- Beranda
- Stories from the Heart
-Catatan Untuk Riyani-
...
TS
azelfaith
-Catatan Untuk Riyani-
CATATAN UNTUK RIYANI

Sebuah Skripsi

Quote:

(dengerin lagunya dulu ya biar meleleh)

Prologue
Sebut saja namaku Boy, 23 tahun. Penulis? Jelas bukan. Aku hanyalah seorang anak laki-laki yang tumbuh tegak ke atas bersama waktu, soalnya kalau melebar kesamping berarti tidak sesuai kayak iklan Boneto. Dilecut dalam romantika kehidupan labil (bahkan sampai sekarang.
-Editor).Tulisan ini kupersembahkan untuk seorang gadis, sebut saja Bunga. Eh, jangan. Nama Bunga sudah terlalu mainstream dan negatif, Sebut saja Riyani, itu lebih indah dibaca dan tanpa konotasi negatif berita kriminal. (iya gimana sih..
- Editor)Ya, Riyani itu kamu. Bukan Riyani yang lain. (Emang Riyani ada berapa gan?
- Editor) Aku menulis ini karena aku tak punya harta materi (Hiks..kasihan
- Editor). Karena aku tak punya apapun. Karena aku bahkan tak ingat apa yang jadi favoritmu. Aku hanya tahu kau suka membaca, maka aku hanya bisa mempersembahkan tulisan ini sebagai ungkapan terima kasihku untukmu Riyani, seseorang yang akan kunikahi nanti. (Ciyyeeee.. suit-suit dah mau kimpoi nih..
- Editor)Dan kau Riyani, perhatikanlah bagaimana kuceritakan masa-masa dimana aku tumbuh dewasa hingga kutitipkan kepingan hati terakhirku padamu. Masa-masa dimana aku belajar, ditempa, jatuh remuk, dan kembali bangkit karenamu.. (Ceiileee romantisnyaaa...
- Editor).
DAFTAR ISI
Quote:
INTERLUDE
Quote:

RULES
Quote:

Q & A
Quote:

Jangan lupa komen, rates, dan subscribe.
Ijo-ijo belakangan mah gak masalah.

Diubah oleh azelfaith 04-07-2016 15:20
septyanto memberi reputasi
2
110.5K
623
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
azelfaith
#199
3.5. Surat Cinta untukmu 4
Dan tiba-tiba jaket itu sudah berpindah posisi.
"Pake saja!"
Seru Hanum di sela-sela derai hujan yang makin deras. Gue tersenyum simpul, malu.
Sekali lagi kurogoh kertas di sakuku.
"Harus kuserahkan." Kertas itu adalah jawaban dan ungkapan isi hatiku untuk Hanum. Kertas harus dijawab dengan kertas juga. Nyawa dibayar nyawa, malu dibayar malu, hartamu akan habis, habis sehabis-habisnya, DEMI TUHAAAN!!!
Eh... gara-gara dengerin remix Arya Wiguna ane jadi melenceng jauh gini..
Melambung ilusi pikiranku, tentang bagaimana senangnya Hanum jika dia mendapati kertas tulisannya., pasti.
Air mengalir di sela-sela trotoar yang sudah pecah-pecah ubinnya. Aliran air bercampur warni-warni pelangi dari bensin yang tumpah di jalanan. Mengalir jauh menuju got-got dibawah. Orang-orang berpayung tampak susah payah mencoba menghalangi gempuran hujan yang derasnya minta ampun. Motor-motor berlalu lalang, bapak-bapak bermantel tampak sedang membonceng istrinya, sepertinya dari pasar. Tiga anak SMP malah berlarian dalam hujan, seperti tak peduli sebasah apa mereka atau bagaimana nanti papa mamanya marah-marah ketika tahu anak-anaknya hujan-hujanan. Gedung-gedung menjulang tinggi tepat di depan lapak itu. Gue mendongakkan kepala tinggi-tinggi, mencoba melihat-lihat dibalik garis-garis hujan dan gedung yang setinggi menara. Tanganku mulai menarik diri dari saku. "Sekarang waktu yang tepat, note ini harus diberikan."
Note itu kugenggam erat-erat. Tanganku gemetaran, bukan karena kedinginan. Hatiku mulai berkata-kata antara ya dan tidak. Susah sepertinya menentukan, seperti anak sekolah yang baru mengenal cinta monyet. Perasaanku mulai kelu.
Angin menderu, hujan tinggal gerimis. Gue membuang pandangan ke samping. Pemulung tampak mendorong gerobaknya ditengah gerimis. Seekor kucing jelek, sejelek nilai ulangan matematikaku yang jebloknya berpredikat nasakom, tampak berjalan santai ditengah hujan sambil menggigit seekor tikus got. Angkot-angkot berkebut-kebutan menembus air yang berjatuhan. Sebuah klakson terdengar nyaring diiringi suara raungan motor 2 tak. Motor 2 tak?? Eh, motor 2 tak? Ninja? Eh? Itukan…![kaskus-image]()
"Pake saja!"
Seru Hanum di sela-sela derai hujan yang makin deras. Gue tersenyum simpul, malu.
Sekali lagi kurogoh kertas di sakuku."Harus kuserahkan." Kertas itu adalah jawaban dan ungkapan isi hatiku untuk Hanum. Kertas harus dijawab dengan kertas juga. Nyawa dibayar nyawa, malu dibayar malu, hartamu akan habis, habis sehabis-habisnya, DEMI TUHAAAN!!!
Eh... gara-gara dengerin remix Arya Wiguna ane jadi melenceng jauh gini..Melambung ilusi pikiranku, tentang bagaimana senangnya Hanum jika dia mendapati kertas tulisannya., pasti.
Quote:
Air mengalir di sela-sela trotoar yang sudah pecah-pecah ubinnya. Aliran air bercampur warni-warni pelangi dari bensin yang tumpah di jalanan. Mengalir jauh menuju got-got dibawah. Orang-orang berpayung tampak susah payah mencoba menghalangi gempuran hujan yang derasnya minta ampun. Motor-motor berlalu lalang, bapak-bapak bermantel tampak sedang membonceng istrinya, sepertinya dari pasar. Tiga anak SMP malah berlarian dalam hujan, seperti tak peduli sebasah apa mereka atau bagaimana nanti papa mamanya marah-marah ketika tahu anak-anaknya hujan-hujanan. Gedung-gedung menjulang tinggi tepat di depan lapak itu. Gue mendongakkan kepala tinggi-tinggi, mencoba melihat-lihat dibalik garis-garis hujan dan gedung yang setinggi menara. Tanganku mulai menarik diri dari saku. "Sekarang waktu yang tepat, note ini harus diberikan."
Note itu kugenggam erat-erat. Tanganku gemetaran, bukan karena kedinginan. Hatiku mulai berkata-kata antara ya dan tidak. Susah sepertinya menentukan, seperti anak sekolah yang baru mengenal cinta monyet. Perasaanku mulai kelu.
Quote:
Angin menderu, hujan tinggal gerimis. Gue membuang pandangan ke samping. Pemulung tampak mendorong gerobaknya ditengah gerimis. Seekor kucing jelek, sejelek nilai ulangan matematikaku yang jebloknya berpredikat nasakom, tampak berjalan santai ditengah hujan sambil menggigit seekor tikus got. Angkot-angkot berkebut-kebutan menembus air yang berjatuhan. Sebuah klakson terdengar nyaring diiringi suara raungan motor 2 tak. Motor 2 tak?? Eh, motor 2 tak? Ninja? Eh? Itukan…
0


Hanum seperti tersenyum padaku.
Kata-kata itu begitu indahnya meluncur dari mulut Hanum. Aku terdiam.Mukaku merah.