Tak terasa sudah 3 jam lebih gw membaca seluruh isi memo dari Nara. Hari pun sudah berganti. Pukul satu kurang 20 menit, gw masih berada diwarung milik Ibu Teti ini. Ibu teti telah lama mengenal gw, jauh sebelum gw dan Vera mengakhiri hubungan. Dan 1 hari setelah gw dijebak oleh Vera dan selingkuhan gw saat itu yaitu Ira. Itu menjadi hari pertama gw datang dan duduk didepan warung ini yang disapa dengan senyuman hangat milik Ibu Teti. Sejak saat itu dia paham setiap kali gw mampir kewarung miliknya, pasti gw mempunyai masalah.

"Bu, aku numpang ngechas HP ya" ucap gw yang menyadari BB gw sudah mulai lowbat.
"Iya silahkan, km bawa charger nya kan?" Ujarnya dengan ramah
"Itu dia bu, aku mau pinjem chargeran yang samsung. Ada kan bu?" Ucap gw sedikit tak enak.
"Waduh, yang samsung dibawa bapak tuh ya', tapi adanya yang ini. Bisa gak?" Ucapnya seiring menunjukkan charger yang lain.
"Oh bisa bu yang ini." Balas gw
"Ya syukur deh kalo bisa. HP nya taro dibawah laci itu aja ya' " ucapnya sambil menunjuk kearah laci rokok
"Iya bu" balas gw
"Oh iya arya, ibu nitip warung dulu yah, nanti kalau ada yang beli bangunin ibu yah. Soalnya ibu ngantuk banget. Nungguin si bapak belum dateng-dateng juga" ucap Ibu Teti meminta tolong ke gw.
"Iya bu, ibu istirahat aja. Warungnya biar saya yang jagain. Ntar kalo ada yang beli saya suruh pulang aja ya, biar ibu tidurnya engga keganggu." Ucap gw bercanda
"Hush.. Jangan dong. Bisa-bisa warung ibu ga laku dagangannya" ujar nya khawatir.
"Hehehe.. Engga kok bu, tenang aja kalo aku yang jagain pasti beres" jawab gw meyakinkan
"Yaudah, ibu tidur ya. Inget jangan diusir kalo ada yang beli" ucapnya lagi meyakinkan gw
"Siap bu" balas gw sambil mengacungkan ibu jari kanan gw.

'Fiuhhh' hembus nafas gw.
Kini bertambah menjadi 3 hal yang membuat otak gw keram. 1 yaitu Lya yang sampai detik ini sama sekali belum ngasih kabar ke gw dan 2 seseorang dengan nama Sinta yang sampai detik ini gw masih bingung kenapa dia pergi saat itu dan satu lagi Nara yang saat ini udah ga bisa hadir dalam hidup gw.

Membakar sebatang rokok.

'Dia.. Apa dia udah ga sayang gw lagi?' Batin gw

'Gw sadari Lya banyak merubah kehidupan gw, meskipun sayangnya berdampak tidak baik bagi orang disekeliling gw. Tapi bukan itu yang gw maksud. Dia bukan hanya merubah kehidupan gw, tapi dia juga ingin merubah siapa gw.' Batin gw lagi

'Apa seperti itu?' Batin gw sambil mengerutkan alis 'Tapi kan dia ga pernah bilang ke gw seperti itu' batin gw

'Dia memang ga pernah mengutarakannya secara langsung, tapi gw merasakan semua itu kok. Gw ngerasa selama ini selalu menuruti apa yang dia mau. Meskipun hal tersebut sering kali bertentangan dengan kemauan gw' batin gw lagi

'Tapi kan, apa yang dia mau itu bener. Dan memang itu yang harus gw lakukan sebagai laki-laki. Menjaga dan membuatnya selalu tersenyum. Coba lihat gw yang dulu, egois, cuek, maunya menang sendiri. Berarti bagus dong buat gw. Meskipun kadang gw ngerasa sedikit agresif' batin gw

'Iya itu memang tugas laki-laki. Tapi coba lihat, apa gw merasa lega ngejalaninnya? Apa gw ngerasa tertekan? Atau gw ngerasa dicontrol? Coba lihat sekarang, apa harus gw terus yang menenangkannya?' Batin gw lagi

'Wait a second... Kenapa gw jadi aneh gini sih.. gw kan lagi mikir.. Tapi Kenapa kaya lagi ngomong sama orang lain' batin gw

Bingung sebenarnya dengan apa yang gw pikirkan. Tapi gw memilih untuk tidak terlalu memperdulikannya. Dan hari itupun gw lalui dengan menghabiskan setiap pertanyaan tentang hubungan gw dengan Lya.

This is a real world, not a game. You have to be worried if your life is getting so easy to get. Because something behind that easy way, is trying to controlling your life. And you must realize that the world you've been living in is recognize as a wild world. And face it with the truth side of you.