahana berhubungan dengan roh leluhur atau roh sangiang. Namun, dari keempat jenis sansana di atas, terdapat fungsi masing-masing.
- Sansana Bandar
Sansana Bandar adalah salah satu jenis sansana yang berupa cerita mengenai asal usul suatu tempat atau mengenai kepahlawanan seseorang. Dalam melantunkan sansana Bandar biasanya terdapat dua cerita yang mendasar, yaitu cerita mengenai asal usul terjadinya suatu tempat dan cerita mengenai kisah kehidupan dan kepahlawanan seseorang. Dalam tradisi Dayak Ngaju Kalimantan Tengah, sansana Bandar biasanya digunakan untuk menyambut tamu kehormatan yang berkunjung ke tempat mereka atau menyambut seseorang yang dianggap sebagai pahlawan. Biasanya orang yang disambut dengan sansana Bandar adalah orang yang sangat terhormat, karena menurut kepercayaan bahwa apabila orang yang disambut hanyalah orang biasa maka ia akan ketulahan atau tidak mampu menghidupi dirinya karena tidak sebanding dengan orang yang menjadi cerita sansana.
Seorang pangasana Bandar juga bukan orang sembarangan. Pangasana Bandar ialah orang yang mengusai cerita sansana dan memiliki roh sangiang dalam hidupnya. Sebelum mangasana, seorang pangasana melakukan beberapa ritual untuk melindungi dirinya dari kutukan leluhur apabila terjadi kesalahan ketika ia mangasana dan juga untuk menghindari pangasana serta orang yang menonton pertunjukan sansana tersebut dari kekuatan-kekuatan jahat. Beberapa contoh sansana Bandar, yaitu sebagai berikut.
- Sansana Bandar Pajan Tarahan
- Sansana Bandar Tamanggung Apui (Riwayat Lewu Tumbang Samba)
- Sansana Bandar Tamanggung Jahan
- Sansana Bandar Tamanggung Amai Rawang
- Sansana Bandar Tjilik Riwut
Dari beberapa contoh sansana tersebut, terlihat bahwa orang yang akan diceritakan dalam sansana Bandar adalah orang yang terpandang. Oleh karena itu, perlu diadakan ritual untuk melindungi diri pangasana agar tidak terjadi kesalahan yang dapat menimbulkan kutuk ketika ia mangasana. Ritual yang dilakukan adalah :
- ritual mampuhun sangiang,
Ritual mampuhun sangiang merupakan ritual untuk menurunkan roh-roh sangiang agar memberikan kekuatan, kelancaran, dan kesempurnaan di saat mangasana. Ritual tersebut dilakukan dengan cara menyiapkan sesajen untuk roh-roh sangiang yang dipanggil.Pemberian sesajen kepada roh leluhur yaitu dengan cara batawur. Untuk ritual mampuhun sangiang dalam sansana Bandar, beberapa roh yang diturunkan adalah Jatta Mahaga Lewu Huma, Jatta Balawang Bulau, Raja Aking Penyang, Raja Intan Tunggal Sahawung, Putir Selong Tamanang, Mina Nyai Tamanang, Nyai Inai Mangut, dan Bawin Parinjet, Ganan Patahu Lewu. Adapun sesajen yang disiapkan pada sansana Bandar cukup sederhana tidak seperti sangiang. Beberapa sesajen tersebut antara lain :
- ayam,
- telur masak dan mentah,
- kopi pahit dan manis,
- air putih,
- air kelapa,
- beras tawur,
- baram, dan perlengkapan lainnya seperti besi, uang logam, dan parapen,garu manyan.
Besi menurut kepercayaan masyarakat Dayak adalah memberikan kekuatan kepada roh manusia atau manekang hambaruan/samenyet. Cara pemakaian besi dalam ritual ini adalah besi tersebut digigit kemudian diletakkan di atas kepala. Semua ritual ini dilaksanakan untuk melindungi diri dari kekuatan-kekuatan magis lain yang hendak mengganggu selama mangasana dan menguatkan diri agar tidak terkena kutuk leluhur.
- ayam,
- tampung tawar, dan
Tampung tawar adalah ritual untuk mendinginkan diri dari segala macam gangguan dan kutukan. Tampung tawar memiliki dua makna dalam penggunaannya, yaitu tampung yang berarti menampung segala kekuatan, kelancaran, kepintaran, tuah dan rejeki. Menampung semua kekayaan dan umur panjang. Tawar berarti menawar memberikan penyembuhan dari sakit, kutuk, kekuatan mistik yang mengganggu. Dalam ritual ini ada beberapa bahan yang digunakan seperti daun pandan, air, minyak wangi, dan darah ayam. Cara penggunaannya yaitu daun pandan dicelupkan ke dalam air kemudian dikibaskan di badan dengan urutan kedua kaki, lutut, telapak tangan, bahu, dan terakhir pada kepala. Darah ayam digunakan dengan cara dioleskan menggunakan jari manis di dagu, ujung hidung dan dahi. Air dan darah ayam dimaksudkan untuk memberikan kedamaian, kesejukan dalam kehidupan manusia, dan daun pandan serta minyak wangi memiliki maksud nagar pujian serta perbuatan kita berbau harum di tempat leluhur kita dan di sorga.
- peteng Sirau/Manas.
Peteng manas adalah sebuah ritual yang berfungsi untuk mengikatkan janji seorang pangasana dengan roh leluhur. Peteng manas merupakan janji seorang pangasana kepada roh leluhur bahwa ia akan menceritakan sansana sesuai kebenaran. Peteng Manas adalah lambang turus janji atau sumpah janji seorang pangasana kepada roh leluhur. Oleh karena itu, jika seorang pangasana menceritakan tidak sesuai kebenaran maka ia akan dikutuk oleh leluhur dan ini sudah ikatan janji mereka dalam bentuk peteng manas.
Semua ritual yang dilakukan dalam sansana Bandar semata-mata ditujukan untuk melindungi diri pangasana agar tidak diganggu oleh kekuatan mistik lainnya atau terkena kutuk oleh leluhur apabila terjadi kesalahan dalam mangasana.
- Sansana Bandar Pajan Tarahan
- Sansana Sangiang
Sansana Sangiang adalah jenis sansana yang digunakan pada acara sangiang. Sansana sangiang merupakan wahana berkomunikasi dengan roh sangiang.
Sangiang adalah sebuah acara ritual masyarakat Dayak Ngaju, Kabupaten Katingan, Provinsi Kalimantan Tengah yang digunakan untuk penyembuhan, penghormatan kepada roh leluhur atau Tuhan, dan pengucapan syukur kepada roh sangiang. Roh sangiang dapat dianalogikan sebagai dewa-dewi khayangan yang memiliki kesaktian tinggi. Dalam sangiang terdapat seseorang yang menjadi juru sangiang yang disebut panyangiang. Panyangiang adalah orang yang telah dirasuki oleh roh sangiang sehingga mampu melantunkan sansana sangiang.
Sansana sangiang berguna untuk menurunkan roh-roh sangiang dari patan danum sangiang atau khayangan agar hadir ke tengah manusia dengan cara memasuki raga panyangiang. Dalam sangiang, perlu diadakan persiapan yang cukup matang terutama sesajen, karena pada saat manyangiang, seseorang akan menurunkan lebih dari sepuluh roh sangiang melalui lantunan sansananya. Pada intinya sansana sangiang berguna untuk wahana komunikasi dengan roh sangiang, dan wahana untuk menurunkan roh sangiang ke bumi untuk membantu manusia. Bahasa yang digunakan adalah bahasa sangiang. Oleh karena itu, dalam acara sangiang harus ada panggapit sangiang yang berperan sebagai perantara percakapan antara manusia dengan panyangiang. Jadi, tugas panggapit sangiang adalah menyampaikan maksud yang disampaikan panyangiang dan menyampaikan permintaan seseorang kepada roh sangiang. Selain itu, panggapit sangiang juga berperan sebagai pelayan panyangiang.
Dalam sangiang, cukup banyak sesajen yang digunakan antara lain :
- lawas pulut
- ketupat
- ati, jantung, tulang rusuk, dada ayam dan babi,
- daging babi dan ayam
- nasi ketan putih
- ketan hitam
- nasi putih
- telur
- kue cucur
- kue apam
- kue jukung sangiang/wadai banama sangomang
- siap giling pinang dan rukun tarahan
- tembako lempeng
- Baram
- Kopi pahit dan manis
- air putih
- air kelapa
- darah ayam dan babi
- sakaruk
- undus tanak
- beras tawur, dan
- limun,
Selain sesajen juga terdapat beberapa perlengkapan lain seperti kursi rotan, kecapi, rebab, , tombak, mayang pinang bauraui, mayang pinang pusu, kain, bahalai, tapih,manas, lilis, lamiang, Mandau, sangku, bulu ekor tingang, puca kambang, piring putih, mangkok putih, beras, tampung tawar, garu, parapen, meja, uang kertas dan logam, jarum, benang, baju satu stel, bakul, singah hambaruan, behas hambaruan, daun sawang, tunas kelapa, pohon sawang, bambu kuning, daun beringin, bunga bunge, buah kelapa tua, dan kayu katanak.
Apabila beberapa perlengkapan dan sesajen tersebut tidak lengkap maka roh sangiang akan murka dan mengutuki semua orang yang berada saat acara sangiang berlangsung. Hal ini merupakan sumpah sebelum menurunkan roh sangiang. Saat menurunkan roh sangiang, panyangiang terlebih dahulu menyebutkan sesajen yang tersedia. Apabila tidak sesuai maka roh sangiang akan menagih janji dengan cara mengutuk panyangiang dan orang yang berada di situ.
- lawas pulut
- Sansana Liau
Sansana liau adalah salah satu jenis sansana yang berhubungan antara manusia dengan sesamanya. Sansana liau merupakan sansana yang dilantunkan untuk menghormati seseorang yang telah meninggal dunia. Menurut kepercayaan Dayak Ngaju, orang yang telah meninggal harus disansana. Hal ini bertujuan untuk roh (liau) orang yang meninggal dapat sampai ke sorga. Jadi, sansana liau berfungsi untuk mengantarakan roh manusia yang telah meninggal menuju lewu tatau habaras bulau basingah intan.
Sansana liau biasanya digunakan pada saat sebelum peti jenasah yang disebut runi diangkat dan dibawa menuju ke tempat pemakaman, dan pada saat acara tiwah, baik pada saat mengangkat tulang seseorang yang telah meninggal dan memasukkan tulang tersebut ke sandung. Pada saat pemakaman, sansana liau dinyanyikan sebelum para bukung (orang berpakaian siluman yang akan mengangkat runi) mengangkat peti jenasah. Saat itu sansana liau melantunkan mantra-mantra dan cerita kelakuan baik seseorang selama masih hidup agar ia diterima di sorga. Sansana liau juga berfungsi untuk meneduhkan badai pada saat roh tersebut dalam perjalanannya ke sorga.
Sansana liau pada saat acara tiwah terdapat dua tahap, yakni saat mangangkat tulang dan memasukkan tulang tersebut ke sandung. Pada saat mangangkat tulang biasanya saat makam telah dibongkar maka sansana liau dinyanyikan. Hal ini ditujukan agar roh yang telah meninggal ikhlas hati orang mengangkat tulangnya untuk dimasukkan ke sandung. Hal ini bertujuan agar tulang tersebut tidak mempersulit para pengangkatnya dan juga untuk menaklukkan kekuatan iblis yang mengurung roh tulang tersebut. Semua ini dikarenakan kepercayaan masyarakat Dayak Ngaju pada saat acara tiwah ketika tulang tersebut tidak disansana, maka tulang tersebut semakin tenggelam ke dalam tanah. Biasanya sansana liau yang dinyanyikan saat mangangkat tulang adalah mengenai permintaan maaf manusia bahwa mereka akan mengangkat tulang tersebut dan memohon agar roh tersebut membantu kegiatan mereka dalam mangangkat tulang.
Sansana liau pada saat memasukkan tulang ke sandung, ditujukan agar roh tersebut sampai di sorga. Biasanya sansana liau yang dinyanyikan saat memasukkan tulang ke sandung adalah mantra-mantra suci. Oleh karena itu, seorang pangasana liau adalah orang yang sangat mengenal mantra-mantra suci yang sering disebut engasn. Dengan mantra-mantra suci yang dilantunkan melalui sansana liau, maka seseorang akan sampai ke sorga.
Dalam sansana liau juga terdapat beberapa ritual, yakni :
- mepet sanaman atau menggigit besi yang ditujukan untuk menguatkan roh pangasana atau disebut manekang samenyat,
- tampung tawar yaitu untuk menampung tuah rejeki, kekuatan, kesehatan, kepintaran dan umur panjang serta tawar untuk menawarkan segala kesialan, dan segala sesuatu yang buruk,
- peteng sirau manas lilis berfungsi untuk mengikatkan janji seorang pangasana dengan roh yang telah meninggal, bahwa pangasana tersebut berjanji akan mengantarkan roh tersebut sampai lewu tatau habaras bulau habusung intan. Cara pangasana mengantarkan roh ke sorga adalah dengan mangasana liau atau melantunkan mantra-mantra suci. Jika pangasana melanggar janjinya maka ia akan dikutuk hidupnya sampai ia meninggal.
Dalam sansana liau juga terdapat beberapa sesajen yang harus disiapkan antara lain :
- Ketupat,
- tanteluh masak mata,
- babi masak mata,
- ayam,
- sipa ruku,
- baram.
Sesajen ini berfungsi sebagai bekal roh orang yang meninggal selama perjalannya menuju lewu tatau habaras bulau basingah intan. Apabila sesajen tersebut tidak lengkap, maka manusia yang ada pada saat acara itu akan dikutuk kehidupannya karena menelantarkan roh orang yang meninggal dalam perjalannya ke sorga.
- mepet sanaman atau menggigit besi yang ditujukan untuk menguatkan roh pangasana atau disebut manekang samenyat,
- Sansana Kayau
Sansana kayau adalah salah satu jenis sansana yang digunakan untuk memuji dan mengagungkan orang yang mangayau dan pulang membawa kepala manusia untuk acara-acara ritual tertentu. Biasanya sansana kayau ini digunakan pada saat para pangayau yang berangkat mencari kepala manusia kembali pulang dengan kepala yang dijanjikan. Sansana kayau ini juga berguna untuk memberikan kekuatan kepada orang mangayau dan melemahkan musuh hingga lemas tidak berdaya. Dalam sansana kayau biasanya dilantunkan mantra-mantra suci untuk menguatkan pangayau disebut kagancangan kamamut menteng kaabas bereng panekang uhat dan untuk melemahkan musuh disebut sakalemu. Pangayau saat disansana biasanya dimandikan dengan air yang telah direndam jimat atau sering disebut penyang Mandau. Kemudian mereka di tampung tawar untuk menawar semua kekuatan magis jahat dan menampung kekuatan yang disebut kagancangan kaabas bereng.
0