Dengan kerendahan hati Izinkan saya membuka thread forsup reg bromo
Quote:
Di wajibkan ngelempar TS bata
Tujuan Thread ini adalah untuk sebagai ajang sharing tentang semua hal berkaitan dengan dunia Supranatural , Spiritual maupun Budaya dan untuk bersilahturahmi menjalin keakraban terhadap sesama warga Regional Bromo ini khususnya
Spoiler for Pengertian:
Supranatural : adalah sebutan untuk kejadian yang tidak bisa dijelaskan dengan hukum alam, atau berada di atas dan di luar alam.
Spiritual : Tempat membahas hal spiritual seperti meditasi, teknik relaksasi, dan pencerahan (tidak termasuk ilmu pelet, pengasihan, santet, dan penampakan makhluk halus).
Budaya : Tempat berbagi hal-hal yang terkait dengan budaya dan adat istiadat Nusantara
Apabila ada yg ingin sharing atau mengenal jauh tentang dunia Supranatural mari kita diskusikan di thread ini, atau yg ingin terawang teriwing jg boleh,sapa tau ada yg bantuin
Quote:
Rule :
- Baca ini dulu
- Isi disini
- Chit - Chat disini
- Balap liar disini
- Isi Posting tidak tidak bersifat menyerang, memancing kerusuhan atau pertengkaran atau saling ejek dll.
- No SARA, No PORNOGRAFI, No RASIS dan hal semacamnya.
- Tidak diperkenankan berbahasa selain Bahasa Manusia yang beradab, juga perlu diingat bahwa Trit ini bukan trit debat kusir tetapi kita disini saling berbagi dan mengisi.
- Tidak diperkenankan mereply postingan yang dirasa kurang/tidak penting.
- Tidak diperkenankan kejar postingan dengan junk, kejarlah postingan dengan postingan berkualitas.
- Tidak diperkenankan menggunakan icon saja dalam memposting.
- Spoiler berbau bisnis akan didelete.
- Pemakaian kata² yg tidak pantas, kasar, insulting, swearing, Capslocking dan berbau porno tidak diperbolehkan ditujukan ke kaskuser penghuni Trit ini. Akan ada pengecualian dalam konteks² tertentu untuk memperjelas maksud dari kaskuser. Tetapi diharapkan untuk tidak dipergunakan sama sekali.
- Tidak diperkenankan memancing suasana jadi panas/nge-flame, dan yang memancing dan yang terpancing juga akan diberikan sanksi. - Jika ingin posting bahasan , silahkan di berikan JUDUL. untuk membedakan satu dengan lainnya dan memudahkan untuk index.
- Diperbolehkan bertanya , dan sangat menghargai akan bantuan jawaban
Spoiler for makna lambang nitiadiningrat pasuruan:
Lambang Trah Keturunan Kyai Adipati Nitiadiningrat I, Bupati Pasuruan Th1751-1799; Lahir 1740, dari pernikahan Paku Buwana II Kartosuro - Mataram dengan Raden Ayu Brie Budjang, binti Pangeran Kertokusumo / Pangeran Bodrokusumo di Drajat-Sidayu Lawas; Ini adalah masih keturunan ketujuh (gantung siwur) Raden Rahmat / Sunan Ampel. Dalam riwayat R Ayu Briebujang sebagai isteri Pangrembe diparingaken/dihadiahkan kepada Kyai Tumenggung Wongsonegoro Bupati VOC di Pasuruan, saat itu dalam keadaan mengandung. Dengan syarat boleh dikimpoi setelah bayi itu lahir; dan bila bayi lahir laki-laki akan menggantikan menjadi Bupati pasuruan. Maka Lahirlah raden Groedo / R Bagus Ingabei Soemodrono / Kyai adipati Nitiadiningrat I, Bupati Pasuruan tsb. Dan Lambang Pemrintahan saat itu (seperti namapak pada gambar ) berupa burung garuda, bola dunia, dan paku seperti makna lambang Kasunanan Surakarta adalah :
•Bumi (bumi) Secara lahiriah bumi merupakan tempat kehidupan dan juga tempat berakhirnya kehidupan. Bumi atau jagad melambangkan bahwa manusia (mikrokosmos) yang memiliki jagad besar (makrokosmos). Di sini sebagai kiasan atau “pasemon” adanya kesatuan jagad kecil dan jagad besar. Bumi atau “jagading manungsa” berada dalam hati. Oleh kerena itu manusia agar dapat menguasai keadaan, harus dapat menyatukan diri dengan dunia besar. Dalam Kejawen disebut “Manunggaling Kawula-Gusti.” Sifat bumi adalah “momot dan kamet” dapat menampung dan menerima yang gumelar (ada). Bumi sebagai lambang “welas asih,” dapat “anyrambahi sakabehe.”
•Paku
Paku sebagai kiasan atau “pasemon” agar selalu kuat. Hal ini mengandung ajaran bahwa kehidupan di bumi bisa kuat, sentosa harus didasari jiwa yang kuat, tidak mudah goyah, atas dasar satu kekuatan yang maha besar dari Tuhan YME, yang menjadi pegangan bagi manusia yang hidup di bumi
Kanjeng adipati Nitiadiningrat merupakan bupati Pasuruan yang memerintah Pasuruan sejak dr 1751-1799. beliau merupakan putra pakubuwono ke 2 dari selir yang bernama raden ayu berie. raden ayu berie sendiri masih keturunan dari sunan ampel yang ke tujuh. raden ayu berie ini kemudian dimakamkan di samping mbah slagah di deket stadion pasuruan.
sejarahnya bisa dibaca di website sebagai berikut:
kanjeng pengeran nitiadiningrat sendiri dikenal sebagai orang yang sakti mandraguna. banyak kisah kisah kesaktian ketika beliau memerintah pasuruan. konon banyak sekali peninggalan pusaka beliau yang diwarisi oleh para anak turunnya. bahkan sampai sekarang pun kompleks pemakaman beliau dikenal sangat sakral sekali.
beliau kanjeng pengeran nitiadiningrat dimakamkan dibelakang masjid jami pasuruan. disebelah kulon dari makam para ulama besar yaitu makam kyai hamid dan para habib. disebuah cungkup berbentuk rumah. memang jarang sekali terlihat pintu makam beliau dibuka. kelihatan dibuka komplek makamnya jika malam jumat biasanya.
langsung saja ke foto foto dimakam beliau.
Spoiler for makam kanjeng pangeran, di beri selambu:
Spoiler for kanjeng kursi dan kanjeng payung:
Spoiler for sejarah kanjeng pengeran adipati nitiadiningrat:
Raden Grudo bergelar Kiai Adipati Nitie Adiningrat (1751-1799) Selama Raden Grudo menjadi Bupati di Pasuruan ada beberapa pertolongan kepada Belanda yaitu turut berperang, yang akan dijelaskan dibawah ini ; Gubernur Van Java Noord Oostkust Jan Greve tahun 1791 beliau merupakan seorang Bupati yang suka memberikan pertolongan kepada kompeni dalam kesusahan sampai dia menjadi miskin. Cerita itu juga termuat suatu buku karangan tuan Residen S Van Deventer di Pasuruan dengan judul Javansche Piechtigheid. Kiai Adipati Adiningrat menjadi Bupati selama 48 tahun dan yang menjadi Patih di Pasuruan adalah kakaknya (anak dari Kiai Adipati Nitinegoro atau Patih Wongsonegoro) yang bernama Sutonegoro. Cerita itu dulu Raden Adipati Pasuruan Wironegoro yang pergi meloloskan diri ke Malang bersama Pangeran Prabu dan diangkat menjadi Raja hingga 17 tahun. Dia meninggal dan kedudukannya digantikan oleh adiknya yang bernama Adipati Mlojo Kusumo yang menjabat sekitar setahun lamanya (1768) dan kemudian diserang oleh kompeni di kota Porong ‘alang aloe’ dengan komandan perang bernama Tuan Tropannegro dan bersama dengan Raden Tumenggung Nitinegoro (Raden Grudo). Peperangan itu terjadi sehari semalam hingga membuat Sutodjoyo kalah dan melarikan diri ke Lumajang. Kota Porong dihadiahkan kepada Raden Tumenggung Nitinegoro Kota Porong merupakan Kota yang terletak di dekat Lawang yang sekarang dibuat Rumah Sakit Jiwa. Selama tiga tahun (1771-1774) tuan Komandan Tropanegoro berperang ke Malang Bersama Raden Tuan Nitinegoro di Desa Mondoroko Gunung Gelap selama 3 hari, lantas Adipati Mojokusumo bersama dengan Pangeran Prabu lolos dan melarikan diri. Pencarian yang dilakukan oleh Komandan Tropanegoro dan Nitinegoro terhadap Adipati Mulyokusumo dan Pangeran Prabu membuahkan hasil, mereka ditemukan di pinggiran laut kidul dan saat mau ditangkap mereka memberikan perlawanan hingga mereka mati. Istri dan sanak saudara Pangeran Prabu ditangkap dan dibawa ke Surabaya, setelah peperangan itu kota Malang dibagi menjadi 2 bagian, 1 bagian dihadiahkan kepada Raden Tumenggung Nitinegoro. Tumenggung Nitinegoro menaruh Bupati di bagian yang pertama yang bernama Patih di Pasuruan yang memiliki saudara tiri yang bernama Tumenggung Sutonegoro. Bagian yang kedua diberikan kepada Tumenggung Surabaya yaitu Condronegoro, kekuasaan wilayah itu diberikan kepada Tumenggung Ronggolawe yang merupakan menantu dari Bupati Condronegoro yang memiliki trah kesepuhan. Adapun yang mengganti Patih di Pasuruan adalah Adik Tirinya dari Raden Tumenggung Nitinegoro yang bernama Ngabei Kertoyudo. Selama 3 tahun lamanya yaitu 1774 Kompeni berama Raden Tuan Nitinegoro dan Kiai Tumenggung Probolinggo menghancurkan Negeri Lumajang dengan membawa pasukan dari Pasuruan, Probolinggo dan Bangil juga Kiai Joyo Lelono yang merupakan Bupati di Porong. Komandan Perang pada waktu itu adalah Tuan Gudela, Raja Lumajang waktu merupakan orang dari Bambangan yang bernama Mas Purbokoro yang kemudian melarikan diri dan tidak ditemukan. Setelah peperangan di Lumajang, Lumajang dipimpin oleh Bupati Kiai Joyo Lelono dan kekuasaan di Porong dijadikan satu dengan negeri Pasuruan. Sepulang perang dari Malang Kiai Adipati Nitiadiningrat mengalami kelumpuhan dan tidak bisa berjalan. Tetapi kesetiaan kepada kompeni masih sangat tinggi, hal itu dapat dibuktikan dengan keikutsertaan beliau dalam peperangan-peperangan meski harus menggunakan tandu. Oleh karena itu banyak warga Pasuruan menjuluki beliau dengan sebutan Adipati lumpuh. Tandu teresbut sampai sekarang masih bisa kita saksikan dibelakang Masjid kota Pasuruan. Penghargaan yang diberikan kompeni terhadap beliau sangat besar hingga kompeni memberi rekomendasi kepada tujuh turunannya untuk menjadi Bupati di Pasuruan. Sekitar tujuh tahun sesudah perang di malang antara 1768 Raden Tumenggung Nitinegoro Diberi gelar Kiai Adipati Niti Adiningrat yang dalam waktu satu tahun menghancurkan sebuah pulau nusa yang bernama Nusa Barong yang turut berperang bersama Raden Adipati Nitie Adiningrat yaitu sang menantu yang bernama Tumenggung Joyonegoro dari Probolinggo yang membawa pasukan Jawa dari Pasuruan, Probolinggo, Bangil, dan Sumenep. Perang yang berlangsung satu hari tersebut di bawah pimpinan Komandan Sloet Adrian Van Rijk. Pemimpin yang dari pulau nusa adalah Nahkoda Sawak yang berasal dari mandar yang dijuluki Tumenggung Monconegoro yang diperkirakan meloloskan diri ke Bali dengan menggunakan perahu. Sementara banyak perwira-perwira perang dari pulau Nusa yang tertinggal kemudian ditangkap dan dibawa ke Pasuruan. Pulau Nusa dibagi menjadi 3 bagian, 2 bagian di Pasuruan dan 1 bagian di Probolinggo. Kiai Adipati Nitie Adiningrat mendapat hadiah lagi yaitu Negeri Puger (sekarang menjadi distrik Puger di Jember) dan yang dijadikan kepala di Puger adalah putranya yang bernama Raden Prawiro Kusumo yang bergelar Raden Prawiro Adiningrat, negeri Puger kemudian dilepas ke Pasuruan selama 2 tahun. Setelah itu perwira-perwira dari Nusa Barong yang diserang dan dapat melarikan diri berkumpul di negeri Blambangan. Bersama dengan Blambangan inilah diperangilah oleh Kiai Adipati Nitie Adiningrat sehingga Blambangan kalah dan Kiai Adipati Nitie Adiningrat mendapat rampasan disana yang berupa pusaka tombak dengan nama “leepoor”. Sesudah 14 tahun lamanya Kiai Adipati Nitie Adiningrat dipanggil kompeni ke Semarang bersama dengan Bupati-Bupati pesisir yang ada di Semarang. Mereka bermusyawarah untuk mengepung negeri Solo. Waktu itu Kiai Adipati Nitie Adiningrat memaksa ikut, tetapi tidak diizinkan oleh komandan Mayor Van Rijk, tetapi hanya disuruh menjaga Semarang saja. Lantas Kiai Adipati Pasuruan diperbolekan kembali ke Pasuruan dan tujuh tahun kemudian dia meninggal dunia dan dimakamkan di belakang Masjid Jami’ Pasuruan (1789) Kiai Adipati Nitidiningrat amat dicintai oleh kompeni terutama oleh seorang pembesar kompeni yang bernama komisaris jendral Mr. Sebastian Cornelis Nederburgh sebab dia telah banyak membantu kompeni dan oleh karena itulah beliau mendapat cindera mata berupa nampan perak yang bertuliskan ‘ De Commisaris General Mr. Sebastian Cornelis Nederburgh, Hans’ Compagnies getrouwe regentvn Pasarouwang Kijaie Adipatie Nitiadiningrat MDCCLXXXXVIII (1798)
Pasuruan dikenal sebagai kota santri yang kuat, akan tetapi kalo kita melihat dipusat kota dibelakang majid jami alanwar Pasuruan terdapat perpaduan dua budaya yang saling berdampingan dengan anggun. yaitu budaya santri yang kuat diwakili oleh makam para wali terutama makam romo kyai hamid pasuruan. sedangkan satunya adalah budaya jawa yang diwakili oleh makam kanjeng pangeran. di makam kanjeng pangeran masih nampak adanya sesaji, bahkan konon jika keturunan beliau sudah pada datang maka yang hadir pada mengenakan baju khas jawa seperti dijawa tengah. juga pusaka pusaka beliau masih dirawat oleh keluarga keluarga beliau sampai sekarang. Perpaduan dua budaya yang unik inilah yang menjadikan Pasuruan sebagai daerah yang sangat unik dan memiliki karakter tersendiri. walopun mungkin sekarang yg lebih menonjol adalah sisi santrinya.