TS
lacie.
[Orific] My World, My Feeling
berawal dari sebuah kegalauan karena UTS matematika 
Source : Google
PART 1 : WORLD; SUMMER
Daily Life
Lacrimosa
Raindrops and Puddles
Extreme Condition
Night
Luxury Time
Crisis
Creeping Shadow
Conversation
PART 2 : WORLD; FALL
Tension
Disorderly Design
Irreparable Mistake
Rising Beats
Just Being Near You
Conflicting Impressions
To You
Gigantic Silhoutte
Being Congenial
Hotpot
Memory
Shadow of the Truth
A Determined Heart
Result
New Days
Beyond the Sky
Oh Dear...
In the Middle of a Dream
Ruins
Down
For Tomorrow
Uneasiness
Breathlessly
While I Think...

Spoiler for Character:
Spoiler for Aku/Kakak (Zael):
Spoiler for Adik (Elza):
Source : Google
Spoiler for Warning:
Oh ya, tulisan di sini ada konten Incestnya, jadi kalo yang gak kuat, mending gak usah baca
Spoiler for Index:
PART 1 : WORLD; SUMMER
Daily Life
Lacrimosa
Raindrops and Puddles
Extreme Condition
Night
Luxury Time
Crisis
Creeping Shadow
Conversation
PART 2 : WORLD; FALL
Tension
Disorderly Design
Irreparable Mistake
Rising Beats
Just Being Near You
Conflicting Impressions
To You
Gigantic Silhoutte
Being Congenial
Hotpot
Memory
Shadow of the Truth
A Determined Heart
Result
New Days
Beyond the Sky
Oh Dear...
In the Middle of a Dream
Ruins
Down
For Tomorrow
Uneasiness
Breathlessly
While I Think...
Diubah oleh lacie. 26-06-2013 12:08
1
6.8K
Kutip
88
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Fanstuff
1.9KThread•347Anggota
Tampilkan semua post
TS
lacie.
#73
In the Middle of a Dream
Spoiler for In the Middle of a Dream:
Tidak tahu berapa lama, yang pasti, aku menyadari bahwa aku hanya terus berjalan, mengikuti jalan setapak diantara pohon – pohon yang semuanya... Berwarna putih, dan hanya garis hitam tipislah yang menunjukkan rupa masing – masing benda tersebut.
Sesekali aku menengok ke belakang, melihat bagian yang sudah kulalui perlahan – lahan menghilang, bagaikan tulisan yang sedang dihapus, seperti memberitahu diriku untuk tetap maju.
Lalu sebuah pertanyaan muncul di kepala.
Kenapa aku ada di sini? Aku tidak ingat pernah ingat telah memasuki tempat ini, dan ini juga tidak terlihat seperti imajinasi, namun juga bukan keadaan yang nyata, tunggu... Apa aku sudah...
Sibuk dengan pemikiranku sendiri, aku sadar sudah sampai pada ujung jalan setapak, dan sampai di depan sebuah gazebo bergaya bangunan cina tengah berdiri di depanku.
Dan ketika melihat ke dalamnya, terlihat seseorang sedang asyik meminum teh, sambil menatap ke ujung luar yang lain, dilihat dari rambutnya yang panjang, dia sepertinya seorang wanita.
Senang membuat menunggu ya, Zael?
Aku kaget, karena dia ternyata mengetahui keberadaan diriku, tapi... Kenapa dia tahu namaku? Dan suara ini...
“K-kau...”
Tidak usah takut Zael, ibu tidak akan melakukan apa – apa kok.
Kini dia menatapku, dengan mata merahnya yang telah diwariskan pada adikku. Melihatnya di sini memang membuatku senang, namun juga takut, karena ibu...
“Iya sih, tapi tetap saja...”
Apa kalian berdua baik – baik saja?
Ibu memotong perkataanku, seperti tahu apa yang sedang kupikirkan sekarang.
Aku mengangguk perlahan, dan ibu pun menunjukkan wajah yang lega.
Syukurlah kalau begitu, habis, ibu cemas, karena meninggalkan kalian lebih cepat.
Ucapannya membuat hatiku tersayat – sayat, mengingat tubuhnya kini sudah berada di dalam tanah.
“Ibu tidak usah khawatir, aku serta Elza menjalaninya dengan baik kok, karena kami menerima banyak bantuan, kami bahkan sudah mulai bekerja, meski hanya paruh-waktu.”
Baguslah kalau begitu, ibu bangga punya anak yang bisa diandalkan seperti kalian.
Aku hanya mengangguk lagi, tidak tahu bagaimana menjawabnya. Dan setelah beberapa saat, ibu mulai berbicara lagi.
Zael...
“Iya ibu?”
Sebelum melanjutkan perkataannya, ibu terlihat tersenyum sangat aneh.
Apa kau sudah mencicipi adikmu?
“Huh?”
Belum sempat menjawab, pemandangan tiba – tiba berubah, seluruh pemandangan putih bagaikan surga tersebut hilang tertelan kegelapan. Sementara senyum yang ibu daritadi pasang kini berubah, menatapku dengan pandangan penuh rasa jijik.
“AKH!”
Kedua mataku terbuka lebar, menatap langit – langit kamar. Dadaku berdegup kencang bagai pompa air yang menyala, kurasakan keringat tengah mengalir dari dahi meski sekarang ruangan ini terasa dingin.
Aku bangun dari posisi tidur, kini duduk sambil mengatur nafas yang terasa berat, berusaha menenangkan diri. Dan ternyata, bukan aku sendiri saja yang terbangun di tengah malam ini.
Dengan rambut dan wajah yang sama kecuali matanya yang terlihat semerah batu Ruby. Dia terbangun, duduk pada kasur, lalu berbicara setelah mengucek – ucek matanya yang berusaha untuk tertutup.
“Umm... Zael? Kau kenapa? Tiba – tiba berteriak...”
“U-uh? T-tidak ada apa – apa kok Elza... Lebih baik sekarang kita tidur saja lagi.”
Elza mengangguk pelan, menyetujui saranku tanpa bertanya lagi kenapa aku berteriak. Yang kurasa karena pengaruh mengantuk.
Kamipun kembali tertidur pada kasur, setelah aku menarik selimut yang bergeser sedikit dari badanku serta Elza.
Tapi lalu, kedua mataku tertuju pada sebelahku. Melihat dirinya yang tidur menyamping kearahku, bagaimana damainya wajah yang dia bentuk ketika tertidur pulas.
Sadar merasa diamati, tiba – tiba mata Ruby-nya setengah terbuka padaku. Meski penerangan kamar ini mengandalkan cahaya dari luar, sebuah senyum tipis terlihat jelas di bawah hidungnya yang mancung.
“Aku mencintaimu.”
Akupun tersenyum balik.
“Aku juga, Elza.”
Dan setelah berbisik padanya, kedua mata kupejamkan, berharap dapat tertidur pulas kembali, sambil merasakan betapa hangat pelukannya. Bahkan sampai membuat diriku lupa kenapa bisa terbangun di tengah malam tiba – tiba.
Sesekali aku menengok ke belakang, melihat bagian yang sudah kulalui perlahan – lahan menghilang, bagaikan tulisan yang sedang dihapus, seperti memberitahu diriku untuk tetap maju.
Lalu sebuah pertanyaan muncul di kepala.
Kenapa aku ada di sini? Aku tidak ingat pernah ingat telah memasuki tempat ini, dan ini juga tidak terlihat seperti imajinasi, namun juga bukan keadaan yang nyata, tunggu... Apa aku sudah...
Sibuk dengan pemikiranku sendiri, aku sadar sudah sampai pada ujung jalan setapak, dan sampai di depan sebuah gazebo bergaya bangunan cina tengah berdiri di depanku.
Dan ketika melihat ke dalamnya, terlihat seseorang sedang asyik meminum teh, sambil menatap ke ujung luar yang lain, dilihat dari rambutnya yang panjang, dia sepertinya seorang wanita.
Senang membuat menunggu ya, Zael?
Aku kaget, karena dia ternyata mengetahui keberadaan diriku, tapi... Kenapa dia tahu namaku? Dan suara ini...
“K-kau...”
Tidak usah takut Zael, ibu tidak akan melakukan apa – apa kok.
Kini dia menatapku, dengan mata merahnya yang telah diwariskan pada adikku. Melihatnya di sini memang membuatku senang, namun juga takut, karena ibu...
“Iya sih, tapi tetap saja...”
Apa kalian berdua baik – baik saja?
Ibu memotong perkataanku, seperti tahu apa yang sedang kupikirkan sekarang.
Aku mengangguk perlahan, dan ibu pun menunjukkan wajah yang lega.
Syukurlah kalau begitu, habis, ibu cemas, karena meninggalkan kalian lebih cepat.
Ucapannya membuat hatiku tersayat – sayat, mengingat tubuhnya kini sudah berada di dalam tanah.
“Ibu tidak usah khawatir, aku serta Elza menjalaninya dengan baik kok, karena kami menerima banyak bantuan, kami bahkan sudah mulai bekerja, meski hanya paruh-waktu.”
Baguslah kalau begitu, ibu bangga punya anak yang bisa diandalkan seperti kalian.
Aku hanya mengangguk lagi, tidak tahu bagaimana menjawabnya. Dan setelah beberapa saat, ibu mulai berbicara lagi.
Zael...
“Iya ibu?”
Sebelum melanjutkan perkataannya, ibu terlihat tersenyum sangat aneh.
Apa kau sudah mencicipi adikmu?
“Huh?”
Belum sempat menjawab, pemandangan tiba – tiba berubah, seluruh pemandangan putih bagaikan surga tersebut hilang tertelan kegelapan. Sementara senyum yang ibu daritadi pasang kini berubah, menatapku dengan pandangan penuh rasa jijik.
“AKH!”
Kedua mataku terbuka lebar, menatap langit – langit kamar. Dadaku berdegup kencang bagai pompa air yang menyala, kurasakan keringat tengah mengalir dari dahi meski sekarang ruangan ini terasa dingin.
Aku bangun dari posisi tidur, kini duduk sambil mengatur nafas yang terasa berat, berusaha menenangkan diri. Dan ternyata, bukan aku sendiri saja yang terbangun di tengah malam ini.
Dengan rambut dan wajah yang sama kecuali matanya yang terlihat semerah batu Ruby. Dia terbangun, duduk pada kasur, lalu berbicara setelah mengucek – ucek matanya yang berusaha untuk tertutup.
“Umm... Zael? Kau kenapa? Tiba – tiba berteriak...”
“U-uh? T-tidak ada apa – apa kok Elza... Lebih baik sekarang kita tidur saja lagi.”
Elza mengangguk pelan, menyetujui saranku tanpa bertanya lagi kenapa aku berteriak. Yang kurasa karena pengaruh mengantuk.
Kamipun kembali tertidur pada kasur, setelah aku menarik selimut yang bergeser sedikit dari badanku serta Elza.
Tapi lalu, kedua mataku tertuju pada sebelahku. Melihat dirinya yang tidur menyamping kearahku, bagaimana damainya wajah yang dia bentuk ketika tertidur pulas.
Sadar merasa diamati, tiba – tiba mata Ruby-nya setengah terbuka padaku. Meski penerangan kamar ini mengandalkan cahaya dari luar, sebuah senyum tipis terlihat jelas di bawah hidungnya yang mancung.
“Aku mencintaimu.”
Akupun tersenyum balik.
“Aku juga, Elza.”
Dan setelah berbisik padanya, kedua mata kupejamkan, berharap dapat tertidur pulas kembali, sambil merasakan betapa hangat pelukannya. Bahkan sampai membuat diriku lupa kenapa bisa terbangun di tengah malam tiba – tiba.
Fin
Diubah oleh lacie. 13-05-2013 18:37
0
Kutip
Balas