Part 59

Ga butuh waktu lama buat gua kuasain lagu yang ody minta, mungkin karena jiwa seni yang mengalir deras didalam tubuh gua makanya lagu itu cepet gua pelajarin , hanya butuh 3 sampai 4 hari lagu itu udah jadi lagu andalan gua hehehe



Kejutan demi kejutan gua siapkan dengan bantuan ikhsan dan misel, muali dari kita dateng ke rumah makan yang suasananya bagus buat kita sewa, rangkaian kejutan yang akan keluar dan waktu yang paling tepat dimana gua akan keluar sambil diiringi musik sambil nyanyi lagu yang ody minta.
Kejutan ini adalah kejutan yang terpenting buat gua karena seandainya ody benar-benar lulus lebih dulu dibanding gua maka sesuai rencana dia akan balik ke kota kita dan gua tetap dikota ini menyelesaikan kuliah gua sampai selesai. Menurut gua kejutan yang sedang gua siapkan adalah kejutan perpisahan buat ody sebelum kita berhubungan jarak jauh, kejutan yang gua harap dapat terus ody ingat sampai kita tua nanti.
Sepanjang perjalanan gua dan ody, ga pernah sekalipun kita ngerasain pacaran jarak jauh, sejauh-jauhnya kita pacaran adalah perbedaan kampus diantara kita yg itu sendiri mampu membuat perasaan gua tak menentu kehilangan ody dan sekarang kita harus benar-benar jauh rasanya ga sanggup buat gua bayangkan.


Meskipun sejujurnya gua ngerasa bingung dengan perasaan gua yang akan ditinggal ody, gua tetep coba besarin perasaan gua dengan yakin kalo jauh dengan ody akan semakin memotivasi gua buat belajar lebih keras dan bisa nyusul ody balik ke kota asal kita. Senyuman-senyuman ody dari pertama kita jalan bareng mulai berterbangan mengitari kepala gua, sambil gua istirahatkan badan gua yang seakan mau rontok karena sibuk mengurus seluruh kejutan ody. Dalam hati gua ga terlalu yakin bisa jauh dari ody, tapi gua juga ga bisa menahan ody untuk terus selalu ada didekat gua, karena ody juga punya kehidupan yang harus dia jalanin saat ga bersama gua.



Bukan ikhsan namanya kalo ga bisa membuat gua keluar dari kegalauan yang sering datang, kata-kata ikhsan cukup membuat gua lebih tenang dari sebelumnya bahkan gua udah bisa mulai menerima kalo waktu gua dan ody di kota itu sudah semakin menipis.
Kemeja hitam lengkap dengan sepatu dan celana jins rapi sudah membalut gua malam itu, sesekali mulut gua coba berkomat kamit menghapal bagian-bagian lagu yang sempat hilang karena grogi yang secara tiba-tiba datang. Ikhsan terlihat rapi dengan sebuah kemeja putih bersih dan sepatu hitam padam yang membuatnya terlihat lebih menarik, misel dengan gaun hitam panjang seakan telah siap menemani kecantikan ody malam itu.
Sesuai rencana yang telah kita buat, gua dan misel berangkat berdua ke tempat yang sudah kita pesan, sedangkan ody akan datang belakangan dijemput ikhsan. Dengan memegang bunga mawar merah gua berdiri rapi didepan pintu rumah makan disamping misel yang terlihat menawan malam itu, perasaan tak sabar mulai meliputi hati gua menunggu kedatangan ody dan ikhsan.
Gua lirik jam tangan yang menempel erat dilengan sebelah kiri, ternyata waktu gua dan misel menunggu ody sudah terlalu lama, gua coba menghubungiikhsan namun berkali-kali telepon gua tidak diangkat bahkan hanya nada masuk tanpa jawaban, misel mencoba menenangkan gua dengan berusaha membantu gua menghubungi ikhsan. Gua coba tetap menunggu ikhsan dan ody beberapa menit lagi, hingga pada diujung menit waktu gua menunggu lagi-lagi ikhsan dan ody belum juga datang.
Gua duduk didepan pintu masuk restoran memandangi tempat parkir berharap ikhsan dan ody tiba-tiba datang, tatapan bingung pelayan-pelayan restoran semakin membuat perasaan tak nyaman malam itu semakin membesar, misel yang sedari tadi berada disamping gua masih dengan semangatnya tanpa bosan membesarkan kesabaran gua yang sudah mulai menghilang.
Perasaan takut didalam diri gua semakin lama semakin merasuk mengganti kebahagiaan dimalam itu, gaun hitam yang malam itu misel kenakan seperti ingin berbicara bahwa ada yang salah malam itu, ada yang salah dengan ody, ada yang salah dengan ikhsan. Gua coba ambil hp yang gua simpan didalam saku celana sebelah kiri, gua lihat sudah 2 jam berlalu dari rencana awal, sudah 2 jam berlalu namun tanpa ada sedikitpun kabar dari ikhsan.
Dari jauh gua liat mata indah misel mulai berkaca-kaca, gaun hitamnya mulai basah tertetes rintik-rintik air kecil dari matanya. Dengan perasaan sedikit cemas gua coba menghampiri misel dan bertanya apa yang sebenarnya terjadi, diberikannya sebuah telepon genggam yang sedari tadi dia dengarkan di telinganya, gua coba mendengarkan berharap orang itu adalah ikhsan dan gua bisa melanjutkan malam kejutan gua buat ody.
“woy monyong, lo dimana? Lupa jalannya? Buruan kemari kita ga punya banyak waktu”
Dengan suara lirih seseorang diseberang telepon kemudian mulai berbicara
“maaf mas, nama saya alvin, tadi mas yang punya telepon ini mengalami kecelakaan dan sekarang sudah dibawa kerumah sakit bersama saya. Saya sudah memberi tahu alamat rumah sakit yg kita tuju kepada mbaknya yg tadi angkat telepon dari saya”
Seperti mendengar suara sangkakala kepala gua mulai dipenuhi pikiran yang berlalu lalang mulai dari semasa kecil hingga gua dewasa, gua ga lagi bisa merasakan jari-jari gua bergerak, hanya tetesan air mata yang turun dan akhirnya membuat gua sadar bahwa sesungguhnya gua masih bernyawa. Misel masuk ke dalam restoran dan mengambil barang-barang yang kita tinggal didalam dan menarik tangan gua yang masih belum percaya dengan apa yang telah terjadi untuk segera masuk ke dalam mobil.