"Ini gimana nih, bego bener ah," setengah memaki diriku sendiri aku belari-lari kecil ke kelas. Jam sudah menunjukkan pukul 6.50. Sebentar lagi Guru Piket bakalan bunyiin bel yang bunyinya mirip sirine mobil jenazah.
"Anjrit…. mana kebelet beol lagi, aduuuuuuuuuuh.."
Maka berbeloklah aku ke toilet di sebelah barat gedung sekolahnya. Mataku liar melihat ke dalam. Bukan buat ngintip, tapi buat memastikan toilet tidak rame.

"Jangan sampai orang dengar kalo aku lagi beol, mau taruh dimana ini muka," keluhku. Sebenarnya tak perlu di bingung mau ditaruh dimana itu muka, karena tentu saja tempatnya di kepala. Lagian orang-orang tak bakal mengintip ke dalam siapa yang buang air dan berisik bunyi brat bret brot. Okelah, kita skip saja bagian ini. Maka hiduplah kran air di toilet itu dengan tujuan agar suara bokerku tersembunyi. Aku sedikit bernapas lega. Kuambil sebuah kertas dari saku, sembari "nongkrong" kulihat kembali kertas itu dengan seksama.

Kau jangan negative thinking dulu, kertas itu bukan gambar porno. Lagipula mana ada orang yang lagi buang air besar sempat-sempatnya lihat gambar porno kecuali mungkin tu orang mau melakukan… yaaah.. elu tau lah apa.
Namun sepertinya perkara kertas itu sama ribetnya dengan urusan buang air besar, jadi meski aku bukan tipe orang yang bisa multitasking kupaksa-paksakan juga untuk sekalian diselesaikan.
Lagipula bukankah katanya saat beol di kamar mandi itu adalah saat tersantai sehingga otak bisa bekerja maksimal? Ya gak? Itu kata si Midun juara 1 lomba cerdas cermat di RT gue. Entahlah, teori tersebut bisa jadi relevan dengan hatiku yang bingung.

Tanganku gemetar membuka kertas itu, sama gemetarnya seperti menerima hasil ujian akhir semester yang biasanya berpredikat C kebawah. Sama gemetarnya seperti kalau kita naik bajaj.



"Duh Gusti, gimana iniii.." Kupegang dan kupijat kepalaku yang tidak pusing. Sejenak aku lupa kalau sebenarnya aku lagi mau beol dan seharusnya yang kupijat perutku. Aku tak sadar sebelum akhirnya ada sebuah gelombang udara dalam bentuk gelembung-gelembung memaksa keluar dari perutku… Ughhh…
"Aduududuududuuuh.... Ntar lah gampang, boker dulu." Batinku.
Dan air kran pun makin keras suaranya, entah air kran atau air yang lain. Perihal itu telah menjadi rahasia pemakai toilet yang dilindungi undang-undang. Aku pun melanjutkan ritual pengeluaran energi Ki...
Kaa..meee... haaa...meee... HAAAAAA.................. .. Brooooot...