Pada saat Buddha Sakyamuni (Gotama) pertama kali keluar dari kehidupan duniawinya ia bertemu dengan banyak sekali petapa yang mengajarkan banyak sekali teknik meditasi yang berbeda-beda. Hampir dari semua meditasi yang diajarkan pada saat itu memiliki satu tujuan yang untuk mencari apa yang dinamakan dengan diri yang sejati (Atman).

Mereka percaya bahwa diri sejati ini menjadi kabur karena seseorang merasakan dunia dengan indera mereka, sehingga mereka tidak dapat melihat diri mereka yang sebenarnya. Mereka percaya bahwa cara terbaik untuk mencari diri sejati adalah dengan melepaskan keterlibatan dengan dunia ini. Untuk itu banyak praktik meditasi pada saat itu berpusat pada pengendalian nafas atau minimal penyadaran kepada nafas. Mereka menganggap bahwa nafas dipengaruhi oleh pikiran, bila seseorang sedang marah, maka nafas mereka akan menjadi cepat, bila mereka sedang tenang nafas mereka akan menjadi lebih lambat. Bila seseorang sedih nafas mereka akan menjadi berat, dst. Dan lebih lagi karena mereka percaya bahwa batin atau pikiran sangat dipengaruhi oleh tubuh, maka pada saat itu praktisi meditasi melakukan meditasi dengan postur-postur tertentu.

Dalam Buddhisme pandangan tentang pencarian diri sejati berubah sepenuhnya. Hal ini karena kepercayaan Buddhis bahwa diri hanyalah ilusi, bahwa tidak mungkin bagi seseorang mempertahankan diri yang sama terus-menerus sepanjang hidupnya. Anda mungkin juga menyadari bahwa anda juga berganti-ganti diri dalam keseharian anda, saat anda di kantor, anda menjadi boss/pegawai, saat dirumah anda menjadi ibu/bapak rumah tangga, saat anda bersama anak anda, anda berubah lagi menjadi ayah/ibu. Namun meskipun contextnya berubah, Buddha tetap mempraktekkan teknik meditasi yang hampir sama dengan yang telah diajarkan oleh guru-gurunya.

Teknik meditasi Buddhis yang bisa dikatakan paling awal adalah teknik meditasi fokus/konsentrasi. Dalam teknik meditasi ini, praktisi di minta untuk memfokuskan diri kepada sebuah obyek. Obyek yang paling umum dalam aplikasi teknik ini adalah nafas. Praktisi diajak untuk mampu fokus kepada suatu obyek dalam waktu yang lama hingga pada akhirnya mencapai keheningan batin.

Tentunya hanya dengan mencapai keheningan batin ini tidak akan menghasilkan apa-apa. Para ahli percaya bahwa meditasi fokus sangatlah penting dalam mencapai tujuan akhir dalam buddhisme namun tidak cukup untuk mencapai pencerahan yang diinginkan. Seorang yang telah menguasai meditasi fokus juga memerlukan apa yang disebut meditasi penyadaran (Wipasana).

Dengan adanya meditasi penyadaran, seseorang akan mendapatkan penyadaran mengenai munculnya diri, emosi, hasrat, nafsu, kebiasaan, dan lainnya. Dan pada akhirnya seseorang diharapkan akan menyadari bahwa diri hanyalah sebuah ilusi. Gawatnya ternyata meditasi Wipasana ini juga bercabang-cabang sehingga terdapat banyak sekali cara-cara yang berbeda untuk mempraktekkan meditasi ini.

Lalu selain kedua meditasi yang bisa dianggap dasar meditasi ini, muncul juga teknik-teknik meditasi lain seperti meditasi cinta kasih, meditasi dengan mengucapkan mantra, dan ada juga meditasi yang menggunakan energi. Meditasi cinta kasih membawa praktisi meditasi untuk mengembangkan perasaan cinta kasih kepada semua makhluk hidup. Meditasi yang menggunakan energi mungkin familiar bagi anda yang tahu tentang prana, reiki, tummo, dan lainnya.

Cara meditasi 5 menit (5 minute meditation)

1. Duduk dengan posisi yang santai (boleh di kursi, boleh bersila, boleh duduk biasa)
   
2. Pantau diri anda dan pastikan sudah tidak ada bagian tubuh yang masih tegang, bila ada rilekskan
   
3. Tutup mata anda dan katakan pada diri “saya akan meditasi selama lima menit, terima kasih”
   
4. Biarkan mata anda tertutup dan mulai sadari nafas anda
   
5. Saat pikiran anda lari ke pemikiran lain, kembalikan mereka ke nafas anda
   
6. Nikmati keheningan yang anda rasakan
   
7. Setelah puas, buka mata anda dan lanjutkan hari anda