Sekarang aku jauh dari ayah.
Ayah udah pindah ke Antapani bersama istri baru dan anaknya.
Oiyaa...sekarang aku harus manggil dia, Bunda.
Hari berganti seperti biasanya, aku tetap tinggal di rumah nenek. Agak jauh jarak dari rumah nenek ke sekolah. Aku terbiasa naik angkot sendiri dan nyebrang jalan sendiri, meski terkadang ada rasa takut ketabrak mobil. Maklum saja, ini merupakan jalur selatan arah Nagrek yg lumayan ramai dilalui kendaraan.
Sudah beberapa minggu ini ayah tak terlihat main ke rumah nenek, tak datang untuk menjenguk ku. Tak ada titipan bekal untuk keperluan ku. Rasa malu untuk meminta sering menghantui ku, jelas saja aku tak mau merepotkan keluarga. Sudah numpang tinggal, numpang makan, masa iya jajan dan keperluan sekolah pun mau minta. Jika akan berangkat sekolah aku tak banyak berharap untuk dikasih uang bekal. Jika tak dikasih bekal, aku terpaksa berjalan kaki. Jauh memang, tapi apa boleh buat demi masuk sekolah. Berangkat sekolah dari rumah jam 6.00 WIB tiba di sekolah sekitar jam 6.45 WIB. Ketika jam istirahat, aku hanya diam di kelas atau ikut bermain dengan teman2, tak ada uang sepeser pun untuk jajan sekedar mengganjal perut. Namun, ada saja teman yg baik, yg memberi aku jajan. Iyaaa...namanya saja pemberian, jadi tidak mungkin setiap hari dikasih jajan.
Ketika jam pulang sekolah, aku jarang skali naik angkot meski ada sisa uang untuk pulang, aku lebih suka pulang bareng teman2, jalan kaki menyusuri sawah. Saat masa tanam tiba, aaahhh...indah skali hamparan padi ini.

Jalan kaki menyusuri sawah juga suka iseng, main dorong2an, jebuuurr deh ke sawah

atau nyuri padi buat diambil sarinya

Yaitu dengan memilih padi yg bijinya masih hijau atau yg belum keluar bijinya, trus batangnya yg masih putih disedot2 deh...maniiiss
"Hayooh...siah metikan padi aing!! (Awas kalian metikin padi ku)"
Awaaas, pak tani datang...
Kabuuuuurrr
Lalu, ketika ada tagihan untuk bayar SPP dan LKS, uang untuk bekal sekolah biasanya aku simpan, di tabung sampe jumlahnya mencukupi. Untungnya, Guru2 di sekolah memaklumi kondisi ku. Terkadang aku juga mengumpulkan uang upah, upah mengasuh, belanja ke pasar atau mencuci. Jujur, aku gak brani minta ke bibi maupun nenek. Aku malu