Kaskus

Story

FlaxsterTwistAvatar border
TS
FlaxsterTwist
Apakah Dia Benar Cinta Sejatiku? (TRUE STORY)
Halo gan, perkenalkan nama ane Ahmed Savero Medravadia. Biasa dipanggil Joe hehehe becanda gan, nama panggilan ane Ero. Ane sebenernya Silent Reader di SFTH ini. Tapi lama2 tertarik juga buat nyeritain kisah hidup dan percintaan ane hehe.

Ane anak tunggal dari keluarga yang sederhana. Sekolah kelas XII di salah satu SMA Negeri ternama di Jakarta. Ane orangnya emang kadang2 (bisa dibilang sering sih sebenernya) suka kepedean gan. Makanya jangan bete ya nanti kalo baca cerita ane ada sedikit part ane kepedean hahaha. Karena ane anak tunggal, ane merasa kesepian dan butuh seseorang yang bisa nemenin ane di hari2 sepi ane gan. Ya siapa lagi kalo bukan pacar. emoticon-Stick Out TongueMakanya ane rajin bener kalo nyari pacar hehehe. Tapi ane setia kok gan. Pernah sih selingkuh sekali. Itu juga ketauan. Makanya ane sekarang ga berani lagi selingkuh2. Kalo gonta ganti pacar sih dulu ane rajin. Tapi sekarang ane pengen coba serius sama 1 cewe. Dan ane bakal ceritain kisahnya disini.

Ini kedua kalinya ane nulis pengalaman ane di kaskus. Tapi yang pertama cuman minta saran gitu di forum HTH. Sekarang mencoba masuk lebih dalam ke sub forum SFTH. Mohon bimbingannya gan kalo ada yang salah atau kurang. Ya memang dalam penulisan cerita ini, ada sedikit penambahan dan pengurangan. Tapi tetap ga merubah inti permasalahannya kok.

Ane nulis ini di bb gan, jadi maap nih kalo tulisannya sederhana sederhana aja. Ane ga bisa ol di kompi atau laptop soalnya ane lagi sakit cuman bisa terbaring lemah di kasur. Nanti ane ceritain kok tentang sakit ane ini hehe

Oke deh gan. Kita simak yuk ceritanya. Semoga menghibur emoticon-Big Grin

Quote:


MY OFFICIAL ACCOUNT

Quote:


Apakah Dia Benar Cinta Sejatiku? (TRUE STORY)
Diubah oleh FlaxsterTwist 03-11-2013 15:49
anasabilaAvatar border
junti27Avatar border
junti27 dan anasabila memberi reputasi
2
106.2K
588
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.8KAnggota
Tampilkan semua post
FlaxsterTwistAvatar border
TS
FlaxsterTwist
#492
Part 25 - Harapan Palsu (C)
Malam ini dokter akan memberitahu hasil local chemotherapy yang gue jalanin tadi pagi. Sekitar jam 8an malam, waktu gue sekeluarga lagi asik nonton tv di kamar, tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk pintu kamar gue.

"Tok tok tok..." bunyi pintu kamar gue diketok seseorang dari luar.

"Ngiiiik...." perlahan pintu kamar gue itupun dibuka dan terlihat ada seseorang masuk ke dalam kamar gue. Ternyata dia adalah seorang translater rumah sakit.

"Permisi Bu.. Bapak dan Ibu dipanggil sama dokter ke ruangannya sekarang ya.." kata translater itu sambil menebar senyum lebar.

"Oh sekarang ya? Yaudah 5 menit lagi saya kesana ya.." kata nyokap gue.

"Baik, saya tunggu di luar ya bu.." kata translater itu.

"Ro, ayah sama ibu ke ruang dokter dulu ya. Ero sendirian di kamar gapapa kan? nanti kalo ada apa-apa telpon ibu aja ya." kata nyokap gue ke gue.

"Oke deh." kata gue.

Beberapa menit kemudian pun nyokap bokap gue keluar kamar dan pergi menuju ruangan dokter. Gue di kamar sendirian nonton tv aja sambil makan chiki.

Setelah sekitar 30 menitan, bokap nyokap gue masuk ke kamar dan selesai bicara dengan dokter. 

"Gimana bu?" tanya gue.

"Udah tadi ngomong sama dr. Li. Tapi ini sekarang mau ketemu lagi sama profesor. Ero ga ada apa-apa kan?" kata nyokap gue.

"Ga ada kok. Yaudah kalo gitu." jawab gue.

Ga lama setelah masuk ke kamar, merekapun keluar lagi untuk menuju ruangan profesor. Sama seperti di ruangan dokter tadi, mungkin sekitar 30 menit lah mereka bicara dengan profesor. Kemudian mereka kembali ke kamar dengan wajah yang lesu dan lunglai.

"Gimana bu?" tanya gue.

"Hmmm.. Ro, jadi tadi kata dokter, local chemotherapy yang tadi pagi dilakuin ke ero itu gak berhasil. Ternyata pembuluh darah menuju tumornya ero itu udah terlalu banyak. Jadi obat kemonya udah ga efektif lagi dimasukin ke tumornya ero. Sedangkan, local chemotherapy itu biasanya menembakan obat kemo melalui satu pembuluh darah utama menuju ke tumornya. Tapi pembuluh darah ero yang menuju ke tumornya itu udah terlalu banyak. Jadi udah susah dan gak efektif lagi untuk dilakukan local chemotherapy." kata nyokap gue.

"Terus gimana?" tanya gue.

"Tadi ibu sama ayah juga udah ketemu sama profesor. Kata profesor, kaki ero ini lebih baik cepet diamputasi. Dengan pertimbangan, kalo terus dipertahankan, kemungkinan berhasil untuk sembuhnya pun sangat kecil dan pasti biaya yang akan dikeluarkan nanti akan semakin besar. Sedangkan kalau diamputasi, masalah tumor di kaki udah pasti beres. Dan biaya yang dikeluarkan pun akan lebih sedikit daripada mempertahankan kaki ero dan melakukan berbagai tindakan-tindakan yang belum tentu berhasil. Selain itu, kalau kaki ero terus dipertahankan, itu akan sangat bahaya buat ero. Karena tumor itu nanti akan sangat cepat menyebar. Kalo udah sampe menyebar ke atas, udah makin susah nantinya. Jadi.... kalo ditanya Ibu lebih sayang mana, kaki ero atau nyawa ero, ya ibu pasti jawab lebih sayang sama nyawa ero." kata nyokap gue.

"Hmmmm..." gue memikir sejenak.

"Yaudah lah bu. Gapapalah ero amputasi aja. Daripada kaya gini terus juga tersiksa. Gapapalah ero juga udah siap kok." kata gue.

"Bener ro? Jadi ero udah siap kalo nanti diamputasi?" tanya nyokap gue.

"Iya deh. Gapapa." jawab gue.

"Ya bagus deh kalo ero ternyata udah siap. Tadi ayah pikir ero belom siap dan ga mau kalo tetep diamputasi. Ya ayah seneng dengernya kalo ero udah siap." kata bokap gue.

"Iya yah. Terus nanti amputasinya semana?" tanya gue.

"Kata dokter tadi mungkin nanti akan disisain sekitar 15 cm dari pangkal paha." jawab bokap gue.

Keputusan itu masih jauh lebih mending daripada keputusan dokter dan profesor yang ada di jakarta. Di jakarta, semua dokter bahkan profesor menganjurkan untuk amputasi total sampe pangkal paha. Sedangkan di cina, kaki gue masih disisain 15 cm dari pangkal paha. Yah gue masih bersyukur lah.

"Oh gitu.. Terus kapan rencananya amputasinya bu?" tanya gue.

"Besok pagi ro." kata nyokap gue.

"Buset dadakan banget." kata gue.

"Iya, ibu juga kaget kok mendadak banget. Tapi kata dokter, ini memang harus cepat dilakukan. Kalo gak, nanti akan bahaya." kata nyokap gue.

"Hmm.. Yaudah deh bu." kata gue.

"Jadi ero bener udah siap ya?" kata bokap gue.

"Iya yah." jawab gue.

"Yaudah kalo gitu nanti ibu bilang ke dokter biar diatur jadwalnya buat besok operasinya ya." kata nyokap gue.

"Yaudah." kata gue.

Oh iya gue lupa cerita, sebelum gue berangkat ke cina, profesor di indonesia sempat menitipkan sebuah surat yang ditujukan untuk profesor di cina. Dan profesor di indonesia bilang, ini surat rahasia. Ga boleh ada yang buka kecuali profesor di cina nanti. Yaudah deh, pas baru sampe di cina, nyokap gue menyampaikan amanah yang diberikan oleh profesor di indonesia itu. Kita sekeluarga pun ga tau apa isi surat itu. Tapi mungkin isinya begini:

"Dear Profesor di China,

Perkenalkan saya adalah salah satu profesor yang menangani pasien bernama Ahmed Savero. Kami dengan tim sudah memantau dan melakukan berbagai pemeriksaan pada pasien bernama Ahmed Savero. Hasil pemeriksaan tersebut menunjukan bahwa akan sangat mustahil untuk tetap mempertahankan kaki kirinya yang sudah dihinggapi tumor yang sudah sangat besar. Kami dengan tim sangat menyarankan untuk melakukan amputasi pada pasien tersebut. Namun jika anda mempunyai pendapat lain dan yakin untuk menyembuhkan dan mempertahankan kaki pasien tersebut, silahkan dilakukan. Asal jangan coba-coba... Buat anak kok coba-coba..... emoticon-Ngakak (S)
Saya mohon untuk melakukan yang terbaik.

Regards,

Profesor Indonesia"

Itulah perkiraan gue mengenai isi surat yang diberikan profesor di indonesia kepada profesor di cina. Mungkin karena surat itu juga lah yang menjadi pertimbangan profesor di cina untuk menganjurkan hal yang sama seperti dokter dan profesor di indonesia.

Lalu bokap gue langsung mengabarkan hal ini kepada keluarga di indonesia melaluI telpon. Keluarga gue pun di indonesia satu per satu memberikan support buat gue melalui telpon. Kakak sepupu, adek sepupu, om, tante, kakek, nenek, semuanya memberikan support dengan kata-kata "Ero sabar ya... Tetap semangat!". Ya hampir semuanya ngucapin kaya gitu. Gue sih iya iya aja sambil bilang makasih sama seluruh keluarga gue di indonesia yang udah ngasih support buat gue.

Dan gue juga ngerasa lebih baik gue amputasi di cina daripada di indonesia. Selain karena amputasi yang dilakukan disini masih menyisakan 15 cm kaki gue, disini juga ga ada temen-temen dan orang-orang yang gue kenal kaya di indonesia. Paling gak, gue ga ngerasa malu lah abis amputasi nanti karena ga akan ketemu mereka. hehe

Malam itu, gue lagi pengen banget makan kepiting. Yaudah gue bilang aja ke nyokap kalo gue pengen makan kepiting.

"Bu, ero mau makan kepiting nih. Ada yang jual gak ya deket sini?" tanya gue.

"Ero mau kepiting? Hmmm... Coba ibu cari keluar dulu ya." jawab nyokap gue.

Nyokap guepun keluar buat mencari kepiting yang pengen gue makan. Setelah beberapa lama, nyokap gue balik dengan membawa sebuah kotak berisi sup kepiting.

"Huhhh Roooo.... Mahal sekali nih kepiting. Ibu beli 2 nih. Yang masih idup lagi ibu belinya." kata nyokap gue.

"Buset, ero makan kepiting idup-idup gitu?" tanya gue kaget.

"Ya enggaklah. Maksudnya ibu belinya pas kepitingnya masih idup terus dimasak." jawab nyokap gue.

"Oooohhh. Mantap deh. Yaudah deh kalo gitu ero mau makan sekarang." gue bersiap bangun dari tidur buat menyantap sup kepiting yang dibeliin nyokap.

Buat bangun dari tiduran ke posisi duduk itu gue mesti dibantu bokap/nyokap buat ngangkat punggung gue. Soalnya gue ga kuat kalo bangun sendiri. Apalagi pergerakan gue yang sangat terbatas. Salah gerak sedikit aja, bengkak kaki gue bakal kerasa sakit yang luar biasa. Setelah berhasil duduk, bokap menaruh sup kepitingnya di meja pasien yang udah siap di depan gue. Dan guepun mulai menyantap sup kepitingnya dengan khidmat. emoticon-Big Grin 

Selesai menyantap sup kepitingnya, gue kembali tiduran dan mengabarkan berita terbaru gue ke Icha.

"Ca, kamu lagi apa?" tanya gue lewat sms.

"Lagi ngerjain tugas nih. Banyak banget rooo. emoticon-Frown Kamu gimana hari ini? Baik-baik aja kan?" jawab icha di sms.

"Local chemotherapy yang aku jalanin tadi pagi gagal ca. Katanya besok aku harus diamputasi. Masih mending sih amputasinya masih disisain kok 15 cm dari pangkal paha. Daripada di indonesia dicabut abis tuh kaki aku." bales gue.

"Hah serius ro? Yaudahhhhh kamu sabar aja yaaa. Tetep semangat!!! Gapapalah diamputasi daripada kamu sakit kaya gitu terus kan malah lebih gak enak." bales icha.

"Iya ca. Makasih ya ca. Tapi kamu janji ya jangan mutusin aku kalo aku udah diamputasi..." bales gue.

"Ya enggaklah roooooo. Emang aku cewe apaan kaya gitu. Pokoknya kamu siapin aja mental & fisik buat operasi besok. Aku selalu doain kamu kok. emoticon-Smilie" bales icha.

"Uwuwuwuwu makasih ya sayang... Kamu so sweet banget sih. emoticon-Peluk
Yaudah aku mau istirahat dulu ya biar besok seger pas mau dioperasi." bales gue.

"Okeee." bales icha.

Selesai smsan sama Icha, guepun mulai istirahat dan berusaha tidur lebih cepet berharap agar rasa sakit di bengkak gue yang gue rasain ini ga terlalu kerasa pas gue lagi tidur.

Keesokan paginya, gue kembali terbangun dengan suara suster beserta alat-alat kebesarannya. Yah ampuuuun. Gue bakal disuntik lagi!!!! emoticon-Frown

Sama seperti kemarin, suster ini akan menyuntikan 2 ampul obat anti-depresi 1 jam sebelum operasi dimulai. Dan operasi kali ini ga sama kaya kemaren, kali ini adalah operasi besar. Gue bakal dibius total men. Gila aja kalo ga dibius total, gue bisa ngeliat gitu kaki gue dipotong, berlumuran darah, terus ngeliat sendiri kalo kaki gue udah kepisah dari tubuh gue..... Serem abis kan.

Setelah suster selesai menyuntikan obat anti-depresi pada gue dan keluar kamar, datanglah tim dokter bedah yang akan mengoperasi gue pagi ini. Mereka datang untuk mengecek kondisi dan keadaan gue. Dan juga memberikan tanda garis batas pada paha gue yang akan diamputasi dengan spidol berwarna biru. Gak lama setelah itu, merekapun keluar dan mungkin bersiap-siap ke ruang operasi.

Sekitar 1 jam setelah itu, suster masuk ke kamar gue dengan membawa sebuah kasur berjalan yang akan membawa gue ke ruang operasi. Gue kembali dipindahkan ke kasur tersebut. Dan lagi-lagi rasa sakit yang gue rasain ga terhindarkan lagi. Setelah gue berhasil dipindahkan ke kasur berjalan, gue dibawa suster keluar kamar dan menuju ke ruang operasi di lantai 9. Bokap nyokap gue juga ikut untuk nganter gue.

Sampe di lantai 9, suasana disana lumayan serem juga. Sepi dan sunyi gitu deh. Dan gue dibawa ke sebuah lorong dimana disana terdapat banyak ruangan di sebelah kanan dan kirinya bertuliskan "Operation Room". Sampe di pintu masuk lorong tersebut, ternyata bokap nyokap gue yang nganter ga boleh masuk. Cuma gue, suster, dan translater aja yang boleh masuk. Yaudah deh bokap nyokap gue nunggu dan duduk di luar pintu masuk lorong tersebut. 

Sebelum masuk ke ruang operasi, suster dan translater terlebih dahulu mengganti pakaiannya dengan pakaian operasi berwarna hijau. Sedangkan gue, tetep menggunakan selimut berwarna putih yang sudah bersimbah darah sejak dari kamar tadi. Setelah suster dan translater sudah selesai mengganti pakaian, gue dibawa ke ruang operasi tempat gue akan diamputasi. Menyusuri lorong itu dan melewati sekitar 2-3 ruangan, sampailah gue di ruang operasi gue. Pintu besi dibuka, kemudian terlihatlah suster-suster dan dokter-dokter yang udah siap di dalam dengan pakaian serba hijau.

Sampai di dalam, gue dipindahkan dari kasur berjalan ke meja operasi. Disana gue liat ada gunting operasi yang gede sama yang kecil, piso operasi, sama yang paling serem itu 2 buah suntikan yang gede banget. Itu suntikan buat gue apa buat gajah!!!!???? Anjir gede banget men. Wah ga kebayang deh gimana kalo pantat gue disuntik pake gituan. Bisa merem melek kali gue. emoticon-Nohope

Terus juga di ruangan itu gue liat ada lampu operasi yang bulet dan gede di atas meja operasi, terus ada timer di dinding yang bertuliskan "Anasthesia Time" dan "Operation Time". Ini pertama kalinya gue melakukan operasi besar. Gak tau deh gimana rasanya nanti. Menurut survey yang gue lakukan kepada temen-temen gue yang udah pernah operasi, katanya sih waktu operasi itu ga sakit sama sekali. Tapi setelah operasi itu lah baru kerasa sakitnya pas operasi itu. Ya kita liat aja deh gimana nanti.

Setelah gue dipindahkan ke meja operasi, salah seorang suster mencari pembuluh darah di tangan kiri gue untuk memasang infus. Sedangkan tangan kanan gue udah terlebih dahulu dipasang infus. Dengan sekali tusukan, suster itu langsung dapat pembuluh darah yang tepat buat infusan gue. Biasanya suster-suster tuh suka gagal-gagal terus kalo nyari infusan. Untung aja kali ini sekali dapet. hehe

Setelah infus terpasang di tangan kiri gue, seirang dokter anastesi menghampiri gue sambil membawa sebuah suntikan gajah yang gede tadi berisi cairan berwarna putih seperti susu. Wah mampus deh. Pantat gue bakal ditojos nih kayanya. Bisa tewas lah gue disuntik pake suntikan gajah segede gitu. Dan ternyata, dokter itu menyuntikan cairan putih tersebut melalui saluran infus yang sudah terpasang di tangan kiri gue.

Baru beberapa detik setelah gue disuntik cairan putih tersebut, mata gue langsung ngantuk parah dan kemudian gue langsung tak sadarkan diri....
Diubah oleh FlaxsterTwist 10-10-2013 01:10
0
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.