Pagi itu mentari bersinar terik menyemangati bumi, hangat sinarnya menumbuhkan kembali kuncup2 harapan diri yang semalam baru saja direnungkan, dibayangkan. Ya, sinar matahari pagi adalah titik awal kehidupan untuk hari ini. Adakah dia sesuai rencanamu, atau justeru menghempaskan harapanmu dalam kegagalan yang tak berperi.

Setapak demi setapak kulangkahkan kakiku menyusuri gang sempit ini. Semakin jauh langkah yang kuciptakan dari rumahku, semakin dekat bayang wajahmu menghiasi angan dan harapanku. Kicau burung pipit yang hinggap di pepohonan melengkapi keindahan pagi di sepanjang gang keluar dari rumah.

Cinta adalah kesejatian keadaan. Saat cinta datang, hormon2 dalam otakku bekerja ekstra dalam memperluas kapasitas penyimpanan data. Di saat yang sama, cinta juga memperkuat sensitivitas panca inderaku dalam melihat dan menyikapi dunia sekelilingku. Desahan angin pagi terdengar indah di telingaku yang menjadi sangat peka suara ini. Cahaya mentari yang menyeruak dari balik dedaunan menghangatkan dan menguapkan embun di rerumputan dan dedaunan yang sudah berguguran tertangkap elok dalam penglihatan mataku layaknya gemulai penari diiringi music tradisional saat ada pesta perkimpoian.

Seakan tak mau kalah, kulit tanganku pun mencicipi keindahan sentuhan yang berbeda kali ini. Sesekali kusentuh pagar hidup rumah tetanggaku sambil berjalan. Pagar yang tersusun dari tumbuhan2 hijau nan dingin karena masih terselimuti embun begitu lembut saat tersentuh. Lembut dan dingin yang kurasakan menjalar hingga ke relung hatiku dimana semakin mengokohkan kesadaran dalam fikiranku bahwa cinta itu memang indah, bahkan sangat indah.

Tak cukup kusentuh, beberapa helai daun yang berhasil kupetik lalu kucium dan nyatalah adanya bahwa perpaduan aroma daun dan embun adalah nyata keagungan cinta yang menjadi pelita dalam sadarku bahwa dunia ini diciptakan Sang Maha Pencipta dengan sangat2 indah. :love:

Tanpa sekuntum bunga, tanpa pelangi di cakrawala saja sudah begitu indah pagi yang kurasakan ini. Tak terbayangkan betapa indahnya bila ada bunga dan pelangi di pagi yang damai itu.

Sepanjang perjalanan menuju sekolah pikiranku terus teringat bayang2 seseorang. Wanita tentunya, bukan maho . Wanita, tidak akan ada aku tanpa wanita karena dari seorang wanita mulia lah aku terlahir ke dunia fana indah mempesona ini.

Teringat senyumnya, teringat canda tawanya, teringat alisnya bak semut beriring, teriring kelembutan tutur katanya.

Namanya Euis, duduk tepat di depan meja kelasku. Dahulu di awal2 duduk di kelas 3 ini, dia hanyalah teman biasa. Dia hanya seorang cewe yang duduk di bangku depanku. Tidak ada yang istimewa kecuali sikap santun dan keluguannya.

Setiap hari bertemu membuat hubungan kami menjadi akrab. Lama kelamaan dia menyebutku dengan sebutan aa’. Aku senang sekali dengan cara dia menyebut aa, membuat hati ini seperti melayang-layang terbang tinggi ke angkasa.