TS
Zaxion
[Fanfict] RF Online- The Hero Of Novus
misi semua numpang posting fanfict 
gw bikinnya udh lama sih waktu sma dulu pas rf lagi ngetop
udh ada beberapa chapter gw post di web lain sih cuma sepi sekali
jadi post di sini juga deh
mohon kritikan dan komennya ya
episode 1
episode 2
Episode 3
Episode 4
Episode 5
Episode 6
Episode 7
Episode 8
Episode 9
episode 10
Epiode 11
episode 12
Interlude
Episode 13
part 1
part 2
part 3

gw bikinnya udh lama sih waktu sma dulu pas rf lagi ngetop

udh ada beberapa chapter gw post di web lain sih cuma sepi sekali

jadi post di sini juga deh
mohon kritikan dan komennya ya
Spoiler for Index:
Spoiler for The Beginning Arc:
Prolog
part 1
part 2
Episode 1
part 1
part 2
Episode 2
part 1
part 2
Episode 3
part 1
part 2
Episode 4
part 1
part 2
Episode 5
part 1
part 2
Episode 6
Part 1
Part 2
Episode 7
Part 1
Part 2
Episode 8
part 1
part 2
Episode 9
1 part doang
Episode 10
Part 1
part 2
Episode 11
part 1
part 2
Episode 12
part 1
part 2
episode 13
part 1
part 2
Episode 14
part 1
part 2
Episode 15
part 1
part 2
part 3
Episode 16
part 1
part 2
Episode 17
part 1
part 2
episode 18
part 1
part 2
episode 19
part 1
part 2
part 3
part 4
episode 20
part 1
part 2
episode 21
part 1
part 2
episode 22
part 1
part 2
episode 23
part 1
part 2
episode 24
part 1
part 2
part 3
Epiloge
part 1
part 2
part 3
part 4
part 1
part 2
Episode 1
part 1
part 2
Episode 2
part 1
part 2
Episode 3
part 1
part 2
Episode 4
part 1
part 2
Episode 5
part 1
part 2
Episode 6
Part 1
Part 2
Episode 7
Part 1
Part 2
Episode 8
part 1
part 2
Episode 9
1 part doang
Episode 10
Part 1
part 2
Episode 11
part 1
part 2
Episode 12
part 1
part 2
episode 13
part 1
part 2
Episode 14
part 1
part 2
Episode 15
part 1
part 2
part 3
Episode 16
part 1
part 2
Episode 17
part 1
part 2
episode 18
part 1
part 2
episode 19
part 1
part 2
part 3
part 4
episode 20
part 1
part 2
episode 21
part 1
part 2
episode 22
part 1
part 2
episode 23
part 1
part 2
episode 24
part 1
part 2
part 3
Epiloge
part 1
part 2
part 3
part 4
Spoiler for The Vegeance Arc:
Spoiler for Prologue:
episode 1
Spoiler for :
episode 2
Spoiler for :
Episode 3
Spoiler for :
Episode 4
Spoiler for :
Episode 5
Spoiler for :
Episode 6
Spoiler for :
Episode 7
Spoiler for :
Episode 8
Spoiler for :
Episode 9
Spoiler for :
episode 10
Spoiler for :
Epiode 11
Spoiler for :
episode 12
Spoiler for :
Interlude
Spoiler for :
Episode 13
part 1
part 2
part 3
Spoiler for side story:
Diubah oleh Zaxion 14-01-2016 15:57
0
95.1K
Kutip
521
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Fanstuff
1.9KThread•347Anggota
Tampilkan semua post
TS
Zaxion
#115
Episode 17
The Battle Part 2
Desprate
Aku tahu, apa yang aku lakukan ini salah.
Aku sadar, yang aku lakukan ini tidak lebih dari ke-egoisanku saja
Tapi aku tidak punya pilihan lain.
Aku tidak mau lagi kehilangan orang yang aku cintai, aku tidak mau lagi kehilangan keluargaku.
Aku mengerti jika tidak hanya aku saja yang menderita di dunia ini, aku paham bahwa di dunia ini banyak orang yang menderita lebih dariku.
Tapi aku tidak bisa membayangkan ataupun berani membayangkannya, hidup sendirian sebatang kara, tanpa ada keluarga di sisiku, aku tidak akan sanggup melakukan itu.
Karena itulah saat kakaku memutuskan untuk pergi meninggalkan Union, aku tidak tahu harus berbuat apa. Aku tidak bisa menghentikannya dan jika aku melaporkannya pada pihak yang berwajib kakak pasti akan di jatuhi hukuman mati.
Aku tidak mau hal itu terjadi, karena itulah dengan terpaksa ikut dengannya karena aku tidak mau lagi kehilangan keluargaku dan hidup dengan rasa kesepian.
Dan ketika aku masuk kedalam kelompok penghianat ini aku menyadari. Bahwa mereka tidak lebih dari orang-orang menjijikan yang hanya mementingkan ego mereka masing-masing, tapi aku tidak berhak berkata demikian karena aku sama dengan mereka.
Aku lebih memilih untuk diam menyendiri membututi kakaku, menjadi bayangannya. Aku tidak pernah lagi percaya pada orang lain, sudah cukup apa yang aku rasakan, ayahku di bunuh oleh negara yang aku cintai dan kakakku di perdaya oleh seseorang yang hanya mementingkan dirinya sendiri. Aku tidak akan pernah percaya lagi pada siapapun.
Lalu di saat itu kau muncul di hadapanku, Max Daybreak.
Nyaris tidak ada seorangpun di Union yang tidak mengenalmu walau kebanyakan tahu tentangmu karena keberadaan ayahmu, sang pahlawan yang mengorbankan nyawanya demi kepentingan union, dan cerita kepahlawanannya mengabdi di Union selama 40 tahun lebih.
Hidup sebatang kara karena keluarganya tewas akibat perang yang berlangsung sangat lama ini, namun kau terus melangkah maju tanpa pernah ragu sedikitpun atas segala tindakanmu. Perlahan karirmu menanjak dan terus naik hingga akhirnya mencapai posisi militer tertinggi yang ada, seorang Maximus. Posisi tertinggi yang bisa di katakan setara dengan dewan militer dan berhak bergerak sendiri ataupun memberi perintah pada prajurit rendahan.
Kau mencapai itu pada usia yang sangat muda, 22 tahun hanya ada beberapa orang prajurit Bellato Union yang mendapatkan prestasi seperti itu. Keberadaan mu sudah sangat lama di awasi oleh kami, terutama oleh Konrad karena dia sangat menginginkanmu, entah kenapa dia sangat tertarik olehmu aku tidak tahu.
Aku menangkapmu di saat kau berada tidak jauh dari markas kami, entah apa yang kau cari saat itu aku tidak tahu. Konrad lalu menyuruhku untuk mengawasimu dan segera melaporkan segera padanya jika kau memiliki informasi penting atau bertindak mencurigakan.
Entah kenapa, selama mengawasimu perlahan aku menjadi tertarik padamu. Kau mungkin terlihat tampak sangat tegar dan kuat namun dari matamu aku melihat suatu hal yang sangat berlawanan. Kau terlihat sangat rapuh dan kesepian, aku bisa tahu itu karena aku memahami apa yang kau rasakan. Mungkin karena kita adalah orang yang sangat mirip dan bernasib sama dan karena itu aku semaki tertarik padamu Max.
Perlahan, sosokmu semakin besar di hatiku, keberadaanmu semakin kuat dan di saat kau membuat pernyataan itu.
Hatiku terasa sangat bahagia entah kenapa, mungkin karena kita memiliki perasaan yang sama, tapi di sisi lain aku tidak tahu harus berbuat apa. Konrad mengancam akan membunuh kakak jika aku menghianatinya karena dia tahu aku tidak pernah sekalipun setia ataupun tunduk padanya dengan tulus.
Karena itulah aku menghianatimu, walau aku sangat tidak ingin melakukannya aku terpaksa, aku tidak mau merasakan pedihnya kehilangan orang yang aku cintai, tapi walau aku sudah melakukan hal sejahat itu padamu kau memaafkan aku, bahkan mau membantuku.
Aku sangat tersentu dan terharu mendengarnya, apa lagi setelah kau menceritakan latar belakang keluargamu. Sesuatu yang sangat tabu tapi kau mempercayakannya padaku begitu saja setelah apa yang aku lakukan.
Aku sadar, betapa bodohnya aku betapa egoisnya tindakanku selama ini. Kau menyadarkanku Max.
“karena itu aku harus bergegas, jika aku terlambat kau dan kak Alice pasti akan saling bunuh, aku tidak mau kehilangan salah satu dari kalian karena bagiku kalian adalah keluargaku yang sangat berharga “
Dengan sekuat tenaganya Agrias bangkit dan perlahan berjalan, dari suara benturan keras yang mengema dia bisa menduga dari mana asal suara pertarungan itu dan segera bergegas menuju area pertarungan Max melawan Konrad.
Alvolus memandang Ranzaya yang terkapar tidak berdaya di permukaan tanah dengan penuh kekecewaan.
“ Cuma semangat dan omonganmu saja yang besar, tapi kau sama sekali tidak punya kemampuan apapun “
Ranzaya hanya bisa menatapnya dengan kesal sambil menggeram tanpa bisa berbuat apa-apa. Sekujur tubuhnya di penuhi luka memar dan membiru akibat duel yang dia lakukan dengan Alvolus, duel antara paman dan keponakan itu sama sekali tidak seimbang. Ranzaya di hajar habis-habisan tanpa bisa memberikan perlawanan yang berarti, terlihat jelas perbedaan kemampuan dan pengalaman bertarung yang sangat jauh dan tak terjangkau di antara keduanya.
“ jadi sekarang kau sudah sadar betapa lemahnya dirimu hah ? sangat aneh melihatmu hanya diam seperti itu seharusnya jika kau atau marah kau pasti memaki-maki kan ? “ ejek Alvolus
Ranzaya tidak mampu menjawab, dia menyadari semua ejekan dan hinaan Alvolus merupakan sebuah kebenaran pahit yang harus dia terima. Air mata penyesalan menetes keluar dari matanya setelah Ranzaya menyadari betapa tidak berdayanya dia.
Selama ini dia selalu bermalas-malasan menjalankan tugas yang dia terima karena meremehkannya dan selalu bolos saat di suruh latihan militer karena merasa dia sudah bisa melakukannya. Tapi pertarungan dengan Alvolus menyadarkan bahwa apa yang dia pikirkan selama ini salah.
Hal-hal dasar pertarungan yang selama ini dia abaikan ternyata membawa pengaruh besar pada jalannya pertarungan antara dia dengan Alvolus.
“sekarang kau mengerti dimana kesalahanmu ? “ tanya Alvolus
Ranzaya sama sekali tidak menjawabnya
“ kau mengabaikan hal-hal dasar pertarungan dan mengangap remehnya kan ? kau bahkan tidak pernah menghadiri perintah untuk melakukan latihan militer ataupun tugas harian. Padahal hal-hal itu sangat penting untuk melatih tubuhmu dan mendapatkan pengalaman kan ? “
Alvolus menyarungkan kembali pedangnya lalu duduk bersandar pada pohon, dia menarik nafas panjang sambil memikir sesuatu dan kemudian membakar rokok yang sudah dia keluarkan sejak tadi lalu menghisapnya dengan sangat menikmatinya.
“dewasalah, kau tidak bisa seperti ini terus. Pikirkanlah ibumu yang sangat khawatir pada masa depanmu. Aku mengerti kalau kau ingin membuktikan diri jika kau itu kuat dan ingin segera membuktikannya tapi jika kau tidak akan pernah bisa berhasil “
“diam, aku tidak mau di nasehati oleh penghianat sepertimu “
“hanya karena aku musuhmu bukan berarti kau harus menolak menerima saranku kan ? jika itu bisa bermanfaat dan bisa membuatmu bisa menjadi lebih kuat terima lah tanpa ragu “
“aku tidak akan pernah melakukan hal memalukan seperti itu !!!! aku masih memiliki harga diri sebagai seorang Bellato dan prajurit “
“harga diri tidak ada gunanya jika kau mati ingat itu “
“...................”
Ranzaya tak bisa membantahnya
“ dan ingatlah, kau mungkin siap untuk mati tapi tidak semua orang siap menerima kabar kematianmu, mereka akan sangat sedih jika itu terjadi terutama ibu dan adikmu “
“ah” Ranzaya terperanjat mendengarnya, dia sama sekali tidak pernah berpikir hingga sejauh itu.
“baiklah, hanya itu saja yang bisa aku katakan padamu, tolong sampaikan pada ibumu bahwa aku minta maaf padanya. Jagalah Raina, jangan sampai kau menyesal karena kehilangan dia seperti aku. Selama tinggal Ranzaya “
Setelah berkata demikian, Alvolus mengaktifkan sebuah portal teleportasi dan bersiap untuk memasukinya.
“kenapa ? apa yang sebenarnya kau lakukan ? aku sama sekali tidak merasakan sikap permusuhan darimu dan kau tampak tidak berniat membunuhku dan yang lain ? apa yang sebenarnya terjadi Alvolus apa kau benar-benar menghianati Union ? “
Tapi tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut Alvolus, hanya sebuah senyuman yang terlihat bersinar muncul di wajahnya.
Dan dia pun menghilang dari padangan mata Ranzaya setelah melangkah masuk kedalam Portal yang dia aktifkan, entah kemana dia pergi tidak ada yang tahu.
Max Daybreak tahu dia tidak mungkin bisa menang, tapi dia tetap memberikan perlawanan yang sangat sengit dan ganas pada Konrad.
“Daybreak bajingan, kenapa kalian selalu menghalangiku, apa aku harus sampai menggunakan semua persenjataan utama MAU ini untuk melawan 1 tikus kecil sepertinya. Jika tahu ini akan terjadi seharusnya aku perintahkan Agrias untuk langsung membunuhnya tadi “
Banyaknya persenjataan yang di pasang di MAU Konrad membuat gerakannya menjadi lebih lamban dari gerakan MAU pada umumnya, walaupun tetap sangat berbahaya terutama dari kejauhan karena banyakanya senapa mesin dan roket yang siap menghantam musuhnya.
Max lagi-lagi berusaha menyusup masuk di antara sela-sela kedua kaki mesin perang tersebut, Konrad melakukan serangkaian serangan menggunakan senapa di kedua tanganya menghadang Max walau tidak efektif karena besar MAU yang awalnya di rancang agar bisa melindungi dan mempermudah Konrad agar aman selama pertarungan akhirnya malah menjadi penghalang baginya.
“keparat !!!” umpat Konrad dengan kesal karena kesulitan mengenai Max yang terus menyerangnya dengan tetap tenang.
“fokus, jangan berhenti. Besar tubuh mesin perang ini hanya akan menjadi penghalangnya, selama aku terus bergerak sambil mendempetkan diri kedapanya dia tidak akan bisa mengenaiku “
Konrad menghantamkan tangan kanan MAU nya dengan sangat kuat kepada Max, dia berhasil menghindari serangan mematikan dari Konrad yang pasti akan membuatnya terbunuh jika tidak bisa menghindar, memukul dengan kekuatan penuh seperti itu menghasilkan ledakan besar dan membuat tanganya menancap dengan cukup dalam ke permukaan tanah sehingga tersangkut
“apa !!!” Konrad terkejut saat menyadari hal itu, dia berusaha untuk menarik keluar tangan MAU nya yang tertancap cukup dalam, Max yang melihat hal itu dengan sangat cepat memanfaatkan momen tersebut. Dia berlari menaiki tangan Mau itu menuju pundaknya lalu segera melompat ke arah kepalanya dan
“POWER CLEAVE!!!!!!”
Elemental Sword’s miliknya menebas kamera di kepala MAU Konrad dan menghancurkannya seketika, Max menendang bagian dada MAUnya untuk menjauh setelah memberikan serangan telak itu.
“tanpa kamera utama di kepalamu, kemampuan bertarung robot besar itu pasti menurut drastikan Konrad “ ujar Max sambil tersenyum puas seolah baru saja meraih kemenangan mutlak
“ kau benar-benar mirip dengan ayahmu, bahkan sikap arogannya juga menurun kedalam darah kotormu itu “ balas Konrad
“ kau tampak membenci ayahku Konrad “
“ aku menghormatinya sebagai rekan 1 timku sewaktu muda, tapi aku tidak pernah bisa tahan dengan sikapnya arogan dan menyepelekan musuhnya. Sudahlah tidak perlu lagi berbicara panjang lebar, sudah hampir 1jam sejak kita bertarung aku tidak punya waktu lagi. Aku akan segera menghabisimu bocah “
Secara mendadak, MAU yang di kendarai Konrad bergerak dengan sangat cepat menerjang Max. Dia berhasil menghindari serangan tersebut, namu debu-debu yang berhamburan akibat laju MAU itu menghalangi pandangan Max, seluruh area itu di selimuti debu tebal yang menyesakkan nafas sehingga Max terpaksa harus melindungi hidung dan matanya.
“keparat seharusnya kameranya sudah rusak kan “ keluh max
“jika kau pikir menghancurkan kamera utama MAU akan mematikan penglihatan MAU maka kau salah besar Max Daybreak. Ngomong-ngomong bagaimana kondisi lukamu ? sakitnya pasti luar biasakan aku yakin kau sudah tidak dapat lagi menahan rasa sakit itu lebih lama lagi “
“jangan bodoh, aku pernah mendapatkan kondisi yang jauh lebih parah dari ini, luka seperti ini mah kecil “
“bagaimana kalo di tambah dengan yang ini “
Secara mendadak sosok bayangan hitam gelap muncul dari balik tubuh Max, Konrad menyergapnya dari belakang dan Max sangat terlambat menyadarinya. Sebuah pukulan di lancarkan menuju tubuh mungil Max, dengan sangat terpaksa dia menggunakan pedang gandanya untuk melindungi tubuhnya.
“arggg!!!”
Dia meraung kesakitan ketika tenaga monster MAU itu mendorongnya, pedang di tangan kirinya hancur seketika dan dia bisa merasakan tulang di tangan kirinya mengeluarkan suara yang mengerikan. Dia terlempar dengan sangat kuat bagaikan bola baseball dan membentur pintu baja yang berada di belakangnya.
“cukup dengan 1 pukulan kau hancur Max, walau masih bisa berdiri aku yakin kau sudah tidak bisa bertarung lain, dan aku tidak menyangkan elemental Sword’s yang sudah puluhan tahun di gunakan ayahmu dan tidak pernah menjadi tumpul ataupun rusak itu akhirnya hancur juga, walau hanya salah satunya saja ya “ nada bicara Konrad menunjukan jika dia sangat puas, semua kekesalan yang terpendam dalam hatinya terlampiaskan dengan segara setelah satu pukulan MAUnya mengenai Max, walau dia sempat menahannya tapi luka yang di derita Max sekarang sangat fatal.
“apa....apa yang baru saja terjadi “ Max masih merasa sangat pusing dan linglung akibat serangan tadi, dia berusaha mengingat dengan sangat keras. Pandanganya menjadi terganggu akibat darah yang mengucur keluar di kepalanya dan membasahi kelopak mata kanannya. Dia berusaha mengerakan tubuhnya namun sekuat apapun dia berusaha tubuhnya terasa sangat kaku dan berat.
“tanganku, aku tidak bisa merasakan tangan kiriku “ dia mengarahkan pandangan matanya ke tangan kirinya dan sangat terkejut saat melihat pedang warisan ayahnya hancur, dari dua bilah pedang yang dia miliki salah satunya sudah hancur berkeping-keping menyisakan gagangnya dan sedikit batang pedangnya.
“a........” dia tidak bisa berkata apa-apa selain hanya melihatnya dengan sangat tidak mempercayainya.
“apa yang sudah aku lakukan “ semangat juang Max hilang seketika, selama ini pedang itu menjadi benda yang selama berharga baginya, menjadi sebuah kenangan akan ayahnya. Ketika dia mengengamnya dia bisa membayangkan sosok ayahnya yang terlihat sangat besar,kuat dan tidak akan bisa dia jangkau selamanya, pedang itu menjadi tumpuan harapannya bahwa kelak suatu hari nanti dia akan melebihi ayahnya, namun dengan hancurnya satu dari dua pedang itu dia merasa impiannya selama ini hancur seketika.
“kau sudah bangun Alice “
Ucapan Konrad itu membuat Max semakin terkejut, dengan kondisinya saat ini dia sama sekali tidak mungkin bisa menang melawan Alice yang secara penafsirannya seimbang dengan kemampuan bertarung dirinya, dan juga Konrad masih ada, dia bisa membantu Alice atau mungkin dia bisa langsung membunuh dirinya sekarang juga.
“keparat “ umpat Max dengan sangat kesal
“maafkan aku tuan Konrad, aku lengah “
“habisi dia sekarang lalu lanjutkan kembali rencana awal kita, jadwal yang kita rencanakan menjadi berantakan karena dia “
“dengan senang hati, aku akan membunuhnya secara perlahan-lahan, membuatnya kesakitan dan menderita sehingga dia menyesali apa yang dia perbuat “
Suara langkah kaki yang perlahan mendekat itu membuat Max semakin merasa tertekan, dia terus berusaha bangkit namun tubuhnya tidak mau mendengarkan perintahnya.
“keparat!!! Aku harus bangkit!!!” umpat Max dengan sangat kesal lagi
Tidak lama kemudian, dia bisa melihat dengan jelas wajah Alice yang tampak sangat marah, di penuhi dengan kebencian dan tampak siap untuk menghabisi dirinya.
“hai Alice “ ujar Max sambil menyerigai
“apa yang kau lakukan pada Agrias ? “
“ aku yakin dia sedang tidur dengan nyenyak saat ini “
Jawaban Max membuatnya semakin marah, Alice sangat melindungi Agrias yang merupakan adik satu-satunya, jika Max ada di sini berarti Agrias sudah di kalahkan olehnya, yang terburuk adalah sudah di bunuh olehnya maka oleh karena itu Alice dengan di penuhi kemarahannya bersiap untuk membunuh Max. Dia menarik keluar pedangnya dan mengacungkannya pada Max
“mati lah cacing tanah “
Dengan segera, Alice berlari menerjang Max dengan di penuhu nafsu untuk membunuhnya, Max hanya bisa diam dengan pasrah tanpa bisa berbuat apapun.
“ahhh, akhirnya tiba juga. Walau memakan waktu yang sangat lama akhirnya datang juga saatnya. Ayah,ibu, Astaria aku akan segera berada di sisi kalian” Max Daybreak memejamkan matanya menyambut kematian mendatanginya dengan sangat tenang, bagaikan seseorang menyambut teman lama yang sudah lama tidak bertemu.
The Battle Part 2
Desprate
Spoiler for part 1:
Aku tahu, apa yang aku lakukan ini salah.
Aku sadar, yang aku lakukan ini tidak lebih dari ke-egoisanku saja
Tapi aku tidak punya pilihan lain.
Aku tidak mau lagi kehilangan orang yang aku cintai, aku tidak mau lagi kehilangan keluargaku.
Aku mengerti jika tidak hanya aku saja yang menderita di dunia ini, aku paham bahwa di dunia ini banyak orang yang menderita lebih dariku.
Tapi aku tidak bisa membayangkan ataupun berani membayangkannya, hidup sendirian sebatang kara, tanpa ada keluarga di sisiku, aku tidak akan sanggup melakukan itu.
Karena itulah saat kakaku memutuskan untuk pergi meninggalkan Union, aku tidak tahu harus berbuat apa. Aku tidak bisa menghentikannya dan jika aku melaporkannya pada pihak yang berwajib kakak pasti akan di jatuhi hukuman mati.
Aku tidak mau hal itu terjadi, karena itulah dengan terpaksa ikut dengannya karena aku tidak mau lagi kehilangan keluargaku dan hidup dengan rasa kesepian.
Dan ketika aku masuk kedalam kelompok penghianat ini aku menyadari. Bahwa mereka tidak lebih dari orang-orang menjijikan yang hanya mementingkan ego mereka masing-masing, tapi aku tidak berhak berkata demikian karena aku sama dengan mereka.
Aku lebih memilih untuk diam menyendiri membututi kakaku, menjadi bayangannya. Aku tidak pernah lagi percaya pada orang lain, sudah cukup apa yang aku rasakan, ayahku di bunuh oleh negara yang aku cintai dan kakakku di perdaya oleh seseorang yang hanya mementingkan dirinya sendiri. Aku tidak akan pernah percaya lagi pada siapapun.
Lalu di saat itu kau muncul di hadapanku, Max Daybreak.
Nyaris tidak ada seorangpun di Union yang tidak mengenalmu walau kebanyakan tahu tentangmu karena keberadaan ayahmu, sang pahlawan yang mengorbankan nyawanya demi kepentingan union, dan cerita kepahlawanannya mengabdi di Union selama 40 tahun lebih.
Hidup sebatang kara karena keluarganya tewas akibat perang yang berlangsung sangat lama ini, namun kau terus melangkah maju tanpa pernah ragu sedikitpun atas segala tindakanmu. Perlahan karirmu menanjak dan terus naik hingga akhirnya mencapai posisi militer tertinggi yang ada, seorang Maximus. Posisi tertinggi yang bisa di katakan setara dengan dewan militer dan berhak bergerak sendiri ataupun memberi perintah pada prajurit rendahan.
Kau mencapai itu pada usia yang sangat muda, 22 tahun hanya ada beberapa orang prajurit Bellato Union yang mendapatkan prestasi seperti itu. Keberadaan mu sudah sangat lama di awasi oleh kami, terutama oleh Konrad karena dia sangat menginginkanmu, entah kenapa dia sangat tertarik olehmu aku tidak tahu.
Aku menangkapmu di saat kau berada tidak jauh dari markas kami, entah apa yang kau cari saat itu aku tidak tahu. Konrad lalu menyuruhku untuk mengawasimu dan segera melaporkan segera padanya jika kau memiliki informasi penting atau bertindak mencurigakan.
Entah kenapa, selama mengawasimu perlahan aku menjadi tertarik padamu. Kau mungkin terlihat tampak sangat tegar dan kuat namun dari matamu aku melihat suatu hal yang sangat berlawanan. Kau terlihat sangat rapuh dan kesepian, aku bisa tahu itu karena aku memahami apa yang kau rasakan. Mungkin karena kita adalah orang yang sangat mirip dan bernasib sama dan karena itu aku semaki tertarik padamu Max.
Perlahan, sosokmu semakin besar di hatiku, keberadaanmu semakin kuat dan di saat kau membuat pernyataan itu.
Hatiku terasa sangat bahagia entah kenapa, mungkin karena kita memiliki perasaan yang sama, tapi di sisi lain aku tidak tahu harus berbuat apa. Konrad mengancam akan membunuh kakak jika aku menghianatinya karena dia tahu aku tidak pernah sekalipun setia ataupun tunduk padanya dengan tulus.
Karena itulah aku menghianatimu, walau aku sangat tidak ingin melakukannya aku terpaksa, aku tidak mau merasakan pedihnya kehilangan orang yang aku cintai, tapi walau aku sudah melakukan hal sejahat itu padamu kau memaafkan aku, bahkan mau membantuku.
Aku sangat tersentu dan terharu mendengarnya, apa lagi setelah kau menceritakan latar belakang keluargamu. Sesuatu yang sangat tabu tapi kau mempercayakannya padaku begitu saja setelah apa yang aku lakukan.
Aku sadar, betapa bodohnya aku betapa egoisnya tindakanku selama ini. Kau menyadarkanku Max.
“karena itu aku harus bergegas, jika aku terlambat kau dan kak Alice pasti akan saling bunuh, aku tidak mau kehilangan salah satu dari kalian karena bagiku kalian adalah keluargaku yang sangat berharga “
Dengan sekuat tenaganya Agrias bangkit dan perlahan berjalan, dari suara benturan keras yang mengema dia bisa menduga dari mana asal suara pertarungan itu dan segera bergegas menuju area pertarungan Max melawan Konrad.
Alvolus memandang Ranzaya yang terkapar tidak berdaya di permukaan tanah dengan penuh kekecewaan.
“ Cuma semangat dan omonganmu saja yang besar, tapi kau sama sekali tidak punya kemampuan apapun “
Ranzaya hanya bisa menatapnya dengan kesal sambil menggeram tanpa bisa berbuat apa-apa. Sekujur tubuhnya di penuhi luka memar dan membiru akibat duel yang dia lakukan dengan Alvolus, duel antara paman dan keponakan itu sama sekali tidak seimbang. Ranzaya di hajar habis-habisan tanpa bisa memberikan perlawanan yang berarti, terlihat jelas perbedaan kemampuan dan pengalaman bertarung yang sangat jauh dan tak terjangkau di antara keduanya.
“ jadi sekarang kau sudah sadar betapa lemahnya dirimu hah ? sangat aneh melihatmu hanya diam seperti itu seharusnya jika kau atau marah kau pasti memaki-maki kan ? “ ejek Alvolus
Ranzaya tidak mampu menjawab, dia menyadari semua ejekan dan hinaan Alvolus merupakan sebuah kebenaran pahit yang harus dia terima. Air mata penyesalan menetes keluar dari matanya setelah Ranzaya menyadari betapa tidak berdayanya dia.
Selama ini dia selalu bermalas-malasan menjalankan tugas yang dia terima karena meremehkannya dan selalu bolos saat di suruh latihan militer karena merasa dia sudah bisa melakukannya. Tapi pertarungan dengan Alvolus menyadarkan bahwa apa yang dia pikirkan selama ini salah.
Hal-hal dasar pertarungan yang selama ini dia abaikan ternyata membawa pengaruh besar pada jalannya pertarungan antara dia dengan Alvolus.
“sekarang kau mengerti dimana kesalahanmu ? “ tanya Alvolus
Ranzaya sama sekali tidak menjawabnya
“ kau mengabaikan hal-hal dasar pertarungan dan mengangap remehnya kan ? kau bahkan tidak pernah menghadiri perintah untuk melakukan latihan militer ataupun tugas harian. Padahal hal-hal itu sangat penting untuk melatih tubuhmu dan mendapatkan pengalaman kan ? “
Alvolus menyarungkan kembali pedangnya lalu duduk bersandar pada pohon, dia menarik nafas panjang sambil memikir sesuatu dan kemudian membakar rokok yang sudah dia keluarkan sejak tadi lalu menghisapnya dengan sangat menikmatinya.
“dewasalah, kau tidak bisa seperti ini terus. Pikirkanlah ibumu yang sangat khawatir pada masa depanmu. Aku mengerti kalau kau ingin membuktikan diri jika kau itu kuat dan ingin segera membuktikannya tapi jika kau tidak akan pernah bisa berhasil “
“diam, aku tidak mau di nasehati oleh penghianat sepertimu “
“hanya karena aku musuhmu bukan berarti kau harus menolak menerima saranku kan ? jika itu bisa bermanfaat dan bisa membuatmu bisa menjadi lebih kuat terima lah tanpa ragu “
“aku tidak akan pernah melakukan hal memalukan seperti itu !!!! aku masih memiliki harga diri sebagai seorang Bellato dan prajurit “
“harga diri tidak ada gunanya jika kau mati ingat itu “
“...................”
Ranzaya tak bisa membantahnya
“ dan ingatlah, kau mungkin siap untuk mati tapi tidak semua orang siap menerima kabar kematianmu, mereka akan sangat sedih jika itu terjadi terutama ibu dan adikmu “
“ah” Ranzaya terperanjat mendengarnya, dia sama sekali tidak pernah berpikir hingga sejauh itu.
“baiklah, hanya itu saja yang bisa aku katakan padamu, tolong sampaikan pada ibumu bahwa aku minta maaf padanya. Jagalah Raina, jangan sampai kau menyesal karena kehilangan dia seperti aku. Selama tinggal Ranzaya “
Setelah berkata demikian, Alvolus mengaktifkan sebuah portal teleportasi dan bersiap untuk memasukinya.
“kenapa ? apa yang sebenarnya kau lakukan ? aku sama sekali tidak merasakan sikap permusuhan darimu dan kau tampak tidak berniat membunuhku dan yang lain ? apa yang sebenarnya terjadi Alvolus apa kau benar-benar menghianati Union ? “
Tapi tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut Alvolus, hanya sebuah senyuman yang terlihat bersinar muncul di wajahnya.
Dan dia pun menghilang dari padangan mata Ranzaya setelah melangkah masuk kedalam Portal yang dia aktifkan, entah kemana dia pergi tidak ada yang tahu.
Max Daybreak tahu dia tidak mungkin bisa menang, tapi dia tetap memberikan perlawanan yang sangat sengit dan ganas pada Konrad.
“Daybreak bajingan, kenapa kalian selalu menghalangiku, apa aku harus sampai menggunakan semua persenjataan utama MAU ini untuk melawan 1 tikus kecil sepertinya. Jika tahu ini akan terjadi seharusnya aku perintahkan Agrias untuk langsung membunuhnya tadi “
Banyaknya persenjataan yang di pasang di MAU Konrad membuat gerakannya menjadi lebih lamban dari gerakan MAU pada umumnya, walaupun tetap sangat berbahaya terutama dari kejauhan karena banyakanya senapa mesin dan roket yang siap menghantam musuhnya.
Max lagi-lagi berusaha menyusup masuk di antara sela-sela kedua kaki mesin perang tersebut, Konrad melakukan serangkaian serangan menggunakan senapa di kedua tanganya menghadang Max walau tidak efektif karena besar MAU yang awalnya di rancang agar bisa melindungi dan mempermudah Konrad agar aman selama pertarungan akhirnya malah menjadi penghalang baginya.
“keparat !!!” umpat Konrad dengan kesal karena kesulitan mengenai Max yang terus menyerangnya dengan tetap tenang.
“fokus, jangan berhenti. Besar tubuh mesin perang ini hanya akan menjadi penghalangnya, selama aku terus bergerak sambil mendempetkan diri kedapanya dia tidak akan bisa mengenaiku “
Konrad menghantamkan tangan kanan MAU nya dengan sangat kuat kepada Max, dia berhasil menghindari serangan mematikan dari Konrad yang pasti akan membuatnya terbunuh jika tidak bisa menghindar, memukul dengan kekuatan penuh seperti itu menghasilkan ledakan besar dan membuat tanganya menancap dengan cukup dalam ke permukaan tanah sehingga tersangkut
“apa !!!” Konrad terkejut saat menyadari hal itu, dia berusaha untuk menarik keluar tangan MAU nya yang tertancap cukup dalam, Max yang melihat hal itu dengan sangat cepat memanfaatkan momen tersebut. Dia berlari menaiki tangan Mau itu menuju pundaknya lalu segera melompat ke arah kepalanya dan
“POWER CLEAVE!!!!!!”
Elemental Sword’s miliknya menebas kamera di kepala MAU Konrad dan menghancurkannya seketika, Max menendang bagian dada MAUnya untuk menjauh setelah memberikan serangan telak itu.
“tanpa kamera utama di kepalamu, kemampuan bertarung robot besar itu pasti menurut drastikan Konrad “ ujar Max sambil tersenyum puas seolah baru saja meraih kemenangan mutlak
“ kau benar-benar mirip dengan ayahmu, bahkan sikap arogannya juga menurun kedalam darah kotormu itu “ balas Konrad
“ kau tampak membenci ayahku Konrad “
“ aku menghormatinya sebagai rekan 1 timku sewaktu muda, tapi aku tidak pernah bisa tahan dengan sikapnya arogan dan menyepelekan musuhnya. Sudahlah tidak perlu lagi berbicara panjang lebar, sudah hampir 1jam sejak kita bertarung aku tidak punya waktu lagi. Aku akan segera menghabisimu bocah “
Secara mendadak, MAU yang di kendarai Konrad bergerak dengan sangat cepat menerjang Max. Dia berhasil menghindari serangan tersebut, namu debu-debu yang berhamburan akibat laju MAU itu menghalangi pandangan Max, seluruh area itu di selimuti debu tebal yang menyesakkan nafas sehingga Max terpaksa harus melindungi hidung dan matanya.
“keparat seharusnya kameranya sudah rusak kan “ keluh max
“jika kau pikir menghancurkan kamera utama MAU akan mematikan penglihatan MAU maka kau salah besar Max Daybreak. Ngomong-ngomong bagaimana kondisi lukamu ? sakitnya pasti luar biasakan aku yakin kau sudah tidak dapat lagi menahan rasa sakit itu lebih lama lagi “
“jangan bodoh, aku pernah mendapatkan kondisi yang jauh lebih parah dari ini, luka seperti ini mah kecil “
“bagaimana kalo di tambah dengan yang ini “
Secara mendadak sosok bayangan hitam gelap muncul dari balik tubuh Max, Konrad menyergapnya dari belakang dan Max sangat terlambat menyadarinya. Sebuah pukulan di lancarkan menuju tubuh mungil Max, dengan sangat terpaksa dia menggunakan pedang gandanya untuk melindungi tubuhnya.
“arggg!!!”
Dia meraung kesakitan ketika tenaga monster MAU itu mendorongnya, pedang di tangan kirinya hancur seketika dan dia bisa merasakan tulang di tangan kirinya mengeluarkan suara yang mengerikan. Dia terlempar dengan sangat kuat bagaikan bola baseball dan membentur pintu baja yang berada di belakangnya.
“cukup dengan 1 pukulan kau hancur Max, walau masih bisa berdiri aku yakin kau sudah tidak bisa bertarung lain, dan aku tidak menyangkan elemental Sword’s yang sudah puluhan tahun di gunakan ayahmu dan tidak pernah menjadi tumpul ataupun rusak itu akhirnya hancur juga, walau hanya salah satunya saja ya “ nada bicara Konrad menunjukan jika dia sangat puas, semua kekesalan yang terpendam dalam hatinya terlampiaskan dengan segara setelah satu pukulan MAUnya mengenai Max, walau dia sempat menahannya tapi luka yang di derita Max sekarang sangat fatal.
“apa....apa yang baru saja terjadi “ Max masih merasa sangat pusing dan linglung akibat serangan tadi, dia berusaha mengingat dengan sangat keras. Pandanganya menjadi terganggu akibat darah yang mengucur keluar di kepalanya dan membasahi kelopak mata kanannya. Dia berusaha mengerakan tubuhnya namun sekuat apapun dia berusaha tubuhnya terasa sangat kaku dan berat.
“tanganku, aku tidak bisa merasakan tangan kiriku “ dia mengarahkan pandangan matanya ke tangan kirinya dan sangat terkejut saat melihat pedang warisan ayahnya hancur, dari dua bilah pedang yang dia miliki salah satunya sudah hancur berkeping-keping menyisakan gagangnya dan sedikit batang pedangnya.
“a........” dia tidak bisa berkata apa-apa selain hanya melihatnya dengan sangat tidak mempercayainya.
“apa yang sudah aku lakukan “ semangat juang Max hilang seketika, selama ini pedang itu menjadi benda yang selama berharga baginya, menjadi sebuah kenangan akan ayahnya. Ketika dia mengengamnya dia bisa membayangkan sosok ayahnya yang terlihat sangat besar,kuat dan tidak akan bisa dia jangkau selamanya, pedang itu menjadi tumpuan harapannya bahwa kelak suatu hari nanti dia akan melebihi ayahnya, namun dengan hancurnya satu dari dua pedang itu dia merasa impiannya selama ini hancur seketika.
“kau sudah bangun Alice “
Ucapan Konrad itu membuat Max semakin terkejut, dengan kondisinya saat ini dia sama sekali tidak mungkin bisa menang melawan Alice yang secara penafsirannya seimbang dengan kemampuan bertarung dirinya, dan juga Konrad masih ada, dia bisa membantu Alice atau mungkin dia bisa langsung membunuh dirinya sekarang juga.
“keparat “ umpat Max dengan sangat kesal
“maafkan aku tuan Konrad, aku lengah “
“habisi dia sekarang lalu lanjutkan kembali rencana awal kita, jadwal yang kita rencanakan menjadi berantakan karena dia “
“dengan senang hati, aku akan membunuhnya secara perlahan-lahan, membuatnya kesakitan dan menderita sehingga dia menyesali apa yang dia perbuat “
Suara langkah kaki yang perlahan mendekat itu membuat Max semakin merasa tertekan, dia terus berusaha bangkit namun tubuhnya tidak mau mendengarkan perintahnya.
“keparat!!! Aku harus bangkit!!!” umpat Max dengan sangat kesal lagi
Tidak lama kemudian, dia bisa melihat dengan jelas wajah Alice yang tampak sangat marah, di penuhi dengan kebencian dan tampak siap untuk menghabisi dirinya.
“hai Alice “ ujar Max sambil menyerigai
“apa yang kau lakukan pada Agrias ? “
“ aku yakin dia sedang tidur dengan nyenyak saat ini “
Jawaban Max membuatnya semakin marah, Alice sangat melindungi Agrias yang merupakan adik satu-satunya, jika Max ada di sini berarti Agrias sudah di kalahkan olehnya, yang terburuk adalah sudah di bunuh olehnya maka oleh karena itu Alice dengan di penuhi kemarahannya bersiap untuk membunuh Max. Dia menarik keluar pedangnya dan mengacungkannya pada Max
“mati lah cacing tanah “
Dengan segera, Alice berlari menerjang Max dengan di penuhu nafsu untuk membunuhnya, Max hanya bisa diam dengan pasrah tanpa bisa berbuat apapun.
“ahhh, akhirnya tiba juga. Walau memakan waktu yang sangat lama akhirnya datang juga saatnya. Ayah,ibu, Astaria aku akan segera berada di sisi kalian” Max Daybreak memejamkan matanya menyambut kematian mendatanginya dengan sangat tenang, bagaikan seseorang menyambut teman lama yang sudah lama tidak bertemu.
0
Kutip
Balas