Kaskus

Story

jumpingwormAvatar border
TS
jumpingworm
• •• •• •
emoticon-Hot Newsemoticon-rainbowemoticon-rainbowemoticon-rainbowemoticon-rainbowemoticon-rainbow 6th Story emoticon-rainbowemoticon-rainbowemoticon-rainbowemoticon-rainbowemoticon-rainbow
Spoiler for "The Menu":


emoticon-Matahariemoticon-Matahariemoticon-Matahariemoticon-Matahariemoticon-Matahari5th Story : Wrap Your Heartemoticon-Matahariemoticon-Matahariemoticon-Matahariemoticon-Matahariemoticon-Matahari
Spoiler for "The Menu":


emoticon-kucingemoticon-kucingemoticon-kucingemoticon-kucingemoticon-kucing4th Story : Irreplaceable emoticon-kucingemoticon-kucingemoticon-kucingemoticon-kucingemoticon-kucing
Spoiler for The Menu:
Diubah oleh jumpingworm 16-07-2017 00:41
anasabilaAvatar border
samsung66Avatar border
samsung66 dan anasabila memberi reputasi
2
102.6K
1.3K
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
jumpingwormAvatar border
TS
jumpingworm
#1195
19. Fiancee
Siang ini, aku berencana menemani Vega berbelanja kereta bayi di Mothercare.
Wajarnya, dua wanita berbelanja baju dan aksesoris yang modis.
Tapi mungkin hanya kami yang lebih banyak membeli kebutuhan untuk anak-anak.
Lebih tepatnya untuk anak Vega.

Tapi aku tidak keberatan sedikitpun.
Karena itulah yang kubutuhkan sekarang; seorang teman.
Dan teman seperti Vega sangat cocok denganku sebagai tipikal orang yang paling sebal jika dicereweti atau diwawancara seperti artis infotainment.
Vega tahu betul situasiku dengan Sammy, dan dia memutuskan untuk tidak bertanya banyak setelah kuceritakan.
Jaman sekarang, jarang sekali orang yang tidak 'gatal' untuk berkomentar mengenai hal semacam ini.
Jadi kurasa, Vega adalah temanku yang paling baik dan langka.

"Mau dibeliin stroller yang simple aja gak?" aku bertanya sambil melirik deretan kereta bayi aneka warna di hadapanku.

Jujur, harganya sangat mahal.
Bahkan terlampau terlalu mahal bagi pegawai swasta berpenghasilan 7 angka sepertiku.
Tapi Vega yang secara ekonomi jauh lebih baik, ditambah harta dari ayahnya yang melimpah tentu tidak memusingkan hal itu.
Untungnya Vega dibesarkan dengan santun sehingga masih berpikir berulang kali jika ingin membeli barang dengan harga tertentu.
Tidak menghamburkan uangnya.

"Kalo terlalu simple, takutnya nggak kuat Cher..." Vega meneliti stroller yang terbuat dari aluminium di hadapannya. "Ini muat sampe umur 5 tahun ya..."

"Ya ampun, kalo udah 5 tahun mah disuruh jalan aja kali. Masa masih pake kereta?" aku protes.

"Kasian tau kalo anak udah kecapean gitu... apalagi Milo nggak kuat jalan jauh sambil gendong anak gue..."

Aku mengangguk membenarkan ucapan Vega.
Sesaat aku melirik ke bagian peralatan mandi balita, mendadak aku melihat pemandangan yang mencengangkan.
Lita sedang berada di sana dan memilih-milih peralatan mandi untuk anak-anak.
Sikat gigi satu set dengan gelas berkumurnya sudah dimasukkan ke dalam kantong belanjanya.

"Lita?" aku memanggil sambil menepuk bahunya.

Bagai melihat hantu di siang bolong, matanya membesar dan terkejut melihatku.

"Ehh,... Chery?! Lagi sama siapa? Grandy ya?" Lita celingukan mencari sosok Pak Grandy.

"Enggak, aku pergi sama temen. Kamu...?"

"Aku pergi sama rekan kerja. Sesama dokter." Lita menjawab pendek. "Aku pergi dulu ya. Temenku udah nunggu..."

Dengan buru-buru Lita meletakkan kantong belanja tersebut di meja kasir dan dengan sopan membatalkan pembelian.
Lita baru akan keluar di pintu ketika seorang anak laki-laki sekitar usia 3 tahun setengah berlari dan memeluk kakinya.
Tidak berapa lama kemudian, seorang pria tinggi muncul dan tersenyum kepada Lita serta anak itu.
Di sisi lain, Lita pucat pasi.

"Mama...? Mana cikat gigi balu? Ansen gak dibeliin?" anak itu bertanya dengan cadel dan polos.

"Kok nggak jadi beli, Ta?" pria itu bertanya heran.

Akhirnya Lita menyerah dan menoleh kepadaku sambil memasang raut wajah kiamat.
I think I know what's going on.
Lita kembali memasuki toko kemudian menuju meja kasir.
Sambil menunggu dibayar, Lita membuka percakapan.

"Chery... itu Farrel." Lita menghampiriku. "Dan itu anaknya... Hansen."

"Dia kok manggil kamu mama?" aku mengerutkan dahi.

"Karena sebentar lagi aku akan jadi ibu angkatnya. Aku udah tunangan sama dia, Cher..."

"Kamu gila ya?!" aku meninggikan nada bicaraku. "Kamu lagi baru cerai sama Pak Grandy kan?! Kok bisa-bisanya udah tunangan sama orang lain? Kamu buru-buru nyari ban serep seusai bercerai?"

"Aku udah tunangan sama dia sejak tahun lalu. Aku sama sekali BUKAN buru-buru nyari ban serep, Cher."

"Tahun lalu?!" aku nyaris membungkam mulutku rapat-rapat. "Terus maksud kamu balik tinggal sama Pak Grandy kemarin itu apa?"

"Ssstt...!! Jangan keras-keras! Farrel nggak tahu aku sempet tinggal lagi sama Grandy! Aku bilangnya tugas di luar kota! Lagipula rujuk sesaat, itu terjadi di luar rencana."

"Kamu nyusun rencana untuk apa?" aku jadi emosi. "Rencana untuk nampang di pesta Pak Grandy yang terakhir kalinya, memasang wajah baik-baik, dan meminta cerai saat itu juga?"

Lita tidak menjawab karena dugaanku tepat sasaran.
Kalimatku memang kasar dan blak-blakan.
Belakangan aku jadi emosi dengan yang namanya 'sosok wanita dari masa lalu'.
Debby yang ditinggal suaminya berubah menjadi ular berbisa yang mengikuti untuk memanfaatkan Sammy kemanapun.
Lita yang sudah bertunangan dengan pria lain, larut dalam perasaan di masa lalu dan memberikan secercah harapan kecil yang palsu bagi Pak Grandy untuk rujuk.
These whole things make me sick!

"Aku nggak bermaksud plinplan, Cher. Kalo kamu ada di posisi aku, yang nggak akan pernah bisa punya anak lagi, sementara Farrel sudah memiliki semua itu...hanya perlu pendamping untuk membesarkan anaknya. Aku nggak usah malu dilihat orang sebagai wanita mandul!"

Sesungguhnya, aku prihatin dengan Lita.
Pasalnya, kehilangan kemampuan untuk melahirkan sama seperti burung yang hanya memiliki satu buah sayap.
Tidak dapat melaksanakan tugas dalam hidupnya dengan baik.

"Sementara ketika ketemu Grandy lagi... dan ngelihat dia masih begitu cintanya sama aku, aku jadi nggak tega untuk menceraikan dia saat itu juga."

"Aku sama sekali nggak mau ikut campur dengan urusan pribadi kamu." aku membuat kesimpulan bijak. "Tapi kamu harus janji bahwa cepat atau lambat, Pak Grandy punya hak untuk mengetahui apa yang sesungguhnya terjadi. Bahwa sejak kamu pergi dari dia 2 tahun lalu, kamu udah menutup lembaran dengan Pak Grandy dan segala kesempatan kedua bagi dia. Nggak pernah ada niatan dari kamu untuk rujuk."

"Bukankah kalo dia tahu, dia akan terluka?" Lita menolak permintaanku. "Lebih baik dia nggak tahu apapun soal pertunanganku dan nggak terluka karenanya. Lagipula kami udah cerai. Itu semua udah di masa lalu."

"Sok tahu!" aku langsung ketus. "Justru Pak Grandy pernah menyalahkan DIRINYA sendiri! Kamu tahu nggak, dia mabok-mabokan di waktu memutuskan menceraikan kamu. Dia bilang bahwa dirinya mengecewakan kamu, dan pingin mati segala! Mungkin itu terjadi di masa lalu, tapi menurutmu hal itu nggak akan mempengaruhi dia dan kepribadiannya di masa depan? Dia akan mengecap dirinya sebagai pria yang MENGECEWAKAN seumur hidup."

Lita terdiam dan sepertinya wajahnya ingin menangis.
Aku menarik nafas panjang dan berjalan keluar toko.

"Setidaknya, untuk terakhir kali biar Pak Grandy tahu bahwa dia bukan pria yang mengecewakan dan pantas untuk mati karena wanita yang udah bertunangan dengan orang lain." aku berkata ketus sebelum keluar dari Mothercare.

Vega dari kejauhan keluar dari toko dan menyusulku.

"Cher... gue tadi nggak sengaja dengerin..." Vega menepuk bahuku pelan.

Aku duduk di salah satu kursi kosong yang ada di sana.

"Gue kacau banget Ve... Cowok yang gue sukain, suka sama cowok lain... sementara cowok yang dia suka itu masih jatuh cinta sama mantan istrinya. Dan gue melampiaskan kekacauan itu dengan marah-marahin mantan istrinya yang sebenernya nggak ada hubungannya sama sekali sama gue..." aku menutup wajahku dengan kedua telapak tangan.

Vega merangkul bahuku dan memeluk dengan lembut.

"Semua rencana pasti ada tujuannya. Kita fokus dulu aja ke satu masalah... Sekarang gue tanya, apakah elo mau ngelupain Sammy atau tetap suka sama dia?"

Aku menggertakkan gigi.
Kupandang Vega yang kuatir kepadaku.
Kemudian aku tersenyum mantap.

"Masih banyak ikan di lautan. Dan gue patah hati sama Sammy, itu kesempatan bagi gue untuk jatuh cinta sama orang baru yang lebih baik, kan?"

Vega mengangguk bangga kepadaku dan mengacungkan jempolnya.
Usiaku 24 tahun, itu artinya masih ada 6 tahun bagiku untuk jatuh bangun sebelum memasuki usia 30 yang 'kritis' bagi wanita.
What doesn't kill you, makes you stronger.
Diubah oleh jumpingworm 25-12-2013 13:37
0
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.