hari berganti menjadi sore yang terlihat jingga. warna warna pohon yang hijau seakan pudar perlahan. mungkin sebentar lagi sore akan meninggalkan gw disini. membiarkan gw bertemu dengan malam. memulai hobi baruku untuk terus menggoreskan pena diatas kertas, membiarkan tinta terus mengotori lembar putih.

entah apa yang gw tulis diatas kertas, mengalir, tanpa ada pikiran pikiran yang mengganggu. bukan sebuah cerpen atau puisi, bukan juga disebut diari. lebih seperti perspektif dan juga sebuah lokasi. entah apa itu namanya. bahkan seseorang yang menulis pun tidak dapat mengetahui apa maksud dari tulisan itu.

klik, hp soner gw berbunyi. memberikan sedikit sinyal tentang keberadaannya yang terlalu lama gw abaikan. gw raih tepat diatas kasur. Lila, mengirim pesan ke gw setelah beberapa waktu telah menghilang diantara keberadaan gw. entah apa yang dia cari. dan ada juga beberapa sms lainnya. termasuk Putri yang entah kapan mulai menyela dalam sela sela kehidupan gw.

sepintas membaca hanya kalimat sapaan memanggil nama gw. apa yang musti gw lakuin. gw sedang males buat sekedar berkomunikasi. sama sekali gak gw gubris sms dari kedua wanita itu. bukannya jual mahal ato berniat apapun. tapi entah, pikiran gw sedang gak ingin diganggu oleh rengekan manja dari wanita wanita yang sedang dimabuk masalah.

Dota, entah, ini adalah sebuah keabadian. seperti tidak ada habisnya. setiap gw bermain, semakin candu gw ke game ini semakin menjadi jadi. gw telah selesai menulis. gw nyalain komputer gw, dan mulai bermain dalam permainan permainan yang penuh dengan bacotan ampas.

ditengah pertandingan terselip suara khas dari hp berwarna hitam itu, suara panggilan yang perlu dijawab. tak seperti biasa yang selalu melalaikan panggilan, hati gw tergelitik buat sekedar melihat siapa yang nelfon gw. Putri. gw angkat panggilan telfon dan melalaikan Dota, membiarkan lakon mencari uang dihutan.

"Kikkk!! kenapa lu gabales?? gw butuh lu!! hiks." dia menangis?
"kenapa Put? kenapa?"
"kik!!" terdengar suaranya semakin tenggelam dalam tangisan.
"lu kenapa Put?"
"akiiiikk!!" terdengar derai tangisnya semakin membanjiri suara handphone gw.
"udeh jangan nangis, ntar gw tutup."
"jahaaat."
"makanya jangan nangis terus, tenang, terus jelasin."
"kik, temenin gw. gw bingung mau kemana lagi kudu cerita."
"oke, gw ke kontrakan lu Put. tunggu ya?"
"sapa bilang gw ada dikontrakan kik." terus nangis.
"terus dimana?"
"iyaseh dikontrakan, cepetan, gw tunggu disini kik."
"...." ini orang emang kelewat gak normal ya? udeh nangis, tetep gajelas.
"kik?"
"iye iye."

leaver? awkawkaw, yap, gw leave dari permainan dota. entah ntar gw kenak banned apa enggak, itu urusan belakang. terdengar suara banyak klik di hp gw. mungkin temen gw bada marah gara gara gw leave tanpa pamit. tapi biarin ah. kapan lagi gw jadi leaver di game kesayangan gw wkwkwkwk.

gw nyalain motor beserta rokok surya, dan mengarah kontrakan Putri. sepanjang perjalan gw mengingat sebuah cerita tentang penipuan itu lagi.



"aduh, lu gpp kik? ini kepala lu gimana." terlihat dia cemas, dan salah tingkah.
"...."
"bentar bentar gw cari tembelan buat kepala lu."
"gausah bingung biasa aja."
"bentar kik tunggu."

terlihat tingkah pola yang bener bener tergesah gesah dan bingung. dia lari kesana kemari. terlihat mata yang mulai berkaca kaca dimatanya. Putri, wanita iseng yang terserang karma hahaha.

"kik, kapas gw abis."
"trus itu apa?"
"hmm, pembalut bisa nggantiin gak?" sambil nyodorin roti jepang ke gw.
"...." gw bengong. gw liat pembalut agak lama, kemudian liat wajah matanya berkaca-kaca.
"kan kegunaannya sama, biar darah gak ngalir."
"...." entah ini salah siapa, salah gw apa dia.
"kik?"
"buakakakakakaka, bego lu Put. masak iya gw dikasih pembalut? wkwkw."

terlihat mata itu mulai mengeluarkan air mata, semakin deras. tersirat kalimat rasa bersalah yang sangat dalam dimatanya. entah hati gw terenyuh melihat rasa bersalahnya.

"bentar gw beli kapas dulu."

sebelum Putri ninggalin gw, gw tarik tangannya. gw tarik dan gw dudukin didepan gw.

"emang tisu gada Put?"
"gada semua. ini tanggal tua, gw belum belanja."
"yaudah sini."

yap, untuk pertama kali gw pegang pembalut wanita, dan gw taruh dikepala gw. gw terkesan bego, tapi entah gw lakuin. gw gak mau nambah beban Putri. gw ngerti dia sangat merasa bersalah dengan tindakannya membuka kaos, dan bikin kepala gw buncur.

"kik, maaf, gw gabakal ngelakuin hal bodoh kayak gini." isaknya semakin keras.
"gpp Put, kapan lagi sih gw kayak gini? lumayan cerita buat anak gw entar."
"kik? maafin gw."
"iye."
"Kikkk!!!"
"iye, gw udah maafin lu dari tadi Put, lu sih ngerjain gw mulu."

dengan menangis dia tersenyum...



apa yang menyebabkan dia menangis dan merengek ke gw sekali lagi? sebenernya apa masalah yang menimpa dia? kenapa gw harus ikut campur dalam masalah masalah yang gada sangkut pautnya dengan gw? bukannya gw ini seharusnya hanya berperan sebagai figur? tapi kenapa gw menjadi orang yang bener bener direpotkan?

mungkin gw dapet kesimpulan dari kata katanya kemaren. kata kata yang belum gw pahamin sampe sekarang



tapi apa yang bikin Putri nyaman? yang bikin semua orang jadi nyaman sama gw? bukannya gw gapernah ikut campur urusan mereka? bahkan gw gapernah berkomentar. jangankan berkomentar atau ikut campur, berbicara dengan mereka pun gw ogah. apa yang ngebuat Putri berani ngeluarin statement seperti itu?

tapi sudahlah, biarkan mreka berfikir seperti apa gw, dan gw gabakal peduli dengan apa yang mreka bicarain ke gw. inilah gw. entah apa komentar mereka. yang jelas gw ngelakuin dengan cara gw.

tak terasa gw udah berada didepan kontrakan Putri. terlihat digelap malam dia hanya ditemani dengan lili putih kecil di teras. gw liat dia berlali sambil bawa senter kearah gw, dan bukain gerbang depan rumah kontrakannya.

"kik, cepet masuk, gw takut..."