- Beranda
- Stories from the Heart
BUNGA "PERTAMA" DAN "TERAKHIR"
...
TS
javiee
BUNGA "PERTAMA" DAN "TERAKHIR"

Spoiler for RULES:
INTRO
Perkenalkan, nama gw Raden Fajar Putro Mangkudiningrat Laksana...Bohong deng, kepanjangan...sebut aja gw Fajar. Tinggi 175 cm berat 58kg. bisa disebut kurus karena tinggi dan berat badan gw ga proposional.
. Gw ROCKER...!! Pastinya Rocker Kelaparan.Gw terlahir dari keluarga biasa saja yang serba "Cukup". dalam arti "cukup" buat beli rumah gedongan, "cukup" buat beli mobil Mewah sekelas Mercy. (ini jelas jelas bohong). yang pasti gw bersyukur dilahirkan dari keluarga ini.
Gw Anak pertama dari 3 bersaudara. Adik adik gw semuanya perempuan. Gw keturunan Janda alias Jawa Sunda. Bokap asli dari Jepara bumi Kartini. Tempatnya para pengrajin kayu yang terkenal di Nusantara bahkan diakui oleh Dunia. Tapi bokap gw bukan pengusaha mebel seperti kebanyakan orang Jepara. Nyokap gw asli Sumedang Kota yang terkenal dengan TAHU nya. Tapi wajahnya sama sekali nggak mirip tahu ya. Sunda tulen nan cantik jelita. Beliau bidadari gw nomer "1" di dunia ini.
Spoiler for INDEKS:
Spoiler for INDEKSII:
Diubah oleh javiee 06-04-2015 23:49
manusia.baperan dan 4 lainnya memberi reputasi
3
728.7K
2.9K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52.1KAnggota
Tampilkan semua post
TS
javiee
#500
PART 35
Di atas motor menuju perjalanan pulang..........
..........................................................................
"Hahahahahaha...."
"Udah Bungaaa ga usah ketawa terus." Ujar gw.
"Gimana nggak ketawa, temennya Fajar itu ada ada aja ya...Hahaha" Ujarnya masih tertawa.
"Maklumin aja lah dia mah orang stress..."
"Bunga gak habis fikir aja...Masa B.A.B. disebutnya nabung...Haha"
"Ya...jangan difikirin Bungaa... Udah ah ngomongin itu mulu." Ujar gw.
"Haha...lucu aja. Kok bisa ya disebut nabung?" Tanya dia.
"Mana gw tau...mungkin WC itu mirip kayak celengan kali..haha" Canda gw sembari nyengir.
"Jahahahahaaa....Jorok ih!!!!" Bunga lagi lagi ngakak.
Sepertinya tak perlu dijelaskan lagi soal tragedi 'Menabung' yang membuat Bunga sampai tertawa terbahak-bahak. Entah apanya yang lucu dari kata nabung itu. Menurut gw biasa saja, tak ada lucunya sama sekali. Mungkin dia baru tahu ada istilah aneh seperti itu. Lagipula dia belum lama berada disini dan belum tahu banyak selak beluk pergaulan di Kota ini.
Tapi biarlah, gw sukses bisa membuatnya tertawa, walaupun karena hal yang sedikit menjijikan.
Agak sedikit hilang konsentrasi gw ketika mengemudikan motor. Tentu saja gara gara bidadari yang satu ini tertawa ngakak. Dia tertawa sampai memukul mukul pundak gw...Tak sedikit pula orang orang dan pengemudi motor lainnya yang memperhatikan tingkah kami berdua saat itu.
Mungkin saja mereka berkata seperti ini di dalam hati :
"Wahh...Cowonya ganteng, cewenya juga cantiik. Serasi yaa.."
Atau.....
"Itu cowonya unyu unyu,,,cewenya juga geulis. Mojang Bogor euy..."
Tapi sepertinya itu sangat sangat tidak mungkin. Justru yang ada di fikiran mereka sebenarnya seperti ini :
"Wah...itu cewenya cantik bangett...Tapi kok cowonya mirip kecoa deh?? Aneh!!"
Oke...cukup!!!! Lagi lagi kecoa...
"Jar...."
"Iya Bunga..."
"Ke warung situ dulu sebentar"
"Mau ngapain Bung?"
"Bunga mau beli eskrim dulu. Buat Bunda sama Puput."
"Oke deh..."
Motor gw berhentikan di depan warung yang cukup besar di sekitar komplek rumah dia. Gw lihat Bunga mengambil 4 eskrim yang ada di lemari es. Gw bingung, kenapa belinya banyak? Lalu gw bertanya kepada Bunga, kenapa membeli eskrim sebanyak itu.
"Kok beli 4 Bung? Buat siapa aja??" Tanya gw.
"Buat Bunda, Dek Puput, Bunga, sama Fajar.."
"Oh...gw nggak usah Bung.."
"Loh kenapa?" tanya dia.
"Nggak apa apa Bung. Gw belom boleh minum es. Masih sedikit batuk nih....uhuk uhuk..." Jawab gw beralasan.
"Yakin nggak mau?" Tanya dia lagi.
"Iya nggak Bung...udah beli 3 aja ya...hehe"
"Yaudah...kalo ga mau eskrim Fajar maunya apa?" Lagi dia bertanya.
"Nggak usah Bungaa....tadi kan Bunga dah beliin kue buat gw."
"Hehe...Beneran nih ga mau??" Tanya dia lagi.
"Iya....gw maunya Bunga aja...hehe" Jawab gw gombal.
"Eeeeee....Jangan dong, masa Bunga mau dimakan..!!"
Gw menepuk kening gw sendiri seraya berkata 'Haduh'...Sungguh Bunga itu seorang gadis yang sangat polos. Ekspresinya biasa saja ketika gw mengucapkan sepatah kata tadi. Sepertinya dia nggak mempan digombalin. Bisa jadi dia tidak mengerti maksud perkataan seperti itu dari seekor cucunguk macam gw ini. Entahlah...
Jadi urang teh kudu kumaha...???
Setelah mampir di warung untuk membeli 3 buah eskrim, kami pun akhirnya sampai di rumahnya. Bunga menawarkan gw untuk mampir dahulu di rumahnya. Dan itu memang tujuan gw. Selain menjemput dan mengantarkan dia pulang, gw mempunyai maksud lain disini.
Gw ingin bicara...Bicara serius kepadanya...
Bicara mengenai perasaan gw yang sudah tidak bisa dipendam lagi...
Kemudian gw dipersilahkan masuk oleh sang tuan rumah. Lalu gw duduk di kursi kayu sambil menunggu Bunga yang mungkin sedang berganti pakaian.
"1....2.....3...."
Ada 3 tukang yang sedang bekerja di sekitar teras depan rumahnya. Seketika gw berfikir, bagaimana caranya agar gw bisa bicara serius kepada Bunga sedangkan kondisi diteras depan ramai oleh para tukang yang sedang sibuk bekerja. Namun gw meyakinkan diri gw sendiri dengan berfikir positif, mudah mudahan saja pekerjaan mereka sudah hampir selesai. Dan mereka segera pergi dari tempat ini.
"Oh ada si Fajar..." Ucap Bundanya Bunga yang tiba tiba keluar dari dalam.
"......." Gw tersenyum menjawabnya lalu gw sungkem.
"Tadi pulang bareng Bunga ya?" Tanya dia.
"Iya Bunda...sekalian aku pulang juga. Kan searah." Jawab gw.
"Emangnya rumahmu dimana Jar?" Tanya dia lagi.
"Di komplek xx Bunda...Nggak terlalu jauh kok dari sini." Jawab gw.
"Ohh...giu. Yaudah tungguin dulu Bunganya lagi di belakang." Tuturnya.
"ii...iya Bundaa..." Sahut gw.
Sambil menunggu Bunga, gw sesekali menghampiri para tukang dan sedikit bertanya pada mereka. Entahlah apa yang gw tanyakan waktu itu. Pastinya gw bertanya hal yang sama sekali nggak penting. Contohnya,
"Mas. Asalnya darimana??"
"Mas, udah berapa lama kerja disini?"
"Mas, semen terbuat dari apa?"
Gw melakakukan hal bodoh seperti ini juga karena gw grogi sama calon mertua yang ikutan duduk bergabung dengan gw sambil menikmati eskrim pemberian Bunga tadi.
Sepertinya rencana gw sedikit terhambat, bahkan terancam gagal. Padahal saat itu gw sudah benar benar siap untuk segera mengeksekusi. Tapi apalah daya, mungkin memang nasib gw yang selalu diberi kesulitan dalam urusan percintaan.
Nasib....nasib....
Tak lama kemudian Bunga pun muncul dari dalam rumah.
"Jar ngapain disitu?" Ucap Bunga di selasar pintu rumah.
"Biarin aja mau bantuin masang keramik dia..." Celetuk Bundanya Bunga.
"Eh..nggak kok cuma ngeliatin aja." Sahut gw.
"Ooh..kirain beneran mau bantuin. Hehe. Jar, ke depan aja yu." Ajak dia.
"Oke..." jawab gw.
Kemudian kami berdua menuju depan rumahnya dan duduk di sebuah kursi tembok. Gw tidak bicara apa apa saat itu. Gw bingung mau ngomong apa...Rasa malu itu tiba tiba hinggap ke dalam diri gw karena kondisi rumahnya saat itu memang sedang ramai oleh para tukang yang sedang bekerja. Ditambah ada Bundanya di teras depan mengawasi para tukang bak mandor. Hal itu justru membuat gw menjadi semakin grogi.
Waktu sudah menunjukkan pukul 16.30 sore. Sampai detik itu gw sama sekali belum bicara. Selama hampir setengah jam lebih gw cuma bisa planga-plongo kaya orang idiot. Hanya sesekali gw mengobrol dengan Bunga. Itupun garing...kaya ikan asin!!
Akhirnya rencana gw sore ini benar benar gagal total.
Tapi gw tidak menyerah...Sudah terlanjur tekad gw berada di ujung tanduk, dan gw ga bisa mundur lagi menarik tekad gw tersebut.
Mudah mudahan saja nanti malam dewi fortuna berpihak pada gw dan kondisi disini betul betul memungkinkan untuk menyatakan perasaan gw.
Ya, gw bakal balik lagi kesini nanti malam.
"Bunga...gw pulang ya." Ucap gw.
"Loh kenapa Jar...baru jaam segini."
"Ga apa apa Bung...ga enak sama nyokap euy. Dari kemarin gw pulang sore terus." Ujar gw.
"Yaah...Fajar mah gitu." Ucapnya memasang wajah bete.
"Hee...jangan ngambek atuh jelek!!" Ujar gw.
"Tapi Fajarnya nanti malem kesini lagi yaa..."
"Iyaa..." Ucap gw sambil mengangguk mengiyakan ajakannya.
Tanpa dia meminta pun, gw memang sudah mempunyai niatan untuk kesini lagi nanti malam. Terkadang gw mempunyai fikiran yang sama dengannya...
Mungkin gw jodoh kali ya sama dia...
Atau mungkin ini semua hanya suatu kebetulan semata....
Entahlah....
Apa salahnya gw bermimpi...?
Walaupun mimpi gw ini sama sekali ‘belum’ realistis.
"Nanti temenin Bunga main billiard yaa..." Lanjut dia.
"Iyaa..." Sahut gw.
"Tapi Fajar jangan terlalu malem kesininya...Nanti dimarahin Bunda." Ujarnya.
"Iyaaa Bungaaaaa...."
Gw masuk ke dalam menuju teras dimana Bundanya Bunga berada disitu. Gw hanya ingin berpamitan kepada dia. Sebagai calon menantu yang baik, pastinya gw sungkem sewaktu datang tadi , dan kali ini gw pamit pulang juga harus sungkem.
Yang seperti ini patut ditiru ya...
Haha.
"Fajar nanti jangan lupa...."
"Iya....Bunga itu bawel ya..." Ujar gw.
"Hehe...Yaudah Jar hati hati."
"Sipp...."
Gw akhirnya pulang...
Sesampainya di rumah, gw mendapat sambutan hangat dari babeh gw. Malahan kelewat hangat dan hampir panas.
Bagaimana tidak, baru juga beberapa langkah memasuki rumah, si babeh langsung ngoceh memarahi gw. Tentu saja karena gw terlalu sering pulang sore terlambat sampai di rumah.
Gw sudah terbiasa dengan segala ocehan beliau. Saat itu gw tidak terlalu menanggapinya dan bergegas masuk ke kamar.
Sejenak gw duduk di atas kasur dengan handuk yang melingkar di leher gw.
Gw bengong....
Gw melamun...
Fikiran gw berputar balik ke belakang, gw kembali mengingat kejadian yang gw alami beberapa bulan yang lalu.
Teringat lagi bayangan seorang gadis cantik asli dari kota Sukabumi. .
“Gimana Kabarmu Nii??? Hampir 3 bulan kita nggak ketemu...Melihatmu pun aku nggak pernah...” Ucap gw dalam hati.
Niar,,,
hanya singkat kebersamaan yang gw lewati dengannya tanpa bisa gw menyatakan perasaan gw. Bukannya gw tidak bisa, tapi gw tidak sempat. Bisa juga dikatakan terlambat.
Niar, gadis itu yang membuat gw pertama kali merasakan jatuh cinta. Dia juga yang membuat gw pertama kali merasakan yang namanya ‘sakit hati’.Walaupun gw tidak bisa menyalahkan dia sepenuhnya tentang rasa sakit yang gw rasakan. Tapi penyesalan itu masih berbekas disini...
Di dalam hati gw...;
Lalu Nurul...
Hampir 1 bulan gw menjalani hubungan dengannya dengan status ‘pacaran’. Status hanyalah sebuah status tak lebih dari perasaan.,.Ya, dia hanya menjadi boneka pelampiasan sakit hati gw, sebagai pelarian gw karena gagal mendapatkan Niar, dan lain sebagainya gw nggak ngerti!!. Sekalipun gw tidak pernah mempunyai maksud untuk menjadikan dia sebagai pelarian atau pelampiasan.
Gw selalu mencobanya...
Mencoba unuk sayang...
Tapi hati ini tak bisa dibohongi kalau gw sama sekali tidak merasa ‘sayang’ terhadapnya.
Tetap tidak bisa...
Maaf Nu.....
Dan yang terakhir, Bunga...
Sebuah perkenalan dengan cara yang aneh dan unik menurut gw. Dengan sedikit dibalut emosi saat kesan pertama, akhirnya gw bisa dekat dengan dia sampai detik ini.
Dan sekarang gw menyukai dia...Dia cantik, baik, lucu dan lugu.
Tapi gw masih sedikit bingung tentang perasaan gw ini. Bukan karena gw ragu, atau gw minder. Bukan!!
Melainkan gw bingung, kenapa gw bisa cepat menyukai dia dalam waktu yang singkat ini...
Apa karena gw menemukan sosok “NIAR” yang lain di dalam dirinya?
Bukan maksud untuk membandingkan mereka berdua, namun sekilas memang ada sedikit persamaan dari Bunga dan Niar.
Tidak...tidak!!!
Dengan gw menitik beratkan kesamaan tadi, hal itu sama saja gw menjadikan Bunga sebagai pelarian saja...
Oke Cukup... Gw nggak bisa menyamakan dia dengan Niar..Sama sekali nggak bisa...
Dan Bunga bukan tujuan gw sebagai pelarian berikutnya...karena gw sepenuhnya menyukai dia.
Gw segera bangkit dari atas kasur dan bergegas untuk mandi membersihkan badan sekaligus otak gw yang agak bulukan.
Adzan maghrib pun telah lewat, kewajiban pun sudah dilaksanakan. Kini waktunya gw untuk berangkat memenuhi janji pada Bunga. Tak lupa gw mengabarinya terlebih dahulu untuk memastikan kedatangan gw malam ini.
Dengan bermodalkan dandanan seadanya, pakaian seadanya, tampang seadanya, lalu gw akhirnya berangkat.
Sesampainya disana, gw melihat Bunga sedang duduk di depan rumahnya. Terlihat sebuah headset tertempel di daun telinganya. Dia tersenyum ketika gw mulai mendekat dan memarkirkan motor gw tepat berada di depannya.
“Assalamualaikum...” Gw mengucap salam.
“Walaikumsalam...” Jawab dia sambil melepas headsetnya.
“Kok Bunga duduk disini...?” Tanya gw.
“Iya....abisnya bete!” Jawab dia.
“Bete kenapa?”
“Tuh Fajar liat aja sendiri ke dalem...”
Kemudian gw melongok ke arah teras depan rumahnya. Ada 4 orang mas mas sedang bermain billiard saat itu.
“Oh,..” Gumam gw singkat.
“Iya tuh...Bunga kan nungguin daritadi. Eh, malah nggak selesai selesai mainnya.” Gerutu dia.
“Yaudah lah biarin aja Bung, biar mereka seneng...” Ucap gw.
“Tapi nyebelin,,nggak mau gantian. Kita kan mau main...” Ujarnya.
“Hahaha...nggak usah manyun kenapa Bung..” Ledek gw.
“........” Dia malah tambah manyun.
Gw hanya sedikit tertawa melihat tingkahnya dia yang kekanak kanakan. Tapi itulah yang gw suka dari dia. Dia terlihat semakin lucu ketika merengek rengek seperti tadi.
Kemudian gw beranjak k agak menjauh darinya dan membakar sebatang rokok.
Belum ada satupun kata kata yang terucap dari mulut kami berdua saat itu. Gw asyik dengan rokok, sedangkan Bunga masih asyik dengan mp3 playernya. Entah lagu apa yang dia dengarkan.
“tik....tok...tik....tok...”
Waktu terus berputar, detik demi detik gw lewati dengan diam membisu. Sesekali gw memperhatikan Bunga komat kamit seperti mengikuti syair lagu yang dia dengarkan. Hanya sebatas tersenyum ketika gw melihatnya tanpa berani menyapanya.
Seperti biasa, penyakit gw kambuh disaat seperti ini.
Gw kembali melongok ke dalam, gw lihat mas mas itu sudah selesai bermain dan mereka berjalan menuju keluar rumah.
“Bunga....”
“Iya Jar...”
“Tuh udah pada selesai. Mau main nggak??” Tanya gw.
“Nggak jadi ah...Bunganya jadi males udah kelamaan nunggu.” Jawabnya.
“Yaaahh...katanya tadi mau min Billiard. Gimana sih.” Ujar gw.
“Hehe...nggak jadi. Duduk di dalem aja yu. Banyak nyamuk disini...” Ajak dia.
“Nyamuknya pasti cowo tuh Bung...Haha...” Canda gw.
“Haha...Iya cowonya pada genit genit..”
“Hahaha...” Gw tertawa.
Lalu kami berdua pun masuk. Terlihat meja billiard masih berantakan belum dirapihkan oleh mas mas yang baru saja selesai bermain. Hal itu malah membuat Bunga jadi manyun lagi, sembari ngomel ngomel nggak jelas.
“Kebiasaan nih...kalo Ayah tau mah pada dimarahin tuh...” gerutu dia.
“Mungkin mereka ngiranya kita mau main kali, makannya nggak diberesin dulu....Mau coba lawan gw sekali Bung?” Lanjut ajak gw.
“Nggak Ah...” Ujarnya menolak.
“Yah padahal kan gw mau bales dendam...”
“Hahaha...Fajar orangnya dendaman ya?” Tanya dia.
“Eee...bukannya begitu...Cuma mau liat aja Bunga masuk ke kolong meja. Hahaha” Ujar gw lalu tertawa.
“Aaa...Tega banget masa cewe disuruh masuk ke kolong..” Ujarnya sambil menyikut lengan gw.
“Hahaha...becanda Bunga....”
Bunga menghampiri gw yang tengah berdiri memegang stik di pinggir meja billiard. Lalu dia mengambil stik yang gw pegang itu dan membereskan beberapa bola berserakan di atas meja.
“Udah besok aja ya kita mainnya...Sekarang Fajar duduk sini aja..” Ucap dia dengan lembut.
Kemudian gw pun duduk di kursi disusul dengan Bunga disebelah gw.
“Bunganya ngantuuuk....” Ucapnya sambil menguap.
“Baru jam segini udah ngantuk sih Bung??”
“Hehe...nggak tau...”
“Yaa, kalo ngantuk Bunga tidur gih di dalem. Gw pulang aja...” Ujar gw datar.
“Nggak usah...Fajar disini aja...”
“Loh katanya Bunga ngantuuk?”
“Hehe...nggak jadi deh ngantuknya...Tuh, nggak ngantuk kan. Hehee” Ujarnya sambil melotot mengisyaratkan bahwa dia tidak jadi mengantuk.
“Nggak usah melotot atuh. Maksain banget dah!!” Ujar gw.
“Hahaha....” Dia pun tertawa.
Sepertinya ini waktu yang tepat untuk gw bicara. Keadaan yang memungkinkan, ditambah suasana yang cukup mendukung. Padahal gw sempat ragu untuk bicara malam ini karena sedari tadi kita cuma diem dieman saja tanpa ada obrolan yang segar. Apalagi dia sempat bete sebelumnya.
Ya...ini kesempatan gw. Dan gw nggak mau gagal lagi...
“Bunga..”
“Ya....”
“Bunda kemana ga keliatan?” Tanya gw.
“Dia mah paling di kamar nonton sinetron...” Jawab dia.
“Bunga nggak ikutan nonton sinetron? Haha”
“Ya nggak lah..Bunga nggak suka sinetron...” Jawab dia.
“Hehe...Bunga....” Panggil gw.
“Iya Fajar...” Sahut dia.
Mendadak detak jantung gw naik hingga 10.000 RPM, lidah gw terasa kaku untuk melanjutkan pembicaraan. Gw berusaha sekuat tenaga melawan perasaan itu hingga keringat dingin basah di sudut kening gw...
“Bunga....”
“Hemmm....” sahut dia.
Gw mengubah posisi duduk gw menjadi menghadap dia. Dan kata kata itu sudah siap meluncur berada di ujung lidah gw.
“Sebelumnya Fajar minta maaf ya sama Bunga. Mungkin ini terlalu cepat buat Bunga, kita belum lama kenal, tapi nggak tau kenapa, dan alasannya apa sampai sampai perasaan itu datang. Fajar Cuma pengen Bunga tau, kalau Fajar......emmm...mmm....mmm...Sayang sama Bunga...”
“Akhirnyaaa........” ucapnya sambil tersenyum lebar.
“Hah??” sahut gw.
“kayanya Bunga nggak usah jawab deh....” Ucapnya seraya tersenyum.
“Loh...Kok??” Tanya gw heran.
“Fajar tau....ini siapa??” Tanya dia sambil menunjuk dirinya sendiri.
“Bunga...” Jawab gw.
“Fajar tau nggak ‘dia’ setiap hari mikirin siapa?” Tanya dia lagi lalu menggenggam tangan gw.
“........” Gw menggeleng tidak mengerti.
“Fajar tau nggak, perhatian ‘dia’ selama ini untuk siapa?”
“........” lagi lagi gw menggeleng.
“Fajar tau nggak, ‘dia’ ngelakuin itu karena apa?” Tanya dia lagi
“..........” Gw menundukkan kepala gw.
“Karena ‘dia’ juga sayang sama Fajar...Bunga sayang sama Fajar.....”
Setitik airmata bersarang di ujung kelopak matanya. Dengan cepat dia mengusap air mata itu sebelum menetes membasahi pipinya.
“Kok Bunga nangis??” Tanya gw.
“Nggaak apa apa...Bunga seneng aja...” Jawab dia.
“Terus...emmm...jadinya......gimana??” tanya gw lagi.
Bunga tidak menjawab pertanyaan gw. Dia malah menjulurkan kelingking tangan kanannya ke hadapan gw.
Gw mengerti maksudnya dia, segera gw menyambutnya dengan cara melingkarkan kelingking gw ke kelingking dia...
“Jangan tinggalin Bunga yaa....” Ucapnya pelan.
“Iyaa....” jawab gw.
“Janjii??”
“Iya Bunga...Janji...”
...................................
...................................
Bunga....
3 Minggu yang lalu ‘benih’ itu mulai tertanam di dalam hati gw...
Seiring berjalannya waktu, lama kelamaan 'Benih' itu terus berkembang...
Perlahan tapi pasti batang pun terbentuk, dihiasi dedaunan di sekelilingnya.
‘Bunga’ pun akhirnya tumbuh walaupun baru berupa kuncup...
Dan sekarang, Bunga itu telah bermekaran dengan indah di dalam hati gw...
Gw tidak ingin memetiknya...
Gw tidak ingin mengambilnya...
Gw hanya ingin menjaganya agar ‘Bunga’ tidak layu...
Gw hanya ingin melindunginya dari para ‘Hama’ yang mungkin bisa menyakitinya...
Hingga suatu saat nanti gw akan benar benar memetiknya....
Gw akan memiliki sepenuhnya...
Dan gw berharap takdir itu benar terjadi....
20 April 2007...
..........................................................................
"Hahahahahaha...."
"Udah Bungaaa ga usah ketawa terus." Ujar gw.
"Gimana nggak ketawa, temennya Fajar itu ada ada aja ya...Hahaha" Ujarnya masih tertawa.
"Maklumin aja lah dia mah orang stress..."
"Bunga gak habis fikir aja...Masa B.A.B. disebutnya nabung...Haha"
"Ya...jangan difikirin Bungaa... Udah ah ngomongin itu mulu." Ujar gw.
"Haha...lucu aja. Kok bisa ya disebut nabung?" Tanya dia.
"Mana gw tau...mungkin WC itu mirip kayak celengan kali..haha" Canda gw sembari nyengir.
"Jahahahahaaa....Jorok ih!!!!" Bunga lagi lagi ngakak.
Sepertinya tak perlu dijelaskan lagi soal tragedi 'Menabung' yang membuat Bunga sampai tertawa terbahak-bahak. Entah apanya yang lucu dari kata nabung itu. Menurut gw biasa saja, tak ada lucunya sama sekali. Mungkin dia baru tahu ada istilah aneh seperti itu. Lagipula dia belum lama berada disini dan belum tahu banyak selak beluk pergaulan di Kota ini.
Tapi biarlah, gw sukses bisa membuatnya tertawa, walaupun karena hal yang sedikit menjijikan.
Agak sedikit hilang konsentrasi gw ketika mengemudikan motor. Tentu saja gara gara bidadari yang satu ini tertawa ngakak. Dia tertawa sampai memukul mukul pundak gw...Tak sedikit pula orang orang dan pengemudi motor lainnya yang memperhatikan tingkah kami berdua saat itu.
Mungkin saja mereka berkata seperti ini di dalam hati :
"Wahh...Cowonya ganteng, cewenya juga cantiik. Serasi yaa.."
Atau.....
"Itu cowonya unyu unyu,,,cewenya juga geulis. Mojang Bogor euy..."
Tapi sepertinya itu sangat sangat tidak mungkin. Justru yang ada di fikiran mereka sebenarnya seperti ini :
"Wah...itu cewenya cantik bangett...Tapi kok cowonya mirip kecoa deh?? Aneh!!"
Oke...cukup!!!! Lagi lagi kecoa...
"Jar...."
"Iya Bunga..."
"Ke warung situ dulu sebentar"
"Mau ngapain Bung?"
"Bunga mau beli eskrim dulu. Buat Bunda sama Puput."
"Oke deh..."
Motor gw berhentikan di depan warung yang cukup besar di sekitar komplek rumah dia. Gw lihat Bunga mengambil 4 eskrim yang ada di lemari es. Gw bingung, kenapa belinya banyak? Lalu gw bertanya kepada Bunga, kenapa membeli eskrim sebanyak itu.
"Kok beli 4 Bung? Buat siapa aja??" Tanya gw.
"Buat Bunda, Dek Puput, Bunga, sama Fajar.."
"Oh...gw nggak usah Bung.."
"Loh kenapa?" tanya dia.
"Nggak apa apa Bung. Gw belom boleh minum es. Masih sedikit batuk nih....uhuk uhuk..." Jawab gw beralasan.
"Yakin nggak mau?" Tanya dia lagi.
"Iya nggak Bung...udah beli 3 aja ya...hehe"
"Yaudah...kalo ga mau eskrim Fajar maunya apa?" Lagi dia bertanya.
"Nggak usah Bungaa....tadi kan Bunga dah beliin kue buat gw."
"Hehe...Beneran nih ga mau??" Tanya dia lagi.
"Iya....gw maunya Bunga aja...hehe" Jawab gw gombal.
"Eeeeee....Jangan dong, masa Bunga mau dimakan..!!"
Gw menepuk kening gw sendiri seraya berkata 'Haduh'...Sungguh Bunga itu seorang gadis yang sangat polos. Ekspresinya biasa saja ketika gw mengucapkan sepatah kata tadi. Sepertinya dia nggak mempan digombalin. Bisa jadi dia tidak mengerti maksud perkataan seperti itu dari seekor cucunguk macam gw ini. Entahlah...
Jadi urang teh kudu kumaha...???
Setelah mampir di warung untuk membeli 3 buah eskrim, kami pun akhirnya sampai di rumahnya. Bunga menawarkan gw untuk mampir dahulu di rumahnya. Dan itu memang tujuan gw. Selain menjemput dan mengantarkan dia pulang, gw mempunyai maksud lain disini.
Gw ingin bicara...Bicara serius kepadanya...
Bicara mengenai perasaan gw yang sudah tidak bisa dipendam lagi...
Kemudian gw dipersilahkan masuk oleh sang tuan rumah. Lalu gw duduk di kursi kayu sambil menunggu Bunga yang mungkin sedang berganti pakaian.
"1....2.....3...."
Ada 3 tukang yang sedang bekerja di sekitar teras depan rumahnya. Seketika gw berfikir, bagaimana caranya agar gw bisa bicara serius kepada Bunga sedangkan kondisi diteras depan ramai oleh para tukang yang sedang sibuk bekerja. Namun gw meyakinkan diri gw sendiri dengan berfikir positif, mudah mudahan saja pekerjaan mereka sudah hampir selesai. Dan mereka segera pergi dari tempat ini.
"Oh ada si Fajar..." Ucap Bundanya Bunga yang tiba tiba keluar dari dalam.
"......." Gw tersenyum menjawabnya lalu gw sungkem.
"Tadi pulang bareng Bunga ya?" Tanya dia.
"Iya Bunda...sekalian aku pulang juga. Kan searah." Jawab gw.
"Emangnya rumahmu dimana Jar?" Tanya dia lagi.
"Di komplek xx Bunda...Nggak terlalu jauh kok dari sini." Jawab gw.
"Ohh...giu. Yaudah tungguin dulu Bunganya lagi di belakang." Tuturnya.
"ii...iya Bundaa..." Sahut gw.
Sambil menunggu Bunga, gw sesekali menghampiri para tukang dan sedikit bertanya pada mereka. Entahlah apa yang gw tanyakan waktu itu. Pastinya gw bertanya hal yang sama sekali nggak penting. Contohnya,
"Mas. Asalnya darimana??"
"Mas, udah berapa lama kerja disini?"
"Mas, semen terbuat dari apa?"
Gw melakakukan hal bodoh seperti ini juga karena gw grogi sama calon mertua yang ikutan duduk bergabung dengan gw sambil menikmati eskrim pemberian Bunga tadi.
Sepertinya rencana gw sedikit terhambat, bahkan terancam gagal. Padahal saat itu gw sudah benar benar siap untuk segera mengeksekusi. Tapi apalah daya, mungkin memang nasib gw yang selalu diberi kesulitan dalam urusan percintaan.
Nasib....nasib....
Tak lama kemudian Bunga pun muncul dari dalam rumah.
"Jar ngapain disitu?" Ucap Bunga di selasar pintu rumah.
"Biarin aja mau bantuin masang keramik dia..." Celetuk Bundanya Bunga.
"Eh..nggak kok cuma ngeliatin aja." Sahut gw.
"Ooh..kirain beneran mau bantuin. Hehe. Jar, ke depan aja yu." Ajak dia.
"Oke..." jawab gw.
Kemudian kami berdua menuju depan rumahnya dan duduk di sebuah kursi tembok. Gw tidak bicara apa apa saat itu. Gw bingung mau ngomong apa...Rasa malu itu tiba tiba hinggap ke dalam diri gw karena kondisi rumahnya saat itu memang sedang ramai oleh para tukang yang sedang bekerja. Ditambah ada Bundanya di teras depan mengawasi para tukang bak mandor. Hal itu justru membuat gw menjadi semakin grogi.
Waktu sudah menunjukkan pukul 16.30 sore. Sampai detik itu gw sama sekali belum bicara. Selama hampir setengah jam lebih gw cuma bisa planga-plongo kaya orang idiot. Hanya sesekali gw mengobrol dengan Bunga. Itupun garing...kaya ikan asin!!
Akhirnya rencana gw sore ini benar benar gagal total.
Tapi gw tidak menyerah...Sudah terlanjur tekad gw berada di ujung tanduk, dan gw ga bisa mundur lagi menarik tekad gw tersebut.
Mudah mudahan saja nanti malam dewi fortuna berpihak pada gw dan kondisi disini betul betul memungkinkan untuk menyatakan perasaan gw.
Ya, gw bakal balik lagi kesini nanti malam.
"Bunga...gw pulang ya." Ucap gw.
"Loh kenapa Jar...baru jaam segini."
"Ga apa apa Bung...ga enak sama nyokap euy. Dari kemarin gw pulang sore terus." Ujar gw.
"Yaah...Fajar mah gitu." Ucapnya memasang wajah bete.
"Hee...jangan ngambek atuh jelek!!" Ujar gw.
"Tapi Fajarnya nanti malem kesini lagi yaa..."
"Iyaa..." Ucap gw sambil mengangguk mengiyakan ajakannya.
Tanpa dia meminta pun, gw memang sudah mempunyai niatan untuk kesini lagi nanti malam. Terkadang gw mempunyai fikiran yang sama dengannya...
Mungkin gw jodoh kali ya sama dia...
Atau mungkin ini semua hanya suatu kebetulan semata....
Entahlah....
Apa salahnya gw bermimpi...?
Walaupun mimpi gw ini sama sekali ‘belum’ realistis.
"Nanti temenin Bunga main billiard yaa..." Lanjut dia.
"Iyaa..." Sahut gw.
"Tapi Fajar jangan terlalu malem kesininya...Nanti dimarahin Bunda." Ujarnya.
"Iyaaa Bungaaaaa...."
Gw masuk ke dalam menuju teras dimana Bundanya Bunga berada disitu. Gw hanya ingin berpamitan kepada dia. Sebagai calon menantu yang baik, pastinya gw sungkem sewaktu datang tadi , dan kali ini gw pamit pulang juga harus sungkem.
Yang seperti ini patut ditiru ya...
Haha.
"Fajar nanti jangan lupa...."
"Iya....Bunga itu bawel ya..." Ujar gw.
"Hehe...Yaudah Jar hati hati."
"Sipp...."
Gw akhirnya pulang...
Sesampainya di rumah, gw mendapat sambutan hangat dari babeh gw. Malahan kelewat hangat dan hampir panas.
Bagaimana tidak, baru juga beberapa langkah memasuki rumah, si babeh langsung ngoceh memarahi gw. Tentu saja karena gw terlalu sering pulang sore terlambat sampai di rumah.
Gw sudah terbiasa dengan segala ocehan beliau. Saat itu gw tidak terlalu menanggapinya dan bergegas masuk ke kamar.
Sejenak gw duduk di atas kasur dengan handuk yang melingkar di leher gw.
Gw bengong....
Gw melamun...
Fikiran gw berputar balik ke belakang, gw kembali mengingat kejadian yang gw alami beberapa bulan yang lalu.
Teringat lagi bayangan seorang gadis cantik asli dari kota Sukabumi. .
“Gimana Kabarmu Nii??? Hampir 3 bulan kita nggak ketemu...Melihatmu pun aku nggak pernah...” Ucap gw dalam hati.
Niar,,,
hanya singkat kebersamaan yang gw lewati dengannya tanpa bisa gw menyatakan perasaan gw. Bukannya gw tidak bisa, tapi gw tidak sempat. Bisa juga dikatakan terlambat.
Niar, gadis itu yang membuat gw pertama kali merasakan jatuh cinta. Dia juga yang membuat gw pertama kali merasakan yang namanya ‘sakit hati’.Walaupun gw tidak bisa menyalahkan dia sepenuhnya tentang rasa sakit yang gw rasakan. Tapi penyesalan itu masih berbekas disini...
Di dalam hati gw...;
Lalu Nurul...
Hampir 1 bulan gw menjalani hubungan dengannya dengan status ‘pacaran’. Status hanyalah sebuah status tak lebih dari perasaan.,.Ya, dia hanya menjadi boneka pelampiasan sakit hati gw, sebagai pelarian gw karena gagal mendapatkan Niar, dan lain sebagainya gw nggak ngerti!!. Sekalipun gw tidak pernah mempunyai maksud untuk menjadikan dia sebagai pelarian atau pelampiasan.
Gw selalu mencobanya...
Mencoba unuk sayang...
Tapi hati ini tak bisa dibohongi kalau gw sama sekali tidak merasa ‘sayang’ terhadapnya.
Tetap tidak bisa...
Maaf Nu.....
Dan yang terakhir, Bunga...
Sebuah perkenalan dengan cara yang aneh dan unik menurut gw. Dengan sedikit dibalut emosi saat kesan pertama, akhirnya gw bisa dekat dengan dia sampai detik ini.
Dan sekarang gw menyukai dia...Dia cantik, baik, lucu dan lugu.
Tapi gw masih sedikit bingung tentang perasaan gw ini. Bukan karena gw ragu, atau gw minder. Bukan!!
Melainkan gw bingung, kenapa gw bisa cepat menyukai dia dalam waktu yang singkat ini...
Apa karena gw menemukan sosok “NIAR” yang lain di dalam dirinya?
Bukan maksud untuk membandingkan mereka berdua, namun sekilas memang ada sedikit persamaan dari Bunga dan Niar.
Tidak...tidak!!!
Dengan gw menitik beratkan kesamaan tadi, hal itu sama saja gw menjadikan Bunga sebagai pelarian saja...
Oke Cukup... Gw nggak bisa menyamakan dia dengan Niar..Sama sekali nggak bisa...
Dan Bunga bukan tujuan gw sebagai pelarian berikutnya...karena gw sepenuhnya menyukai dia.
Gw segera bangkit dari atas kasur dan bergegas untuk mandi membersihkan badan sekaligus otak gw yang agak bulukan.
Adzan maghrib pun telah lewat, kewajiban pun sudah dilaksanakan. Kini waktunya gw untuk berangkat memenuhi janji pada Bunga. Tak lupa gw mengabarinya terlebih dahulu untuk memastikan kedatangan gw malam ini.
Dengan bermodalkan dandanan seadanya, pakaian seadanya, tampang seadanya, lalu gw akhirnya berangkat.
Sesampainya disana, gw melihat Bunga sedang duduk di depan rumahnya. Terlihat sebuah headset tertempel di daun telinganya. Dia tersenyum ketika gw mulai mendekat dan memarkirkan motor gw tepat berada di depannya.
“Assalamualaikum...” Gw mengucap salam.
“Walaikumsalam...” Jawab dia sambil melepas headsetnya.
“Kok Bunga duduk disini...?” Tanya gw.
“Iya....abisnya bete!” Jawab dia.
“Bete kenapa?”
“Tuh Fajar liat aja sendiri ke dalem...”
Kemudian gw melongok ke arah teras depan rumahnya. Ada 4 orang mas mas sedang bermain billiard saat itu.
“Oh,..” Gumam gw singkat.
“Iya tuh...Bunga kan nungguin daritadi. Eh, malah nggak selesai selesai mainnya.” Gerutu dia.
“Yaudah lah biarin aja Bung, biar mereka seneng...” Ucap gw.
“Tapi nyebelin,,nggak mau gantian. Kita kan mau main...” Ujarnya.
“Hahaha...nggak usah manyun kenapa Bung..” Ledek gw.
“........” Dia malah tambah manyun.
Gw hanya sedikit tertawa melihat tingkahnya dia yang kekanak kanakan. Tapi itulah yang gw suka dari dia. Dia terlihat semakin lucu ketika merengek rengek seperti tadi.
Kemudian gw beranjak k agak menjauh darinya dan membakar sebatang rokok.
Belum ada satupun kata kata yang terucap dari mulut kami berdua saat itu. Gw asyik dengan rokok, sedangkan Bunga masih asyik dengan mp3 playernya. Entah lagu apa yang dia dengarkan.
“tik....tok...tik....tok...”
Waktu terus berputar, detik demi detik gw lewati dengan diam membisu. Sesekali gw memperhatikan Bunga komat kamit seperti mengikuti syair lagu yang dia dengarkan. Hanya sebatas tersenyum ketika gw melihatnya tanpa berani menyapanya.
Seperti biasa, penyakit gw kambuh disaat seperti ini.
Gw kembali melongok ke dalam, gw lihat mas mas itu sudah selesai bermain dan mereka berjalan menuju keluar rumah.
“Bunga....”
“Iya Jar...”
“Tuh udah pada selesai. Mau main nggak??” Tanya gw.
“Nggak jadi ah...Bunganya jadi males udah kelamaan nunggu.” Jawabnya.
“Yaaahh...katanya tadi mau min Billiard. Gimana sih.” Ujar gw.
“Hehe...nggak jadi. Duduk di dalem aja yu. Banyak nyamuk disini...” Ajak dia.
“Nyamuknya pasti cowo tuh Bung...Haha...” Canda gw.
“Haha...Iya cowonya pada genit genit..”
“Hahaha...” Gw tertawa.
Lalu kami berdua pun masuk. Terlihat meja billiard masih berantakan belum dirapihkan oleh mas mas yang baru saja selesai bermain. Hal itu malah membuat Bunga jadi manyun lagi, sembari ngomel ngomel nggak jelas.
“Kebiasaan nih...kalo Ayah tau mah pada dimarahin tuh...” gerutu dia.
“Mungkin mereka ngiranya kita mau main kali, makannya nggak diberesin dulu....Mau coba lawan gw sekali Bung?” Lanjut ajak gw.
“Nggak Ah...” Ujarnya menolak.
“Yah padahal kan gw mau bales dendam...”
“Hahaha...Fajar orangnya dendaman ya?” Tanya dia.
“Eee...bukannya begitu...Cuma mau liat aja Bunga masuk ke kolong meja. Hahaha” Ujar gw lalu tertawa.
“Aaa...Tega banget masa cewe disuruh masuk ke kolong..” Ujarnya sambil menyikut lengan gw.
“Hahaha...becanda Bunga....”
Bunga menghampiri gw yang tengah berdiri memegang stik di pinggir meja billiard. Lalu dia mengambil stik yang gw pegang itu dan membereskan beberapa bola berserakan di atas meja.
“Udah besok aja ya kita mainnya...Sekarang Fajar duduk sini aja..” Ucap dia dengan lembut.
Kemudian gw pun duduk di kursi disusul dengan Bunga disebelah gw.
“Bunganya ngantuuuk....” Ucapnya sambil menguap.
“Baru jam segini udah ngantuk sih Bung??”
“Hehe...nggak tau...”
“Yaa, kalo ngantuk Bunga tidur gih di dalem. Gw pulang aja...” Ujar gw datar.
“Nggak usah...Fajar disini aja...”
“Loh katanya Bunga ngantuuk?”
“Hehe...nggak jadi deh ngantuknya...Tuh, nggak ngantuk kan. Hehee” Ujarnya sambil melotot mengisyaratkan bahwa dia tidak jadi mengantuk.
“Nggak usah melotot atuh. Maksain banget dah!!” Ujar gw.
“Hahaha....” Dia pun tertawa.
Sepertinya ini waktu yang tepat untuk gw bicara. Keadaan yang memungkinkan, ditambah suasana yang cukup mendukung. Padahal gw sempat ragu untuk bicara malam ini karena sedari tadi kita cuma diem dieman saja tanpa ada obrolan yang segar. Apalagi dia sempat bete sebelumnya.
Ya...ini kesempatan gw. Dan gw nggak mau gagal lagi...
“Bunga..”
“Ya....”
“Bunda kemana ga keliatan?” Tanya gw.
“Dia mah paling di kamar nonton sinetron...” Jawab dia.
“Bunga nggak ikutan nonton sinetron? Haha”
“Ya nggak lah..Bunga nggak suka sinetron...” Jawab dia.
“Hehe...Bunga....” Panggil gw.
“Iya Fajar...” Sahut dia.
Mendadak detak jantung gw naik hingga 10.000 RPM, lidah gw terasa kaku untuk melanjutkan pembicaraan. Gw berusaha sekuat tenaga melawan perasaan itu hingga keringat dingin basah di sudut kening gw...
“Bunga....”
“Hemmm....” sahut dia.
Gw mengubah posisi duduk gw menjadi menghadap dia. Dan kata kata itu sudah siap meluncur berada di ujung lidah gw.
“Sebelumnya Fajar minta maaf ya sama Bunga. Mungkin ini terlalu cepat buat Bunga, kita belum lama kenal, tapi nggak tau kenapa, dan alasannya apa sampai sampai perasaan itu datang. Fajar Cuma pengen Bunga tau, kalau Fajar......emmm...mmm....mmm...Sayang sama Bunga...”
“Akhirnyaaa........” ucapnya sambil tersenyum lebar.
“Hah??” sahut gw.
“kayanya Bunga nggak usah jawab deh....” Ucapnya seraya tersenyum.
“Loh...Kok??” Tanya gw heran.
“Fajar tau....ini siapa??” Tanya dia sambil menunjuk dirinya sendiri.
“Bunga...” Jawab gw.
“Fajar tau nggak ‘dia’ setiap hari mikirin siapa?” Tanya dia lagi lalu menggenggam tangan gw.
“........” Gw menggeleng tidak mengerti.
“Fajar tau nggak, perhatian ‘dia’ selama ini untuk siapa?”
“........” lagi lagi gw menggeleng.
“Fajar tau nggak, ‘dia’ ngelakuin itu karena apa?” Tanya dia lagi
“..........” Gw menundukkan kepala gw.
“Karena ‘dia’ juga sayang sama Fajar...Bunga sayang sama Fajar.....”
Setitik airmata bersarang di ujung kelopak matanya. Dengan cepat dia mengusap air mata itu sebelum menetes membasahi pipinya.
“Kok Bunga nangis??” Tanya gw.
“Nggaak apa apa...Bunga seneng aja...” Jawab dia.
“Terus...emmm...jadinya......gimana??” tanya gw lagi.
Bunga tidak menjawab pertanyaan gw. Dia malah menjulurkan kelingking tangan kanannya ke hadapan gw.
Gw mengerti maksudnya dia, segera gw menyambutnya dengan cara melingkarkan kelingking gw ke kelingking dia...
“Jangan tinggalin Bunga yaa....” Ucapnya pelan.
“Iyaa....” jawab gw.
“Janjii??”
“Iya Bunga...Janji...”
...................................
...................................
Bunga....
3 Minggu yang lalu ‘benih’ itu mulai tertanam di dalam hati gw...
Seiring berjalannya waktu, lama kelamaan 'Benih' itu terus berkembang...
Perlahan tapi pasti batang pun terbentuk, dihiasi dedaunan di sekelilingnya.
‘Bunga’ pun akhirnya tumbuh walaupun baru berupa kuncup...
Dan sekarang, Bunga itu telah bermekaran dengan indah di dalam hati gw...
Gw tidak ingin memetiknya...
Gw tidak ingin mengambilnya...
Gw hanya ingin menjaganya agar ‘Bunga’ tidak layu...
Gw hanya ingin melindunginya dari para ‘Hama’ yang mungkin bisa menyakitinya...
Hingga suatu saat nanti gw akan benar benar memetiknya....
Gw akan memiliki sepenuhnya...
Dan gw berharap takdir itu benar terjadi....
20 April 2007...
efti108 memberi reputasi
1