TS
mabdulkarim
Kumpulan cerita Karim
ini thread digunakan selain cerita random world, ini merupakan kumpulan cerita ane yang kagak perlu di jadiin thread..
denah STM Panzer
Quote:
War, new imperilism, industrial age:Hetazania Dacians
genre: strategi, aksi, politik
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14.
15
genre: strategi, aksi, politik
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14.
15
Quote:
Naninu
genre: komedi
Naninu:Memory
Naninu:Masih dunia paling lain
Naninu:Cerita paling amburadul
Naninu-panzer short story
genre: komedi
Naninu:Memory
Naninu:Masih dunia paling lain
Naninu:Cerita paling amburadul
Naninu-panzer short story
Quote:
STM Panzer
genre: komedi
STM Panzer: Supranatural
Naninu-Panzer short story
STM Panzer: Pekerjaan sambilan bagian 1/3
STM Panzer: Pekerjaan sambilan bagian 2/3
STM Panzer: Pekerjaan sambilan 3/3
STM Panzer= melawan gaib 1/2
STM Panzer= melawan gaib 2/2:
genre: komedi
STM Panzer: Supranatural
Naninu-Panzer short story
STM Panzer: Pekerjaan sambilan bagian 1/3
STM Panzer: Pekerjaan sambilan bagian 2/3
STM Panzer: Pekerjaan sambilan 3/3
STM Panzer= melawan gaib 1/2
STM Panzer= melawan gaib 2/2:
Quote:
STM Panzer x Naninu: Laknad project (masuk kategori lain di polling
)
Genre: Aksi, gore, sci fic, silat,komedi, petualangan
prolog
1
2
3
4
5
6
)Genre: Aksi, gore, sci fic, silat,komedi, petualangan
prolog
1
2
3
4
5
6
Quote:
Lain-lainnya
Jung Kosim
Jung Kosim
denah STM Panzer
Polling
0 suara
Lebih suka cerita apa?
Diubah oleh mabdulkarim 08-06-2016 18:42
0
8K
Kutip
69
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Fanstuff
1.9KThread•347Anggota
Tampilkan semua post
TS
mabdulkarim
#53
Spoiler for Laknad Project 6:
6.Laknad Project
Lokasi: rumah penduduk
Senin, 20 Januari 901 pada jam 20.20
Bhayangkara yang menolong Kosim mengotong badan Kosim ke suatu kamar, Bhayangkara itu mengotong Kosim dengan menangkat badannya yang beratnya sekitar 50 Kg. Darah yang keluar dari luka Kosim berceceran di jalanan, tangan Bhayangkara tersebut yang memegang badan Kosim terkena aliran darah Kosim yang keluar dari lukanya.
Bhayangkara tersebut melihat tangannya berlumuran darahnya Kosim dan ia langsung mempercepat langkah kakinya. Dengan cepat, ia sampai di kamar dan masak ke kamar. Bhayangkara tersebut langsung menaruh Kosim di atas kasur, Bhayangkara tersebut yang memakai jas hitam langsung menuntup pintu dengan meja dan TV.
Setelah itu, ia membersihkan tangannya dengan tisu lalu mengobati Kosim dengan P3K yang ia miliki. Luka Kosim cukup banyak di tubuhnya dan pipi Kosim yang terluka mengeluarkan banyak darah, baju Kosim juga sudah rusak dan baju Kosim berlumuran banyak darah baik dari lukanya maupun darah musuh.
Di celana panjang Kosim yang dikenakannya berlumuran darah, entah itu luka Kosim atau darah musuhnya, kedua darah tersbeut sudah bercampur dan tidak bisa di bedakan asalnya dari mana. Kosim pingsan dan ia masih bisa hidup tapi jika makin banyak darah yang ia keluarkan, dia bisa mati.
Bhayangkara tersebut menutupi satu-persatu luka Kosim dengan perban, luka bolongan pipi kiri ia tutup dengan perban yang cukup besar. Darah yang keluar dari luka-luka Kosim sudah tak keluar lagi, Bhayangkara tersebut senang melihat luka-luka Kosim sudah tidak mengeluarkan darah lagi.
Setelah itu, Kosim di biaran tidur di kasur dan Bhayangkara tersebut yang bernama Senopati Jaka langsung mengisi pistolnya dengan peluru.
Ia mengeluarkan peluru-pelurunya dari kantong sabuknya dan mengisi pistolnya dengan 6 butir peluru, ia masih punya banyak peluru pistol di kantong kecilnya.
Senopati mengisi peluru sambil melihat Kosim yang tiduran di kasur, ia berkata dalam hatinya, “Si Kosim, senasib ya ternyata sama gue!”
Senopati Jaka, Senopati Bhayangkara yang juga bernasib sama seperti Kosim yaitu menjadi incaran semua orang untuk di bunuh. Senopati Jaka nasibnya lebih beruntung dari Kosim, ia beruntung karena ia punya senjata api yang cukup bisa membuatnya bertahan sampai sekarang dengan sedikit luka di banding Kosim yang sudah terluka parah.
“Kejadian ini berawal pada jam 13.00 dan gue kagak tahu kenapa bisa semua orang secara mendadak menyerang gue!” ujar Jaka dalam hatinya, “Sudah ratusan orang gue bunuh dan gue terpaksa membunuh orang sipil karena jiwa gue terancam!”
Jaka mendengar suara orang-orang yang berkali-kali mencoba menghancurkan pintu kamar ini. Jaka yang selesai mengisi peluru langsung mengambil senapan SS1 yang ada di lemari kamar ini, kamar ini merupakan kamar tidurnya dan kamar yang tadi tempat Kosim bertempur merupakan kamar pamannya.
Di lemari Jaka banyak senjata api, Jaka memakai hampir semua senjata api untuk bertahan dari jam 13.00 sampai sekarang. Ia punya senjata api karena ia suka mengoleksi senjata api dan berkat jabatannya sebagai Senopati BhayangkaraIa, ia bisa mendapat senjata api dengan mudah.
Ia menoleksi berbagai macam senjata, dari pistol sampai senapan serbu, dari senjata lokal sampai senjata luar Nusantara ia koleksi. Senopati Jaka sudah dari tadi berada di rumah ini dan rumah ini sudah menjadi ajang pertempuran semenjak jam 13.00, rumah ini hanya di huni Jaka karena pamannya dan keluarga sedang liburan ke Sakasanusa
Ia tidak kerja di pedepokan Bhayangkara karena hari ini ia sakit bisul di pantatnya, penyakitnya sama seperti yang di alami Kosim dan ia kesakitan tiap kali mau duduk. Ia sudah sakit begini semenja 2 hari yang lalu dan bisulnya belum hilang juga sampai sekarang.
Rumah ini cukup besar dan di depan rumah ini sudah jebol pagar oleh massa yang ingin membunuh Jaka, massa tersebut langsung memasuki rumah Jaka dan Jaka langsung menembaki setiap orang-orang yang masuk ke rumahnya.
Puluhan sampai ratusan bahkan ribuan butir peluru sudah di buang untuk melawan orang-orang yang masuk ke rumahnya, sekitar empat ratus mayat bertebaran di bagian-bagian rumah ini dan Jaka menumpuk banyak mayat di pintu masuk rumahnya untuk mencegah musuhnya masuk tapi tetap saja, mereka bisa menembusnya.
ia masih menyimpan sekitar 200 butir peluru dan masih ada 4 senapan serta 3 pistol yang belum di pakainya. ke empat senapan tersebut ada di lemarinya dan kamar ini merupakan pertahanan terakhirnya karena semua tempat sudah di kuasai musuh-musuhnya. Jangankan makan sore, makan siang saja si Jaka belum gara-gara ia terlalu sibuk melawan musuhnya.
“Ehm, kayaknya gue kagak bisa bertahan hidup dengan bergantung pada senapan!” ujar Jaka dalam hatinya, “Kenapa yang terjadi peristiwa ini?”
“Gue harus menghentikan kegilaan ini dan mencari tahu penyebab peristiwa ini!” ujar Jaka dalam hatinya, “Ehm, apakah seluruh Nusantara juga begini? Apakah peristiwa ini hanya berlangsung di Jabar saja?”
“Entahlah!” jawab Jaka. Jaka melihat Kosim yang tidur dengan lelap di kasur dan ia berfikir sesuatu, “Ehm, sepertinya Kosim bisa aku jadikan patner untuk mencari tahu penyebab kejadian ini!”
Jaka langsung pergi ke kasur dan menampar pipi kiri Kosim yang ada perbannya, Kosim terbangun dan menjerit kesakitan. Kosim melirik ke kanannya ada Senopati Jaka, ia sangat terkejut dan berkata, “Senopati Jaka?!”
“Ya, aku ini Senopati Jaka!” jawab Jaka, “Kosim, apakah kau juga di serang orang-orang biasa untuk di bunuh?”
“Ya Senopati!” jawab Kosim, “Akhirnya ada orang yang senasib denganku!”
“Hahaha!” ketawa Jaka, “Kosim, kenapa kau bisa senasib denganku?”
“Entahlah, semua orang menyerangku ketika aku baru keluar dari WC!” jawab Kosim, “Sakit pantat gue!”
“Kosim, lo juga sakit di pantat ya kayak gue?” tanya Jaka sambil menggaruk-garuk kepalanya dengan tangan kirinya, ia memakai sarung tangan hitam untuk membuatnya lebih enak memegang senapan.
“Ya!” jawab Kosim, “Kita senasib!”
Kosim memegang pipi kirinya dan berteriak kesakitan lalu berkata, “Kenapa ya Bhayangkara Majapahit yang tadi gue lawan nyerang titik yang tak terduga kayak pipi?”
“Bhayangkara Majapahit?!” kejut Senopati Jaka, “Apakah kau susah mengalahkan Bhayangkara Majapahit tersebut?”
“Tentu saja Senopati! Aku rasa dia itu sangat kuat bahkan lebih kuat dari aku!” jawab Kosim, “Aku bingung kenapa Bhayangkara tersebut bisa sekuat itu?”
Senopati memegang dagunya dan menjawab pertanyaan Kosim, “Ehm, sepertinya dia memakai ilmu bela diri Sundang Wilwatikta kalo gerakan serangannya seperti itu!”
“Sundang Wilwatikta?!” kejut Kosim, “Ilmu apa itu?”
“Ehm, ilmu bela diri pasukan Majapahit!” jawab Jaka, “Biasanya mainnya kroyokan kalo makain ilmu sundang Majapahit!”
Kosim yang tidak tahu apa itu ilmu sundang dan ia tertarik dengan ilmu tersebut, ia berterkata kepada Senopati, “Senopati, jelaskan aku apa itu ilmu Sundang Wilwatikta!”
“Fuh, baiklah! Aku akan jelaskan kau soal sundang Wilwatikta!” ujar Senopati.
“Hore!” senang Kosim.
“Sundang Wilwatikta, ilmu bela diri yang memadukan pencak silat dengan senjata dan seorang yang menggunakan ilmu itu harus memakai dua senjata tajam di kedua tangannya!” ujar Senopati, “Ilmu tersebut di miliki oleh prajurit-prajurit Majapahit, baik Bhayangkara maupun tentara Majapahit!”
“Sundang Wilwatikta itu bisa di gunakan untuk sendirian tapi bagusnya Sundang Wilwatikta di padukan dalam satu formasi agar Sundang Wilwatikta lebih efektif!” ujar Senopati.
“Ilmu tersebut di kembangkan Majapahit dengan dasar beladiri Singhasari dan Dharmasraya!” ujar Senopati, “Ilmu tersebut sangat kejam, orang yang menguasai Sundang Majapahit akan menyerang berkali-kali dengan sundangnya dan kerisnya akan menyerang ke wilayah terlemah!”
“Ya, dia menyerangku membabi buta dengan sundang dan kerisnya menyerang wilayah-wilayah terlemahku!” ujar Kosim sambil memegang luka pipi kirinya, “Aku hampir saja mati melawan Bhayangkara Majapahit!”
“Tapi dia baru Bhayangkara prajurit sim, ilmu Sundangnya masih rendah di bandingkan prajurit Bhayangkara senior bahkan mungkin perbandingan ilmu Sundangnya dengan pengawal Bhayangkara itu 1:10!” ujar Jaka.
“Tahukan kau Kosim, orang yang paling menguasai ilmu Sundang adalah Adityawarman, sepupu mendiang Jayanagara yang sekarang menjadi penguasa di suatu tempat di Swarnadwipa! Ia lebih punya banyak kemenangan di pertempuran melebihi Mahapatih Gajah Mada dan itulah mengapa ia bisa menjadi pahlawan Majapahit!” ujar Senopati sambil tersenyum.
“Wow, aku pernah mendengar orang yang bernama Adityawarman!” ujar Kosim, “Kalo tidak salah dia itu Wredhamenteri yang jabatannya melebih Mahapatih dan sekarang ia merupakan Uparaja di daerah Swarnadwipa! Kalo tidak salah nama daerahnya itu Melayupura!”
“Ya ya ya! Itu yang aku maksud!” ujar Senopati, “Melayupura ada di sekitar daerah Pagaruyung! Pagaruyung sendiri merupakan nama lain dari Melayupura kalo tidak salah!”
“Eh, sepertinya kalo aku melawan Adityawarman bakal mati dalam beberapa menit! Hahaa!” ketawa Kosim, “Senopati, apakah kau menguasai ilmu beladiri Sundang Majapahit?”
“Tidak, pamanku yang menguasai sedikit ilmu Sundang Majapahit!” jawab Jaka, “Apa kau tertarik mempelajari ilmu tersebut!”
“Ya, aku tertarik dan bagaimana caranya mendapat ilmu itu?” tanya Kosim dengan girang, “Kalo aku menguasai ilmu itu maka aku akan lebih kuat dari sebelumnya bahkan lebih kuat dari kamu Senopati!”
“Bergabung dengan Bhayangkara Majapahit dan tinggalkan impian mu menjadi insyinur tank kalo mau menjadi Bhayangkara!” jawab Jaka, “Satu-satunya cara mendapat ilmu Sundang Wilwatikta resmi!”
Kosim menundukan kepala, ia sepertinya tidak mau masuk Bhayangkara Majapahit atau Bhayangkara yang lain karena tujuannya bersekolah di STM Panzer adalah menjadi insinyur tank. Ia berjuang habis-habisan mempertahankan STM Panzer dengan cara apapun dan ia tak pernah terfikir cita-cita lain selain insyinur tank.
Jaka melihat Kosim murung mukanya dan ia berkata, “Hei Kosim, kalo kau menjadi insinyur tank maka kau akan mengabdi kepada negara pusat dan untuk mewujudkan cita-cita seperti itu, kau harus belajar tank sampai Soviet! Apa kau bisa mewujudkan mimpi gila bagi anak petani sepertimu?”
“Bisa saja Senopati, mimpi sebagai titik pencapaian dan usaha adalah alat untuk mencapai mimpi itu!” jawab Kosim, kata-kata bijak yang keluar dari mulut Kosim membuat Jaka terkagum-kagum dengan perkataan anak STM Panzer tersebut.
“Uh, kata-kata yang bijak!” ujar Jaka yang terpesona dengan kata-kata Kosim, “Aku tulis dulu di Twietter ahh biar dapat retwiet banyak!”
Jaka langsung mengeluarkan HP androidnya dari saku celananya dan menulis kata-kata bijak Kosim, Kosim menggeleng-geleng kepalanya dan ia berkata dalam hatinya, “Senopati yang aneh!”
“Eh!” ucap Jaka yang tiba-tiba terlihat terkejut, ia melihat HPnya dan berkata, “Banyak amat Twiet kayak biasa? Gue kira semua orang jadi gila dan kagak ada twiet tapi dugaan gue ternyata tak benar!”
Kosim bingung dengan apa yang di maksud Jaka, mata Jaka terbuka lebar melihat layar HP androidnya dan ia berkata, “Ki Kenari kena juga?”
“Ha? Siapa Ki Kenari?” bingung Kosim dalam hatinya.
Jaka langsung memasukan HPnya ke dalam saku celananya dan ia berkata kepada Kosim, “Kosim, ada juga yang senasib dengan kita yaitu Ki Kenari! Dia juga di serang semua orang dan sekarang ia bertahan di sebuah apartemen di Karawaci, Banten!”
“Kosim, kita harus bertemu dengan Ki Kenari dan kita harus pergi dari sini!” ujar Senopati, “Tempat ini sudah tak bisa di pertahankan lagi, lihat itu!”
Jaka menunjuk pintu dan pintu mulai hancur, pintu mulai hancur gara-gara banyak orang yang mendobrak-dobrak paksa pintu kayu tersebut. Meja dan TV yang menghalangi pintu sudah tak bisa menahan gelombang massa yang mau masuk ke dalam kamar ini.
“Kosim, bangun dan ambil senapan serta pistol di lemari itu!” perintah Senopati sambil menunjuk lemari yang di maksudnya. Kosim menangguk dan ia turun dari kasurnya, ia langsung membuka lemari dan mengambil semua senjata di lemari tersebut. Kosim langsung mengarahkan AK-47 ke arah pintu kamar dan Senopati juga mengarahkan senapan SS 1 ke arah pintu, mereka berdua siap menyambut musuh yang akan datang.
“Oke Kosim, ini rencananya!” ujar Senopati, “Kita habisi mereka dan kita ambil barang-barang penting di rumah ini, kemudian kita pergi dari rumah ini dengan menaiki mobil patroliku yang ada di garasi!”
“Setelah itu kita pergi ke Karawaci untuk bertemu dengan Ki Kenari!” ujar Senopati.
“Senopati, siapa Ki Kenari?” tanya Kosim kepada Senopati Jaka, ia tidak tahu siapa Ki Kenari dan ia penasaran siapa Ki Kenari.
“Guru silatku, dia pelatih pasukan Bhayangkara Banten dan ilmunya cukup tinggi dalam masalah pencak silat!” jawab Senopati, “Ia bisa menjadi guru kita dan kita bisa tambah kuat kalo dia bersama kita!”
“Oke Senopati tapi perut gue lapar!” ujar Kosim sambil memegang perutnya, “Gue belum makan siang apalagi makan sore!”
“Sama!” ujar Senopati yang juga memegang perutnya, “Makan dulu dah sebelum pergi dari sini, ada ayam bakar di meja makan dan gue belum sentuh tuh ayam gara-gara tempur terus dari tadi siang!”
“Sip!” ujar Kosim sambil memberi jempol kepada Senopati.
Mereka kembali berkonsentarsi dan bersiap menyambut musuh yang akan datang, pintu hancur dan puluhan orang langsung masuk ke kamar melalui pintu. Kosim dan Senopati langsung menembaki mereka, puluhan peluru menghujani orang-orang dan banyak orang yang mati terkena tembakan Kosim dan Senopati. Gelombang massa terus memasuki kamar dan ini membuat Kosim serta Senopati harus membuang banyak peluru untuk menghabisi mereka.
Lokasi: rumah penduduk
Senin, 20 Januari 901 pada jam 20.20
Bhayangkara yang menolong Kosim mengotong badan Kosim ke suatu kamar, Bhayangkara itu mengotong Kosim dengan menangkat badannya yang beratnya sekitar 50 Kg. Darah yang keluar dari luka Kosim berceceran di jalanan, tangan Bhayangkara tersebut yang memegang badan Kosim terkena aliran darah Kosim yang keluar dari lukanya.
Bhayangkara tersebut melihat tangannya berlumuran darahnya Kosim dan ia langsung mempercepat langkah kakinya. Dengan cepat, ia sampai di kamar dan masak ke kamar. Bhayangkara tersebut langsung menaruh Kosim di atas kasur, Bhayangkara tersebut yang memakai jas hitam langsung menuntup pintu dengan meja dan TV.
Setelah itu, ia membersihkan tangannya dengan tisu lalu mengobati Kosim dengan P3K yang ia miliki. Luka Kosim cukup banyak di tubuhnya dan pipi Kosim yang terluka mengeluarkan banyak darah, baju Kosim juga sudah rusak dan baju Kosim berlumuran banyak darah baik dari lukanya maupun darah musuh.
Di celana panjang Kosim yang dikenakannya berlumuran darah, entah itu luka Kosim atau darah musuhnya, kedua darah tersbeut sudah bercampur dan tidak bisa di bedakan asalnya dari mana. Kosim pingsan dan ia masih bisa hidup tapi jika makin banyak darah yang ia keluarkan, dia bisa mati.
Bhayangkara tersebut menutupi satu-persatu luka Kosim dengan perban, luka bolongan pipi kiri ia tutup dengan perban yang cukup besar. Darah yang keluar dari luka-luka Kosim sudah tak keluar lagi, Bhayangkara tersebut senang melihat luka-luka Kosim sudah tidak mengeluarkan darah lagi.
Setelah itu, Kosim di biaran tidur di kasur dan Bhayangkara tersebut yang bernama Senopati Jaka langsung mengisi pistolnya dengan peluru.
Ia mengeluarkan peluru-pelurunya dari kantong sabuknya dan mengisi pistolnya dengan 6 butir peluru, ia masih punya banyak peluru pistol di kantong kecilnya.
Senopati mengisi peluru sambil melihat Kosim yang tiduran di kasur, ia berkata dalam hatinya, “Si Kosim, senasib ya ternyata sama gue!”
Senopati Jaka, Senopati Bhayangkara yang juga bernasib sama seperti Kosim yaitu menjadi incaran semua orang untuk di bunuh. Senopati Jaka nasibnya lebih beruntung dari Kosim, ia beruntung karena ia punya senjata api yang cukup bisa membuatnya bertahan sampai sekarang dengan sedikit luka di banding Kosim yang sudah terluka parah.
“Kejadian ini berawal pada jam 13.00 dan gue kagak tahu kenapa bisa semua orang secara mendadak menyerang gue!” ujar Jaka dalam hatinya, “Sudah ratusan orang gue bunuh dan gue terpaksa membunuh orang sipil karena jiwa gue terancam!”
Jaka mendengar suara orang-orang yang berkali-kali mencoba menghancurkan pintu kamar ini. Jaka yang selesai mengisi peluru langsung mengambil senapan SS1 yang ada di lemari kamar ini, kamar ini merupakan kamar tidurnya dan kamar yang tadi tempat Kosim bertempur merupakan kamar pamannya.
Di lemari Jaka banyak senjata api, Jaka memakai hampir semua senjata api untuk bertahan dari jam 13.00 sampai sekarang. Ia punya senjata api karena ia suka mengoleksi senjata api dan berkat jabatannya sebagai Senopati BhayangkaraIa, ia bisa mendapat senjata api dengan mudah.
Ia menoleksi berbagai macam senjata, dari pistol sampai senapan serbu, dari senjata lokal sampai senjata luar Nusantara ia koleksi. Senopati Jaka sudah dari tadi berada di rumah ini dan rumah ini sudah menjadi ajang pertempuran semenjak jam 13.00, rumah ini hanya di huni Jaka karena pamannya dan keluarga sedang liburan ke Sakasanusa
Ia tidak kerja di pedepokan Bhayangkara karena hari ini ia sakit bisul di pantatnya, penyakitnya sama seperti yang di alami Kosim dan ia kesakitan tiap kali mau duduk. Ia sudah sakit begini semenja 2 hari yang lalu dan bisulnya belum hilang juga sampai sekarang.
Rumah ini cukup besar dan di depan rumah ini sudah jebol pagar oleh massa yang ingin membunuh Jaka, massa tersebut langsung memasuki rumah Jaka dan Jaka langsung menembaki setiap orang-orang yang masuk ke rumahnya.
Puluhan sampai ratusan bahkan ribuan butir peluru sudah di buang untuk melawan orang-orang yang masuk ke rumahnya, sekitar empat ratus mayat bertebaran di bagian-bagian rumah ini dan Jaka menumpuk banyak mayat di pintu masuk rumahnya untuk mencegah musuhnya masuk tapi tetap saja, mereka bisa menembusnya.
ia masih menyimpan sekitar 200 butir peluru dan masih ada 4 senapan serta 3 pistol yang belum di pakainya. ke empat senapan tersebut ada di lemarinya dan kamar ini merupakan pertahanan terakhirnya karena semua tempat sudah di kuasai musuh-musuhnya. Jangankan makan sore, makan siang saja si Jaka belum gara-gara ia terlalu sibuk melawan musuhnya.
“Ehm, kayaknya gue kagak bisa bertahan hidup dengan bergantung pada senapan!” ujar Jaka dalam hatinya, “Kenapa yang terjadi peristiwa ini?”
“Gue harus menghentikan kegilaan ini dan mencari tahu penyebab peristiwa ini!” ujar Jaka dalam hatinya, “Ehm, apakah seluruh Nusantara juga begini? Apakah peristiwa ini hanya berlangsung di Jabar saja?”
“Entahlah!” jawab Jaka. Jaka melihat Kosim yang tidur dengan lelap di kasur dan ia berfikir sesuatu, “Ehm, sepertinya Kosim bisa aku jadikan patner untuk mencari tahu penyebab kejadian ini!”
Jaka langsung pergi ke kasur dan menampar pipi kiri Kosim yang ada perbannya, Kosim terbangun dan menjerit kesakitan. Kosim melirik ke kanannya ada Senopati Jaka, ia sangat terkejut dan berkata, “Senopati Jaka?!”
“Ya, aku ini Senopati Jaka!” jawab Jaka, “Kosim, apakah kau juga di serang orang-orang biasa untuk di bunuh?”
“Ya Senopati!” jawab Kosim, “Akhirnya ada orang yang senasib denganku!”
“Hahaha!” ketawa Jaka, “Kosim, kenapa kau bisa senasib denganku?”
“Entahlah, semua orang menyerangku ketika aku baru keluar dari WC!” jawab Kosim, “Sakit pantat gue!”
“Kosim, lo juga sakit di pantat ya kayak gue?” tanya Jaka sambil menggaruk-garuk kepalanya dengan tangan kirinya, ia memakai sarung tangan hitam untuk membuatnya lebih enak memegang senapan.
“Ya!” jawab Kosim, “Kita senasib!”
Kosim memegang pipi kirinya dan berteriak kesakitan lalu berkata, “Kenapa ya Bhayangkara Majapahit yang tadi gue lawan nyerang titik yang tak terduga kayak pipi?”
“Bhayangkara Majapahit?!” kejut Senopati Jaka, “Apakah kau susah mengalahkan Bhayangkara Majapahit tersebut?”
“Tentu saja Senopati! Aku rasa dia itu sangat kuat bahkan lebih kuat dari aku!” jawab Kosim, “Aku bingung kenapa Bhayangkara tersebut bisa sekuat itu?”
Senopati memegang dagunya dan menjawab pertanyaan Kosim, “Ehm, sepertinya dia memakai ilmu bela diri Sundang Wilwatikta kalo gerakan serangannya seperti itu!”
“Sundang Wilwatikta?!” kejut Kosim, “Ilmu apa itu?”
“Ehm, ilmu bela diri pasukan Majapahit!” jawab Jaka, “Biasanya mainnya kroyokan kalo makain ilmu sundang Majapahit!”
Kosim yang tidak tahu apa itu ilmu sundang dan ia tertarik dengan ilmu tersebut, ia berterkata kepada Senopati, “Senopati, jelaskan aku apa itu ilmu Sundang Wilwatikta!”
“Fuh, baiklah! Aku akan jelaskan kau soal sundang Wilwatikta!” ujar Senopati.
“Hore!” senang Kosim.
“Sundang Wilwatikta, ilmu bela diri yang memadukan pencak silat dengan senjata dan seorang yang menggunakan ilmu itu harus memakai dua senjata tajam di kedua tangannya!” ujar Senopati, “Ilmu tersebut di miliki oleh prajurit-prajurit Majapahit, baik Bhayangkara maupun tentara Majapahit!”
“Sundang Wilwatikta itu bisa di gunakan untuk sendirian tapi bagusnya Sundang Wilwatikta di padukan dalam satu formasi agar Sundang Wilwatikta lebih efektif!” ujar Senopati.
“Ilmu tersebut di kembangkan Majapahit dengan dasar beladiri Singhasari dan Dharmasraya!” ujar Senopati, “Ilmu tersebut sangat kejam, orang yang menguasai Sundang Majapahit akan menyerang berkali-kali dengan sundangnya dan kerisnya akan menyerang ke wilayah terlemah!”
“Ya, dia menyerangku membabi buta dengan sundang dan kerisnya menyerang wilayah-wilayah terlemahku!” ujar Kosim sambil memegang luka pipi kirinya, “Aku hampir saja mati melawan Bhayangkara Majapahit!”
“Tapi dia baru Bhayangkara prajurit sim, ilmu Sundangnya masih rendah di bandingkan prajurit Bhayangkara senior bahkan mungkin perbandingan ilmu Sundangnya dengan pengawal Bhayangkara itu 1:10!” ujar Jaka.
“Tahukan kau Kosim, orang yang paling menguasai ilmu Sundang adalah Adityawarman, sepupu mendiang Jayanagara yang sekarang menjadi penguasa di suatu tempat di Swarnadwipa! Ia lebih punya banyak kemenangan di pertempuran melebihi Mahapatih Gajah Mada dan itulah mengapa ia bisa menjadi pahlawan Majapahit!” ujar Senopati sambil tersenyum.
“Wow, aku pernah mendengar orang yang bernama Adityawarman!” ujar Kosim, “Kalo tidak salah dia itu Wredhamenteri yang jabatannya melebih Mahapatih dan sekarang ia merupakan Uparaja di daerah Swarnadwipa! Kalo tidak salah nama daerahnya itu Melayupura!”
“Ya ya ya! Itu yang aku maksud!” ujar Senopati, “Melayupura ada di sekitar daerah Pagaruyung! Pagaruyung sendiri merupakan nama lain dari Melayupura kalo tidak salah!”
“Eh, sepertinya kalo aku melawan Adityawarman bakal mati dalam beberapa menit! Hahaa!” ketawa Kosim, “Senopati, apakah kau menguasai ilmu beladiri Sundang Majapahit?”
“Tidak, pamanku yang menguasai sedikit ilmu Sundang Majapahit!” jawab Jaka, “Apa kau tertarik mempelajari ilmu tersebut!”
“Ya, aku tertarik dan bagaimana caranya mendapat ilmu itu?” tanya Kosim dengan girang, “Kalo aku menguasai ilmu itu maka aku akan lebih kuat dari sebelumnya bahkan lebih kuat dari kamu Senopati!”
“Bergabung dengan Bhayangkara Majapahit dan tinggalkan impian mu menjadi insyinur tank kalo mau menjadi Bhayangkara!” jawab Jaka, “Satu-satunya cara mendapat ilmu Sundang Wilwatikta resmi!”
Kosim menundukan kepala, ia sepertinya tidak mau masuk Bhayangkara Majapahit atau Bhayangkara yang lain karena tujuannya bersekolah di STM Panzer adalah menjadi insinyur tank. Ia berjuang habis-habisan mempertahankan STM Panzer dengan cara apapun dan ia tak pernah terfikir cita-cita lain selain insyinur tank.
Jaka melihat Kosim murung mukanya dan ia berkata, “Hei Kosim, kalo kau menjadi insinyur tank maka kau akan mengabdi kepada negara pusat dan untuk mewujudkan cita-cita seperti itu, kau harus belajar tank sampai Soviet! Apa kau bisa mewujudkan mimpi gila bagi anak petani sepertimu?”
“Bisa saja Senopati, mimpi sebagai titik pencapaian dan usaha adalah alat untuk mencapai mimpi itu!” jawab Kosim, kata-kata bijak yang keluar dari mulut Kosim membuat Jaka terkagum-kagum dengan perkataan anak STM Panzer tersebut.
“Uh, kata-kata yang bijak!” ujar Jaka yang terpesona dengan kata-kata Kosim, “Aku tulis dulu di Twietter ahh biar dapat retwiet banyak!”
Jaka langsung mengeluarkan HP androidnya dari saku celananya dan menulis kata-kata bijak Kosim, Kosim menggeleng-geleng kepalanya dan ia berkata dalam hatinya, “Senopati yang aneh!”
“Eh!” ucap Jaka yang tiba-tiba terlihat terkejut, ia melihat HPnya dan berkata, “Banyak amat Twiet kayak biasa? Gue kira semua orang jadi gila dan kagak ada twiet tapi dugaan gue ternyata tak benar!”
Kosim bingung dengan apa yang di maksud Jaka, mata Jaka terbuka lebar melihat layar HP androidnya dan ia berkata, “Ki Kenari kena juga?”
“Ha? Siapa Ki Kenari?” bingung Kosim dalam hatinya.
Jaka langsung memasukan HPnya ke dalam saku celananya dan ia berkata kepada Kosim, “Kosim, ada juga yang senasib dengan kita yaitu Ki Kenari! Dia juga di serang semua orang dan sekarang ia bertahan di sebuah apartemen di Karawaci, Banten!”
“Kosim, kita harus bertemu dengan Ki Kenari dan kita harus pergi dari sini!” ujar Senopati, “Tempat ini sudah tak bisa di pertahankan lagi, lihat itu!”
Jaka menunjuk pintu dan pintu mulai hancur, pintu mulai hancur gara-gara banyak orang yang mendobrak-dobrak paksa pintu kayu tersebut. Meja dan TV yang menghalangi pintu sudah tak bisa menahan gelombang massa yang mau masuk ke dalam kamar ini.
“Kosim, bangun dan ambil senapan serta pistol di lemari itu!” perintah Senopati sambil menunjuk lemari yang di maksudnya. Kosim menangguk dan ia turun dari kasurnya, ia langsung membuka lemari dan mengambil semua senjata di lemari tersebut. Kosim langsung mengarahkan AK-47 ke arah pintu kamar dan Senopati juga mengarahkan senapan SS 1 ke arah pintu, mereka berdua siap menyambut musuh yang akan datang.
“Oke Kosim, ini rencananya!” ujar Senopati, “Kita habisi mereka dan kita ambil barang-barang penting di rumah ini, kemudian kita pergi dari rumah ini dengan menaiki mobil patroliku yang ada di garasi!”
“Setelah itu kita pergi ke Karawaci untuk bertemu dengan Ki Kenari!” ujar Senopati.
“Senopati, siapa Ki Kenari?” tanya Kosim kepada Senopati Jaka, ia tidak tahu siapa Ki Kenari dan ia penasaran siapa Ki Kenari.
“Guru silatku, dia pelatih pasukan Bhayangkara Banten dan ilmunya cukup tinggi dalam masalah pencak silat!” jawab Senopati, “Ia bisa menjadi guru kita dan kita bisa tambah kuat kalo dia bersama kita!”
“Oke Senopati tapi perut gue lapar!” ujar Kosim sambil memegang perutnya, “Gue belum makan siang apalagi makan sore!”
“Sama!” ujar Senopati yang juga memegang perutnya, “Makan dulu dah sebelum pergi dari sini, ada ayam bakar di meja makan dan gue belum sentuh tuh ayam gara-gara tempur terus dari tadi siang!”
“Sip!” ujar Kosim sambil memberi jempol kepada Senopati.
Mereka kembali berkonsentarsi dan bersiap menyambut musuh yang akan datang, pintu hancur dan puluhan orang langsung masuk ke kamar melalui pintu. Kosim dan Senopati langsung menembaki mereka, puluhan peluru menghujani orang-orang dan banyak orang yang mati terkena tembakan Kosim dan Senopati. Gelombang massa terus memasuki kamar dan ini membuat Kosim serta Senopati harus membuang banyak peluru untuk menghabisi mereka.
0
Kutip
Balas