Kaskus

Regional

TuaGilaAvatar border
TS
TuaGila
Mitos, Budaya, Legenda, Cerita Rakyat, dan Sejarah
Tabe... karena yang lama ketinggalan di arsip old Kaskus, kini saya buka kembali thread
Mitos, Budaya, Legenda, Cerita Rakyat, dan Sejarah
.. sebagai informasi bagi kita bersama

selamat menikmati emoticon-Smilie


Indeks:
Diubah oleh TuaGila 24-06-2020 18:29
lina.whAvatar border
nona212Avatar border
nona212 dan lina.wh memberi reputasi
2
131.2K
98
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Kalimantan Tengah
Kalimantan Tengah
KASKUS Official
664Thread268Anggota
Tampilkan semua post
Deka04Avatar border
Deka04
#42
Suling Balawung
Suku Dayak membuktikan bahwa apresiasi kedudukan wanita dalam masyarakat Dayak bukanlah hanya isapan jempol semata, ini dibuktikan dengan penghargaan tinggi terhadap peran kaum peremuan Dayak turut diberikan dalam aspek apresiasi bermusik, yakni meciptakan Suling Balawung sebagai bentuk Suling khusus bagi perempuan Dayak.

Suling Balawung merupakan alat musik tiup yang terbuat dari bambu berukuran kecil dengan lima lubang di bagian bawah dan satu lubang di bagian atas. Dalam kebiasaan suku Dayak di Kalimantan Tengah, Suling Balawung seringkali dimainkan oleh kaum perempuan.

Kalali adalah peralatan musik Kalimantan Tengah menyerupai sebuah Suling berukuran panjang seperti yang lazim kita lihat. Kalali Dayak tersebut tergolong alat musik yang dimainkan dengan cara ditiup, Kalali biasanya dibuat dari buluh atau sembilu bambu dengan nama ilmiah Bambusa sp.

Ukuran Kalali dibuat dengan panjang sekitar setengah meter memiliki bagian ujung beruas serta diberi sebuah lubang berukuran kecil di sekitar ruas buluh tersebut. Ujung ruas dari Kalali kemudian diraut sedemikian rupa dengan tujuan supaya bisa dijadikan tempat memasang Roan berbentuk tipis dimana roan tersebut telah dilakukan proses perautan pada tahap sebelumnya. Buluh rotan yang diikat kencang pada bagian batang dari Kalali, selanjutnya dibuat lagi lima lubang yang berfungi untuk menentukan tinggi rendahnya nada Kalali. Pengaturan tidak jauh berbeda dengan Suling Panjang yakni keras maupun lembutnya nada Kalali dipengaruhi hembusan nafas yang dikeluarkan karena hembusan nafas tersebut akan sangat mempengaruhi tingkat frekuensi serta ukuran tinggi dan rendahnya nada dari Kalali.

Sarun. Alat musik milik Suku Dayak satu ini dapat dikatakan sangat unik dan menarik, mungkin jika di daerah Jawa alat musik serupa disebut dengan kata Saron karena jika diperhatikan kedua alat musik pukul ini baik Sarun maupun Sarong selain memiliki nama hampir seruap juga banyak kemiripan dari segi cara memainkannya yakni sebagai alat musik pukul.

Sebagai alat musik pukul khas Suku Dayak, Sarun Dayak terbuat dari lempengan besi atau logam, memainkan Sarun cukup dengan cara menabuhnya bergantian sesuai dengan nada yang ingin dihasilkan dari setiap lempengan-lempengan besi atau logam pada Sarun yang disusun secara berjajar pada bagian dasar.

Sarun Kalteng dikatakan unik sebab alat musik Kalimantan Tengah ini hanya memiliki lima macam nada yaitu Do, Re, Mi, Sol dan La berbeda dengan peralatan musik lainnya yang memiliki nada lengkap Do, Re, Mi, Fa, Sol, La dan Si.

Kendati demikian dalam memainkan dan mengatur nada pada Sarun diperlukan pula kesigapan serta koordinasi motorik yang bagus dari kedua telapak tangan yang digunakan oleh penabuh Sarun, sebab disaat sebelah telapak tangan yang digunakan memegang tabuh berpindah guna menabuh lempengan besi dan logam lain untuk menghasilkan nada lain berikutnya, maka disinilah telapak tangan sebelahnya lagi harus cepat menekan kembali lempengan besi yang dipukul sebelumnya.

Kecapi. Musik memang menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat, oleh sebab itulah kali ini admin ingin melanjutkan lagi perkenalan kita pada kekayaan khasanah kesenian Dayak di Kalimantan Tengah dengan perkenalan kita pada alat musik lainnya yang dimainkan sebagai alat musik petik. Salah satu literasi menyebutkan bahwa instrumen musik petik jenis tertua awalnya memiliki bentuk yang sangat menyerupai gitar ditemukan pada sebuah objek peninggalan arkeologi di wilayah Alaya Huyuk sekitar tahun 1400 Sebelum Masehi.

Kecapi sebagai bagian yang memegang peranan penting dari perkembangan sejarah bermusik Suku Dayak adalah alat bermain musik dengan cara memainkan dipetik. Kecapi Suku Dayak berbahan baku terbuat dari kayu ringan.

Di masa lalu tali yang digunakan adalah Tengang atau tali liat yang terbuat dari kulit kayu, namun saat ini Tengang Kecapi dapat juga digantikan dengan dawai nilon atau kawat senar.

Tengang pada Kecapi bisa berjumlah dua atau tiga buah tergantung jenisnya masing-masing. Apabila Tengang yang ada pada Kecapi tadi dipetik barulah nada lagu dapat diatur. Suara dari Kecapi Kalteng biasanya digunakan untuk mengiringi Karungut dan aneka tari-tarian tradisional asal Dayak Kalimantan Tengah.

Katambung. Alat musik dari masing-masing daerah memang sangat variatif, wujud ini tidak jarang berimbas pula pada kualitas serta evolusi musik termasuk beragam generasi yang tercipta dari waktu ke waktu, baik dari segi nada maupun alat yang digunakan. Instrumen musik jenis perkusi ternyata juga hadir menghiasi khasanah budaya Dayak, ini dibuktikan dengan hadirnya beragam alat musik perkusi khas Suku Dayak dan salah satunya adalah alat musik perkusi Katambung.

Katambung adalah jenis alat musik perkusi yang biasa digunakan dalam upacara-upacara adat keagamaan. Bentuknya mirip gendang, namun dengan diameter yang lebih kecil dan badan agak panjang. Tidak jauh berbeda dengan jenis instrumen atau alat musik jenis perkusi maka Katambung Dayak juga sebagai salah satu jenis instumen musik yang sangat memiliki potensi agar dapat terus dikembangkan seiring kemajuan jaman.

Ukuran alat musik Katambung umumnya yakni panjang 75 cm dan lebar diameter 10 cm. Kerangka utama Katambung terbuat dari kayu Tabalien (Ulin) dengan bagian yang dipukul dengan telapak tangan terbuat dari kulit ikan Buntal yang telah dikeringkan.

Katambung khas Kalteng hadir melengkapi varian jenis alat musik yang digunakan kalangan masyarakat Dayak Kalimantan Tengah mendampingi peralatan musik lainnya seperti Gandang dan Garantung.

Sebagai tambahan, banyak Antropolog, Budayawan serta Sejarawan yang memiliki pandangan bahwa alat musik perkusi adalah alat bantu pertama dalam bermain musik, sedangkan suara manusia sendiri sebagai alat musik pertama yang pernah digunakan oleh manusia.

Garantung. Sejak masa lampau, masyarakat Suku Dayak Kalimantan Tengah atau Kalteng telah mengenal seni musik dan perangkatnya. Selain digunakan sebagai sarana hiburan, seni musik tradisional ini juga erat hubungannya sebagai pelengkap berbagai ritual adat.

Dalam perkembangannya, masyarakat Suku Dayak Kalteng mengenal berbagai alat pendukung musik tradisional. Sebagian merupakan alat musik yang berasal dari karya cipta masyarakat Suku Dayak sendiri. Sebagian lagi merupakan serapan dari budaya musik tradisional daerah luar. Garantung merupakan alat musik tradisional khas suku Dayak Kalimantan Tengah yang tak terpisahkan dalam berbagai ritus kehidupan masyarakat Suku Dayak Kalimantan Tengah. Selain Garantung, masyarakat Dayak Ngaju juga menyebutnya dengan Gong dan Agung. Umumnya Garantung terbuat dari bahan baku logam seperti besi, kuningan, atau perunggu.

Menurut sejarah Garantung masuk ke wilayah Kalimantan, khususnya Kalimantan Tengah dibawa oleh para pedagang dari tanah Jawa, tepatnya pada saat hubungan dagang antara pedagang dari Kalimantan dan Kerajaan Majapahit. Meski begitu, ada juga pendapat lain yang mengatakan bahwa masuknya Garantung ke daratan Kalimantan dibawa oleh para pedagang asal Yunan (Cina), India dan Melayu yang pada masanya memiliki pengaruh besar bagi perkembangan masyarakat Suku Dayak.

Di kalangan masyarakat Suku Dayak, Garantung juga dipercaya sebagai salah satu benda adat yang diturunkan dari Lewu Tatau (Surga atau Khayangan dalam bahasa Sangiang) sebagai salah satu alat untuk berkomunikasi dengan roh-roh leluhur.

Dalam komunitas masyarakat Suku Dayak, Garantung juga digunakan untuk memberi tahu masyarakat luas tentang adanya suatu acara atau pesta yang dilaksanakan oleh salah satu keluarga, dan dari salah satu kampung ke kampung lain.

Begitu juga ketika acara kematian atau upacara Tiwah khususnya para pemeluk Kaharingan, pada saat jenazah masih disemayamkan di rumah duka, Garantung akan dimainkan untuk mengantarkan roh orang yang meninggal ke alam roh.

Tari Kanjan sebagai salah satu tarian sakral untuk mengantarkan roh orang yang meninggal ke alam roh, Garantung menjadi salah satu alat untuk mengiringi tarian tersebut. Garantung akan dimainkan dengan irama khusus dan sakral.

Selain sebagai alat musik tradisional, dalam komunitas masyarakat adat Suku Dayak, Garantung juga menjadi salah satu benda berharga yang berfungsi sebagai barang adat dan dijadikan sebagai alat tukar untuk menilai sesuatu barang atau jasa.

Keperluan sebagai barang adat itu masih berlangsung hingga sekarang, khususnya pada acara adat perkimpoian, Garantung menjadi salah satu mas kimpoi atau barang permintaan yang harus diserahkan kepada pihak ahli waris mempelai perempuan.

Pada perkembangan selanjutnya, karena terbatasnya jumlah Garantung, maka nilai sebuah garantung kemudian dihitung dalam bentuk nilai mata uang yang berlaku pada saat perjanjian perkimpoian adat kedua mempelai dilakukan.

Selain itu, dahulu Garantung juga menjadi salah satu penanda status sosial seseorang. Semakin banyak garantung dimiliki oleh seseorang atau keluarga tersebut, maka akan semakin tinggi ststus sosial yang bersangkutan dan semakin tinggi pula ia dihormati oleh masyarakat.

Garantung Suku Dayak terdiri atas empat jenis dengan lima nada dasar atau laras, masing-masing adalah Garantung Tantawak, berukuran kecil dan memiliki nada dasar G atau E, Garantung Lisung dengan ukuran sedang memiliki nada dasar D atau C, Garantung Papar berukuran besar dengan nada dasar A, serta sebuah Garantung Bandih yang berbentuk kecil tetapi memiliki nada yang tinggi.


[RIGHT]Sumber : [url=http://www.dayakpos.com[/RIGHT]]www.dayakpos.com[/RIGHT][/url]
0
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.