- Beranda
- Stories from the Heart
BUNGA "PERTAMA" DAN "TERAKHIR"
...
TS
javiee
BUNGA "PERTAMA" DAN "TERAKHIR"

Spoiler for RULES:
INTRO
Perkenalkan, nama gw Raden Fajar Putro Mangkudiningrat Laksana...Bohong deng, kepanjangan...sebut aja gw Fajar. Tinggi 175 cm berat 58kg. bisa disebut kurus karena tinggi dan berat badan gw ga proposional.
. Gw ROCKER...!! Pastinya Rocker Kelaparan.Gw terlahir dari keluarga biasa saja yang serba "Cukup". dalam arti "cukup" buat beli rumah gedongan, "cukup" buat beli mobil Mewah sekelas Mercy. (ini jelas jelas bohong). yang pasti gw bersyukur dilahirkan dari keluarga ini.
Gw Anak pertama dari 3 bersaudara. Adik adik gw semuanya perempuan. Gw keturunan Janda alias Jawa Sunda. Bokap asli dari Jepara bumi Kartini. Tempatnya para pengrajin kayu yang terkenal di Nusantara bahkan diakui oleh Dunia. Tapi bokap gw bukan pengusaha mebel seperti kebanyakan orang Jepara. Nyokap gw asli Sumedang Kota yang terkenal dengan TAHU nya. Tapi wajahnya sama sekali nggak mirip tahu ya. Sunda tulen nan cantik jelita. Beliau bidadari gw nomer "1" di dunia ini.
Spoiler for INDEKS:
Spoiler for INDEKSII:
Diubah oleh javiee 06-04-2015 23:49
manusia.baperan dan 4 lainnya memberi reputasi
3
728.7K
2.9K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
javiee
#203
PART 21
Gw memundurkan motor gw ke belakang...
Kaca helm ini gw biarkan tertutup. Posisi rumah itu tepat berada di depan gw yang berjarak sekitar 50 meter dari tempat gw. Mata ini sesekali berkedip terus memandangi dua orang itu Apa benar itu dia? Lalu gw buka kaca helm ini sedikit, gw memicingkan mata dan itu benar...
Itu NIAR!!
Gw terdiam. Jantung gw serasa berhenti berdetak. Panas dada ini hingga nafas gw sedikit sesak...
Hati gw?? Tentu saja rasanya hancur berkeping keping...Nyawa gw seperti mengambang diantara kepala dan leher. Tapi untungnya "IZRAIL" tidak mencabut nyawa gw saat itu.
Gw ga bisa disini terus memperhatikan dua orang itu. Perlahan gw dorong si Jupii untuk menjauh dari rumah bercat hijau itu. Gw ga mau keberadaan gw disini terlihat olehnya. Dan dengan perasaan yang tak karuan gw pun pergi meninggalkan 'mereka'.
"Ternyata ini jawabannya...Oke Nii, aku pergi. Aku Cuma mau bilang, 'Aku sayang kamu Nii' !!"
Di perjalanan pulang itu gw gas Jupii sekencang-kencangnya sampai handle gas ini tidak bisa lagi diputar, selap selip mengambil arah berlawanan bak Jorge Lorenzo yang sedang kesetanan. Hati gw terus mengucapkan macam macam hewan di kebun binatang. Tak jarang juga beberapa kata kotor itu sempat terucap di mulut gw. Saat itu gw benar benar menjadi anak 'Ababil'.
Gw ga peduli kalau nabrak...Gw ga peduli kalau harus jatuh dari motor...Gw ga peduli kalau gw sampai celaka. Tapi untungnya Tuhan masih menyayangi gw. Tuhan ga mau gw menderita untuk yang kedua kalinya kalau sampai sampai gw kecelakaan.
Mendadak Jupii pun mati...Gw terpaksa harus berhenti, lalu gw mengecek bensinnya.
Ternyata....Kosong!!
Gw melepas helm. Dan gw hanya diam sambil duduk membelakangi si Jupii yang kehabisan bahan bakar ini. Puluhan, bahkan ratusan kendaraan berlalu lalang begitu saja di hadapan gw. Puntung demi puntung rokok berserakan di tempat gw duduk dibawah tiang listrik di pinggir jalan.
Mata gw menatap kosong ke bawah. Kejadian tadi cukup membuat gw yakin, kalau dia menunggu gw itu hanya bualan semata. Omong kosong semata...
Usaha gw mencarinya untuk mengutarakan perasaan gw pun menjadi sia sia. Begitu mudahnya dia seperti itu tanpa memikirkan perasaan gw? Sayangnya dia belum tahu, dan ga pernah tau seberapa besar perasaan ini tumbuh di dalam hati gw.
Kesal...Marah...Menyesal...dan Benci!!
Gw membenci diri gw sendiri yang begitu pengecut menghadapi 'Cinta'.
Dan Gw juga membencinya...yang hanya memberi harapan, tanpa bisa gw gapai harapan itu.
Tetapi gw nggak mau kalau sampai rasa benci ini tumbuh di dalam diri gw. Walaupun tanpa sadar satu akar kebencian pun tumbuh sendirinya di dalam diri gw. Dan akar itu akan berkembang menjadi tangkai, dedaunan dan batang yang bercabang seiring berjalannya waktu.
Namun rasa sayang kepadanya sudah terlalu dalam di hati gw, dan sudah pasti mengalahkan perasaan benci yang baru berupa 'Akar'.
"Cinta itu rumit ya..." Ucap gw pelan.
Hari mulai gelap. Senja hampir lewat tetapi gw masih diam di tempat itu tanpa bergerak sedikitpun. Timbul permasalahan baru yang gw hadapi saat itu.
Gw ga bisa pulang!!
Uang gw habis tak tersisa seperakpun. Hanya ada kartu pelajar dan STNK di dalam dompet gw. Kemudian gw menelfon Dedi untuk meminta pertolongan padanya.
"Halo Ded, lu udah balik PKL belum?" sapa gw di telefon.
"Udah Jar nih gw baru sampe rumah...ada apaan? Tumben amat lu?" ucapnya dari seberang sana.
"Ded gw minta tolong dong sama lu, gw kehabisan bensin nih di Kedunghalang. Tolong beliin aja seliter terus anterin kesini ya. Ntar gw ganti Ded..." ucap gw.
"Jahh...Pe'ak lu!! Yaudah gw kesana sekarang. Posisi lu di sebelah mana?" tanya dia.
"Gw di...........'tuut tuut tuuut' ...."
Baru gw mau memberitahu posisi gw tapi telfon terputus. Dan ternyata pulsa gw habis.
"Sekarang hari apa sih? Siall banget gw" Ucap gw dalam hati.
Gw Cuma pasrah saat itu. Gw berharap ada seseorang yang berbaik hati menolong gw.
10 menit.....
30 menit.....
Akhirnya pertolongan itu datang. Ternyata si Dedi. "Alhamdulillah...." ujar gw setelah melihat dia.
Dedi segera menghampiri gw yang sedang dilanda kesialan ini.
"Jarr Jar...Gw nyariin lu bolak balik ga taunya disini lu. Kenapa maen matiin aja telfon? Nyusain gw aja Lu..!! Nih bensinnya." Ujarnya dengan tampang tidak ikhlas.
"Hehe...sori pulsa gw abis. Makasih Ded. Ntar gw ganti nih bensinnya..."ucap gw.
"Yaudah santai aja. Lu abis dari mana? Ketemu si 'itu' ya?" Tanya dia.
".........." gw hanya tersenyum pahit menanggapi pertanyaan dia.
"Eh gw ga bisa lama lama Jar, gw cabut dulu ya. Mau jemput nyokap gw." Ucapnya.
"Oke Ded makasih yaa..."
Dedi pun berlalu pergi meninggalkan gw.
"Lo emang sohib gw yang paling ngerti gw Ded...Tanpa pamrih lu selalu bantu gw dalam keadaan apapun. Sampai detik ini Lu ga pernah nagih 'uang bensin' yang dulu gw pinjem itu..."
...........................
..........................
Februari 2007
"Mau sampe kapan Jar lu begini terus...?" Tanya Dedi.
"Hahaha....Ga tau lah..." awab gw.
"Dengan cara lu minum minum beginian, Niar ga bakal datang tiba tiba ke elu terus bilang 'I Love You Fajar'...Gara gara cewe aja lu begini. Cemen lu!! Hahaha.." ucapnya panjang lebar sembari menenggak sebotol 'oplosan'
"Hahaha..." Gw hanya tertawa.
Semenjak kejadian waktu itu, gw benar benar Lost Contact dengan Niar. Gw ga pernah lagi menghubunginya karena memang nomor dia sudah tidak aktif. Dan gw nggak tau nomor barunya dia. Semenjak kejadian waktu itu juga, sekalipun gw nggak pernah nongkrong di warung si Aa lagi. Sebenarnya gw sangat ingin nongkrong disana dan berharap bertemu Niar.
Tapi gw malu karena gw udah kalah...
Kekalahan yang cukup ironis, karena gw kalah sebelum dia tahu perasaan gw.
Gw kalah karena belum sempat mengatakan yang sejujurnya terhadap Niar.
Gw merasa kehilangan walaupun gw belum sempat memilikinya. Yang ada hanya sebuah penyesalan dalam diri gw.
Gw terlalu berlarut larut dengan kenyataan pahit itu hingga gw menjadi nggak beraturan. Gw menghancurkan diri gw sendiri dengan meminum minuman 'oplosan'. Dan itu gw lakukan hampir setiap hari sepulang sekolah berdua dengan sobat gw . Siapa lagi kalau bukan Dedi. Gw jadi memberi pengaruh buruk terhadapnya. Awalnya dia tidak pernah sekalipun meminum 'oplosan' ini, tetapi karena faktor 'setia kawan' kepada gw, dia pun ikut meminum juga. Cukup aneh memang setia kawan dalam hal yang negatif. Tapi dia, tetap sohib terbaik gw!!
..............................
..............................
Malamnya di rumah
"Kak kamu kenapa pulang sekolah kok sore terus? Kadang kadang abis Magrib kamu baru pulang, terus abis itu langsung tidur..Kamu ngapain aja??" Tanya bidadari gw No.1
"Eh...iya Ma aku capek banget akhir-akhir ini kan sibuk praktek di bengkel." Jawab gw bohong.
"Beneran kamu praktek? Apa maen?" tanya beliau lagi.
"ii..iiiya Ma praktek kok beneran..." Jawab gw lagi.
Gw merasa berdosa kepada orang tua gw saatu itu. Gw sudah mulai berbohong dan gw terus berbohong untuk menutupi kebohongan gw itu. Benar apa kata Dedi, gw nggak bisa begini terus. Gw nggak bisa berlarut larut terus.
Tapi berat...sungguh berat!
Setelah di interogasi oleh nyokap gw, gw pun masuk ke kamar dan rebahan di atas kasur. Fikiran tentang Niar belum juga bisa hilang, bayangan sejak pertama bertemu dengannya, bayangan saat dia tertawa dengan konyolnya, bayangan saat dia menangis menceritakan Almarhum Ibunya masih selalu hadir di dalam otak gw ini. Hingga kejadian yang membuat hati gw sakit waktu itu pun selalu gw ingat. Gw masih belum terima kalau akhirnya jadi seperti ini...
Apakah gw harus memperjuangkan dia lagi? Tapi apakah dia layak untuk gw perjuangkan??
Arrgh....Biar waktu yang menjawabnya.
Kaca helm ini gw biarkan tertutup. Posisi rumah itu tepat berada di depan gw yang berjarak sekitar 50 meter dari tempat gw. Mata ini sesekali berkedip terus memandangi dua orang itu Apa benar itu dia? Lalu gw buka kaca helm ini sedikit, gw memicingkan mata dan itu benar...
Itu NIAR!!
Gw terdiam. Jantung gw serasa berhenti berdetak. Panas dada ini hingga nafas gw sedikit sesak...
Hati gw?? Tentu saja rasanya hancur berkeping keping...Nyawa gw seperti mengambang diantara kepala dan leher. Tapi untungnya "IZRAIL" tidak mencabut nyawa gw saat itu.
Gw ga bisa disini terus memperhatikan dua orang itu. Perlahan gw dorong si Jupii untuk menjauh dari rumah bercat hijau itu. Gw ga mau keberadaan gw disini terlihat olehnya. Dan dengan perasaan yang tak karuan gw pun pergi meninggalkan 'mereka'.
"Ternyata ini jawabannya...Oke Nii, aku pergi. Aku Cuma mau bilang, 'Aku sayang kamu Nii' !!"
Di perjalanan pulang itu gw gas Jupii sekencang-kencangnya sampai handle gas ini tidak bisa lagi diputar, selap selip mengambil arah berlawanan bak Jorge Lorenzo yang sedang kesetanan. Hati gw terus mengucapkan macam macam hewan di kebun binatang. Tak jarang juga beberapa kata kotor itu sempat terucap di mulut gw. Saat itu gw benar benar menjadi anak 'Ababil'.
Gw ga peduli kalau nabrak...Gw ga peduli kalau harus jatuh dari motor...Gw ga peduli kalau gw sampai celaka. Tapi untungnya Tuhan masih menyayangi gw. Tuhan ga mau gw menderita untuk yang kedua kalinya kalau sampai sampai gw kecelakaan.
Mendadak Jupii pun mati...Gw terpaksa harus berhenti, lalu gw mengecek bensinnya.
Ternyata....Kosong!!
Gw melepas helm. Dan gw hanya diam sambil duduk membelakangi si Jupii yang kehabisan bahan bakar ini. Puluhan, bahkan ratusan kendaraan berlalu lalang begitu saja di hadapan gw. Puntung demi puntung rokok berserakan di tempat gw duduk dibawah tiang listrik di pinggir jalan.
Mata gw menatap kosong ke bawah. Kejadian tadi cukup membuat gw yakin, kalau dia menunggu gw itu hanya bualan semata. Omong kosong semata...
Usaha gw mencarinya untuk mengutarakan perasaan gw pun menjadi sia sia. Begitu mudahnya dia seperti itu tanpa memikirkan perasaan gw? Sayangnya dia belum tahu, dan ga pernah tau seberapa besar perasaan ini tumbuh di dalam hati gw.
Kesal...Marah...Menyesal...dan Benci!!
Gw membenci diri gw sendiri yang begitu pengecut menghadapi 'Cinta'.
Dan Gw juga membencinya...yang hanya memberi harapan, tanpa bisa gw gapai harapan itu.
Tetapi gw nggak mau kalau sampai rasa benci ini tumbuh di dalam diri gw. Walaupun tanpa sadar satu akar kebencian pun tumbuh sendirinya di dalam diri gw. Dan akar itu akan berkembang menjadi tangkai, dedaunan dan batang yang bercabang seiring berjalannya waktu.
Namun rasa sayang kepadanya sudah terlalu dalam di hati gw, dan sudah pasti mengalahkan perasaan benci yang baru berupa 'Akar'.
"Cinta itu rumit ya..." Ucap gw pelan.
Hari mulai gelap. Senja hampir lewat tetapi gw masih diam di tempat itu tanpa bergerak sedikitpun. Timbul permasalahan baru yang gw hadapi saat itu.
Gw ga bisa pulang!!
Uang gw habis tak tersisa seperakpun. Hanya ada kartu pelajar dan STNK di dalam dompet gw. Kemudian gw menelfon Dedi untuk meminta pertolongan padanya.
"Halo Ded, lu udah balik PKL belum?" sapa gw di telefon.
"Udah Jar nih gw baru sampe rumah...ada apaan? Tumben amat lu?" ucapnya dari seberang sana.
"Ded gw minta tolong dong sama lu, gw kehabisan bensin nih di Kedunghalang. Tolong beliin aja seliter terus anterin kesini ya. Ntar gw ganti Ded..." ucap gw.
"Jahh...Pe'ak lu!! Yaudah gw kesana sekarang. Posisi lu di sebelah mana?" tanya dia.
"Gw di...........'tuut tuut tuuut' ...."
Baru gw mau memberitahu posisi gw tapi telfon terputus. Dan ternyata pulsa gw habis.
"Sekarang hari apa sih? Siall banget gw" Ucap gw dalam hati.
Gw Cuma pasrah saat itu. Gw berharap ada seseorang yang berbaik hati menolong gw.
10 menit.....
30 menit.....
Akhirnya pertolongan itu datang. Ternyata si Dedi. "Alhamdulillah...." ujar gw setelah melihat dia.
Dedi segera menghampiri gw yang sedang dilanda kesialan ini.
"Jarr Jar...Gw nyariin lu bolak balik ga taunya disini lu. Kenapa maen matiin aja telfon? Nyusain gw aja Lu..!! Nih bensinnya." Ujarnya dengan tampang tidak ikhlas.
"Hehe...sori pulsa gw abis. Makasih Ded. Ntar gw ganti nih bensinnya..."ucap gw.
"Yaudah santai aja. Lu abis dari mana? Ketemu si 'itu' ya?" Tanya dia.
".........." gw hanya tersenyum pahit menanggapi pertanyaan dia.
"Eh gw ga bisa lama lama Jar, gw cabut dulu ya. Mau jemput nyokap gw." Ucapnya.
"Oke Ded makasih yaa..."
Dedi pun berlalu pergi meninggalkan gw.
"Lo emang sohib gw yang paling ngerti gw Ded...Tanpa pamrih lu selalu bantu gw dalam keadaan apapun. Sampai detik ini Lu ga pernah nagih 'uang bensin' yang dulu gw pinjem itu..."
...........................
..........................
Februari 2007
"Mau sampe kapan Jar lu begini terus...?" Tanya Dedi.
"Hahaha....Ga tau lah..." awab gw.
"Dengan cara lu minum minum beginian, Niar ga bakal datang tiba tiba ke elu terus bilang 'I Love You Fajar'...Gara gara cewe aja lu begini. Cemen lu!! Hahaha.." ucapnya panjang lebar sembari menenggak sebotol 'oplosan'
"Hahaha..." Gw hanya tertawa.
Semenjak kejadian waktu itu, gw benar benar Lost Contact dengan Niar. Gw ga pernah lagi menghubunginya karena memang nomor dia sudah tidak aktif. Dan gw nggak tau nomor barunya dia. Semenjak kejadian waktu itu juga, sekalipun gw nggak pernah nongkrong di warung si Aa lagi. Sebenarnya gw sangat ingin nongkrong disana dan berharap bertemu Niar.
Tapi gw malu karena gw udah kalah...
Kekalahan yang cukup ironis, karena gw kalah sebelum dia tahu perasaan gw.
Gw kalah karena belum sempat mengatakan yang sejujurnya terhadap Niar.
Gw merasa kehilangan walaupun gw belum sempat memilikinya. Yang ada hanya sebuah penyesalan dalam diri gw.
Gw terlalu berlarut larut dengan kenyataan pahit itu hingga gw menjadi nggak beraturan. Gw menghancurkan diri gw sendiri dengan meminum minuman 'oplosan'. Dan itu gw lakukan hampir setiap hari sepulang sekolah berdua dengan sobat gw . Siapa lagi kalau bukan Dedi. Gw jadi memberi pengaruh buruk terhadapnya. Awalnya dia tidak pernah sekalipun meminum 'oplosan' ini, tetapi karena faktor 'setia kawan' kepada gw, dia pun ikut meminum juga. Cukup aneh memang setia kawan dalam hal yang negatif. Tapi dia, tetap sohib terbaik gw!!
..............................
..............................
Malamnya di rumah
"Kak kamu kenapa pulang sekolah kok sore terus? Kadang kadang abis Magrib kamu baru pulang, terus abis itu langsung tidur..Kamu ngapain aja??" Tanya bidadari gw No.1
"Eh...iya Ma aku capek banget akhir-akhir ini kan sibuk praktek di bengkel." Jawab gw bohong.
"Beneran kamu praktek? Apa maen?" tanya beliau lagi.
"ii..iiiya Ma praktek kok beneran..." Jawab gw lagi.
Gw merasa berdosa kepada orang tua gw saatu itu. Gw sudah mulai berbohong dan gw terus berbohong untuk menutupi kebohongan gw itu. Benar apa kata Dedi, gw nggak bisa begini terus. Gw nggak bisa berlarut larut terus.
Tapi berat...sungguh berat!
Setelah di interogasi oleh nyokap gw, gw pun masuk ke kamar dan rebahan di atas kasur. Fikiran tentang Niar belum juga bisa hilang, bayangan sejak pertama bertemu dengannya, bayangan saat dia tertawa dengan konyolnya, bayangan saat dia menangis menceritakan Almarhum Ibunya masih selalu hadir di dalam otak gw ini. Hingga kejadian yang membuat hati gw sakit waktu itu pun selalu gw ingat. Gw masih belum terima kalau akhirnya jadi seperti ini...
Apakah gw harus memperjuangkan dia lagi? Tapi apakah dia layak untuk gw perjuangkan??
Arrgh....Biar waktu yang menjawabnya.
efti108 dan Darpox memberi reputasi
2