12.10

“Lu udah rada segar dikit kan?”

“Lumayan lah Laras, gue udah rada enakan.”

“Sip deh Sarah, jangan gini lagi yah. Lu juga beruntung Adam O negatif, jarang orang punya rhesus itu dan persentase untuk orang Asia aja cuma nol komaan,kalo engga lu ga ketolong. Gue pas nyentuh kulit lu yang dingin…” Laras menyapu air mata yang menetes

“Udahlah Laras, ni salah gue. Sorry kalo gue ngerepotin lu semua. Gue janji kok gue bakal terus hidup.” Senyum Sarah sambil menepuk-nepuk pundak Laras.

“Oh udah beres tuh.” Laras melihat labu darah yang habis. “Gue cabut dulu yah jarum infus ama kantong darahnya.”

Laras menyiapkan plester yang digunting di samping titik jarum dan melepasnya satu per satu. Dia menutup bekas lubang jarum itu dengan kapas yang diberi alcohol dan plester.

“Sip selesai!”

“Makasih ya Laras. Eh ngomong-ngomong kok rasanya kering ni bekas luka gue napa yah?”

“Oh gue kasih Super Glue.”

“Hah super glue? Elu pengen ngeracunin gue?”

“Ya macam itu, tapi ni buat medis kok sante. Lebih bagus daripada dijahit. Sekarang coba elu turun dari tempat tidur, pelan aja”

Tampak pandangan Sarah sedikit buram tetapi kemudian normal kembali.

“Nah coba lu jalan.” Tukas Laras sambil memegang Sarah untuk menghindari hal yang tak diinginkan

Perlahan lahan dia berjalan. Awalnya dia sempoyongan tetapi tiga langkah kemudian dia dapat berjalan seperti normal.

“Sip deh lu dah normal.”

Krunyuuuk, suara perut keroncongan itu terdengar keras

“Kecuali perut elu.”

“Hehe, iya gue lapar nih, kali abis cape lari pagi ama zombie sih walo Gue dah sarapan di rumah Adam – UPS.” Sarah dengan segera menutup mulutnya

“Oooooooh, pantesan gue ngerti gue ngerti. DAM! Lu ternyata udah dating yah ama Sarah dari pagi – pagi!” Teriak Laras menggoda Sarah dan Adam.

“Cieee Kak Adam.” Cubit Zholanda ke tangan Adam yang facepalm lagi

“Iiih Ras, jangan salah sangka dulu laaah, gue ngine-“ Kembali menutup mulutnya lagi, dia benar-benar keceplosan

“Ngine-? Nginep maksudnya?” Laras kaget dengan keceplosan Sarah “Cieee ternyata Sarah dah ngejurus yah, Dam kapan elu mau tanggung jawab?”

Adam menambah tangannya sehingga double facepalm dan Yudha menghampiri Adam dan menaruh tangannya di pundak Adam

“Lu ternyata sukses juga yah bro.” Dengan nada nakal Yudha berbicara

“Iiih, dia nolongin gue semalam, lagian gue ga ampe segitunya,jangan mikir macam-macam dulu atulaaaaaah.” Dengan muka merah Sarah tampak cemberut

“Hahaha, oke-oke, Gue sekarang tau napa lu bisa sampe ke stadiun. Eh tukang makan elu –“

Prang! Gubrak! Suara itu terdengar dari luar. Saat Yudha mengecek keluar dia melihat atap Lamborghini Aventador penyok dan Zombie itu tampak kakinya patah setelah terjatuh tepat diatas atap mobilnya dan Zombie itu mengenakan baju suster itu mulai mengesot.

“Mobil Gueeeeeeeeee!” Seketika Yudha mulai menembak Suster Ngesot itu secara membabi buta

“Hey Sersan tahan tembakanmu.” Pak Edwin menepuk pundak Yudha “Kamu akan memberi posisi kita!”

Yudha menghentikan tembakannya “Dasar Suster Ngesot sialan!”

“Itu kan mobil curian lu, lu aja ga beli.” Celetuk Laras yang melihat itu bersama Sarah “Apa virus itu dah ada sejak jaman dulu yah yang nyebabin fenomena Suster Ngesot?”

Tak lama kemudian pintu IGD mulai didobrak

“Ayo kita cepat kabur Pintu mobil ga dikunci!” Teriak Adam sambil berlari menuju mobil

Dengan segera mereka memasuki mobil dan Adam kembali menjadi supir dengan segera mengasapi zombie yang mengejar mereka.

“Eh Yudha, temen kita nih lapar, lu tau tempat yang kira-kira aman?” Tanya Laras

“Dam bukannya elu bawa carrier isi makanan yah?” Sarah bertanya

“Gue drop pas gue pingsanin elu. Tapi napa ga coba Rest Area Km. 125? Tu Rest Area sepi kan?”

“Sepertinya, pas lewat Jalan Tol pas mau ke PINDAD, ga ada zombie sama sekali.”

“Lu pasti ngebut-ngebutan di Jalan Tol yah Yud?”

“Iya, sayang dah tiada mobil gue.”

“Tu mobil curian elu…”

“Eh iya namamu siapa?” Tampak Sarah bingung dengan Zholanda

“Zholanda dan yang didepan Pak Edwin. Kita ketemu setelah Kolonel menyuruh kita untuk berpencar dan melakukan improvisasi sendiri. Tapi waktu itu Kak Sarah lagi pingsan jadi pasti kak Sarah baru tau.”

“Oh, salam kenal yah walo baru sekarang, hehe.” Sarah tersenyum

“Iya kak.” Zholanda membalas senyum Sarah

“Salam kenal juga ya Pak.”

“Sama-Sama de. Sersan Yudha, udah dapat kabar lagi dari yang lain?”

“Sudah dapat pak, Tapi mereka masih bergerak mencari tempat yang aman. Mungkin kita sekarang bawa senjata dan amunisi dari Pindad aja dulu.”

“Berita dari Kolonel?”

“Tidak ada pak.”

Pak Edwin kemudian terdiam membayangkan teman baiknya.

“Oh iya kak, Zho ajarin cara pake handgun yah untuk berjaga-jaga.” Zholanda mengeluarkan Pistol P1 miliknya. “Ini Pistol standar buat TNI-AD, Isinya 13 peluru, single-action. Cara buat ngelepas magazine dari pistol ni tekan aja tombol ini dan kalo ingin memasukkan tinggal dorong aja magazine. Nah disini ada pengaman kalo ga mau kaki kakak ketembak. Tarik pelatuk ato kokang slide P1 dan pengaman kebawah, kakak dah bisa nembak. Kalo posisi tangan yang bener misal kakak ga ada yang kidal tangan kiri kakak nahan tangan kanan kakak. Posisi kepala kakak rada dikedepanin buat bidik dan bidikannya lewat sela tiga titik ini kak. Efektifnya 50 m aja. Kali Kak Laras aja dulu yang bawa nunggu pergelangan kiri kak Sarah sembuh. Soalnya nembak pistol ga semudah yang dibayangin, tiap tembakan kan ada recoilnya, Zho takut tangan kakak kenapa-kenapa.” Setelah selesai menjelaskan Zholanda memberikan pistol P1 kepada Laras

“Sip deh makasih ya Zho.”

“Ni udah sampai di Rest Area Km 125, ni mau gue isiin bensin dulu biar sante. Tar gue susul” Adam membelokkan ke pom bensin.

“Sip deh, kira-kira yang ada makanannya mana yah?”

“Kali ke Lawson aja, ya ngambil bahan makanan sebagian jaga-jaga buat ntar, biasanya ada makanan yang tinggal dihangatin. Pak Edwin juga bisa nyari kopi atau minuman dingin disana” Tukas Laras

“Sip deh. Ayo turun sekarang.” Ujar Yudha

Sedang Adam mengisi Bensin, Yang lainnya berjalan menuju Lawson Station untuk mengisi perut mereka sekaligus memborong makanan dan minuman. Setelah selesai mengisi Adam memutar kendaraannya menuju Lawson.

“Gila yah lu Yudha, lu rakus ato lapar lagi? Bukannya udah makan spaghetti sebelum ke Rumah Sakit?”

“Lah gue belum kenyang ama spaghetti, ya nambah2 lah.” Yudha sambil memegang Sandwhich

“Ck ck ck, eh Sarah lu makan apa?”

“Gue nemu Bento nih, lumayan ngisi perut. Ga makan Laras?”

“Gue sih udah kenyang ama Spaghetti buatan ayang kamu, hehe” Laras menggoda Sarah kembali

“Iiih, gue ga ada hubungan apa-apa ama Adam.” Sambil memukul pelan Laras

“Eh tuh orangnya datang.” Laras melihat ke jendela
Adam keluar dari mobil dan masuk ke Lawson, dia mengambil Energy Drink dari Lemari Pendingin dan membukanya.

“Wah pada makan lagi nih, gue ngambil makanan yah sambil kalian makan.” Sesekali dia meneguk energy drink itu dan membawa keranjang mengambil air putih

Selesai mereka mengambil beberapa makanan dan minuman untuk dibawa ke dalam mobil, mereka melanjutkan perjalanan ke PINDAD di langit bandung yang mendung.

13.15

Hujan lebat mengguyur kota Bandung. Adam dan kawan-kawan sampai di PINDAD. Tampak Pabrik itu sepi tak berpenghuni setelah evakuasi besar-besaran.

“Wah ujan gede nih, lumayan buat nembak kalo tiba-tiba ada zombie didalam pabrik.”

“Tapi sepi gini mana ada zombie Yudha,” Laras berargumen

“Ya tetap kita harus waspada, kita ga tau apa yang ada di pabrik walau Yudha sudah mengamankan zombie ke utara jalan ini.” Bilang Adam

“Ya, lock and loaded.”

“Sebaiknya kita cek Pabrik Kendaraan tempur terlebih dahulu, paling tidak untuk memudahkan logistik.” Tukas Pak Edwin

“Ide yang bagus Pak Edwin.”

Adam memacu kendaraannya menuju ujung Jalan pabrik tempat Kendaraan di rakit dan mereka turun. Seperti biasa, Yudha menjadi ahli pembobol pintu dan mereka memasuki pabrik kendaraan dengan ukuran 60 x 200 m tersebut.

Disana terpajang beberapa kendaraan yang sudah dirakit penuh. Anoa dan Komodo dengan berbagai jenis varian Ambulance, Fire Support, APC dan Logistik. “Mau coba ngebobol kunci lagi Yudha?” Tanya Laras

“Sepertinya tidak perlu, pintunya terbuka dan kuncinya ada di dalam.” Yudha mengedip dengan satu mata kepada Laras

Yudha menjalankan Anoa. Suara gemuruh mesin diesel itu menggeleggar di dalam pabrik tersebut. Adam, Sarah dan Zholanda membawa bahan makanan dan minuman ke dalam Anoa karena mereka akan mengganti kendaraan.

“Hm, ga terlalu banyak bensinnya, paling engga kita harus mengisi dulu bensin habis dari PINDAD.”

“Yudha, bawa yang mana aja ini?” Tanya Adam

“Bawa Anoa Logistik di pojokan belakang, Pak Edwin bawa Anoa juga. Lu bisa bawa mobil kan Laras?”

“Iya gue bisa, kenapa?”

“Lu bawa Anoa juga yah satu lagi.”

“Siap bos.
”
“Pratu Zholanda, lu pergi bareng pak Edwin di Anoa-2.”

“Aye, aye, Sersan.”

“Semua yang pegang kendaraan ubah frekuensi di kendaraan itu menjadi 22.77, agar kita bisa berkomunikasi. Saatnya kita cuci gudang. Kita bagi dua tim. Gue, Adam, Sarah mengangkut senjata dan amunisi dan Zholanda, Pak Edwin, Laras cari full body protector. Ayo jalan.”

Adam dan Yudha membawa kendaraan mereka ke pojok utara PINDAD untuk mencari Senjata dan Amunisi yang dapat diangkut. Tak lama mereka sampai di sana. Adam, Yudha dan Sarah turun dan segera berteduh di bawah atap pabrik.

Adam merasakan sesuatu di dalam pabrik ketika bersender.

“Yudha, gue rasa ada orang didalam, tadi gue ngerasa dinding logam bergetar seperti terbentur tapi bukan karena hujan.” Adam mengambil Taurus miliknya

“Sial moga bukan Zombie. Sarah lu dibelakang Adam.”

“Lu ada ide gimana masuk?”

“Mungkin, kita dobrak saja dan menunggu zombie itu berlari.” Sambil menarik slide samping SS-2

Dengan menggunakan popor senjata, Yudha berusaha menjebol pintu dan setelah dia berhasil dia menendang pintu itu dan hanya menemukan ruangan pabrik yang gelap.

“Hey ada orang di dalam?” Teriak Adam ke dalam

“Kita tunggu 10 detik, jika tidak keluar mungkin cuma tikus.”

10 detik berlalu dan mereka masuk ke dalam pabrik itu sambil mengacungkan senjata. Tampak di Pabrik itu ada line perakitan senjata dan kotak penyimpanan.

Seorang prajurit mengintip dari lantai 2 pabrik, bersembunyi di balik pintu. Dia mengaktifkan laser dari senjatanya karena tangannya terus bergetar dan dia tidak dapat membidik dengan bidikan mata dengan benar. Titik merah itu bergerak dari atas menuju kepala Sarah.

“Sarah, lu – “ Adam melihat titik merah yang bergerak itu secara spontan mendorongnya bersama dengan dia disusul suara tembakan yang menggelegar “Nyaris saja.”

Sarah dengan muka merah melihat Adam yang berada di atas tubuhnya. Adam yang menyadari hal itu langsung kembali jongkok di belakang forklift tempat Adam dan Sarah bersembuyi.

“Hey siapa disana?” Tanya Sersan Yudha yang berlindung di

“Hehehe, nyaris saja gue bisa ngebunuh si pramuria Sarah yang udah bangun.”

“Siapa elu? Gue bukan pramuria yah?”

“Hm bukan? elu ga tau yah karena lu jadi putri tidur sepanjang perjalanan?”
Adam kemudian berteriak karena dia tahu siapa yang berbicara “Rendi! Lu ngapain mau bunuh Sarah segala?”

“Hm, karena dia yang ngegagalin rencana kita gigolo teri!”

“Elu bukan prajurit, Kopral Rendi. Kita seharusnya melindungi para warga sipil!”

“Oh Sersan yang naïf, elu ga tau yah lu udah ngebebastugasin gue, artinya gue udah ga ada tugas buat ngelindungi warga sipil, lagipula target utama gue si pramuria, tapi karena lu berdua ngehalangin, gue anggap lu musuh”

“Adam, lu tahu siapa dia?” Tanya Sarah sambil berbisik

“Tar gue ceritain habis ini. Lu mending tutup telinga.”Adam memakai ear protector yang diberi Yudha. “Gue pindah kesini cari posisi.”
Adam bergerak ke arah kiri forklift mencari tempat yang kosong untuk menembak. Tak disangka Rendi memberondong Adam sehingga Adam terpaksa kembali bersembunyi.

“Hehehe, lu kira bisa nembak gue yah?

“Gue bisa” Yudha dengan cepat bergerak dari perlindungannya dan menembak pintu karena dia melihat api yang keluar dari barrel senjata Rendi
Adam keluar dari belakang fork lift dan ikut menembaki Rendi. Duel senjata apipun tak terelakan

“Argh!” Erangan kesakitan itu tampak di wajah Rendi setelah mendapati dirinya tertembak. Dia tahu dia tak bisa membalas tembakan bertubi-tubi itu dan memutuskan kabur melalui jendela.

Ckranck!Kaca itu pecah setelah Rendi meloncat dari lantai dan mendarat di jalan setapak. Dia memutuskan untuk meloncati beton yang membatasi pabrik PINDAD dan memulai ancang-ancang untuk melompati pagar tersebut.

Adam, Yudha dan Sarah berlari menuju lantai dua dan melihat Rendi yang telah meloncati pagar.

“Gue balas lu semua, Gua bakal balas!” Teriak Rendi

“Sial!” Teriak Adam yang kehilangan bidikannya

“Sudahlah, dia tidak akan bertahan. Lihat itu” Yudha menunjuk tas, senapan SS-2, dan jari telunjuknya untuk menembak.

“Ya, dia tidak akan bertahan.”

“Pratu Zholanda, berhati-hati bila kamu melihat Rendi. Sekarang dia musuh, dia menembaki kita dan sekarang dia kabur. Jari telunjuk dia tertembak dan putus. Cerita selengkapnya jika kita sudah berkumpul.”

“Adam siapa itu Rendi?” Sarah menunggu jawaban mengapa ia menjadi target

Adam menjelaskan apa yang terjadi selama Sarah pingsan dan mengapa Rendi benci dengan Sarah.

“Dengan tambahan, dia memiliki catatan indisipliner sombong dan terkadang dia bertindak gegabah. Tapi dia memiliki kemampuan yang baik. Mungkin itu alasan atasan tetap mepertahankan dia.” Tambah Yudha. “Paling penting dia tidak dapat menembak lagi. Dia tidak dapat menyerang kita menggunakan senjata api walau dia dapat bertahan.”

Mereka tak dapat berlama-lama karena hujan merupakan faktor terbaik untuk menyembunyikan mereka baik dari pandangan maupun suara. Adam, Sarah dan Yudha dengan segera memasukkan Senjata, Amunisi, dan berbagai macam bahan peledak kedalam Anoa Logistik. Yudha yang dapat menggunakan forklift mempermudah pekerjaan dan Yudha telah memerintahkan tim Zholanda untuk berkumpul di bagian aksesoris dan pengembangan yang telah selesai mengepak pelindung badan.

Di depan bagian aksesoris dan pengembangan mereka bertemu dengan tim Zholanda dan mulai memasuki gedung tersebut. Mereka mulai mengepak aksesoris pendukung seperti ACOG, laser sight, Red-Dot, dan hand rail. Adam yang penasaran dengan apa yang berada di salah satu pintu mencoba mendobrak. Dan dia baru menemukan “Fort Knox” senjata kecil.

“Zholanda, Yudha kalian kesini. Sepertinya gue nemuin surga senjata.”

Adam mulai memasuki gudang senjata tersebut. M4 SOPMOD lengkap, HK Mk 23, FN Five-Seven, FN P90, SPAS-12, HK G36, HK 416, HK MP5K, M202A1, Barett M82, M202A1 berikut roketnya, dan MSG90 yang terpajang jelas di gudang tersebut berikut aksesoris-aksesoris pendukung dan case khusus untuk membawa senjata-senjata tersebut beserta manual. Yudha dan Zholanda terpana melihat senjata tersebut.

“Gue kayaknya ga usah masuk Kopsassus buat dapat senjata mantap seperti itu.”

“Gile, boleh deh, kita angkat Sersan?”

“Angkat!” Teriak Sersan

“Aneh ya Laras, mereka kok kegirangan banget?” Tanya Sarah

“Ya kita enjoy aja lah Sar, setiap kebahagiaan kecil itu berguna seperti sekarang.” Laras tersenyum kepada Sarah sambil mengemas aksesoris-aksesoris pendukung.

Mereka selesai mengemas semua yang mereka butuhkan hingga satu Anoa Logistik tersebut penuh sesak dan siap untuk berangkat.

“Oh iya, sekarang kita gimana?” Sekarang sudah jam 14.30.” Laras bertanya

“Kita diskusikan ini lewat radio. Hujan juga sudah mulai reda. Kita harus segera mengisi Bensin Anoa bila tidak ingin terdampar di tengah zombie. Kita ke pom bensin jalan tol Km 147 untuk mengisi bahan bakar terlebih dahulu. Gue didepan bareng Zholanda.”

“Siap Sersan.”

“Sarah lu mau ama siapa?” Tanya Laras

“Gue mau bareng Adam dulu bentar ampe Pom Bensin, ada yang mau gue omongin ama dia.” Dengan nada rendah

Laras tahu apa yang dia pikirkan dan dia tidak kembali menggoda Sarah.

“Okedeh, gue naik dulu yah.”

Adam yang sudah menyalakan mesin melihat Sarah yang berjalan di tengah hujan menuju kendaraanya. Dia kemudian membukakan pintu untuk Sarah.

“Loh kenapa Sarah? Ga bareng ama Laras?”

“Engga.” Sarah tersenyum sebentar dan dia kembali datar. Sesekali dia menengok Adam dan memalingkan pandangannya. Dia berusaha untuk membicarakan sesuatu tetapi dia sulit untuk mengeluarkannya. Konvoi telah berjalan di tengah hujan menuju SPBU. Dia hanya termenung dengan kata-kata yang dia ingin ucapkan.

“Adam…” Sarah berbicara dengan pelan

“Kenapa Sarah?” Tanya Adam sambil melihat Sarah

“Gue belum ngucapin makasih dah nolong gue. Lu dah ngasih darah lu buat gue. Lu juga udah gendong gue jauh tapi gue malah dengan bodohnya pengen bunuh diri. Gue waktu itu ngerasa kalian tuh Cuma mentingin diri sendiri tapi - ”

“Udahlah Sarah gausah dipikirin lagi, kita ikhlas kok nolong elu gimanapun keadaannya. Lu dah buat hari gue kemarin istimewa kemarin.” Sambil memegang kepala Sarah dan mengucek-ngucek.

Sarah merasakan sesuatu di pergelangan Adam dan dia kemudian melihat keatas.

“Iih tar jelek rambut gue mana lagi basah kebiasaan yah elu.” Sambil memegang tangan Adam dan menurunkannya

Dia merasa senang melihat Jam tangan pemberian dia ternyata dipakai Adam. Dia memegang tangan Adam dan menaruhnya di paha Sarah dengan kedua tangannya.

“Makasih ya Adam.” Sarah tersenyum manis kepada Adam dan Adam tersenyum kembali ke Adam.