Kaskus

Regional

  • Beranda
  • ...
  • Bromo
  • ¤* [FORSUP Reg. Bromo] Supranatural , Spiritual & Budaya Regional BROMO *¤

pakzziiAvatar border
TS
pakzzii 
¤* [FORSUP Reg. Bromo] Supranatural , Spiritual & Budaya Regional BROMO *¤
¤* [FORSUP Reg. Bromo] Supranatural , Spiritual & Budaya Regional BROMO *¤


Dengan kerendahan hati Izinkan saya membuka thread forsup reg bromo emoticon-Embarrassment

¤* [FORSUP Reg. Bromo] Supranatural , Spiritual & Budaya Regional BROMO *¤


Quote:

emoticon-rose

Tujuan Thread ini adalah untuk sebagai ajang sharing tentang semua hal berkaitan dengan dunia Supranatural , Spiritual maupun Budaya dan untuk bersilahturahmi menjalin keakraban terhadap sesama warga Regional Bromo ini khususnyaemoticon-shakehand

emoticon-rose


¤* [FORSUP Reg. Bromo] Supranatural , Spiritual & Budaya Regional BROMO *¤


Spoiler for Pengertian:


Apabila ada yg ingin sharing atau mengenal jauh tentang dunia Supranatural mari kita diskusikan di thread ini, atau yg ingin terawang teriwing jg boleh,sapa tau ada yg bantuin emoticon-Embarrassment

Quote:



UPDATE

Spoiler for update:



Mari semuanya




Quote:
Diubah oleh pakzzii 26-03-2014 08:09
nona212Avatar border
deiro70Avatar border
deiro70 dan nona212 memberi reputasi
0
351.2K
10K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Bromo
Bromo
KASKUS Official
385Thread282Anggota
Tampilkan semua post
Kwek.Kwek.KwekAvatar border
Kwek.Kwek.Kwek
#741
Candi Jolotundo
Candi Jolotundo



Jika menyelusuri lereng Gunung Penanggungan akan menemukan beberapa candi. dibutuhkan waktu berhari-hari untuk menemukan candi-candi tersebut. Karena lokasi dan letak yang berpencar. Apalagi posisi yang tertutup oleh rimbunan pohon atau semak menyulitkan kita untuk mencarinya. Ada beberapa candi yang berada di jalur pendakian. Ini mudah kita temukan. Tetapi ada juga yang berada tersembunyi, sehingga kadang-kadang perlu memanjat pohon yang tinggi lalu mencari dengan memanfaatkan binokuler.
Beberapa candi yang bisa ditemukan dilereng tersebut adalah:
Candi Jolotundo. Merupakan candi yang paling besar dan memiliki sumber air yang besar dibandingkan candi-candi yang lain. Menuju candi ini sangat mudah. Mobil bisa sampai dipelataran pakir candi ini. Biasanya banyak orang berkunjung kesini untuk mengambil air atau mandi yang mengalir dari batu-batu candi. Menurut mereka bisa membuat awet muda.

Spoiler for pintu masuk jolotundo:


Spoiler for petirtaan jolotundo:

Spoiler for petirtaan jolotundo:

Candi ini memiliki 2 tingkatan kolam. 2 kolam kecil untuk mandi ditingkatan atas. Satu kolam disebelah kiri untuk tempat mandi wanita dan satu kolam lagi dikanan untuk mandi pria. Dan memiliki kolam besar, ditingkatan bawah yang berisi ikan-ikan yang kecil hingga besar. Ikan-ikan ini tidak boleh diambil. Menurut cerita, ikan-ikan tersebut adalah para dayang-dayang. Biasanya di malam Jum’at legi, banyak para pengunjung datang kesana untuk mandi.
Dengan suasana yang gelap gulita. Setelah mandi ada yang melanjutkan ritual bersemedi ada juga yang tidur di pendopo disana.Terlebih malam bulan purnama. Mereka meyakini tempat ini memiliki kelebihan untuk memunculkan berbagai permintaan.

Spoiler for :


Candi ini sudah menjadi obyek wisata, sehingga banyak juga warung-warung permanen di luar kawasan candi (dibatasi pagar). Jika kita lupa membawa tempat untuk membawa airnya, warung-warung tersebut menjual jerigen-jerigen air, selain menjual teh, kopi dan makanan.

Petirtaan Jolotundo secara administratif terletak di Dukuh Balekambang, Desa Seloliman, Kecamatan Trawas, Mojokerto-Jawa Timur. Secara geografis berada di ketinggian 525 m dpl tepatnya di lereng barat Gunung Penanggungan.

Dari informasi yang terpasang di tembok luar pos jaga candi diketahui bahwa bentuk Petirtaan Jolotundo yang berbentuk empat persegi panjang dengan teras di tengah dan puncak pancuran di tengah-tengah ternyata memiliki arti simbolis sebagai gambaran Mahameru (Gunung Semeru). Dalam konsepsi Hindu, Mahameru dianggap sebagai gunung suci tempat bersemayam para dewa. Konsepsi ini sebenarnya telah dikenal semenjak jaman prasejarah (masa Megalitikum) yang menganggap gunung sebagai unsur tertinggi tempat bersemayamnya roh nenek moyang.

Petirtaan Jolotundo dianggap pula melambangkan pengadukan lautan dalam cerita “Amrtamanthana” yang menceritakan proses mendapatkan air suci dengan menggunakan Gunung Mahameru yang dililit oleh ular Batara Wasuki. Berdasarkan hal itu, Petirtaan Jolotundo disamakan dengan lautan, sedangkan teras dengan pancuran berbentuk silindris yang dililit seekor ular melambangkan bentuk Mahameru. Air yang keluar dari pancuran itu sendiri dianggap air suci atau “Amrta”.

Dari berbagai penelitian terdapat perbedaan pendapat mengenai fungsi petirtaan ini. Beberapa ahli seperti Shutterheim, Krom, Vanstein Callenfels beranggapan bahwa Jolotundo merupakan tempat pemakaman. Namun pendapat tersebut dibantah oleh beberapa ahli lain yang menganggap sebaliknya, sebagaimana yang dikemukakan oleh Soekmono bahwa candi bukanlah makam. Selain itu bukti arkeologis lain juga menunjukkan bahwa Petirtaan Jolotundo dibangun oleh Raja Udayana pada saat beliau berusia 14 tahun. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Soekartiningsih maka fungsi petirtaan ini adalah sebagai monumen pernyataan dan keberadaan diri Raja Udayana saat mengundurkan diri dengan bersemedi dalam rangka menghimpun kekuatan yang akan digunakannya untuk kembali menduduki tahta di Bali.

Petirtaan Jolotundo pada dasarnya merupakan kolam dengan ukuran 16X13 meter persegi, menghadap ke Barat. Petirtaan ini dibuat dengan memotong sebagian lereng Barat Gunung Penanggungan. Di sudut tenggara dan timur laut terdapat masing-masing sebuah kolam kecil. Di atas kolam kecil tersebut terdapat bangunan seperti candi, yaitu semakin ke atas semakin meruncing yang menempel pada dinding belakang. Bangunan ini mempunyai dua relung yang pada bagian atas masing-masing relung dihiasi. Relung bagian atas telah kosong, sedangkan relung bawah terdapat arca naga yang berfungsi sebagai saluran air dan dinding belakang ke kolam kecil.

Spoiler for :


Spoiler for :


Bukti arkeologis yang berbentuk relief di petirtaan ini telah banyak yang rusak dan sebagian tidak diketahui tempat aslinya. Selain relief, di petirtaan ini terdapat empat buah prasasti pendek dengan huruf Jawa Kuno, yaitu : 1. angka tahun 899 saka di dinding atas sebelah kiri, 2. kata terbaca Gempeng di dinding atas sebelah kanan, 3. kata terbaca Udayana di sudut tenggara, 4. kata terbaca Mragayawati di sudut tenggara.

Spoiler for inkripsi gempeng:


Spoiler for Inskripsi terbaca Mragayawati dan Udayana:

Empat inskripsi pendek ini semakin melengkapi aspek kesejarahan Petirtaan Jolotundo. Banyak ahli sepakat bahwa angka tahun 899 saka merupakan tahun berdirinya Petirtaan Jolotundo. Bila demikian adanya maka pada tahun tersebut Udayana telah berumur 14 tahun. Inskripsi angka tahun tersebut menjadi semakin menarik bila dikaitkan dengan cerita yang ada di relief Jolotundo. Cerita tentang penculikan Mrgawati yang sedang mengandung Udayana kiranya dapat disejajarkan dengan proses pengungsian Udayana ke Jawa Timur ketika Bali sedang dilanda pralaya (musibah/bencana peperangan). Peristiwa ini berkaitan erat dengan inskripsi yang berbunyi “gempeng”.

Muncul berbagai tafsiran para ahli yang mengatakan bahwa gempeng berarti lebur, dikubur, wafat, hancur atau rasa sedih. Bila dilihat dari aspek arsitektur pembangunan petirtaan ini maka kata gempeng dapat diartikan sebagai melebur atau memotong. Hal ini disebabkan petirtaan ini dibangun dengan memotong lereng gunung sehingga bangunan ini seakan-akan melebur menjadi satu kesatuan dengan Gunung Penanggungan.

Adapun adanya tulisan Udayana dan Mragayawati yang dipahatkan pada dinding teras Jolotundo dapat dipandang sebagai usaha Udayana untuk memantapkan kedudukannya dengan menggunakan nama ibunya yang dalam naskah dikenal sebagai Mrgawati. Dalam sejarah perkimpoian Udayana dengan putri Jawa yaitu Gunapriyadharmapatni dipandang sebagai usaha untuk memantapkan kedudukannya.


Para wisatawan yang mendatangi Situs Jolotundo ternyata memiliki motivasi yang berlainan. Ada yang datang ke tempat ini karena memang ingin berwisata sejarah menikmati kemolekan Petirtaan Jolotundo sebagai warisan Raja Udayana. Tidak sedikit yang terlihat diantara mereka membawa wadah air berupa botol, cerigen atau bahkan galon air minum. Para wisatawan itu sengaja datang karena mereka meyakini air yang keluar dari pancuran petirtaan ini berkhasiat.

Sebagian lagi dari mereka baik laki-laki maupun perempuan tidak segan-segan menceburkan diri untuk mandi dalam bilik yang terpisah antara pria dan wanita. Diantara para turis itu ada yang berkeyakinan kalau mandi di petirtaan ini bisa membuat wajah awet muda, terbebas dari berbagai penyakit khususnya penyakit kulit. Saya sempat menyaksikan beberapa pria berbadan gempal dan bertato memasuki bilik khusus laki-laki. Mereka mandi dengan air yang sudah dicampur dengan bunga. Sebelum mandi para pria itu bersemedi di bagian atas dari petirtaan ini.

Spoiler for :


Di kolam Petirtaan Jolotundo, traveler bisa saksikan ikan-ikan besar dalam jumlah yang banyak. Ikan-ikan itu terlihat jinak, terkadang mulutnya yang lucu menjilati kaki wisatawan yang berendam di kolam itu. Mereka berlarian kesana kemari berebut makanan dari para turis yang menaburkan pelet ikan. Anehnya tidak satupun wisatawan yang berani iseng dengan mengambil atau bahkan mencuri ikan-ikan yang konon dianggap keramat itu.

Spoiler for :


Sebagian masyarakat sudah mengetahui dari cerita mulut ke mulut kalau air di petirtaan ini ampuh dan berkhasiat obat. Pernah ada peneliti asing yang mencoba menganalisis kandungan kimia dan fisika air Petirtaan Jolotundo, dari hasil penelitian itu diketahui kalau air petirtaan ini memang termasuk yang terbagus di dunia. Konon air asli petirtaan ini bisa tahan sekian lama dengan tidak mengalami perubahan secara fisika maupun kimia tanpa diproses lebih lanjut.

Spoiler for :


Spoiler for :


Spoiler for pendopo:


Jalur Jolotundo. Jika naik angkutan umum, dari Surabaya, mengambil bis jurusan Surabaya – Malang, berhenti di Japanan. Dari Japanan, naik bis lebih kecil berwarna kuning menuju mojokerto dan berhenti di Ngoro Industri. Dari Ngoro Industri naik ojek ke Candi Jolotundo.
Jika dari Malang, mengambil bis jurusan Malang – Surabaya , berhenti di Japanan. Dari Japanan, naik bis lebih kecil berwarna kuning menuju mojokerto dan berhenti di Ngoro Industri. Dari Ngoro Industri naik ojek ke Candi Jolotundo. Atau dari Malang, mengambil bis jurusan Malang – Surabaya berhenti di pandaan. Lalu naik mobil L300 menuju Trawas. Dari Trawas ojek ke candi Jolotundo.
Diubah oleh Kwek.Kwek.Kwek 11-02-2014 14:07
0
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.