TEMPO.CO, Nay Pyi Taw - Pebalap sepeda, Hildan Afosma, menyumbangkan satu medali emas Sea Games dari nomor downhill yang berlangsung di Mount Pleasant, Nay Pyi Taw, Myanmar, Sabtu siang ini. Hildan mencatat waktu tercepat 2 menit 22,324 detik. Ia mengalahkan catatan waktu pembalap Indonesia lainnya, Purnomo, yang menorehkan waktu 2 menit 22,999 detik. Sementara, tempat ketiga diraih pembalap Thailand, Seubsakun Sukchanya, dengan catatan waktu 2 menit 24,125 detik.

"Saya tidak menyangka, kirain saya hanya dapat perak," kata Hildan di arena pertandingan, Sabtu, 14 Desember 2013. "Ini seperti mimpi yang menjadi kenyataan." Hildan mengatakan, trek sepanjang 1,7 kilometer yang harus dilaluinya cukup sulit. Selain sempit, trek juga berdebu. "Jadi lebih licin," katanya. Torehan emas ini memang mengejutkan karena dua hari lalu ia sempat terjatuh saat latihan dan mengalami luka di lutut kiri dan pinggul. "Saya berusaha terus fokus," ujar dia.Pelatih sepeda, Karman Sukarman, mengatakan dirinya sebenarnya lebih menjagokan Purnomo dibanding Hildan. "Sebenarnya Hildan lapis kedua tapi dia memang hebat," katanya.

Naypyitaw (ANTARA News) - Jintar Simanjuntak mampu mempertahankan perolehan emas setelah pada SEA Games 2013 di Wunna Theikdi Indoor Stadium, Naypyidaw, Myanmar, Sabtu kembali menjadi yang terbaik dinomor kumite (tarung) +67 kg. Karateka asal Medan itu di partai puncak mampu mendaratkan pukulan ke muka lawan yaitu karateka asal Malaysia, Sharmemdran Raaghonathan. Dan akhirnya wasit memberikan kemangan pada Jintar Simanjuntak. Saat SEA Games 2011 di Indonesia, Jintar Simanjuntak mampu meraih emas nomor kumite individu dan beregu. Peluang untuk kembali mendapatkan emas masih terbuka karena akan turun dinomor kumite beregu, Minggu (15/12)

TEMPO.CO, Yangon -Atlet angkat besi Deni menambah pundi-pundi emas Indonesia di ajang olahraga dua tahunan SEA Games Myanmar 2013. Turun di kelas 69 kilogram, Deni merebut emas dalam pertandingan yang berlangsung di Stadion Theinphyu, Yangon, Sabtu, 14 Desember 2013.Pria berusia 24 tahun ini sukses melakukan total angkatan 324 kilogram. Pada angkatan snatch, Deni mampu mengangkat beban seberat 148 kilogram. Sedangkan di angkatan clean and jerk, Deni berhasil mengangkat beban 176 kilogram. Sementara medali perak direbut oleh lifter Myanmar, Kyaw Moe Win. Kyaw Moe tercatat melakukan total angkatan 314 kilogram. Atlet asal Thailand, Tairat Bunsuk, berada di tempat ketiga dan berhak meraih perunggu. Tairat sendiri melakukan total angkatan 312 kilogram.

Dua pasangan ganda putra Indonesia, Angga Pratama/Rian Agung Saputra dan Ricky Karanda Suwadi/Berry Angriawan, berpose seusai meraih medali emas dan perak di SEA Games 2013 Myanmar di Nay Pyi Taw,

Solopos.com, NAYPYI TAW - Pasangan ganda putra, Angga Pratama/Rian Agung Saputro, menjadi wakil Indonesia yang kali pertama mempersembahkan emas dari cabang olah raga bulu tangkis di ajang SEA Games 2013 Myanmar. Konfirmasi ini dihasilkan Rian/Angga seusai memenangi partai all Indonesia final atas pasangan Ricky Karanda Suawardi/Berry Angriawan, secara rubber game, 21-13, 17-21, 21-11 di Nay Pyi Taw, Sabtu (14/12/2013) sore WIB.

Bermain melawan rekan sepelatnas, Angga/Rian yang merupakan juara Yonex-Sunrise Indonesia Open Grand Prix Gold 2013 ini tampaknya sudah tahu betul kekurangan dan kelebihan lawan. Keduanya begitu menguasai ritme permainan dan terus mengontrol Ricky/Berry di lapangan.

Grand Master Wanita (GMW) Irene Kharisma Sukandar mendapatkan medali emas pertamanya di Sea Games 2013, Myanmar setelah 4 kali keikut sertaannya di empat Sea Games (2003,2005,2011, dan 2013). Irene turun di nomor Individual Women’s Blitz Category by Scoring atau Catur Kilat (5 Menit). Irene merebut juara pertama setelah mengumpulkan 13 poin dari 15 babak yang dipertandingkan. Medali perak jatuh ketangan pecatur Vietnam GMW Hoang Thi Bao Tram dan perunggu direbut pecatur Indonesia lainnya GMW Medina Warda Aulina.

Ternyata ada drama dibalik emas yang diperoleh Irene, seperti dikutip dari Blog Potret Catur Kristianus Liem yang juga Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PB Percasi. Sampai babak keempat belas, Irene dan Tram terus berkejaran angka. Keduanya saat itu membukukan sama 12 poin. Medina di peringkat ketiga dengan 11 poin. Babak kelima belas atau babak terakhir Tram berhadapan dengan Medina, sedang Irene bertemu Hazel Liu Yang dari Singapura.

Irene berhasil mengalahkan Hazel Liu Yang dan medali emas Irene bakal ditentukan oleh hasil Medina. Bila Medina sampai kalah maka Tram yang mendapat emas. Medina akhirnya berhasil bermain remis melawan Tram lewat pertarungan seru yang mendebarkan. Hasil remis itu membuat angka Irene tak terkejar lagi oleh Tram. Irene unggul setengah poin dan akhirnya mendapat emas.

Irene Kharisma Sukandar langsung memeluk Medina Warda Aulia yang baru saja keluar dari ruang pertandingan catur SEA Games yang terletak di lantai 6 Hotel Zabu Thiri, Nay Pyi Taw. “Terima kasih Med. Terima kasih,” ucap Irene dengan suara haru tapi penuh kegembiraan.

Medina menangis. “Harusnya barusan saya menang,” ucap Medina sesungukkan. Memang betul, ketika melawan Tram itu, Medina sudah unggul satu Kuda, bahkan punya kesempatan menggarpu Raja dan Benteng lawan sehingga menjadi unggul satu Benteng, tapi ketegangan akibat waktu pikir yang menipis membuat Medina malah memilih mengambil satu bidak.

“Saya sebetulnya sudah melihat langkah itu, tapi entah kenapa yang saya jalankan langkah yang lain,” ujar Medina mempertanyakan dirinya sendiri. Kalau saat itu Medina menang, dialah peraih medali peraknya walau sama-sama membukukan dua belas poin dengan Tram. Sebab tie-break pertama adalah head to head!

Irene dan Medina akan bertanding lagi di nomor catur cepat perorangan putri pada tanggal 17 Desember nanti. “Saya akan bermain seperti belum mendapatkan medali. Saya akan main seperti macan kelaparan lagi!” komentar Irene penuh semangat.

Irene Kharisma Sukandar lahir di Jakarta, 7 April 1992, adalah pecatur Indonesia pertama yang berhasil menyandang gelar Grand Master Internasional Wanita (GMW).

Irene mulai belajar catur pada usia 7 tahun. Pada tahun 2001 ketika usianya baru 9 tahun, putri pasangan Singgih Heyzkel (ayah) dan Cici Ratna Mulya (ibu) ini sudah berhasil meraih gelar Master Percasi (MP). Setahun kemudian dia memperoleh gelar Master Nasional Wanita (MNW).

Bakat caturnya semakin terasah saat Irene mulai serius belajar catur di Sekolah Catur Utut Adianto (SCUA) di Bekasi. Enam tahun menimba ilmu di SCUA membuat kemampuan Irene berkembang pesat. Irene menjadi ujung tombak Indonesia dalam mengikuti berbagai turnamen di dalam maupun di luar negeri.

Gelar norma GMW pertama diraih Irene saat turun dalam Japfa Turnamen di Jakarta pada medio April 2008. Berikutnya, norma GMW diperoleh di turnamen Malaysia Terbuka pada medio Agustus 2008. Sedangkan norma GMW ketiganya diperoleh di Olimpiade Dresden November 2008

Puncak prestasi Irene adalah ketika pecatur putri terbaik Indonesia ini menjuarai Asian Continental Chess Championship yang di gelar di Ho Chi Minh City, Vietnam, 5-13 Mei 2012. Irene akan menjadi pecatur putri Indonesia pertama yang tampil di Kejuaraan Dunia Catur Wanita tahun 2015 mendatang!