Dulu, bos pertama ku yg lulusan MBA dari INSEAD, sekolah bisnis nomer 3 di eropa punya cerita begini :

Kalau mau buka usaha, ada 2 cara
1. buka usaha yang pasar nya belum ada. Jadi kita harus edukasi pasar, membuat konsumen sadar kalau kebutuhan itu ada.
2. buka usaha yang pasar nya sudah jelas besar. Tinggal kita promosi untuk merebut market share.

Bos ku milih yang kedua.

Sekarang, setelah hampir 10 tahun , aku merasa cerita itu masih sangat relevan.

Contoh kasus yg pernah saya temu kira2 gini :

Jogja terkenal sebagai kota kuliner. Salah seorang temanku, dosen Sanata Darma, ngajakin buka usaha. Dia ngajakkin bikin bakpia dari ketela. Sesuatu yg unik - dan (bisa jadi ) dicari orang.

Dasar pemikirannya : kalo barangnya unik, pasti dicari orang. Tentu saja ini adalah perjudian dan mempunyai resiko melekat. Misalnya : gimana kalo yg cocok sama rasa bakpia baru ini cuman 10% dari penggemar Bakpia.

Imbalannya pasti ada : jadi yang pertama dan market leader.

Mari kita lihat resiko yang bisa muncul. Resiko yang paling jelas keliatan adalah resiko pada proses acquiring customer ( proses mendapatkan pelanggan ).

Tahap nya sebagai berikut :
1. membuat orang tahu usaha kita ada
2. membuat orang mencoba barang kita
3. membuat orang beli barang kita lagi
4. membuat orang kembali ke tempat kita lagi

Tahap 1 dan tahap 2 tentunya adalah hal yang sangat susah. Biasanya memerlukan cost yang paling tinggi.
Membujuk orang untuk membeli barang baru, susahnya minta amppuuun.

Berbeda sekali dengan misalnya, jual bakpia seperti yang lain. dan di branding dan dikasih value yang lebih jelas. Misalnya : lebih murah, lebih trendi, dll.


contoh lain seperti ini :
Kalau ada modal enak mana membuka Muay Thai gym di Jogja atau di Jakarta ?

di Jakarta, jumlah Muay Thai Gym ada sekitar 20. Persaingan udah ketat. Apakah mau buka di Jogja saja ? Di Jogja ongkos membership gym 150rb / minggu. Untuk Jakarta, ongkos latihan bisa 150 rb / visit.
Membuka gym di jogja, selain pasarnya relatif kecil, kapasitas daya beli pasar juga rendah. membuka gym di jogja bagaikan suicide.

Pilihan satu atau pilihan dua. semuanya memiliki resiko dan rewardnya sendiri2. Mak Icih , misalnya, dia merupakan tipe bisnis nomer satu.

Aku sendiri, suka memilih yang nomer dua. saat ini, bisnis2 ku semuanya tipenya nomer dua. follow the trend. not creating the trend.