- Beranda
- Stories from the Heart
-Catatan Untuk Riyani-
...
TS
azelfaith
-Catatan Untuk Riyani-
CATATAN UNTUK RIYANI

Sebuah Skripsi

Quote:

(dengerin lagunya dulu ya biar meleleh)

Prologue
Sebut saja namaku Boy, 23 tahun. Penulis? Jelas bukan. Aku hanyalah seorang anak laki-laki yang tumbuh tegak ke atas bersama waktu, soalnya kalau melebar kesamping berarti tidak sesuai kayak iklan Boneto. Dilecut dalam romantika kehidupan labil (bahkan sampai sekarang.
-Editor).Tulisan ini kupersembahkan untuk seorang gadis, sebut saja Bunga. Eh, jangan. Nama Bunga sudah terlalu mainstream dan negatif, Sebut saja Riyani, itu lebih indah dibaca dan tanpa konotasi negatif berita kriminal. (iya gimana sih..
- Editor)Ya, Riyani itu kamu. Bukan Riyani yang lain. (Emang Riyani ada berapa gan?
- Editor) Aku menulis ini karena aku tak punya harta materi (Hiks..kasihan
- Editor). Karena aku tak punya apapun. Karena aku bahkan tak ingat apa yang jadi favoritmu. Aku hanya tahu kau suka membaca, maka aku hanya bisa mempersembahkan tulisan ini sebagai ungkapan terima kasihku untukmu Riyani, seseorang yang akan kunikahi nanti. (Ciyyeeee.. suit-suit dah mau kimpoi nih..
- Editor)Dan kau Riyani, perhatikanlah bagaimana kuceritakan masa-masa dimana aku tumbuh dewasa hingga kutitipkan kepingan hati terakhirku padamu. Masa-masa dimana aku belajar, ditempa, jatuh remuk, dan kembali bangkit karenamu.. (Ceiileee romantisnyaaa...
- Editor).
DAFTAR ISI
Quote:
INTERLUDE
Quote:

RULES
Quote:

Q & A
Quote:

Jangan lupa komen, rates, dan subscribe.
Ijo-ijo belakangan mah gak masalah.

Diubah oleh azelfaith 04-07-2016 15:20
septyanto memberi reputasi
2
110.5K
623
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
azelfaith
#261
4.1 Boy Udah Gede
Seperti mentari yang tak pernah berhenti bersinar, bagai rembulan yang setia menemani malam. Mami adalah seorang pahlawan yang membantuku meraih masa depan.
Oke, hari ini adalah hari pertama haru biru hidupku dalam balutan seragam abu-abu. Ada satu kisah berhubungan dengan Mami yang notabenenya selalu gue kenang sampai sekarang. Aku tak tahu hal ini menarik atau tidak, Riyani. Tapi sudahlah, aku tak peduli. Hehe..
Waktu itu aku sedang berkutat di dalam kamar. Sehari sebelum berangkat sekolah aku harus mempersiapkan segala macam peralatan tempur. Sekolah di SMA favorit macam SMA Ksatrian ini memang sangat merepotkan dan menantang jiwa raga. Kau tahu Riyani? MOSnya saja selama 9 hari. 3 hari buat perkenalan gak mutu dan 6 hari buat jadi bulan-bulanan kakak kelas. Dan kau tahu apa yang lebih keren?? 6 hari itu dilaksanakan disore hari sesudah pelajaran sekolah. Jadi bisa dibilang sekarang gue prihatin melihat anak-anak yang protes MOSnya penuh penderitaan. Dafuq? Penderitaan? Lu gak tahu gimana gue dulu menderita.
Udahlah, jangan membahas MOS. Itu kontroversial. Mending membahas pernikahan kita saja. Uhuk… Eh, jadi ngelantur jauh. Baiklah, mari kembali ke laptop. Aku sudah mempersiapkan segala macam peralatan perang yang sudah tersedia. Sekarang yang tersisa adalah seragam. Aku belum mencoba seragam itu sama sekali setelah kemarin diambil dari penjahit. Ketika kubuka lemariku, tiada kudapati seragam disana.
Aku bergegas menutup pintu. Kemudian asyik mencoba seragam SMAku. Di depan kaca aku mulai bergaya. Ih wow, jadi tambah keren dan ganteng gini diriku. Kubayangkan Hanum yang makin terpesona padaku.
Aku terdiam, sebenarnya dalam hati ingin ketawa. Kau tahu kenapa? Karena masalah celana itu. Mungkin kalau SMA itu masih pakai celana pendek maka buat Mami aku masih anak-anak. Gak terbayangkan bukan, anak-anak tapi bulu kakinya udah keriting.
Hadeeh, aku cuma bisa diam. Aku tak tahu harus merespon bagaimana mendengar Mami terharu melihat anaknya beranjak besar. Satu yang pasti, aku tahu Mami menyayangiku. Yah.. meskipun kadang beliau bawel.
Mami pun beranjak pergi meninggalkanku. Aku merenung di depan cermin. Banyak hal ternyata yang sudah berubah, tubuhku makin tinggi, mukaku makin ganteng, kumisku udah mulai tumbuh (hadeeh), dan seragamku pun berubah. Kawan-kawanku berubah, sahabatku pindah sekolah, dan kadang gue sering juga sih berharap Hanum berubah, berubah seperti San Chai di pilm Meteor Garden gitu. Soalnya aku kan sama cakepnya kayak Dao Ming Tse. Eh, lagi-lagi ngelantur.
Tapi pada akhirnya aku menyadari. Hanya satu, eh bukan, dua hal yang tak berubah sepertinya. Tubuh kurusku dan kasih sayang Mami ke gue.
Oke, hari ini adalah hari pertama haru biru hidupku dalam balutan seragam abu-abu. Ada satu kisah berhubungan dengan Mami yang notabenenya selalu gue kenang sampai sekarang. Aku tak tahu hal ini menarik atau tidak, Riyani. Tapi sudahlah, aku tak peduli. Hehe..
Waktu itu aku sedang berkutat di dalam kamar. Sehari sebelum berangkat sekolah aku harus mempersiapkan segala macam peralatan tempur. Sekolah di SMA favorit macam SMA Ksatrian ini memang sangat merepotkan dan menantang jiwa raga. Kau tahu Riyani? MOSnya saja selama 9 hari. 3 hari buat perkenalan gak mutu dan 6 hari buat jadi bulan-bulanan kakak kelas. Dan kau tahu apa yang lebih keren?? 6 hari itu dilaksanakan disore hari sesudah pelajaran sekolah. Jadi bisa dibilang sekarang gue prihatin melihat anak-anak yang protes MOSnya penuh penderitaan. Dafuq? Penderitaan? Lu gak tahu gimana gue dulu menderita.
Udahlah, jangan membahas MOS. Itu kontroversial. Mending membahas pernikahan kita saja. Uhuk… Eh, jadi ngelantur jauh. Baiklah, mari kembali ke laptop. Aku sudah mempersiapkan segala macam peralatan perang yang sudah tersedia. Sekarang yang tersisa adalah seragam. Aku belum mencoba seragam itu sama sekali setelah kemarin diambil dari penjahit. Ketika kubuka lemariku, tiada kudapati seragam disana.
Quote:
Aku bergegas menutup pintu. Kemudian asyik mencoba seragam SMAku. Di depan kaca aku mulai bergaya. Ih wow, jadi tambah keren dan ganteng gini diriku. Kubayangkan Hanum yang makin terpesona padaku.

Quote:
Aku terdiam, sebenarnya dalam hati ingin ketawa. Kau tahu kenapa? Karena masalah celana itu. Mungkin kalau SMA itu masih pakai celana pendek maka buat Mami aku masih anak-anak. Gak terbayangkan bukan, anak-anak tapi bulu kakinya udah keriting.
Hadeeh, aku cuma bisa diam. Aku tak tahu harus merespon bagaimana mendengar Mami terharu melihat anaknya beranjak besar. Satu yang pasti, aku tahu Mami menyayangiku. Yah.. meskipun kadang beliau bawel.
Quote:
Mami pun beranjak pergi meninggalkanku. Aku merenung di depan cermin. Banyak hal ternyata yang sudah berubah, tubuhku makin tinggi, mukaku makin ganteng, kumisku udah mulai tumbuh (hadeeh), dan seragamku pun berubah. Kawan-kawanku berubah, sahabatku pindah sekolah, dan kadang gue sering juga sih berharap Hanum berubah, berubah seperti San Chai di pilm Meteor Garden gitu. Soalnya aku kan sama cakepnya kayak Dao Ming Tse. Eh, lagi-lagi ngelantur.
Tapi pada akhirnya aku menyadari. Hanya satu, eh bukan, dua hal yang tak berubah sepertinya. Tubuh kurusku dan kasih sayang Mami ke gue.

0

seru Mami.