- Beranda
- Stories from the Heart
-Catatan Untuk Riyani-
...
TS
azelfaith
-Catatan Untuk Riyani-
CATATAN UNTUK RIYANI

Sebuah Skripsi

Quote:

(dengerin lagunya dulu ya biar meleleh)

Prologue
Sebut saja namaku Boy, 23 tahun. Penulis? Jelas bukan. Aku hanyalah seorang anak laki-laki yang tumbuh tegak ke atas bersama waktu, soalnya kalau melebar kesamping berarti tidak sesuai kayak iklan Boneto. Dilecut dalam romantika kehidupan labil (bahkan sampai sekarang.
-Editor).Tulisan ini kupersembahkan untuk seorang gadis, sebut saja Bunga. Eh, jangan. Nama Bunga sudah terlalu mainstream dan negatif, Sebut saja Riyani, itu lebih indah dibaca dan tanpa konotasi negatif berita kriminal. (iya gimana sih..
- Editor)Ya, Riyani itu kamu. Bukan Riyani yang lain. (Emang Riyani ada berapa gan?
- Editor) Aku menulis ini karena aku tak punya harta materi (Hiks..kasihan
- Editor). Karena aku tak punya apapun. Karena aku bahkan tak ingat apa yang jadi favoritmu. Aku hanya tahu kau suka membaca, maka aku hanya bisa mempersembahkan tulisan ini sebagai ungkapan terima kasihku untukmu Riyani, seseorang yang akan kunikahi nanti. (Ciyyeeee.. suit-suit dah mau kimpoi nih..
- Editor)Dan kau Riyani, perhatikanlah bagaimana kuceritakan masa-masa dimana aku tumbuh dewasa hingga kutitipkan kepingan hati terakhirku padamu. Masa-masa dimana aku belajar, ditempa, jatuh remuk, dan kembali bangkit karenamu.. (Ceiileee romantisnyaaa...
- Editor).
DAFTAR ISI
Quote:
INTERLUDE
Quote:

RULES
Quote:

Q & A
Quote:

Jangan lupa komen, rates, dan subscribe.
Ijo-ijo belakangan mah gak masalah.

Diubah oleh azelfaith 04-07-2016 15:20
septyanto memberi reputasi
2
110.5K
623
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
azelfaith
#193
3.3. Surat Cinta Untukmu 2
Adalah hal paling bodoh bagiku untuk bingung karena sudah jelas Hanum itu pacarku. Tapi mau bagaimana lagi, Gue yang notabene punya muka tampan
layaknya Edward Culun, eh Cullen dan berpotensi sebagai playboy ini ternyata begitu mudahnya grogi jika berjalan bersama Hanum.
Gue selalu bertanya-tanya Hanum ini entah karena mungkin kesambet tuyul atau mungkin kebanyakan makan siomay Mak Indung jadi bisa-bisanya mau pacaran denganku. Entah bagaimana hubungan kami bisa berjalan.
Cocok? Tidak juga sepertinya. Gue ini tipe siswa kismin
, yang seperti PHB pernah nyanyikan dalam lagu mahasiswa rantau; " Rambut metal gondrong, celananya bolong. Jarang makan apalagi jajaaaan.. Pacar tiada (untuk kasusku berarti ada) duit pun tak punya, utang dimana-mana." Sedangkan Hanum? Berbeda 180 derajat denganku. Keturunan darah biru super, bukan KW.
Dan diiantara sifat uniknya adalah pemakaian note-note kertas di jaman yang sudah digital, yang ternyata sering bikin aku bingung dan grogi. Sebenarnya kagak unik siih.. karena aku emang kagak punya doku buat beli hape pada jaman itu.. hehe..
Siang ini mendung, untung saja suasana hati tidak ikut-ikutan galau. Aku dan Hanum berjalan bersama sepanjang trotoar.
Tak sepatah katapun terucap, hanya kadang saling memandang dan tersenyum kecil. Gue cuma bisa menggaruk-garuk rambutnya yang tidak gatal, lidahnya serasa terkunci. Mengajak ngobrol Hanum dulu itu sepertinya lebih sulit daripada menjalankan modus bertanya password wifi kepada cewek kampus sebelah yang biasa aku jalankan ketika kuliah.
"Beli es dulu, haus," Kata Hanum.
"Eeh.. eemm.. iyaa iya.." Jawab Gue sekenanya. Terasa aneh bagiku. "Mendung-mendung beli es. Seperti anak sd saja," Batinku.
Gue duduk saja di pinggir jalan membiarkan Hanum masuk ke mini market. Gue paling malas masuk ke minimarket, symbol of capitalism menurutku, atau lebih tepatnya menghambur-hamburkan uang bagi dompetku yang kinclong.
Tanganku memegang saku celananya. "Pokoknya kertas ini harus kuberikan ke Hanum." Batinku dengan tangan mengepal erat ke atas, mata berkilat-kilat memandang langit.
Dan sekarang mungkin kau bertanya Riyani, kertas apakah itu?
layaknya Edward Culun, eh Cullen dan berpotensi sebagai playboy ini ternyata begitu mudahnya grogi jika berjalan bersama Hanum.
Gue selalu bertanya-tanya Hanum ini entah karena mungkin kesambet tuyul atau mungkin kebanyakan makan siomay Mak Indung jadi bisa-bisanya mau pacaran denganku. Entah bagaimana hubungan kami bisa berjalan.Cocok? Tidak juga sepertinya. Gue ini tipe siswa kismin
, yang seperti PHB pernah nyanyikan dalam lagu mahasiswa rantau; " Rambut metal gondrong, celananya bolong. Jarang makan apalagi jajaaaan.. Pacar tiada (untuk kasusku berarti ada) duit pun tak punya, utang dimana-mana." Sedangkan Hanum? Berbeda 180 derajat denganku. Keturunan darah biru super, bukan KW.
Dan diiantara sifat uniknya adalah pemakaian note-note kertas di jaman yang sudah digital, yang ternyata sering bikin aku bingung dan grogi. Sebenarnya kagak unik siih.. karena aku emang kagak punya doku buat beli hape pada jaman itu.. hehe..
Siang ini mendung, untung saja suasana hati tidak ikut-ikutan galau. Aku dan Hanum berjalan bersama sepanjang trotoar.
Tak sepatah katapun terucap, hanya kadang saling memandang dan tersenyum kecil. Gue cuma bisa menggaruk-garuk rambutnya yang tidak gatal, lidahnya serasa terkunci. Mengajak ngobrol Hanum dulu itu sepertinya lebih sulit daripada menjalankan modus bertanya password wifi kepada cewek kampus sebelah yang biasa aku jalankan ketika kuliah. "Beli es dulu, haus," Kata Hanum.
"Eeh.. eemm.. iyaa iya.." Jawab Gue sekenanya. Terasa aneh bagiku. "Mendung-mendung beli es. Seperti anak sd saja," Batinku.
Gue duduk saja di pinggir jalan membiarkan Hanum masuk ke mini market. Gue paling malas masuk ke minimarket, symbol of capitalism menurutku, atau lebih tepatnya menghambur-hamburkan uang bagi dompetku yang kinclong.
Tanganku memegang saku celananya. "Pokoknya kertas ini harus kuberikan ke Hanum." Batinku dengan tangan mengepal erat ke atas, mata berkilat-kilat memandang langit.
Dan sekarang mungkin kau bertanya Riyani, kertas apakah itu?
0
