TS
monongan
[FanFict] Ragnarok Online - Birth Of The Super Soldier
Prakarta :
Ini adalah Thread FanFict pertama saya sekaligus juga ini Thread pertama yang saya buat semenjak saya daftar di kaskus, jadi mohon maklum kalo masih banyak salah dalam spoiler dan lain-lainnya.
Lalu ini juga pengalaman pertama bagi TS menulis, jadi saya belom pernah nulis-nulis kayak gini gan, sebenernya sih udah cuma ga pernah saya upload kemana pun.
Cerita ini mengambil seting dari dunia di Ragnarok online, agan sekalian akan menemukan kesamaan dalam nama npc atau pun dungeon dan kota. meski ga semuanya original karena akan ada yang berubah di FanFict ini. FanFict ini masih satu universe dengan FanFictnya agan Heilel_Realz012 Heilel_Realz012 FanFict - Die Aegis Schild, agan ini kayak mentor saya deh pokoknya , buat agan Heilel thanks banget .
Jadi ya dengan pengalaman yang masih minim dan kemampuan yang masih cupu, saya mencoba untuk menulis. jadi kalo ada salah kata, kritikan atau saran saya sangat berterima kasih kepada agan-agan, dan silahkan membaca.
Ragnarok Online - Birth Of The Super Soldier
Genre :Shounen, Tragedy, Adventure.
Status : Ongoing
Merasakan malam yang sunyi.
Melihat bulan purnama yang tak tergapai.
Aku memandang sekelilingku, yang ada hanyalah alat-alat operasi dan tabung-tabung berisi cairan kimia.
Ingin sekali aku merasakan bebas dari tabung berisi cairan kimia yang mengurung ku ini.
Aku yang tidak memiliki nama dan ingatan apapun...
Untuk pertama kalinya aku ingin bebas dan keluar dari penjara kaca ini.
Sampai akhirnya tiba malam dimana permintaan ku terkabul.
Ya, penyerangan yang dilakukan oleh sekelompok orang berjubah hitam menggunakan senjata api.
Ketika malam itu pecah, kisah perjalanan panjang ku di mulai
Ini adalah Thread FanFict pertama saya sekaligus juga ini Thread pertama yang saya buat semenjak saya daftar di kaskus, jadi mohon maklum kalo masih banyak salah dalam spoiler dan lain-lainnya.
Lalu ini juga pengalaman pertama bagi TS menulis, jadi saya belom pernah nulis-nulis kayak gini gan, sebenernya sih udah cuma ga pernah saya upload kemana pun.
Cerita ini mengambil seting dari dunia di Ragnarok online, agan sekalian akan menemukan kesamaan dalam nama npc atau pun dungeon dan kota. meski ga semuanya original karena akan ada yang berubah di FanFict ini. FanFict ini masih satu universe dengan FanFictnya agan Heilel_Realz012 Heilel_Realz012 FanFict - Die Aegis Schild, agan ini kayak mentor saya deh pokoknya , buat agan Heilel thanks banget .
Jadi ya dengan pengalaman yang masih minim dan kemampuan yang masih cupu, saya mencoba untuk menulis. jadi kalo ada salah kata, kritikan atau saran saya sangat berterima kasih kepada agan-agan, dan silahkan membaca.
Ragnarok Online - Birth Of The Super Soldier
Quote:
Genre :Shounen, Tragedy, Adventure.
Status : Ongoing
Spoiler for Prologue:
Prologue
Merasakan malam yang sunyi.
Melihat bulan purnama yang tak tergapai.
Aku memandang sekelilingku, yang ada hanyalah alat-alat operasi dan tabung-tabung berisi cairan kimia.
Ingin sekali aku merasakan bebas dari tabung berisi cairan kimia yang mengurung ku ini.
Aku yang tidak memiliki nama dan ingatan apapun...
Untuk pertama kalinya aku ingin bebas dan keluar dari penjara kaca ini.
Sampai akhirnya tiba malam dimana permintaan ku terkabul.
Ya, penyerangan yang dilakukan oleh sekelompok orang berjubah hitam menggunakan senjata api.
Ketika malam itu pecah, kisah perjalanan panjang ku di mulai
Spoiler for Character:
Quote:
Jean Asker/Bio Chemical Soldier 0.3
Guillotine Cross
Jean adalah kelinci percobaan dari Bio Laboratorium di kota Lighthalzen yang merupakan daerah dari Republik of Schwartzvald. dia berhasil melarikan diri pada saat malam penyergapan yang dilakukan oleh Gunslinger guild atas perintah dari Pemerintahan Republik, dia yang ditemukan oleh Rin sang Assasin cross di ajarkan cara bertarung dan bertahan hidup sebelum akhirnya dia di kirim ke pantiasuhan bernama Chely House di kota alberta oleh Rin. Jean memiliki sifat pendiam tetapi tidak dingin, karena dia tidak pernah mempelajari data tentang emosi manusia pada waktu dia masih tinggal di Lab.
Guillotine Cross
Jean adalah kelinci percobaan dari Bio Laboratorium di kota Lighthalzen yang merupakan daerah dari Republik of Schwartzvald. dia berhasil melarikan diri pada saat malam penyergapan yang dilakukan oleh Gunslinger guild atas perintah dari Pemerintahan Republik, dia yang ditemukan oleh Rin sang Assasin cross di ajarkan cara bertarung dan bertahan hidup sebelum akhirnya dia di kirim ke pantiasuhan bernama Chely House di kota alberta oleh Rin. Jean memiliki sifat pendiam tetapi tidak dingin, karena dia tidak pernah mempelajari data tentang emosi manusia pada waktu dia masih tinggal di Lab.
Quote:
Leina Thorose
Geneticist
Leina adalah Genetcist yang menangani perkembangan Jean di lab, dia adalah wanita baik yang memperhatikan Jean lebih dari kelinci percobaan yang lain. dia adalah orang yang membebaskan Jean dari Tabung Regenerasi untuk melarikan diri pada saat penyerangan.
Geneticist
Leina adalah Genetcist yang menangani perkembangan Jean di lab, dia adalah wanita baik yang memperhatikan Jean lebih dari kelinci percobaan yang lain. dia adalah orang yang membebaskan Jean dari Tabung Regenerasi untuk melarikan diri pada saat penyerangan.
Quote:
Kiev Alastor
Adept GunSlinger
Kiev adalah pemimpin pasukan penyergapan Bio lab yang dibentuk oleh republik. dia juga mentor dari GunSlinger Guild yang berada di kota Einbroch, Terkenal dengan julukan Heroes of Republic.
Adept GunSlinger
Kiev adalah pemimpin pasukan penyergapan Bio lab yang dibentuk oleh republik. dia juga mentor dari GunSlinger Guild yang berada di kota Einbroch, Terkenal dengan julukan Heroes of Republic.
Quote:
Rin
Assasin Cross
Wanita misterius yang menemukan dan menyelamatkan Jean setelah Jean berhasil lari dari Bio lab facility.
Assasin Cross
Wanita misterius yang menemukan dan menyelamatkan Jean setelah Jean berhasil lari dari Bio lab facility.
Daftar Isi
Quote:
ARC I The Journey Begins
Chapter 1-1 Begins night
Chapter 1-2 Another route
Journey 1-4 Begins Night Part 4
Journey 1-5 Begins Night Part 5
Journey 1-6 Begins Night Part 6
Journey 1-7 Begins Night Part 7
Journey 1-8 Begins Night Part 8
Journey 1-9 Begins Night Part 9
Journey 1-10 Begins Night End [This Is Where We Are Apart]
Chapter 1-1 Begins night
Chapter 1-2 Another route
Journey 1-4 Begins Night Part 4
Journey 1-5 Begins Night Part 5
Journey 1-6 Begins Night Part 6
Journey 1-7 Begins Night Part 7
Journey 1-8 Begins Night Part 8
Journey 1-9 Begins Night Part 9
Journey 1-10 Begins Night End [This Is Where We Are Apart]
-FINISH-
Quote:
ARC II Joy And Sorrow
New Character [Port City Alberta]
Journey 2-1 Move Forward
Journey 2-2 Einbroch City Of Industries
Journey 2-3 You Can Call Me...
Journey 2-4 So This Is The Real World
Journey 2-5 This Is All I Can Do For You
Journey 2-6 Iam Sorry
Journey 2-7 Because I Always Want To Be With You
Journey 2-8 Trip To Kingdom
Journey 2-9 Fierce Fighting
Journey 2-10 Guilty
Journey 2-11 The Capital Of Republic Schwartzvald
Journey 2-12 Iam Sorry And Farewell
Journey 2-13 After Dark Part-1
Journey 2-14 After Dark Part-2
Journey 2-15 Will You Become My Sun
Journey 2-16 Family Dinner
Journey 2-17 Don't Be Afraid
Journey 2-18 My Feeling
Journey 2-19 My Feeling Part-2
Journey 2-20 Reunion
Journey 2-21 Doubt
Journey 2-22 Doubt Part-2
Journey 2-23 Resolve
Journey 2-24 Piece Of Puzzle
Journey 2-25 Concerns
Journey 2-26 Singing In The Rain
Journey 2-27 Killer Instinct
Journey 2-28 Within The Darkness, Journey 2-28 B
Journey 2-29 Path Of Thorn
Journey 2-30 Day When I met You And Day When I Leave You, Journey 2-30 B
Journey 2-31 Ambush
Journey 2-32 Weird Girl
Journey 2-33 The Day When Demon Was Born
Journey 2-34 Guillotine Cross
New Character [Port City Alberta]
Journey 2-1 Move Forward
Journey 2-2 Einbroch City Of Industries
Journey 2-3 You Can Call Me...
Journey 2-4 So This Is The Real World
Journey 2-5 This Is All I Can Do For You
Journey 2-6 Iam Sorry
Journey 2-7 Because I Always Want To Be With You
Journey 2-8 Trip To Kingdom
Journey 2-9 Fierce Fighting
Journey 2-10 Guilty
Journey 2-11 The Capital Of Republic Schwartzvald
Journey 2-12 Iam Sorry And Farewell
Journey 2-13 After Dark Part-1
Journey 2-14 After Dark Part-2
Journey 2-15 Will You Become My Sun
Journey 2-16 Family Dinner
Journey 2-17 Don't Be Afraid
Journey 2-18 My Feeling
Journey 2-19 My Feeling Part-2
Journey 2-20 Reunion
Journey 2-21 Doubt
Journey 2-22 Doubt Part-2
Journey 2-23 Resolve
Journey 2-24 Piece Of Puzzle
Journey 2-25 Concerns
Journey 2-26 Singing In The Rain
Journey 2-27 Killer Instinct
Journey 2-28 Within The Darkness, Journey 2-28 B
Journey 2-29 Path Of Thorn
Journey 2-30 Day When I met You And Day When I Leave You, Journey 2-30 B
Journey 2-31 Ambush
Journey 2-32 Weird Girl
Journey 2-33 The Day When Demon Was Born
Journey 2-34 Guillotine Cross
-FINISH-
Diubah oleh monongan 09-08-2014 07:07
0
53.8K
Kutip
679
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Fanstuff
1.9KThread•262Anggota
Tampilkan semua post
TS
monongan
#326
Update
Journey 3-10
Spoiler for 3-10:
Journey 3-10 Jean Asker
Meeting Room
Pria berjubah hitam yang mengenakan topeng opera itu sedikit-demi sedikit berjalan ke arah ku. Aku tidak dapat merasakan aura apa pun darinya, berbeda dari aura yang dapat aku rasakan dari tuan Bercasell dan pria besar berotot yang dipenuhi bekas-bekas luka di badannya. Aku dapat merasakan kekuatan besar bercampur pada aura yang mereka berdua pancarkan.
"Anda pemimpin dari organisasi ini?"
Dia tidak menjawab pertanyaan ku dan hanya tertawa terbahak-bahak setelah mendengar pertanyaan ku. Aku tidak mengerti apa yang dipikirkan oleh orang ini, tetapi aku sendiri cukup menyadari bahwa ucapan yang baru saja meluncur dari mulut ku sama sekali tidak lucu. Setelah puas tertawa akhirnya dia menjawab pertanyaan yang beberapa saat tadi aku ajukan.
"Hmm, maaf-maaf. Aku bukan pemimpin organisasi ini, aku hanya tangan kanan dari Grandmaster. Dia memerintahkan ku untuk melihat anggota baru kita sekaligus kartu AS kita.." serunya sambil kembali berjalan mengelilingi ku.
"Kau masih terlihat seperti remaja ya anak muda..? Siapa nama mu?"
"Jean Alde.. Tidak, Jean Asker." benar, aku yang sudah menghianati kepercayaannya tidak pantas menggunakan nama itu. Aku yang sudah terkutuk ini.
"Jean Asker ya. Jadi ini bocah yang kau bawa kesini Bercasell? Apa dia memiliki kemampuan? Dari laporan yang aku terima anak ini meloloskan 1 saksi dalam misi terakhir kali ini. Bagaimana pendapat kalian Mayshell, Daora, Renzak, Jeana?"
"Dia punya kemampuan dan pintar. Tetapi point yang terpenting dia manis hehehe.." jawab Mayshell.
"Di-dia pintar.." seru Daora menjawab sambil mengalihkan pandangannya ke arah ku.
Sedangkan Jeana hanya menganguk 2 kali dengan wajahnya yang terlihat panik. "Dia hanya sampah tidak berguna yang hanya mengotori organisasi kita, saat dimana dia tidak berguna aku akan menghabisinya.." teriak senior Renzak terlihat sangat emosi. Kelihatannya dia benar-benar tidak menyukai ku, sama dengan halnya aku tidak menyukainya.
Walaupun harus aku akui dia kuat dan hebat tetapi sikapnya yang selalu merendahkan ku membuat ku makin kesal padanya. "Hoo~, jadi ada satu anak buah mu yang tidak setuju Bercasell? Bagaimana pendapat mu sendiri..?"
"Aku yang akan melatihnya sendiri, jadi tidak akan ada masalah bukan Renzak..? Dalam beberapa bulan ke depan sudah dapat ku pastikan dia akan jauh lebih kuat dari pada kamu.." seru tuan Bercasell santai sambil bersandar di tembok.
"A-aapa? Ta-tapi ketua dia.."
"Aku tidak menerima perintah dari anak buah ku..." bentak tuan Bercasell dengan sorot mata yang tajam dan aura membunuh yang berbahaya.
"Maaf ketua" seru senior Renzak menundukan kepalanya
"Baiklah itu keputusan Bercasell, bagaimana dengan yang lain? Tien, Rakshasha, Morgana, Ahcart lalu Mavis..? Kau adalah orang yang paling menginginkan anak ini setelah Bercasell.."
"Yah tidak masalah buat ku, dia Bio bocah lab yang dulu itu kan Mavis?" seru seorang laki-laki yang sedang memutar-mutar anak panah sambil bersender santai di dinding. Dia memiliki tinggi sekitar 174 cm, rambut pirang lalu sebuah teleskop yang menutupi matanya. Jika tidak salah benda itu bernama Binocular, sedangkan untuk pakaiannya dia memakai rompi berwarna hijau tua dan celana jeans tebal berwarna senada serta sepatu boots cokelat yang terlihat mengkilap. Lalu di belakang badannya terlihat quiver panah yang di ikat dengan kencang.
"Aku tidak terlalu perduli dengan anggota laki-laki, jadi terserah saja deh~" seru wanita berambut hijau dengan syal berbulu yang melingkar di lehernya.
"Ah, dia memang terlihat lemah. Tetapi aku tahu dia berbakat dan jenius, lagi pula dia adalah hasil dari modal yang kita tanamkan di Bio Lab.." seru tuan Ahcart sambil membuang asap rokok dari hidungnya.
Modal? Apa maksudnya itu? Tiba-tiba saja aku kembali mengingat kejadiaan yang sangat ingin aku lupakan dulu, saat kami sedang menjalani berbagai tes dan operasi selalu ada beberapa orang berarmor berwarna cokelat tua. Jadi mereka adalah anggota organisasi ini, setelah aku perhatikan armor tuan Bercasell dan tuan Ahcart aku baru sadar jika dahulu kala aku sudah melihat armor itu di dalam lab.
Aku di kagetkan dengan suara teriakan kagum dari seseorang yang sedang mengelilingi tubuh ku. Sesekali dia menyentuh tangan dan pundak ku tidak lupa dada ku, tindakannya cukup membuat ku merasa risih dan naik darah. "Lepaskan aku !! Tindakan mu mengganggu ku..!" bentak ku kepada pria yang terlihat bersemangat ini sambil menepis tangannya.
"Akhirnyaaa..Akhirnya kamu bisa membawanya ke sini Bercasell..!!! Apa yang kamu perbuat..!? Hahaha Maha karya ku Bio Chemical Soldier 0.3.."
0.3 ya, sudah lama sekali aku tidak di panggil dengan sebutan itu. Kelihatannya nama itu lebih terdengar pantas untuk ku dibandingkan Jean Aldena atau Jean Asker. "Aku tidak melakukan apa pun, yang aku lakukan hanya memberi sentuhan terakhir.." balas tuan Bercasell menanggapi pernyataan dari pria bernama Mavis ini.
"Jeana.. Tien.. kemari sebentar..!!"
"Haah~ baik-baik, kerja mu selalu memerintah ku terus Mavis.." balas laki-laki berambut pirang itu yang kelihatannya bernama Tien. Sedangkan Jeana hanya merespon dengan mengangukan kepalanya dan berjalan ke arah pria bernama Mavis ini.
"Perkenalkan prototype mu Jean, Tien Hao/Bio Chemical Soldier 0.1, Jeana Tingel/Bio Chemical Soldier 0.2. Dengan tibanya kamu di sini maka lengkap sudah semua karya ku berkumpul di sini. Kasihan sekali Rensel tidak bisa menikmati hasil ciptaannya juga hahaha"
"Hai~ lama tidak jumpa.." seru Tien. Sedangkan Jeana hanya diam sambil menundukan kepalanya, tangan kanannya meremas tangan kirinya dengan erat.
Jadi mereka berdua adalah orang yang sering bersama dengan ku di dalam lab, sampai akhirnya aku tidak pernah melihat mereka begitu aku terpilih menjadi kandidat phase 3. Jika aku tidak salah mendengar percakapan miss Leina dan tuan Kiev di dalam lab, miss Leina mengatakan bahwa kedua Bio Chemical Soldier yang pertama dan kedua di kirim ke sebuah organisasi yang bekerja sama dengan kakaknya.
Ternyata mereka adalah AVC. Dan kini aku salah satu dari mereka, aku kembali akan menempuh tujuan hidup ku sebenarnya. Yaitu mesin pembunuh dan senjata hidup. "Hei 0.3, apa yang terjadi pada mu? Biasanya Jeana sangat lengket dengan mu dulu? Jangan-jangan kamu lupa ya dengannya?" celetuk Tien yang membuyarkan lamunan ku.
Aku dengan Jeana?.
"Apa maksudnya..?"
"Ternyata memang tidak ingat yah? Kalian berduakan berasal dari panti asuhan yang sama. Setidaknya itu yang dulu aku dengar langsung dari mulut mu, kalian seperti kakak beradik yang tidak bisa lepas satu sama lain.."
"Tentu saja dia tidak mengingat apapun, badannya sudah di tanami dengan berbagai chip sensor dan ingatannya tidak akan kembali sampai kapan pun karena Rensel telah mereset semuanya dari 0 lagi.." balas Mavis menjelaskan.
Aku dan Jeana? Satu panti asuhan, berarti Jeana mengetahui masalalu ku sebelum aku masuk ke dalam lab itu dan menjadi manusia buatan. Aku memandangnya yang saat ini masih tertunduk diam sambil memegang erat tangannya sendiri, jika aku bertanya kepadanya maka aku akan mengetahui masa lalu ku yang hilang.
"Tunggu dulu dari tadi semua terus membicarakan tentang Bio Chemical Soldier, sebenarnya apa itu?!" tanya Daora penasaran dengan nada yang lumayan tinggi.
Mavis berjalan persis ke depan Daora dan mulai menggaruk-garuk kepalanya. "Hmm, apa ya..? Bisa di bilang senjata hidup, bisa di bilang juga manusia buatan. Ya pokoknya seperti itulah kira-kira..ha ha haha"
Wajah Daora kini terlihat kaget saat mendengar apa yang barusan dikatakan oleh Mavis, aku sudah biasa melihat respon yang seperti itu. Hanya ibu yang tidak terlalu terkejut saat mengetahui aku bukan manusia normal. Jadi jika Daora tidak mengetahui eksistensi manusia buatan seperti ku, kemungkinan besar yang mengetahui eksistensi kami hanya para petinggi organisasi ini saja.
'plok..plok'
"Baiklah, perkenalan anggota baru sudah selesai dan semua setuju kecuali Renzak. Oh maaf, aku lupa bertanya kepada mu Rakshasha..?"
"Dia terlihat menjanjikan.." balas pria besar bernama Rakshasha ini.
Setelah menerima jawaban dari tuan Rakshasha pria bertopeng ini kembali berjalan ke tempat pertama kali dia terlihat oleh ku. "Oke, sudah di putuskan. Sekarang mari kita bahas informasi yang berhasil dibawa kabur oleh assasin cross yang tadi terlihat di daerah target.."
Tiba-tiba saja tuan Bercasell menjawab pernyataan itu dengan santai. "Ah, mengenai masalah itu tidak usah khawatir. Aku sudah satu langkah lebih cepat dari pada tikus-tikus assasin itu..", dengan nada heran sang pria bertopeng kembali mengajukan pertanyaan kepada tuan Bercasell "Hmm, apa langkah yang kamu lakukan itu? Bisa kamu jelaskan kepada ku?"
"Baiklah, aku telah memasukan 9 orang-orang ku sebagai mata-mata disana. Jadi apa pun rencana yang coba mereka lakukan, kita akan tetap lebih cepat satu langkah dari para tikus lemah itu.."
"Ahahaha, kerja bagus seperti biasa Bercasell. Kau lebih licik dari seekor rubah ya?" balas si pria bertopeng sambil tertawa.
"Pujian mu tidak pantas untuk ku tuan.." seru tuan Bercasell.
Setelah membahas beberapa hal penting, akhirnya rapat pertemuan ini pun selesai. Minggu depan aku akan menjalani test pemeriksaan tubuh yang akan di jalankan oleh Mavis, setelah itu aku akan memulai latihan di bawah ajaran tuan Bercasell. Semua yang ada di sini mulai meninggalkan ruangan gelap ini, sebenarnya aku sangat ingin berbicara dengan Jeana perihal masa lalu ku. Tetapi Jeana selalu menempel erat dengan senior Renzak yang membuat ku enggan untuk mendekati mereka berdua.
Pasti wanita itu akan mencari keributan lagi jika aku mengajak Jeana berbicara. Hanya tersisa aku dan Daora di ruangan gelap ini. Dia tidak bergeming dari tempatnya berdiri walaupun ruangan ini sekarang sudah hampir kosong. "Kau sudah tahu rahasia ku bukan? Jadi aku tidak perlu menceritakannya lagi kepada mu.." seru ku sambil berjalan ke arah pintu hendak meninggalkan ruangan pertemuan ini.
"Tunggu..!!!"
"Hmm?" balas ku sambil menoleh ke arah gadis yang masih berdiri menundukan kepalanya.
"Masa lalu mu. Kamu belum menceritakannya...!!!" bentaknya dengan nada tinggi.
"Seperti yang kau dengar tadi, aku tidak memiliki masa lalu. Ingatan ku sudah di hapus dan tidak akan kembali lagi.."
"Kau pasti punya memori sebelum tiba kesinikan!! Ceritakan itu pada ku..!!"
"Mungkin lain kali, jika waktunya tepat.."
"Tidak akan ada lain kali!!!" bentaknya dengan keras.
Dari suaranya yang keras dan lantang aku dapat merasakan getaran kecil seperti suara tangisan. Ada apa sebenarnya dengan Daora? "Ada apa Daora?"
"Kau akan berlatih di bawah bimbingan tuan Bercasell bukan.." serunya lirih.
"Masih ingat Armain yang tadi aku ceritakan kepada mu di atas tebing..?"
"Ya, bagaimana mungkin aku lupa. Baru 1 jam yang lalu kamu memberitahu ku.."
"Armain dan Arka, mereka berdua adalah kakak beradik yang dulu juga berlatih di bawah bimbingan tuan Bercasell.."
"Armain? Dia anggota organisasi ini juga?"
"Ya, saat itu kami di pungut oleh Ahcart. Aku memang belum menceritakannya tapi itulah yang terjadi.."
"Lalu, apa masalahnya?" balas ku heran dengan apa yang ingin di sampaikan Daora pada ku.
"Arka tidak kembali dari latihan, sedangkan Armain sangat berbeda dari Armain yang dulu aku kenal. Dia terlihat seperti orang yang gila membunuh dan terlihat menyeramkan.." serunya lirih sambil terdengar menahan air matanya.
Aku tidak menjawab pertanyaan dari Daora dan hanya terdiam, tidak kembali dari latihan? Dia gagal dalam latihan dan mati?. Hanya itu yang dapat terlintas di dalam pikiran ku saat Daora menjelaskan tentang kedua teman baiknya.
"Aku ingin mendengar cerita dari mu sebelum..sebelum.."
"Sebelum aku berubah menjadi pembunuh gila seperti orang yang kamu sukai?" potong ku dengan nada datar.
Dia hanya terdiam seribu bahasa dan enggan melihat ke arah ku. "Aku ini senjata hidup yang di ciptakan untuk membunuh. Jadi inilah sifat ku, mungkin aku sudah melewati beberapa waktu yang sempit namun hangat dan kehilangan jati diri ku yang sebenarnya sebagai senjata hidup"
"Hangat..? Maksud mu kehangatan dari seseorang?" balas Daora sambil menghapus air matanya.
"Ya, dia adalah malaikat yang menarik dan menyelamatkan ku dari kegelapan.."
"Ke-kekasih mu?"
"Bukan, dia adalah ibunda angkat ku.."
"Apa yang terjadi kepada beliau..? Apa ibu mu ada hubungannya dengan bergabungnya kamu di organisasi ini..?"
"Hmm, kamu itu seperti mengintrogasi kriminal ya?" seru ku meledek sambil tersenyum kecil ke arahnya.
"Ce-ce-cerewet!!! Sudah jawab saja..!! Kamu sekarang juga sudah masuk sebagai seorang kriminal!!" balasnya dengan wajahnya yang memerah.
"Ayah angkat ku dibunuh oleh assasin cross, dan mereka juga yang membuat ibu ku terbaring di ranjang rumah sakit dan tak kunjung membuka matanya lagi.."
"Maafkan aku, itu alasan utama mu..?"
"Ya kira-kira seperti itu, lalu aku ingin membuktikan pada orang yang aku anggap seperti kakak ku sendiri bahwa idealisme yang dia anut itu salah besar dan hanya omong kosong.."
"Aku akan menolak idealisme yang dia anut dengan pisau ku.." tambah ku kepada Daora.
"Berjanji pada ku untuk tetap menjadi diri mu dan kembali kesini.." seru Daora samar.
"Hmm, jadi kamu mengkhawatirkan aku?"
"Ti-tidak kok, jangan terlalu percaya diri ya..?!" bentaknya sambil berlari meninggalkan ku.
Ku panggil namanya sehingga gadis berambut cokelat itu berhenti dan kembali menoleh ke arah ku. "Daora!!, Terima kasih.. Lalu telur gorengnya sudah lumayan enak." seru ku kepadanya.
"Bo-bodoh..!! Dasar bodoh, sudah tentu masakan Lady Daora ini sangat nikmat..!!" serunya sambil melanjutkan larinya yang terhenti karena aku panggil.
Entah kenapa setelah berbicara dengannya, kepala ku yang tadi terasa berat karena menerima hal-hal yang tidak dapat ku percaya kembali menjadi ringan dan segar. Masa lalu ku? Apakah aku benar-benar membutuhkan hal itu lagi?. Tidak ada gunanya memikirkan masa lalu ku, yang harus aku lakukan sekarang adalah berlatih agar lebih kuat dan melaksanakan misi balas dendam ku.
Kini aku berjalan di lorong gelap menuju ke arah pintu keluar markas, butuh waktu yang lumayan lama sampai aku berhasil keluar dari markas rahasia ini. Sinar matahari sangat menyilaukan mata ku yang saat ini menyipit akibat cerahnya sinar yang ia pancarkan. Aku berjalan sambil tersenyum kecil mengingat tingkah laku dan omelan Daora yang belakangan ini sering aku dengar dan lihat.
Gadis yang aneh.
Meeting Room
Pria berjubah hitam yang mengenakan topeng opera itu sedikit-demi sedikit berjalan ke arah ku. Aku tidak dapat merasakan aura apa pun darinya, berbeda dari aura yang dapat aku rasakan dari tuan Bercasell dan pria besar berotot yang dipenuhi bekas-bekas luka di badannya. Aku dapat merasakan kekuatan besar bercampur pada aura yang mereka berdua pancarkan.
"Anda pemimpin dari organisasi ini?"
Dia tidak menjawab pertanyaan ku dan hanya tertawa terbahak-bahak setelah mendengar pertanyaan ku. Aku tidak mengerti apa yang dipikirkan oleh orang ini, tetapi aku sendiri cukup menyadari bahwa ucapan yang baru saja meluncur dari mulut ku sama sekali tidak lucu. Setelah puas tertawa akhirnya dia menjawab pertanyaan yang beberapa saat tadi aku ajukan.
"Hmm, maaf-maaf. Aku bukan pemimpin organisasi ini, aku hanya tangan kanan dari Grandmaster. Dia memerintahkan ku untuk melihat anggota baru kita sekaligus kartu AS kita.." serunya sambil kembali berjalan mengelilingi ku.
"Kau masih terlihat seperti remaja ya anak muda..? Siapa nama mu?"
"Jean Alde.. Tidak, Jean Asker." benar, aku yang sudah menghianati kepercayaannya tidak pantas menggunakan nama itu. Aku yang sudah terkutuk ini.
"Jean Asker ya. Jadi ini bocah yang kau bawa kesini Bercasell? Apa dia memiliki kemampuan? Dari laporan yang aku terima anak ini meloloskan 1 saksi dalam misi terakhir kali ini. Bagaimana pendapat kalian Mayshell, Daora, Renzak, Jeana?"
"Dia punya kemampuan dan pintar. Tetapi point yang terpenting dia manis hehehe.." jawab Mayshell.
"Di-dia pintar.." seru Daora menjawab sambil mengalihkan pandangannya ke arah ku.
Sedangkan Jeana hanya menganguk 2 kali dengan wajahnya yang terlihat panik. "Dia hanya sampah tidak berguna yang hanya mengotori organisasi kita, saat dimana dia tidak berguna aku akan menghabisinya.." teriak senior Renzak terlihat sangat emosi. Kelihatannya dia benar-benar tidak menyukai ku, sama dengan halnya aku tidak menyukainya.
Walaupun harus aku akui dia kuat dan hebat tetapi sikapnya yang selalu merendahkan ku membuat ku makin kesal padanya. "Hoo~, jadi ada satu anak buah mu yang tidak setuju Bercasell? Bagaimana pendapat mu sendiri..?"
"Aku yang akan melatihnya sendiri, jadi tidak akan ada masalah bukan Renzak..? Dalam beberapa bulan ke depan sudah dapat ku pastikan dia akan jauh lebih kuat dari pada kamu.." seru tuan Bercasell santai sambil bersandar di tembok.
"A-aapa? Ta-tapi ketua dia.."
"Aku tidak menerima perintah dari anak buah ku..." bentak tuan Bercasell dengan sorot mata yang tajam dan aura membunuh yang berbahaya.
"Maaf ketua" seru senior Renzak menundukan kepalanya
"Baiklah itu keputusan Bercasell, bagaimana dengan yang lain? Tien, Rakshasha, Morgana, Ahcart lalu Mavis..? Kau adalah orang yang paling menginginkan anak ini setelah Bercasell.."
"Yah tidak masalah buat ku, dia Bio bocah lab yang dulu itu kan Mavis?" seru seorang laki-laki yang sedang memutar-mutar anak panah sambil bersender santai di dinding. Dia memiliki tinggi sekitar 174 cm, rambut pirang lalu sebuah teleskop yang menutupi matanya. Jika tidak salah benda itu bernama Binocular, sedangkan untuk pakaiannya dia memakai rompi berwarna hijau tua dan celana jeans tebal berwarna senada serta sepatu boots cokelat yang terlihat mengkilap. Lalu di belakang badannya terlihat quiver panah yang di ikat dengan kencang.
"Aku tidak terlalu perduli dengan anggota laki-laki, jadi terserah saja deh~" seru wanita berambut hijau dengan syal berbulu yang melingkar di lehernya.
"Ah, dia memang terlihat lemah. Tetapi aku tahu dia berbakat dan jenius, lagi pula dia adalah hasil dari modal yang kita tanamkan di Bio Lab.." seru tuan Ahcart sambil membuang asap rokok dari hidungnya.
Modal? Apa maksudnya itu? Tiba-tiba saja aku kembali mengingat kejadiaan yang sangat ingin aku lupakan dulu, saat kami sedang menjalani berbagai tes dan operasi selalu ada beberapa orang berarmor berwarna cokelat tua. Jadi mereka adalah anggota organisasi ini, setelah aku perhatikan armor tuan Bercasell dan tuan Ahcart aku baru sadar jika dahulu kala aku sudah melihat armor itu di dalam lab.
Aku di kagetkan dengan suara teriakan kagum dari seseorang yang sedang mengelilingi tubuh ku. Sesekali dia menyentuh tangan dan pundak ku tidak lupa dada ku, tindakannya cukup membuat ku merasa risih dan naik darah. "Lepaskan aku !! Tindakan mu mengganggu ku..!" bentak ku kepada pria yang terlihat bersemangat ini sambil menepis tangannya.
"Akhirnyaaa..Akhirnya kamu bisa membawanya ke sini Bercasell..!!! Apa yang kamu perbuat..!? Hahaha Maha karya ku Bio Chemical Soldier 0.3.."
0.3 ya, sudah lama sekali aku tidak di panggil dengan sebutan itu. Kelihatannya nama itu lebih terdengar pantas untuk ku dibandingkan Jean Aldena atau Jean Asker. "Aku tidak melakukan apa pun, yang aku lakukan hanya memberi sentuhan terakhir.." balas tuan Bercasell menanggapi pernyataan dari pria bernama Mavis ini.
"Jeana.. Tien.. kemari sebentar..!!"
"Haah~ baik-baik, kerja mu selalu memerintah ku terus Mavis.." balas laki-laki berambut pirang itu yang kelihatannya bernama Tien. Sedangkan Jeana hanya merespon dengan mengangukan kepalanya dan berjalan ke arah pria bernama Mavis ini.
"Perkenalkan prototype mu Jean, Tien Hao/Bio Chemical Soldier 0.1, Jeana Tingel/Bio Chemical Soldier 0.2. Dengan tibanya kamu di sini maka lengkap sudah semua karya ku berkumpul di sini. Kasihan sekali Rensel tidak bisa menikmati hasil ciptaannya juga hahaha"
"Hai~ lama tidak jumpa.." seru Tien. Sedangkan Jeana hanya diam sambil menundukan kepalanya, tangan kanannya meremas tangan kirinya dengan erat.
Jadi mereka berdua adalah orang yang sering bersama dengan ku di dalam lab, sampai akhirnya aku tidak pernah melihat mereka begitu aku terpilih menjadi kandidat phase 3. Jika aku tidak salah mendengar percakapan miss Leina dan tuan Kiev di dalam lab, miss Leina mengatakan bahwa kedua Bio Chemical Soldier yang pertama dan kedua di kirim ke sebuah organisasi yang bekerja sama dengan kakaknya.
Ternyata mereka adalah AVC. Dan kini aku salah satu dari mereka, aku kembali akan menempuh tujuan hidup ku sebenarnya. Yaitu mesin pembunuh dan senjata hidup. "Hei 0.3, apa yang terjadi pada mu? Biasanya Jeana sangat lengket dengan mu dulu? Jangan-jangan kamu lupa ya dengannya?" celetuk Tien yang membuyarkan lamunan ku.
Aku dengan Jeana?.
"Apa maksudnya..?"
"Ternyata memang tidak ingat yah? Kalian berduakan berasal dari panti asuhan yang sama. Setidaknya itu yang dulu aku dengar langsung dari mulut mu, kalian seperti kakak beradik yang tidak bisa lepas satu sama lain.."
"Tentu saja dia tidak mengingat apapun, badannya sudah di tanami dengan berbagai chip sensor dan ingatannya tidak akan kembali sampai kapan pun karena Rensel telah mereset semuanya dari 0 lagi.." balas Mavis menjelaskan.
Aku dan Jeana? Satu panti asuhan, berarti Jeana mengetahui masalalu ku sebelum aku masuk ke dalam lab itu dan menjadi manusia buatan. Aku memandangnya yang saat ini masih tertunduk diam sambil memegang erat tangannya sendiri, jika aku bertanya kepadanya maka aku akan mengetahui masa lalu ku yang hilang.
"Tunggu dulu dari tadi semua terus membicarakan tentang Bio Chemical Soldier, sebenarnya apa itu?!" tanya Daora penasaran dengan nada yang lumayan tinggi.
Mavis berjalan persis ke depan Daora dan mulai menggaruk-garuk kepalanya. "Hmm, apa ya..? Bisa di bilang senjata hidup, bisa di bilang juga manusia buatan. Ya pokoknya seperti itulah kira-kira..ha ha haha"
Wajah Daora kini terlihat kaget saat mendengar apa yang barusan dikatakan oleh Mavis, aku sudah biasa melihat respon yang seperti itu. Hanya ibu yang tidak terlalu terkejut saat mengetahui aku bukan manusia normal. Jadi jika Daora tidak mengetahui eksistensi manusia buatan seperti ku, kemungkinan besar yang mengetahui eksistensi kami hanya para petinggi organisasi ini saja.
'plok..plok'
"Baiklah, perkenalan anggota baru sudah selesai dan semua setuju kecuali Renzak. Oh maaf, aku lupa bertanya kepada mu Rakshasha..?"
"Dia terlihat menjanjikan.." balas pria besar bernama Rakshasha ini.
Setelah menerima jawaban dari tuan Rakshasha pria bertopeng ini kembali berjalan ke tempat pertama kali dia terlihat oleh ku. "Oke, sudah di putuskan. Sekarang mari kita bahas informasi yang berhasil dibawa kabur oleh assasin cross yang tadi terlihat di daerah target.."
Tiba-tiba saja tuan Bercasell menjawab pernyataan itu dengan santai. "Ah, mengenai masalah itu tidak usah khawatir. Aku sudah satu langkah lebih cepat dari pada tikus-tikus assasin itu..", dengan nada heran sang pria bertopeng kembali mengajukan pertanyaan kepada tuan Bercasell "Hmm, apa langkah yang kamu lakukan itu? Bisa kamu jelaskan kepada ku?"
"Baiklah, aku telah memasukan 9 orang-orang ku sebagai mata-mata disana. Jadi apa pun rencana yang coba mereka lakukan, kita akan tetap lebih cepat satu langkah dari para tikus lemah itu.."
"Ahahaha, kerja bagus seperti biasa Bercasell. Kau lebih licik dari seekor rubah ya?" balas si pria bertopeng sambil tertawa.
"Pujian mu tidak pantas untuk ku tuan.." seru tuan Bercasell.
Setelah membahas beberapa hal penting, akhirnya rapat pertemuan ini pun selesai. Minggu depan aku akan menjalani test pemeriksaan tubuh yang akan di jalankan oleh Mavis, setelah itu aku akan memulai latihan di bawah ajaran tuan Bercasell. Semua yang ada di sini mulai meninggalkan ruangan gelap ini, sebenarnya aku sangat ingin berbicara dengan Jeana perihal masa lalu ku. Tetapi Jeana selalu menempel erat dengan senior Renzak yang membuat ku enggan untuk mendekati mereka berdua.
Pasti wanita itu akan mencari keributan lagi jika aku mengajak Jeana berbicara. Hanya tersisa aku dan Daora di ruangan gelap ini. Dia tidak bergeming dari tempatnya berdiri walaupun ruangan ini sekarang sudah hampir kosong. "Kau sudah tahu rahasia ku bukan? Jadi aku tidak perlu menceritakannya lagi kepada mu.." seru ku sambil berjalan ke arah pintu hendak meninggalkan ruangan pertemuan ini.
"Tunggu..!!!"
"Hmm?" balas ku sambil menoleh ke arah gadis yang masih berdiri menundukan kepalanya.
"Masa lalu mu. Kamu belum menceritakannya...!!!" bentaknya dengan nada tinggi.
"Seperti yang kau dengar tadi, aku tidak memiliki masa lalu. Ingatan ku sudah di hapus dan tidak akan kembali lagi.."
"Kau pasti punya memori sebelum tiba kesinikan!! Ceritakan itu pada ku..!!"
"Mungkin lain kali, jika waktunya tepat.."
"Tidak akan ada lain kali!!!" bentaknya dengan keras.
Dari suaranya yang keras dan lantang aku dapat merasakan getaran kecil seperti suara tangisan. Ada apa sebenarnya dengan Daora? "Ada apa Daora?"
"Kau akan berlatih di bawah bimbingan tuan Bercasell bukan.." serunya lirih.
"Masih ingat Armain yang tadi aku ceritakan kepada mu di atas tebing..?"
"Ya, bagaimana mungkin aku lupa. Baru 1 jam yang lalu kamu memberitahu ku.."
"Armain dan Arka, mereka berdua adalah kakak beradik yang dulu juga berlatih di bawah bimbingan tuan Bercasell.."
"Armain? Dia anggota organisasi ini juga?"
"Ya, saat itu kami di pungut oleh Ahcart. Aku memang belum menceritakannya tapi itulah yang terjadi.."
"Lalu, apa masalahnya?" balas ku heran dengan apa yang ingin di sampaikan Daora pada ku.
"Arka tidak kembali dari latihan, sedangkan Armain sangat berbeda dari Armain yang dulu aku kenal. Dia terlihat seperti orang yang gila membunuh dan terlihat menyeramkan.." serunya lirih sambil terdengar menahan air matanya.
Aku tidak menjawab pertanyaan dari Daora dan hanya terdiam, tidak kembali dari latihan? Dia gagal dalam latihan dan mati?. Hanya itu yang dapat terlintas di dalam pikiran ku saat Daora menjelaskan tentang kedua teman baiknya.
"Aku ingin mendengar cerita dari mu sebelum..sebelum.."
"Sebelum aku berubah menjadi pembunuh gila seperti orang yang kamu sukai?" potong ku dengan nada datar.
Dia hanya terdiam seribu bahasa dan enggan melihat ke arah ku. "Aku ini senjata hidup yang di ciptakan untuk membunuh. Jadi inilah sifat ku, mungkin aku sudah melewati beberapa waktu yang sempit namun hangat dan kehilangan jati diri ku yang sebenarnya sebagai senjata hidup"
"Hangat..? Maksud mu kehangatan dari seseorang?" balas Daora sambil menghapus air matanya.
"Ya, dia adalah malaikat yang menarik dan menyelamatkan ku dari kegelapan.."
"Ke-kekasih mu?"
"Bukan, dia adalah ibunda angkat ku.."
"Apa yang terjadi kepada beliau..? Apa ibu mu ada hubungannya dengan bergabungnya kamu di organisasi ini..?"
"Hmm, kamu itu seperti mengintrogasi kriminal ya?" seru ku meledek sambil tersenyum kecil ke arahnya.
"Ce-ce-cerewet!!! Sudah jawab saja..!! Kamu sekarang juga sudah masuk sebagai seorang kriminal!!" balasnya dengan wajahnya yang memerah.
"Ayah angkat ku dibunuh oleh assasin cross, dan mereka juga yang membuat ibu ku terbaring di ranjang rumah sakit dan tak kunjung membuka matanya lagi.."
"Maafkan aku, itu alasan utama mu..?"
"Ya kira-kira seperti itu, lalu aku ingin membuktikan pada orang yang aku anggap seperti kakak ku sendiri bahwa idealisme yang dia anut itu salah besar dan hanya omong kosong.."
"Aku akan menolak idealisme yang dia anut dengan pisau ku.." tambah ku kepada Daora.
"Berjanji pada ku untuk tetap menjadi diri mu dan kembali kesini.." seru Daora samar.
"Hmm, jadi kamu mengkhawatirkan aku?"
"Ti-tidak kok, jangan terlalu percaya diri ya..?!" bentaknya sambil berlari meninggalkan ku.
Ku panggil namanya sehingga gadis berambut cokelat itu berhenti dan kembali menoleh ke arah ku. "Daora!!, Terima kasih.. Lalu telur gorengnya sudah lumayan enak." seru ku kepadanya.
"Bo-bodoh..!! Dasar bodoh, sudah tentu masakan Lady Daora ini sangat nikmat..!!" serunya sambil melanjutkan larinya yang terhenti karena aku panggil.
Entah kenapa setelah berbicara dengannya, kepala ku yang tadi terasa berat karena menerima hal-hal yang tidak dapat ku percaya kembali menjadi ringan dan segar. Masa lalu ku? Apakah aku benar-benar membutuhkan hal itu lagi?. Tidak ada gunanya memikirkan masa lalu ku, yang harus aku lakukan sekarang adalah berlatih agar lebih kuat dan melaksanakan misi balas dendam ku.
Kini aku berjalan di lorong gelap menuju ke arah pintu keluar markas, butuh waktu yang lumayan lama sampai aku berhasil keluar dari markas rahasia ini. Sinar matahari sangat menyilaukan mata ku yang saat ini menyipit akibat cerahnya sinar yang ia pancarkan. Aku berjalan sambil tersenyum kecil mengingat tingkah laku dan omelan Daora yang belakangan ini sering aku dengar dan lihat.
Gadis yang aneh.
0
Kutip
Balas