Wah, Pertanyaan yg menarik dari Dunia Persahaman atau Equity Based.

Mungkin Artikel dibawah ini bisa sedikit memberikan informasi tentang BUY BACK saham oleh BUMN itu sendiri :
http://investasi.kontan.co.id/news/o...a-syarat-ketat

Bahkan, OJK menilai, emiten milik BUMN tersebut bisa melakukan buyback tanpa harus lewat rapat umum pemegang saham (RUPS). Muliaman Hadad, Kepala Komisioner OJK bilang, buyback bisa dapat dilakukan jika pasar memburuk seperti 2008.

"Pernah saat krisis (2008) kami mengeluarkan keluarkan aturan, sehingga buyback boleh dilakukan tanpa lewat RUPS," ujarnya kepada wartawan di Gedung Dhanapala, Kementerian Keuangan, Kamis (22/8).

Notes :

Indikatornya adalah Bahwa Pasar mulai memburuk.
Maka Mekanisme BUY BACK, dalam situasi yg luar biasa dijalankan.

Sedangkan BUY BACK secara umum, bisa disepakati lewat RUPS.

Jadi Praktek BUY BACK ini umum dilakukan di Bursa Saham.
Demikian juga di Uinvest, ini sudah sering dilakukan.....

Market Maker, dalam hal ini bisa INCA/ISLD.
Bisa juga mungkin melalui Perorangan.

Artinya misal 30% Saham di BUY BACK lewat INCA di harga 70rb.
Kemudian Market Kembali Normal, dan bisa dijual lagi diharga 75rb, misalnya.

Keuntungan 5rb x 30% Saham beredar, tentunya akan masuk ke Affiliated Financial Companies (BOs). Beserta Fee Jualnya. (Kalo Beli tdk ada Fee).

Apabila saham expired, tentunya BOs wajib mem BUY BACK 100% saham yg beredar.

Kalo yg beredar misal hanya 5%, ya di BUY BACK 5% itu tadi...terserah BOs-nya.

Itu Konsep yg ada di Equity/Saham.
Jadi karena itu Dana di Affiliated Financial Companies kata Alex PR, belong to BOs alias itu Dana BOs, yg nantinya apabila ada WDr, AS REQ dari FPs(Uinvest) yg teken kontrak dengan BOs tsb dikirim ke Uinvestor.

Uinvest, terima bersih Komisi dari Deviden dan Komisi Jual Saham, Semakin Liquid Saham semakin mundur tenggang waktu deviden yg di bayar, dan semakin BOs tdk harus membayar Deviden tsb.

Apalagi dengan adanya SMART EXCHANGE dan UFUND, tentu sebagai BOs via Affiliated Financial Companies lebih aman lagi, pergerakannya.

Misalnya : Saham Pak A, ini di goreng terus selama 2 bulan.
Artinya Pembayaran Deviden mundur terus sampai bulan ketiga, sedangkan tiap bulan Pak A,setor ke Affliated Financial Companies sebesar 6 jt.

Ada 18 jt, yg dibayar atau bisa di KLAIM sebagai Deviden UI hanya 6 jt.
12 jt bisa digunakan utk BUY BACK sahamnya di pasar.

Semakin NGANDANG, saham sahamnya, semakin Market Maker mudah menggoreng saham tersebut. Dan membuat NEWS agar kemudian laku dijual di harga atas.

Ini Hal UMUM dalam Teknik Perbandaran, bahkan tdk jarang juga di pakai oleh Para BD 2x di BEI, pada saham Gorengan

Cekidot : http://images.kontan.co.id/main/kartun_duito/135/

Pernah dengar cerita ini ?

Ini salah satu contoh teknik menggoreng saham.....yg tdk memperhatikan Etika Bisnis.....

Suatu hari di sebuah desa di Bali, seorang kaya raya mengumumkan akan membeli monyet dengan harga Rp. 100 ribu per ekornya. Para penduduk desa yang menyadari bahwa banyak monyet di sekitar desa mulai masuk hutan dan menangkapinya.

Si orang kaya membeli ribuan ekor monyet dengan harga Rp. 100 ribu. Karenanya monyet semakin sulit dicari, penduduk desa pun menghentikan usaha menangkapi monyet. Maka si orang kaya pun sekali lagi mengumumkan akan membeli monyet dengan harga Rp. 200 ribu per ekor.

Tentu saja hal ini memberi semangat baru bagi penduduk desa untuk mulai menangkapi monyet lagi. Tak berapa lama, jumlah monyet pun semakin sedikit dan semakin sulit dicari dan penduduk pun kembali bertani. Harga monyet pun merambat naik hingga Rp. 250 ribu namun monyet sudah sangat sulit dicari.

Sekali lagi si orang kaya mengumumkan akan membeli monyet dengan harga Rp. 500 ribu per ekor….!

Namun, karena si orang kaya harus pergi ke kota untuk urusan bisnis, asisten-nya akan menggantikannya atas namanya. Dengan tiada kehadiran si orang kaya, si asisten pun berkata ke pada penduduk desa :

“Lihatlah monyet-monyet yang ada di kurungan besar yang dikumpulkan oleh si orang kaya itu. Saya akan menjual monyet-monyet itu kepada kalian dengan harga Rp. 350 ribu per ekor dan saat si orang kaya kembali, kalian bisa menjualnya kembali ke si orang kaya dengan harga Rp. 500 ribu ! Bagaimana ?“

Akhirnya, penduduk desa pun mengumpulkan uang simpanan mereka dan membeli semua monyet yang ada di kurungan seharga Rp. 350 ribu per ekor.

Namun kemudian….., mereka tak pernah lagi melihat si orang kaya maupun si asisten !! Si orang kaya cs ternyata lenyap dengan meraup keuntungan minimal = Rp. 350 ribu (harga jual monyet ke penduduk) – Rp. 200 ribu (harga beli monyet dari penduduk) = Rp. 150 ribu per ekor.


Ini bukan untuk ditiru ya...tapi sekedar utk memahami, bagaimana cara "menggoreng" harga saham, tanpa memperhatikan VALUE dari Perusahaan tsb.

Kalo masih inget, bagaimana TREND Buble Saham Internet di 2001, demikian juga Tanaman Hias Gelombang Cinta

Itu Contoh 2x, menggoreng "Harga" tanpa dibandingkan dengan VALUEnya.

Disini, Market Maker yg bekerja sama dengan BOs, tentunya yg mempunyai Peluang terbesar utk melakukannya, karena ada setidaknya 20% modal saham ada di tangan, dalam bentuk CASH

Semoga Bermanfaat,

Tks
Regards