Kaskus

Story

donnjuannAvatar border
TS
donnjuann
"KELAS KAKAP ON FACEBOOK!" - The Untold Story.
INDEKS UPDATED



Personal Literature: The Not so Sweet Life from Don Juan

Bab 1 - The Intro


Bab 2 - Ujian Awal Kehidupan
Bab 3 - In Cewek Jegeg We Trust


Bab 4 - Kelas Kakap on Facebook


Bab 5 - Tipe-tipe cowok yang membuat hati cewek Bergejolak


Bab 6 - Kost Terkutuk


Bab 7 - Pasangan yang Romantis


Bab 8 - Hati yang atletis


Bab 9 - Beberapa PDKT yang Sebaiknya Jangan Dilanjutkan



Bab 10 - THE HANDSOMOLOGY


Bab 11 - Changing Room


Bab 12 - The Unfinished Bussines


Bab 13 - The last: A Message from God


Spoiler for HARAP DIBUKA:




Cerpen-cerpen Don Juan

Never Try You Will Never Know


True Gamer Never Cheating


Memusuhi kok ngajak-ngajak


Selingkuh Yang Tidak Biasa


How i met your Mother


When a Girl Takes The Bill


Yang Nyakitin Yang Dipertahanin


The Jomblonology


5 Kenyataan Pahit dalam Hidup


The Long Distance Religionship






Ini ada cerita tak seberapa dariku untukmu.




"KELAS KAKAP ON FACEBOOK!"


-Sebuah kisah memilukan Facebooker pencari jodoh-


Enjoy!



Spoiler for Tokoh dan Karakter:



Spoiler for How to enjoy this story:
emoticon-Blue Guy Cendol (L)
Diubah oleh donnjuann 20-09-2013 01:05
anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
52.1K
355
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.9KAnggota
Tampilkan semua post
donnjuannAvatar border
TS
donnjuann
#295
The Unfinished Bussiness - lanjutan
====


Setelah lebih dari satu jam ada di teras kos-kosan gue, Nana gue suruh pulang. Nana nggak tau kalau Gaby sekarang ada di jogja. Kalau Gaby ngeliat ini, pasti dia bakal berada di puncak jealous tak berkesudahan. Gue keluarin motornya dari garasi, gue anter dia ke depan pagar.

“Na, makasih ya.”

“Donyi, ini perbannya jangan sampai kena air dulu, lukamu belum kering.” Jawab Nana sambil terus memegang perban di pelipis gue.

Tiba-tiba..

“Downyyy aku bawain kamu gudeg kesukannmu lohh.”

Gue nengok ke luar pagar. Nana juga nengok ke luar pagar.

“Ga..Gaby? Kamu?? Lho, Kamu ke sini sama siapa??” Gue terperangah.

“Sama saudaraku, dia ada di ujung jalan, parkir di sana. Mobilnya nggak muat masuk ke gang kosmu sih.”

Gue masih diam terpaku.

“Lho, cewek ini siapa?” Tanya Gaby.

Nana langsung menurunkan tangannya yang sedari tadi masih ada di perban pelipis gue.

“Aku pulang dulu.” Nana pun pergi dan menghilang di ujung jalan.

“Apa-apaan sih dia? Kok pergi nggak pamit? Dia itu siapa, Don?” tanya Gaby.

“Ngg, dia temen.”

“Temen kok sampe ngelus-ngelus kepalamu? Itu jidat kamu kenapa segala diperban begitu?”

“Tadi dia nganterin bubur ayam. Pas bangun tadi, aku nggak sengaja nyundul lemari.”

“Ohh, temen? Yayaya.. Udah nganterin makanan, terus ngelus-ngelus kepala juga?”

“Di-dia yang ngobatin lukanya.”

“Oh, gitu. Kenapa nggak telfon aku? Karena udah ada dia di sini? Gitu?”

“Tunggu dulu, gini, ngg.. dia itu nggak sengaja ke sini. Tau-tau udah ada di depan kosan aku.”

“Apa? Berarti selama kita beda kota gini, cewek itu tiap hari main ke kosanmu? Iya? Bener gitu?”

“Ngg, ya nggak gitu juga. Yaudah mana gudegnya, katanya mau ngasih. Sini aku makan.”

“Nggak usah ngalihin topik. Aku belum selesai sama cewek tadi.”

“Mampus lo, Don. Mampus dah lo.” Gue ngebatin.

“Kalau kamu butuh apa-apa kan harusnya telfon aku. Apalagi aku lagi di sini, sama kamu.” Gaby meneruskan interogasinya.

“Ya, aku mana tau kalau kamu bisa ke sini. Aku juga nggak tau kan kamu dianter sodaramu sampai ke sini.”

“Makanya kasih kabar! Apa susahnya sih ngasih kabar? Kalau nggak ada pulsa kan bisa SMS. Masa yang kecil-kecil gitu harus diajarin?”

“Ma-maaf.” Gue cuma bisa menunduk.

“Kalau komunikasi aja nggak ada yang inisiatif memulai, terus hubungan yang baik itu mau didapat dengan cara apa lagi cobak?!”

“Ma-maaf, yes.” Gue masih menunduk.

“Ini baru sekali yang ketahuan sama aku. Pasti masih banyak yang belum aku tau. Kasitau aku nggak!”

“Nggak ada beb. Itu aja cuma kebetulan.”

“Tuh kan, ya gini nih kalau ngasi kabar aja susah. Banyak yang disembunyiin!”

“Rasain lo, Don. Rasain. Mamam..” Gue ngebatin lagi.

“Maafin aku, yes. Besok-besok aku bakal rajin ngasih kabar.”

“Loh, kok ngasih kabar aja pake rajin segala? Kamu merasa ngasih kabar atau nanyain kabar itu cuma kayak rutinitas? Iya? Bener gitu?”

“Nggak, tapi, ngg.. Bukan begitu maksud aku. Duhh..”

“Sesibuk-sibuknya orang, kalau emang bener sayang, dia bakal nanya atau ngasih kabar ke pacarnya. Bukan paksaan! Kalau merasa terpaksa, artinya dia udah nggak sayang!"

JENG JENG JENG.

Pagi itu gue belajar bahwa ada tiga jenis cowok di mata cewek. Cowok bajingan, cowok homo, dan cowok yang cuma bisa bikin salah. Mau ngomong apa aja salah. Mau perhatian, salah. Nggak perhatian, makin salah. Nggak ngejawab, salah. Dijawab panjang, dikira nggak mau denger, dan akhirnya salah lagi. Nggak selingkuh, juga salah. Berniat selingkuh, malah akan semakin-mudah-untuk-disalahkan. Semuanya salah. Pokoknya semuanya adalah salah. Yang paling bener cuma Kak Seto.

Semenjak tragedi penyundulan lemari pagi itu, selama di Jogja, Gaby selalu uring-uringan. Bawaannya selalu curiga. Cemburu berkepanjangan. Hatiku pun berkecamuk tak berujung.

====


Hari ini hari Senin, Selasa besok Gaby mau pulang ke Jakarta. Sudah seminggu dia di sini. Di jogja. Jauh-jauh datang untuk terluka. Untuk kenang-kenangan, dia gue beliin bakpia pathuk. Tapi uangnya dari dia. Jadi intinya, dia minta dianter untuk dibeliin bakpia. Di sore itu juga menjadi makan siang sekaligus makan malam terakhir kami di jogja. Besok, pesawat Gaby take off jam 7 pagi. Dia dianter sama sodaranya dan gue cuma bisa menyusulnya. Berjumpa, mata kami bertemu, dan melepas kepergian, juga di tempat yang sama. Di bandara.

Bandara. Tempat yang sebenarnya nggak gue suka sedari dulu. Tempat di mana seseorang melepas kepergian, dan seseorang lainnya menyambut kedatangan. Tempat di mana gue melihat beberapa orang menyambut kedatangan, dan mereka melihat gue sedang melepas kepergian. Tempat di mana gue nggak bersedih karena ditinggalkan, dan tempat di mana gue nggak bahagia karena kembali dipertemukan.

Ada sesuatu mengganjal di hati, seperti masalah yang belum selesai. Cantik tidak selalu membahagiakan. Seksi tidak selalu memenangkan. Mungkin benar, daya tarik tidak melulu main fisik, tetep ujung-ujungnya main hati.

Ketika yang luar biasa yang datang, yang biasa saja yang hati ini inginkan.

Gaby sudah menghilang di tengah awan.

Gue pun meninggalkan tempat itu.

Kami sama-sama berpisah, membawa masalah yang belum selesai.


====

0
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.