Gw pun langsung menahan tangan kirinya.
"Jangan pernah ninggalin aku kaya gitu.." Ucap gw menahannya
"Kenapa? Bukannya kamu ga mau ngomong.." Jawabnya dengan ekspresi penuh kesal tapi seksi, terlihat bibir tipisnya itu sangat ingin gw gigit.
"Aku diem bukan karna ga mau ngomong.. Tapi karna aku bingung apa yang harus aku omongin.."
"What??" Kaget nya
"Setelah apa yang kamu lakuin.. Kamu bilang bingung harus ngomong apa??" Ucapnya penuh penekanan.
"Bukan begitu maksud a.."
"Perfect!!" Potongnya dengan emosi yang langsung melepas genggaman tangan gw.
"Yank.. Tunggu yank..aku belum selesai" ucap gw mencoba menahan tangannya yang terus ditepis.
"Lepasin.." Berontaknya
"Dengerin aku dulu!!!" Bentak gw sambil memegang kedua tangannya yang membuatnya kaget.
"Dengerin aku dulu.." Ulang gw dengan pelan.
"Aku tau kamu marah.. Aku tau kamu benci atas semua kejadian ini.." Ucap gw. Terdengar dia masih mengatur nafas emosinya.
"Aku tau aku salah.. Aku minta maaf.. Ini semua diluar dugaan aku.. Aku bener-bener minta maaf karna udah ngecewain kamu.." Tatap gw dalam.
"So Please jangan bersikap dingin seperti itu lagi.."
"Karna Aku ga kuat.. Perasaan aku sakit ngadepin sikap kamu yang dingin kaya tadi.."
"Aku ga kuat yank.." Ucap gw penuh lirih, tanpa dirasa mata gw sudah berkaca-kaca.
"Kamu boleh bentak-bentak aku.. Kamu boleh nampar aku.. Karna aku tau aku salah.. Tapi gak dengan sikap dingin kamu..karna aku.. Aku ga pernah tau caranya bikin kamu jadi lebih baik..." Jelas gw padanya
"Aku ga pernah tau" lanjut gw pelan. Kepala gw tertunduk. Genggaman tangan gw pun mulai melemas hingga terlepas.
Hati gw menjadi begitu lega, rasa sesak itu hilang entah kemana. Tanpa pamit, air mata ini sedikit menetes. Terbawa suasana kah gw?. Terlalu cengeng kah gw?.
Tiba-tiba nama itu terbesit dalam benak gw. 'Vera..??' Pikir gw.
Tapi tak sempat berpikir jauh, dia mengangkat wajah gw pelan. Melihat mata gw sedikit berair, dia pun mengelap dengan ibu jarinya.

Sambil menatap wajahnya yang mulai berubah ekspresi. 'Cuma kamu sama vera yang bisa buat aku netesin air mata.. Tapi aku harap kamu ga seperti dia yang pergi..' Harap gw dalam hati.

Perlahan wajah cantiknya mendekat dengan wajah gw, mulai terasa hangatnya nafas kami berdua. Tubuhnya pun semakin merapat dengan gw yang bersandar di kap mobil. Kedua tangannya berada diantara pipi dan telinga gw. Hangat. Basah. Nafas yang tak teratur. Semua bercampur jadi satu, emosi yang tadinya bersarang dihati gw dan dia pun menghilang secara tiba-tiba.