Ya, semua bermula ketika MOS berakhir.

Ketika itu aku masih unyu-unyu gimana gitu. Sehari setelah MOS berakhir, waktu itu jam istirahat pertama. Senior ganteng yang menghukum kala itu datang menemuiku. Gue yang ngerasa takut-takut gimana agak ilfil juga dideket-deketin. Yah, elu tau lah gue itu ganteng.. tapi bukan berarti gue doyan cowok. Dan si mas-mas ganteng itu gerak-geriknya mencurigakan waktu mendekatiku. Alhasil, gue yang homophobia dan digabungkan dengan rasa was-was seorang newbie disekolah akhirnya merasa keamanannya terancam.

Tapi ternyata kecurigaan gue salah, dia ngedeketin gue cuma mau ngasih info dan gue keGRan. Dia bilang kalau gue pernah melanggar peraturan waktu MOS kemarin dan harus dihukum bersama anak-anak lain. Aku tak menyangka, padahal selama kegiatan itu aku merasa mematuhi semua peraturan. Namun, karena memang masih seorang newbie di sekolah akhirnya gue nurut juga. Gue digiring ke suatu tempat bersama beberapa anak yang lain, sepanjang jalan gue baca istigfar dan ayat kursi, berdoa semoga gue gak dihajar macem kasus di IPDN yang dulu lagi santer-santernya.

Ternyata kita-kita orang digiring di tempat parkir, dan dihukum secara individual. Kamsudnya tiap anak by one sama satu senior. Gue waktu itu lagi-lagi sama senior ganteng yang tadi. Lagi-lagi timbul rasa was-was dan homophobia gue. Gue ketakutan setengah mati kalau-kalau diajak sparring main anggar. Sumpah, gue bukan maho.

Tapi lagi-lagi gue suudzon berat sama senior yang baek itu. Ternyata dia orangnya lumayan friendly. Pelan-pelan kakak itu berbisik.


Gue buru-buru cabut sambil lirik anak-anak yang dihukum, ada beberapa anak yang gue kenal. Salah satunya Nisa. Tapi tak sempat aku menyapa. Masih terpikir bagaimana rupa mbak Yoona itu dan mengapa si kakak meminta nomer hpnya. Yah, mungkin dia mau PDKT kali. Emang gue pikirin.

Ternyata bener dia disana, lagi makan bakso lagi sama temen-temennya.




Karena aku lari seperti orang kesetanan akhirnya aku menabrak seseorang. Bruuk!!