- Beranda
- Sejarah & Xenology
Dinasti Joseon (1392-1910)
...
TS
panjihermawan
Dinasti Joseon (1392-1910)

Index
- Sejarah Awal
- Sejarah Akhir
- Sistem Hierarki Sosial dan Penyebutan Gelar
- Pemerintahan
- Hangeul
- Yi Sun-sin
- Geobukseon dan Hwacha
- Pertempuran Noryang
- The Great Sejong
Quote:
Dinasti Joseon adalah negara berdaulat yang didirikan oleh Yi Seong-gye yang pada saat ini dikenal dengan nama Korea. Dinasti Joseon didirikan setelah lengsernya Dinasti Goryeo. Joseon merupakan dinasti Konfusius yang terlama memerintah di dunia. Setelah pendeklarasian Kekaisaran Korea tahun 1894, masa kekuasaan dinasti ini berakhir saat dimulainya penjajahan Jepang tahun 1910.
Awal Perkembangan
Quote:
Pendiri Dinasti Joseon adalah Yi Seong-gye, seorang anggota klan Yi dari Jeonju yang melengserkan Raja Woo dari Dinasti Goryeo. Ia juga seorang ahli militer cerdik yang melawan bajak laut Jepang di perairan Korea.
Di akhir abad ke-14 M, dinasti Goryeo yang berusia 400 tahun yang didirikan Wang-geon tahun 918 lengser, fondasinya melemah akibat perang yang berkepanjangan dan penjajahan de facto oleh Kekaisaran Mongol. Dalam tubuh kerajaannya sendiri juga mengalami perselisihan dikarenakan tidak hanya penguasanya gagal mengendalikan secara efektif kerajaannya, namun juga dianggap tercemari oleh generasi-generasi dari perkimpoian paksa dengan anggota keluarga Kekaisaran Mongol dan keluarga rival.
Menyusul berdirinya Dinasti Ming dibawah pimpinan Zhu Yuanzhang yang karismatik (Kaisar Hongwu), kekuasaan dalam tubuh Goryeo terpecah ke dalam faksi-faksi yang saling berkonflik yaitu kelompok yang dipimpin Jenderal Yi (pendukung Ming) dan Jenderal Choe (di posisi Mongol). Ketika utusan Ming tiba di Goryeo tahun 1388 (tahun ke-14 rezim Raja Woo) untuk meminta pengembalian teritori utara Goryeo kepada Ming, Jenderal Choe menggunakan kesempatan itu untuk melakukan invasi terhadap Semenanjung Liaodong (Goryeo mengklaim sebagai penerus kerajaan kuno Goguryeo dan menginginkan untuk mengembalikan kejayaannya dengan mengambil alih Manchuria).
Jenderal Yi yang dapat dipercaya dijadikan pemimpin invasi, namun pada saat mencapai Pulau Wuihwa di Sungai Yalu, ia memberontak dan memimpin balik pasukan ke ibukota Gaegyeong, melakukan pembunuhan terhadap Jenderal Choe dan para pengikutnya. Ia memulai kudeta terhadap Raja Woo dan mengangkat putranya, Raja Chang pada tahun 1388. Karena usaha restorasinya gagal Jenderal Yi membunuh mantan Raja Woo dan Raja Chang lalu memaksa raja baru naik tahta, yakni Raja Gongyang. Setelah memaksakan kekuasaanya secara tidak langsung melalui raja boneka, Yi mulai bersekutu dengan Bangsawan Sinjin seperti Jeong Do-jeon dan Jo Jun. Sebagai jenderal de facto Goryeo, ia membuat Undang-Undang Gwajeon yang secara efektif bertujuan untuk menyita tanah dari tuan tanah kaya dan kelompok bangsawan konservatif Gwonmun, lalu membagi-bagikannya kepada pendukungnya di kelompok Sinjin. Pada tahun 1392 (tahun ke-4 rezim Raja Gongyang), putra ke-5 Yi, Yi Bang-won, demi kesetiaanya pada ayahnya memerintahkan 5 orang untuk mengeksekusi seorang bangsawan pendukung rezim lama bernama Jeong Mong-ju di Jembatan Seonjuk dekat ibukota.
Tahun yang sama, Yi menuruntahtakan Raja Gongyang, mengasingkannya ke Wonju dan naik tahta. Dinasti Goryeo berakhir setelah 500 tahun berkuasa.
Di akhir abad ke-14 M, dinasti Goryeo yang berusia 400 tahun yang didirikan Wang-geon tahun 918 lengser, fondasinya melemah akibat perang yang berkepanjangan dan penjajahan de facto oleh Kekaisaran Mongol. Dalam tubuh kerajaannya sendiri juga mengalami perselisihan dikarenakan tidak hanya penguasanya gagal mengendalikan secara efektif kerajaannya, namun juga dianggap tercemari oleh generasi-generasi dari perkimpoian paksa dengan anggota keluarga Kekaisaran Mongol dan keluarga rival.
Menyusul berdirinya Dinasti Ming dibawah pimpinan Zhu Yuanzhang yang karismatik (Kaisar Hongwu), kekuasaan dalam tubuh Goryeo terpecah ke dalam faksi-faksi yang saling berkonflik yaitu kelompok yang dipimpin Jenderal Yi (pendukung Ming) dan Jenderal Choe (di posisi Mongol). Ketika utusan Ming tiba di Goryeo tahun 1388 (tahun ke-14 rezim Raja Woo) untuk meminta pengembalian teritori utara Goryeo kepada Ming, Jenderal Choe menggunakan kesempatan itu untuk melakukan invasi terhadap Semenanjung Liaodong (Goryeo mengklaim sebagai penerus kerajaan kuno Goguryeo dan menginginkan untuk mengembalikan kejayaannya dengan mengambil alih Manchuria).
Jenderal Yi yang dapat dipercaya dijadikan pemimpin invasi, namun pada saat mencapai Pulau Wuihwa di Sungai Yalu, ia memberontak dan memimpin balik pasukan ke ibukota Gaegyeong, melakukan pembunuhan terhadap Jenderal Choe dan para pengikutnya. Ia memulai kudeta terhadap Raja Woo dan mengangkat putranya, Raja Chang pada tahun 1388. Karena usaha restorasinya gagal Jenderal Yi membunuh mantan Raja Woo dan Raja Chang lalu memaksa raja baru naik tahta, yakni Raja Gongyang. Setelah memaksakan kekuasaanya secara tidak langsung melalui raja boneka, Yi mulai bersekutu dengan Bangsawan Sinjin seperti Jeong Do-jeon dan Jo Jun. Sebagai jenderal de facto Goryeo, ia membuat Undang-Undang Gwajeon yang secara efektif bertujuan untuk menyita tanah dari tuan tanah kaya dan kelompok bangsawan konservatif Gwonmun, lalu membagi-bagikannya kepada pendukungnya di kelompok Sinjin. Pada tahun 1392 (tahun ke-4 rezim Raja Gongyang), putra ke-5 Yi, Yi Bang-won, demi kesetiaanya pada ayahnya memerintahkan 5 orang untuk mengeksekusi seorang bangsawan pendukung rezim lama bernama Jeong Mong-ju di Jembatan Seonjuk dekat ibukota.
Tahun yang sama, Yi menuruntahtakan Raja Gongyang, mengasingkannya ke Wonju dan naik tahta. Dinasti Goryeo berakhir setelah 500 tahun berkuasa.
Spoiler for Raja Taejo:
Penghapusan sisa-sisa Goryeo
Quote:
Pada awal kekuasaan Yi Seong-gye, sekarang Raja Taejo, berniat melanjutkan penggunaan nama Goryeo untuk negara dan secara sederhana mengubah garis kekuasaan untuk keturunannya, lalu tetap melanjutkan 500 tahun kekuasaan Goryeo. Namun dengan banyaknya ancaman dari kelompok pro-rezim sebelumnya, yakni kelompok bangsawan Gwonmun, Raja Taejo akhirnya melakukan reformasi besar seluruh sistem dengan nama dinasti Joseon pada tahun 1393.
Dengan deklarasi kekuasaan baru, kerajaan sekarang menemui masalah dengan sisa-sisa keturunan dari keluarga Wang. Raja Taejo dan pejabatnya merasa bahwa legitimasi kepemimpinannya selalu dipermasalahkan oleh sisa-sisa anggota keluarga Goryeo, mereka harus menekan pemberontakan massa atau justru membahayakan kursi kepemimpinan mereka yang baru. Akhirnya, Raja Taejo menyuruh perdana menterinya Jeong Do-jeon memerintahkan semua keluarga Wang pergi ke pantai barat dan mengasingkan mereka semua ke pulau Ganghwa, dimana mereka diharapkan dapat hidup tenang dan jauh dari pemerintahan. Namun semua rencana itu rupanya jebakan, pada saat berlayar kapal dengan sengaja ditabrakkan ke karang sampai tenggelam bersama seluruh penumpangnya. Konon berdasarkan cerita rakyat beberapa anggota yang selamat dan mencapai daratan, mengganti nama marga mereka, Wang (王), menjadi Ok (玉) untuk menyembunyikan keturunan mereka.
Setelah seluruh sisa keluarga dari Goryeo disingkirkan, Raja Taejo menginginkan ibukota baru. Walau Gaegyeong telah menjadi ibukota pemerintahan selama lebih dari 400 tahun, adalah tradisi untuk dinasti baru memindahkan ibukota ke lokasi baru menurut cara faengshui dan geomansi. Gaegyeong (kini Gaeseong di Korea Utara) dianggap sudah kehilangan energi untuk dijadikan pusat pemerintahan. Hasilnya, 3 tempat terpilih sebagai calon ibukota baru: kaki gunung Gyeryeong serta kota Muak dan Seoul. Lokasi di kaki gunung Gyeryeong ditolak setelah diketahui memiliki tanah yang kurang bagus dan kurangnya sarana komunikasi, sementara Muak dipertimbangkan serius sebelum akhinrya Raja Taejo memutuskan Hanyang sebagai tempat yang paling tepat. Hanyang dapat dengan mudah dicapai dari darat dan laut, berpusat di tengah-tengah semenanjung Korea dan dalam sejarahnya tempat ini dahulu selalu diperebutkan Tiga Kerajaan karena tanahnya yang subur. Selama berabad-abad Hanyang dipercaya adalah tempat yang penuh aliran energi geomansi yang baik. Ia bergunung-gunung di utara dan berbukit-bukit di selatan sebagai pelindung, dan diantaranya terdapat dataran lapang sehingga memenuhi kriteria poros utara-selatan. Hanyang dijadikan ibukota resmi tahun 1394 dan nama formalnya adalah Hanseong. Istana dibangun di kaki gunung Bugak.
Wilayah yang dihuni harimau ini secara cepat dibangun dengan jalan, gerbang, jembatan, perumahan, fasilitas publik dan 5 istana besar yang semuanya diselesaikan tahun 1394. Sebelum berakhirnya pertengahan abad ke-15, semua fasilitas kota telah diselesaikan dan berjalan dengan baik.
Dengan deklarasi kekuasaan baru, kerajaan sekarang menemui masalah dengan sisa-sisa keturunan dari keluarga Wang. Raja Taejo dan pejabatnya merasa bahwa legitimasi kepemimpinannya selalu dipermasalahkan oleh sisa-sisa anggota keluarga Goryeo, mereka harus menekan pemberontakan massa atau justru membahayakan kursi kepemimpinan mereka yang baru. Akhirnya, Raja Taejo menyuruh perdana menterinya Jeong Do-jeon memerintahkan semua keluarga Wang pergi ke pantai barat dan mengasingkan mereka semua ke pulau Ganghwa, dimana mereka diharapkan dapat hidup tenang dan jauh dari pemerintahan. Namun semua rencana itu rupanya jebakan, pada saat berlayar kapal dengan sengaja ditabrakkan ke karang sampai tenggelam bersama seluruh penumpangnya. Konon berdasarkan cerita rakyat beberapa anggota yang selamat dan mencapai daratan, mengganti nama marga mereka, Wang (王), menjadi Ok (玉) untuk menyembunyikan keturunan mereka.
Setelah seluruh sisa keluarga dari Goryeo disingkirkan, Raja Taejo menginginkan ibukota baru. Walau Gaegyeong telah menjadi ibukota pemerintahan selama lebih dari 400 tahun, adalah tradisi untuk dinasti baru memindahkan ibukota ke lokasi baru menurut cara faengshui dan geomansi. Gaegyeong (kini Gaeseong di Korea Utara) dianggap sudah kehilangan energi untuk dijadikan pusat pemerintahan. Hasilnya, 3 tempat terpilih sebagai calon ibukota baru: kaki gunung Gyeryeong serta kota Muak dan Seoul. Lokasi di kaki gunung Gyeryeong ditolak setelah diketahui memiliki tanah yang kurang bagus dan kurangnya sarana komunikasi, sementara Muak dipertimbangkan serius sebelum akhinrya Raja Taejo memutuskan Hanyang sebagai tempat yang paling tepat. Hanyang dapat dengan mudah dicapai dari darat dan laut, berpusat di tengah-tengah semenanjung Korea dan dalam sejarahnya tempat ini dahulu selalu diperebutkan Tiga Kerajaan karena tanahnya yang subur. Selama berabad-abad Hanyang dipercaya adalah tempat yang penuh aliran energi geomansi yang baik. Ia bergunung-gunung di utara dan berbukit-bukit di selatan sebagai pelindung, dan diantaranya terdapat dataran lapang sehingga memenuhi kriteria poros utara-selatan. Hanyang dijadikan ibukota resmi tahun 1394 dan nama formalnya adalah Hanseong. Istana dibangun di kaki gunung Bugak.
Wilayah yang dihuni harimau ini secara cepat dibangun dengan jalan, gerbang, jembatan, perumahan, fasilitas publik dan 5 istana besar yang semuanya diselesaikan tahun 1394. Sebelum berakhirnya pertengahan abad ke-15, semua fasilitas kota telah diselesaikan dan berjalan dengan baik.
Invasi awal Jepang
Quote:
Selama sejarah Korea, bajak laut Jepang mengacau di wilayah pantai dan darat di Korea, oleh karena itu angkatan laut diperlukan untuk melindungi perdagangan maritim. Tentara Joseon mengembangkan persenjataan dengan teknologi baru yang diimpor dari Ming seperti meriam dan panah api.
Dalam masa Invasi Jepang ke Korea (1592-1598), penglima perang Jepang Toyotomi Hideyoshi yang berambisi menguasai Tiongkok, menginvasi Joseon dari tahun 1592-1597.
Dengan persenjataan modern dari Portugis, dalam hitungan bulan mereka menduduki semenanjung, Hanseong dan Pyeongyang pun berhasil diduduki. Akibat perpecahan dalam kabinet kerajaan, kurangnya informasi mengenai kemampuan militer musuh dan gagalnya usaha diplomasi menyebabkan buruknya persiapan Joseon.
Perlawanan sengit dari rakyat melemahkan kekuatan musuh dengan kemenangan-kemenangan besar perang naval dalam pimpinan Admiral Yi Sun-shin. Admiral Yi mengambil alih kendali di perairan dengan menghabisi kapal-kapal suplai Jepang. Adanya bantuan Ming yang mengirimkan bantuan pasukan dalam jumlah besar tahun 1593 berhasil memukul mundur pasukan Hideyoshi. Joseon mengembangkan armada perang dengan perlengkapan canggih dan kemampuan tinggi seperti armada Geobukseon (Kapal Kura-kura) yang berlapis besi. Namun, kemenangan Joseon dibayar dengan harga yang sangat mahal. Lahan pertanian, saluran irigasi, fasilitas desa dan perkotaan rusak berat. Ratusan ribu penduduk tewas, jutaan lain menderita kerugian materi. Puluhan ribu seniman, pengrajin dan pekerja terbunuh dan diculik ke Jepang guna mengembangkan teknik kerajinan mereka. Para samurai itu juga merampok banyak harta sejarah bernilai Korea, banyak diantaranya disimpan di museum-museum.
Setelah perang berakhir, terputuslah hubungan Jepang dengan daratan Asia. Jepang tidak dapat lagi menikmati teknologi yang dimiliki daratan Asia. Setelah kematian Toyotomi Hideyoshi, negosiasi antara Joseon dan keshogunan Tokugawa dilakukan oleh Jepang di Tsushima. Pada tahun 1604, Tokugawa Ieyasu menginginkan dibukanya kembali relasi dengan Joseon agar mereka bisa berhubungan kembali dengan daratan Asia. Sesuai perjanjian Tokugawa membebaskan 3000 orang tahanan Joseon. Hasilnya pada tahun 1607, utusan dari Joseon mengunjungi Edo, dan hubungan kedua negara dipulihkan namun terbatas.
Diubah oleh panjihermawan 04-02-2014 11:41
0
69.5K
Kutip
323
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Sejarah & Xenology
6.5KThread•11.5KAnggota
Tampilkan semua post
TS
panjihermawan
#32
Sejong yang Agung
Quote:
Raja Sejong atau disebut dengan Raja Sejong Yang Agung (Sejong Dae Wang) (7 Mei 1397 – 18 Mei 1450, berkuasa 1418 - 1450) adalah seorang raja yang ke-4 dari Dinasti Joseon yang memerintah Korea. Raja Sejong sangat terkenal karena jasanya dalam menciptakan abjad Korea, Hangeul yang menggantikan penggunaan cara penulisan dengan Hanja. Raja Sejong adalah penguasa Korea kedua yang mendapatkan gelar Raja Yang Agung atau Raja Besar setelah Raja Gwanggaeto dari Kerajaan Goguryeo.
Sejong adalah putra ke-3 dari Raja Taejong. Saat berusia 12 tahun, ia bergelar Pangeran Besar Chungnyeong' (忠寧大君) dan menikahi seorang putri pejabat Shim On (沈溫) dari Cheongsong (靑松), yang bernama Permaisuri Shim (沈氏), yang kemudian dikenal dengan Ratu Soheon (昭憲王后).
Sebagai pangeran muda, Sejong dikenal sangat cerdas dalam berbagai bidang pelajaran sehingga lebih disayangi ayahandanya daripada kedua kakak lelakinya.
Peristiwa pengangkatan Sejong menjadi raja sangat berbeda dengan raja-raja Joseon lainnya. Pangeran tertua yang merupakan kakak Sejong, Yangnyeong (양녕대군), menganggap dirinya tidak berbakat menjadi seorang raja, begitu pula dengan Pangeran Hyoryeong (효령대군), ia menganggap tugasnyalah untuk menjadikan adiknya seorang raja. Jadi mereka berdua bersikap buruk di istana agar Raja tidak memilih mereka menjadi calon raja. Pangeran Yangnyeong keluar dari istana menjadi seorang pengelana dan tinggal di gunung. Sementara pangeran kedua memutuskan untuk menjadi seorang biksu di kuil di luar istana.
Pada bulan Agustus 1418, Raja Taejong turun tahta dan Sejong menggantikannya sebagai raja yang baru. Namun begitu, Taejong masih memiliki kekuasaan dalam istana, terutama dalam bidang militer sampai wafatnya ia tahun 1422.
Raja Sejong adalah seorang ahli militer yang brilian. Pada bulan Mei 1419, dibawah bantuan Taejong, Sejong melakukan Ekspedisi Timur Gihae ke Tsushima untuk membasmi para perompak Jepang yang telah meresahkan rakyat pesisir Joseon. Dalam invasi itu, 700 perompak berhasil dibunuh, sementara 110 ditangkap dan 180 tentara Joseon tewas. Sebanyak 140 orang Cina yang diculik berhasil dilepaskan. Pada bulan September 1419 Daimyo Tsushima, Sadamori, menyatakan takluk kepada Joseon.
Perjanjian Gyehae disahkan tahun 1443, dimana Daimyo Tsushima mengakui kedaulatan Raja Joseon; serta, pihak Joseon memberikan kemudahan dalam urusan perdagangan antara Korea dan Jepang kepada klan Sō.
Di perbatasan utara, Sejong mendirikan 4 buah benteng dan 6 buah pos (四郡六鎭) untuk melindungi Joseon daripada serangan suku barbar di Cina dan Manchuria. Sejong mengembangkan berbagai hasil karya dan teknologi militer seperti pengembangan meriam, senjata, panah dan roket yang menggunakan bahan bubuk mesiu.
Pada tahun 1433, Sejong mengirimkan Jenderal Kim Jong-seo (金宗瑞), dalam invasi terhadap suku Jurchen. Invasi ini berhasil merebut beberapa benteng dan memperluas wilayah teritori, sekitar perbatasan Korea dan Cina saat ini.
Raja Sejong membantu para petani membuat buku mengenai pertanian yang disebut Nongsa Jikseol yang berisi pengajaran berbagai cara atau teknik bertani untuk berbagai daerah-daerah di negerinya. Teknik-teknik ini diperlukan guna meningkatkan hasil pertanian rakyat.
Dalam masa pemerintahannya, Jang Yeong-sil (蔣英實) menjadi terkenal sebagai seorang ilmuwan besar. Jang dikenal sebagai anak muda yang jenius walau memiliki status sosial rendah. Taejong, ayah Sejong, mengetahui Jang sangat berbakat dan memanggilnya ke istana. Raja Sejong berencana memberikan Jang sebuah posisi di pemerintahan dan mendanai penelitiannya namun ditolak kalangan pejabat istana yang meragukan seseorang dari kelas bawah. Atas dukungan Raja Sejong Jang Yeong-sil berhasil menciptakan desain jam air, peralatan militer dan jam matahari. Namun prestasi terbesarnya adalah pada tahun 1442, saat ia berhasil menciptakan alat pengukur hujan yang pertama di dunia; namun begitu model ciptaanya tidak bertahan. Namun alat pengukur hujan tertua dari Asia Timur dibuat dari masa pemerintahan Raja Yeongjo tahun 1770. Berdasarkan teks Kitab Harian Sekretariat Kerajaan (Seungjeongwon ilgi;承政院日記), Raja Yeongjo ingin menciptakan kembali berbagai penemuan yang dibuat pada masa Raja Sejong saat ia meneliti kronik-kronik Raja Sejong. Ia menemukan catatan mengenai penemuan alat pengukur hujan, maka Raja Yeongjo memerintahkan untuk membuat reproduksinya. Karena tahun penemuan kembali alat ini adalah naiknya Kaisar Qianlong dari Dinasti Qing di Cina (berkuasa 1735–1796), banyak yang mengetahui bahwa alat pengukur hujan pertama berasal dari Cina.
Sejong merombak sistem kalender Korea yang saat itu didasarkan pada garis lintang ibukota Cina. Untuk pertama kalinya, ia membuat kalender yang didasarkan pada posisi utama garis lintang ibukota Joseon, Seoul, dengan bantuan para astronomisnya. Sistem baru ini membuat para astronomis dapat melakukan prediksi yang sangat tepat akan datangnya peristiwa gerhana matahari dan bulan.
Sejong juga berjasa dalam bidang pengobatan tradisional Korea, dengan 2 karya penting yang ditulis pada masanya, yakni Hyangyak chipsŏngbang dan Ŭibang yuch'wi, yang membedakan cara pengobatan Cina dengan Korea."
Sejong sangat menghargai sastra, dan memerintahkan para pejabat tinggi dan ilmuwan untuk belajar di istana. Ia menciptakan karya besar hangul dan mengumumkannya dalam Hunminjeongeum (훈민정음), yang berarti "Kata-kata yang benar untuk diajarkan kepada rakyat."
Sejong juga sangat berjasa terhadap pengembangan pertanian rakyat Joseon, jadi ia mengizinkan para petani untuk membayar pajak lebih sedikit atau lebih banyak pada saat terjadinya kemunduran atau kemajuan ekonomi negara. Karena hal ini, para petani dapat menghasilkan lebih banyak tanpa mengkhawatirkan pajak. Suatu saat pernah terjadi kelebihan makanan di istana dan Raja Sejong membagi-bagikan makanan itu kepada para petani dan rakyat miskin yang membutuhkan makanan. Pada tahun 1429 Nongsa Jikseol (農事直說) disusun untuk memberikan pengertian kepada rakyat tentang cara-cara bertani.
Pada tahun 1420 Sejong mendirikan lembaga Jiphyeonjeon yang berarti "Aula Orang Berjasa" (集賢殿); di Istana Gyeongbok untuk menunjuk para ilmuwan berbakat. Lembaga ini berpartisipasi dalam berbagai acara keilmuan dan pendidikan, termasuk penyusunan Hunmin Jeongeum, yang berisikan formula abjad hangeul.
Sebelum penggunaan hangul meluas, hanya anggota masyarakat dari kalangan bangsawan yang bisa membaca tulisan (hanja dasarnya dipergunakan untuk menulis kata dalam bahasa Korea dengan tulisan Cina, sedangkan sistem hanmun adalah tulisan Cina klasik yang digunakan untuk menulis dokumen). Seseorang harus mempelajari sistem penulisan hanja yang sulit untuk membaca atau menulis.
Raja Sejong memperkenalkan 28 buah abjad baru agar semua golongan rakyat dapat membaca dan menulis dengan mudah. Hangeul dianggap perlambang identitas budaya untuk Joseon. Abjad hangeul dikeluarkan pada tahun 1446 dan dilarang penggunaanya di awal abad ke-20 saat penjajahan Jepang.
Sejong wafat pada usia 54 tahun dan dimakamkan di Makam Yeong (영릉; 英陵) pada tahun 1450. Ia digantikan oleh putra pertamanya, Munjong.
Jalan Sejongno dan Sejong Center for the Performing Arts – di Seoul diabadikan dari namanya dan figurnya terpampang pula di mata uang kertas 10.000 Won.
Pada awal tahun 2007, pemerintahan Republik Korea memutuskan untuk mendirikan suatu distrik administratif di provinsi Chungcheong Selatan, dekat kota Daejeon yang dinamakan Kota Otonomi Khusus Sejong, dan akan menggantikan Seoul sebagai ibukota masa depan Republik Korea.
![kaskus-image]()
Makam Raja Sejong Yang Agung di Yeoju, Gyeonggi
Sejong adalah putra ke-3 dari Raja Taejong. Saat berusia 12 tahun, ia bergelar Pangeran Besar Chungnyeong' (忠寧大君) dan menikahi seorang putri pejabat Shim On (沈溫) dari Cheongsong (靑松), yang bernama Permaisuri Shim (沈氏), yang kemudian dikenal dengan Ratu Soheon (昭憲王后).
Sebagai pangeran muda, Sejong dikenal sangat cerdas dalam berbagai bidang pelajaran sehingga lebih disayangi ayahandanya daripada kedua kakak lelakinya.
Peristiwa pengangkatan Sejong menjadi raja sangat berbeda dengan raja-raja Joseon lainnya. Pangeran tertua yang merupakan kakak Sejong, Yangnyeong (양녕대군), menganggap dirinya tidak berbakat menjadi seorang raja, begitu pula dengan Pangeran Hyoryeong (효령대군), ia menganggap tugasnyalah untuk menjadikan adiknya seorang raja. Jadi mereka berdua bersikap buruk di istana agar Raja tidak memilih mereka menjadi calon raja. Pangeran Yangnyeong keluar dari istana menjadi seorang pengelana dan tinggal di gunung. Sementara pangeran kedua memutuskan untuk menjadi seorang biksu di kuil di luar istana.
Pada bulan Agustus 1418, Raja Taejong turun tahta dan Sejong menggantikannya sebagai raja yang baru. Namun begitu, Taejong masih memiliki kekuasaan dalam istana, terutama dalam bidang militer sampai wafatnya ia tahun 1422.
Raja Sejong adalah seorang ahli militer yang brilian. Pada bulan Mei 1419, dibawah bantuan Taejong, Sejong melakukan Ekspedisi Timur Gihae ke Tsushima untuk membasmi para perompak Jepang yang telah meresahkan rakyat pesisir Joseon. Dalam invasi itu, 700 perompak berhasil dibunuh, sementara 110 ditangkap dan 180 tentara Joseon tewas. Sebanyak 140 orang Cina yang diculik berhasil dilepaskan. Pada bulan September 1419 Daimyo Tsushima, Sadamori, menyatakan takluk kepada Joseon.
Perjanjian Gyehae disahkan tahun 1443, dimana Daimyo Tsushima mengakui kedaulatan Raja Joseon; serta, pihak Joseon memberikan kemudahan dalam urusan perdagangan antara Korea dan Jepang kepada klan Sō.
Di perbatasan utara, Sejong mendirikan 4 buah benteng dan 6 buah pos (四郡六鎭) untuk melindungi Joseon daripada serangan suku barbar di Cina dan Manchuria. Sejong mengembangkan berbagai hasil karya dan teknologi militer seperti pengembangan meriam, senjata, panah dan roket yang menggunakan bahan bubuk mesiu.
Pada tahun 1433, Sejong mengirimkan Jenderal Kim Jong-seo (金宗瑞), dalam invasi terhadap suku Jurchen. Invasi ini berhasil merebut beberapa benteng dan memperluas wilayah teritori, sekitar perbatasan Korea dan Cina saat ini.
Raja Sejong membantu para petani membuat buku mengenai pertanian yang disebut Nongsa Jikseol yang berisi pengajaran berbagai cara atau teknik bertani untuk berbagai daerah-daerah di negerinya. Teknik-teknik ini diperlukan guna meningkatkan hasil pertanian rakyat.
Dalam masa pemerintahannya, Jang Yeong-sil (蔣英實) menjadi terkenal sebagai seorang ilmuwan besar. Jang dikenal sebagai anak muda yang jenius walau memiliki status sosial rendah. Taejong, ayah Sejong, mengetahui Jang sangat berbakat dan memanggilnya ke istana. Raja Sejong berencana memberikan Jang sebuah posisi di pemerintahan dan mendanai penelitiannya namun ditolak kalangan pejabat istana yang meragukan seseorang dari kelas bawah. Atas dukungan Raja Sejong Jang Yeong-sil berhasil menciptakan desain jam air, peralatan militer dan jam matahari. Namun prestasi terbesarnya adalah pada tahun 1442, saat ia berhasil menciptakan alat pengukur hujan yang pertama di dunia; namun begitu model ciptaanya tidak bertahan. Namun alat pengukur hujan tertua dari Asia Timur dibuat dari masa pemerintahan Raja Yeongjo tahun 1770. Berdasarkan teks Kitab Harian Sekretariat Kerajaan (Seungjeongwon ilgi;承政院日記), Raja Yeongjo ingin menciptakan kembali berbagai penemuan yang dibuat pada masa Raja Sejong saat ia meneliti kronik-kronik Raja Sejong. Ia menemukan catatan mengenai penemuan alat pengukur hujan, maka Raja Yeongjo memerintahkan untuk membuat reproduksinya. Karena tahun penemuan kembali alat ini adalah naiknya Kaisar Qianlong dari Dinasti Qing di Cina (berkuasa 1735–1796), banyak yang mengetahui bahwa alat pengukur hujan pertama berasal dari Cina.
Sejong merombak sistem kalender Korea yang saat itu didasarkan pada garis lintang ibukota Cina. Untuk pertama kalinya, ia membuat kalender yang didasarkan pada posisi utama garis lintang ibukota Joseon, Seoul, dengan bantuan para astronomisnya. Sistem baru ini membuat para astronomis dapat melakukan prediksi yang sangat tepat akan datangnya peristiwa gerhana matahari dan bulan.
Sejong juga berjasa dalam bidang pengobatan tradisional Korea, dengan 2 karya penting yang ditulis pada masanya, yakni Hyangyak chipsŏngbang dan Ŭibang yuch'wi, yang membedakan cara pengobatan Cina dengan Korea."
Sejong sangat menghargai sastra, dan memerintahkan para pejabat tinggi dan ilmuwan untuk belajar di istana. Ia menciptakan karya besar hangul dan mengumumkannya dalam Hunminjeongeum (훈민정음), yang berarti "Kata-kata yang benar untuk diajarkan kepada rakyat."
Sejong juga sangat berjasa terhadap pengembangan pertanian rakyat Joseon, jadi ia mengizinkan para petani untuk membayar pajak lebih sedikit atau lebih banyak pada saat terjadinya kemunduran atau kemajuan ekonomi negara. Karena hal ini, para petani dapat menghasilkan lebih banyak tanpa mengkhawatirkan pajak. Suatu saat pernah terjadi kelebihan makanan di istana dan Raja Sejong membagi-bagikan makanan itu kepada para petani dan rakyat miskin yang membutuhkan makanan. Pada tahun 1429 Nongsa Jikseol (農事直說) disusun untuk memberikan pengertian kepada rakyat tentang cara-cara bertani.
Pada tahun 1420 Sejong mendirikan lembaga Jiphyeonjeon yang berarti "Aula Orang Berjasa" (集賢殿); di Istana Gyeongbok untuk menunjuk para ilmuwan berbakat. Lembaga ini berpartisipasi dalam berbagai acara keilmuan dan pendidikan, termasuk penyusunan Hunmin Jeongeum, yang berisikan formula abjad hangeul.
Sebelum penggunaan hangul meluas, hanya anggota masyarakat dari kalangan bangsawan yang bisa membaca tulisan (hanja dasarnya dipergunakan untuk menulis kata dalam bahasa Korea dengan tulisan Cina, sedangkan sistem hanmun adalah tulisan Cina klasik yang digunakan untuk menulis dokumen). Seseorang harus mempelajari sistem penulisan hanja yang sulit untuk membaca atau menulis.
Raja Sejong memperkenalkan 28 buah abjad baru agar semua golongan rakyat dapat membaca dan menulis dengan mudah. Hangeul dianggap perlambang identitas budaya untuk Joseon. Abjad hangeul dikeluarkan pada tahun 1446 dan dilarang penggunaanya di awal abad ke-20 saat penjajahan Jepang.
Sejong wafat pada usia 54 tahun dan dimakamkan di Makam Yeong (영릉; 英陵) pada tahun 1450. Ia digantikan oleh putra pertamanya, Munjong.
Jalan Sejongno dan Sejong Center for the Performing Arts – di Seoul diabadikan dari namanya dan figurnya terpampang pula di mata uang kertas 10.000 Won.
Pada awal tahun 2007, pemerintahan Republik Korea memutuskan untuk mendirikan suatu distrik administratif di provinsi Chungcheong Selatan, dekat kota Daejeon yang dinamakan Kota Otonomi Khusus Sejong, dan akan menggantikan Seoul sebagai ibukota masa depan Republik Korea.
Makam Raja Sejong Yang Agung di Yeoju, Gyeonggi
Sumber
0
Kutip
Balas